autiss
DESCRIPTION
autiTRANSCRIPT
Nama : Devyana Enggar Taslim
Nim : 04087821416001
KEPANITRAAN KLINIK DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK
FK UNSRI RSUP MOH. HOESIN PALEMBANG
PERIODE 23 MARET – 06 April 2015
Autis
Definisi:
Gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan
keterlambatan dalam berkomunikasi (verbal dan nonverbal), tidak mampu
membangun hubungan social, pola perilaku yang terbatas, berulang-ulang dan
steriotip (Dawson, 1989).
Faktor Risiko:
Genetik
Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi pada
terjadinya autisme. Menurut National Institute of Health, keluarga yang
memiliki satu anak autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk
melahirkan anak yang juga autisme. Penelitian pada anak kembar menemukan,
jika salah satu anak autis, kembarannya kemungkinan besar memiliki
gangguan yang sama. Secara umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang
menyebabkan gangguan spektrum autisme. Gen tersebut berperan penting
dalam perkembangan otak, pertumbuhan otak, dan cara sel-sel otak
berkomunikasi.
Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autisme.
Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem
saraf pusat. Menurut Dr Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam
pestisida berdampak pada mereka yang punya bakat autisme.
Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki
risiko lebih besar mengalami autism. Obat-obatan tersebut
termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama
yang dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan,
kecemasan, serta insomnia. Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah
dilarang beredar karena banyaknya laporan bayi yang lahir cacat. Namun, obat
ini kini diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker.
Sementara itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk penderita
gangguan mood dan bipolar disorder.
Usia orangtua
Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak
menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan,
perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme
dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun. "Memang belum
diketahui dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme. Namun, hal
ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen," kata Alycia Halladay,
Direktur Riset Studi Lingkungan Autism Speaks.
Perkembangan Otak
Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang
bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood,
berkaitan dengan autisme. Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti
dopamin dan serotonin, di otak juga dihubungkan dengan autisme.
Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel
saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson
dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf
berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester
ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit,
dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain
growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak
yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan
sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive
intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak
yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi,
diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth
factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak
beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf
lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf
tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada
autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia
(jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi
pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara
abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived
neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan
primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu mengkomsumsi
makanan yang mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian
terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi
jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti
thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami
aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses
mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi
atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target,
overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan
yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman menemukan
berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang
berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping
depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
Penegakan diagnosis
Adapun untuk menegakkan diagnosis autism dapat digunakan kriteria menurut
DSM IV, seperti:
Harus ada 6 gejala atau lebih dari 1,2, dan 3 dibawah ini:
o Gangguan kualitatif dari interaksi social (minimal 2 gejala):
Gangguan pada beberapa kebiasaan nonverbal seperti kontak mata,
ekspresi wajah, postur tubuh, sikap tubuh, dan pengaturan interaksi
social
Kegagalan membina hubungan yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya
Tidak ada usaha spontan membagi kesenangan, ketertarikan, ataupun
keberhasilan dengan orang lain (tidak ada usaha menunjukkan,
membawa, atau menunjukkan barang yang ia tertarik)
Tidak ada timbal balik social maupun emosional
o Gangguan kualitatif dari komunikasi (minimal 1 gejala):
Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa yang
diucapkan (tidak disertai mimic ataupun sikap tubuh yang merupakan
usaha alternative untuk kompensasi)
Pada individu dengan kemampuan bicara yang cukup terdapat
kegagalan dalam kemampuan berinisiatif maupun mempertahankan
percakapan dengan orang lain
Penggunaan bahasa yang meniru atau repetitive atau bahasa
idiosinkrasi
Tidak adanya variasi dan usaha untuk permainan imitasi social sesuai
dengan tingkat perkembangan
o Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku,
minat dan aktivitas (minimal 1 gejala):
Kesibukan (preokupasi) dengan salah satu atau lebih pola ketertarikan
stereotipik yang abnormal baik dalam hal intensitas maupun focus
Tampak ketertarikan pada rutinitas maupun ritual spesifik yang tidak
berguna
Kebiasaan motorik yang stereotipik dan repetitive (misalnya
mengibaskan atau memutar-mutar tangan atau jari, atau gerakan tubuh
yang kompleks)
Preokupasi persisten dengan bagian dari suatu objek
Keterlambatan atau fungsi yang abnormal tersebut terjadi sebelum umur 3
tahun, dengan adanya gangguan dalam 3 bidang yaitu: iinteraksi social,
penggunaan bahasa untuk komunikasi social, bermain symbol atau imajinasi.
Kelainan tersebut bukan disebabkan oleh penyakit Rett atau gangguan
disintegrative (sindrom Heller)
Pemeriksaan fisik
- Pendengaran
- EEG (elektroensefalogram)
- MRI
- Pemeriksaan genetic
- Observasi langsung
o Interaksi dan interview (anak dan orang tua)
o Penilaian fungsional (cara berkomunikasi)
o Penilaian dasar bermain (pola bermain)
Pemeriksaan Penunjang:
Ada beberapa instrument screening untuk autism:
CARS rating system (Childhood Autism Ratic Scale), dikembangkan oleh Eric
Schopler pada awal 1970an, berdasarkan terhadap perilaku. Di dalamnya
terdapay 15 nilai skala yang mengandung penilaian terhadap hubungan anak
dengan orang tua, penggunaan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, respon
pendengaran dan komunikasi verbal
Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) digunakan untuk screening autism
pada usia 18 bulan. Dikembangkan oleh Simon-Cohen pada awal 1990an untuk
melihat apakah autism dapat terdeteksi pada anak umur 18 bulan. Alat screening
ini menggunakan kuesioner yang terbagi atas 2 sesi, pertama melalui penilaian
orang tua dan kedua melalui penilaian dokter yang menangani
Autism Screening Questionnaire adalah 40 poin skala skrining yang telah
digunakan untuk anak usia 4 tahun ke atas untuk mengevaluasi kemampuan
berkomunikasi dan fungsi sosialnya.
Diagnosis banding:
- Asperger Syndrome
- Rett Syndrome
- Childhood disintegrative Disorder
- Pervasive Developmental not Otherwise Spesified (PDD-NOS)
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan pada autism harus secara terpdu, meliputi semua disiplin ilmu
yang terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak, neurology, dokter rehabilitasi
medic), dan non medis (tenaga pendidik, psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik,
pekerja sosial).
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan
kemampuan belajar dan perkembangannya terutama dalam penguasaan bahasa.
Dengan deteksi sedini mungkin diharapkan dapat tercapai hasil yang optimal dari
perkembangan anak dengan autism.
1. Non medikamentosa
a. Terapi edukasi
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan social, keterampilan sehari-
hari agar anak menjadi mandiri. Terdapat berbagai macam metode pengajaran
anatar lain metode TEACHC (Treatment and Education of Autistic and
related Communication Handicapped Children) metode ini merupakan suatu
program yang sangat terstruktur yang mengintegrasikan metode klasikal yang
individual, metode pengajaran yang sistematik terjadwal dan dalam ruang
kelas yang ditata khusus
b. Terapi perilaku
Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autism. Apapun metodenya
sebaiknya haris sesegera mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan
terpadu dengan terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah ABA
(Applied Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya sangat tergantung dari
usia saat terapi dilakukan (terbaik sekitar usia 2-5 tahun)
c. Terapi wicara
Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat diperlukan , mengingat tidak
semua individu dengan autism dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini
harus diberikan sejak dini dan intensif dengan terapi lain
d. Terapi okupasi/fisik
Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autism dapat melakukan
gerakan memegang, menulis, melompat dengan terkontrol dan teratur sesuai
kebutuhan saat itu.
e. Sensori integrasi
Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan,
sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran) untuk
menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indra yang ada, otak
menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitae, sehingga
diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi
f. AIT (Auditory Integration Training)
Pada intervensi autism, awalnya ditentukan suara yang mengganggu
pendengaran dengan audiometer. Lalu diikuti dengan seri terapi
mendengarkan suara-suara yang direkam, tetapi tidak disertai suara yang
menyakitkan, selanjutnya dilakukan desentisasi terhadap suara yang
menyakitkan tersebut
g. Intervensi keluarga
Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga baik
perlindungan, pengasuhan, pendidikan maupun dorongan untuk dapat
tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang anak, mandiri dan
dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan keluarga
yang dapat berinteraksi satu sama lain (antar anggota keluarga) dan saling
mendukung
2. Medikamentosa
Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen terbaik adalah
dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptic, tapi dapat juga dengan agonis
alfa adrenergic dan antagonis reseptor beta sebagai alternative
o Neuroleptic
Neuroleptic tipikal potensi rendah – thioridazin- dapat menurunkan
agresifitas dan agitasi
Neuroleptic tipikal potensi tinggi – haloperidol – dapat menurunkan
agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik
Neuroleptic atipikal – risperidon – akan tampak perbaikan dalam
hubungan social, atensi dan absesif
o Agonis reseptor alfa adrenergic
Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas, impulsifitas dan
hiperaktifitas
o Beta adrenergic bloker
Propranolol dipakai untuk mengatasi agresifitas terutama yang disertai
dengan agitasi dan anxietas
Jika perilaku repetitive menjadi target terapi
Neuroleptik risperidon dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dapat
dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai diri sendiri,
resisten terhadap perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif dengan anxietas
tinggi
Jika inatensi menjadi target terapi
Methylphenidate (Ritalin, Concerta) dapat meningkatkan atensi dan
mengurangi destruksibilitas
Jika insomnia menjadi target terapi
Dyphenhidramine (Benadryl) dan neuroleptic (tioridazin) dapat mengatasi
keluhan ini
Jika gangguan metabolism menjadi problem utama
Gangguan metabolism yang sering terjadi meliputi ganguan pencernaan, alergi
makanan, gangguan kekebalan tubuh, keracunan logam berat yang terjadi
akibat ketidakmampuan anak untuk membuang racun dari dalam tubuhnya.
Semua gangguan metabolism yang ada diperbaiki dengan obat maupun
pengaturan diet
Prognosis
- Penderita autis tidak fatal dan tidak mempengaruhi harapan hidup normal.
Penderita autis yang dideteksi dini serta langsung mendapat perawatan, dapat
hidup mandiri tergantung dari jenis gangguan autistic apa yang diderita dan
berapa umurnya saat terdeteksi dan ditangani sebagai penderita autis