autism e

31
Psikologi Umum (kajian tentang AUTIS) PENDAHULUAN Sering timbul kekuatiran jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim , apakah anak menderita autisme. Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan , angka kejadian di seluruh dunia terus meningkat. Banyak penyandang autisme terutama yang ringan masih tidak terdeteksi dan bahkan sering mendapatkan diagnosa yang salah , atau bahkan terjadi overdiagnosis . hal tersebut tentu saja sangat merugikan anak Memiliki anak yg menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yang kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memiliki gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannya pada saat-saat atau kondisi tertentu Faktor genetik dianggap sebagai satu-satunya penyebab autisme sehingga penderitanya dianggap tidak bisa disembuhkan namun bukti-bukti yang sekarang muncul menunjukkan ada peluang untuk penyembuhan karena gangguan itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik melainkan juga dipengaruhi faktor lingkungan. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN AUTIS

Upload: kalaimani25

Post on 18-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

autisme

TRANSCRIPT

Psikologi Umum (kajian tentang AUTIS) PENDAHULUAN

Sering timbul kekuatiran jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim , apakah anak menderita autisme. Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan , angka kejadian di seluruh dunia terus meningkat. Banyak penyandang autisme terutama yang ringan masih tidak terdeteksi dan bahkan sering mendapatkan diagnosa yang salah , atau bahkan terjadi overdiagnosis . hal tersebut tentu saja sangat merugikan anakMemiliki anak yg menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yang kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memiliki gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannya pada saat-saat atau kondisi tertentuFaktor genetik dianggap sebagai satu-satunya penyebab autisme sehingga penderitanya dianggap tidak bisa disembuhkan namun bukti-bukti yang sekarang muncul menunjukkan ada peluang untuk penyembuhan karena gangguan itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik melainkan juga dipengaruhi faktor lingkungan.

PEMBAHASANA. PENGERTIAN AUTISAutis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik. Angka kejadian autis tampaknya meningkat pesat dalam beberapa tahun terahkir ini. Peningkatan ini terutama karena meningkatnya penyampaian informasi yang disampaikan berbagai media cetak maupun elektronik terutama internet. Sehingga baik kalangan medis maupun awam mengetahui perkembangan tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga masalah penyimpangan perilaku pada anak khususnya autis ini menjadi persoalan yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat umumnya.Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis merupakan kelainan genetik yang mengakibatkan gangguan fungsional susunan saraf pusat yang disertai gangguan kerusakan pada saluran cerna. Keadaan itu dapat disebabkan dan dipicu oleh berbagai hal di antaranya gangguan dan infeksi sejak dalam kehamilan, pengaruh reaksi simpang makanan, dan berbagai pemicu lainnya.

B. TANDA DAN GEJALA AUTISME1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (bahasa planet) Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot Bicara tidak digunakan untuk komunikasi Mimik datar

2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial Menolak atau menghindar untuk bertatap muka Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli Merasa tidak senang atau menolak dipeluk Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain Saat bermain bila didekati malah menjauh

3. Gangguan dalam bermain Bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.4. Gangguan perilaku Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

5. Gangguan perasaan dan emosi Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak. Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain

6. Gangguan dalam persepsi sensoris Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja Bila mendengar suara keras, menutup telinga Menangis setiap kali dicuci rambutnya Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.C. RESIKO AUTIS1. PERIODE KEHAMILANBeberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang jadi autism adalah : Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus Peradarahan selama kehamilan. Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena placental complications, diantaranya placenta previa, abruptio placentae, vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of the marginal sinus. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism Obat-obatan yang diminum selama kehamilan terutama trimester pertama. Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat Thaliodomide pada awal kehamilan dapat mengganggu pembentukan sistem susunan saraf pusat yang mengakibatkan autism Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu. Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam kandungan terutama terjadi malam hari. Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi. Wilkerson dkk telah melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna pada kelompok ibu dengan anak autism.2. PERIODE PERSALINANPersalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya. Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinyaGangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah : Pemotongan tali pusat terlalu cepat Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ) Komplikasi selama persalinan Lamanya persalinan letak presentasi bayi saat lahir Berat lahir rendah ( < 2500 gram)3. PERIODE USAI BAYIDalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya gangguan autism. Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya autism adalah sebagai berikut : Prematuritas Alergi makanan Kegagalan kenaikan berat badan Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik, Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air besar, sering buang air besarGangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal, kelemahan otot.4. DIAGNOSISTidak ada satupun pemeriksaan laboratorium yang dapat memastikan suatu diagnosis Autism pada anak. Untuk menetapkan diagnosis gangguan autis sebenarnya hanya dengan diagnosis klinis. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autis yang disebabkan oleh adanya gangguan selain autis. Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut. Para klinisi sering menggunakan pedoman DSM IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan DSM-IV.Karena dengan menggunakan diagnosis klinis maka subyektifitasnya sangat besar. Terutama anak yang mengalami gangguan perilaku ringan yang masuk Grey Area lebih sulit mendiagnosisnya. keadaan seperti ini bila seseorang ingin mengetahui assessment penyakit anak pada dokter akan mendapatkan hasil yang berbeda. Dengan pemeriksaan anak yang sama dan dokter yang berbeda seringkali menerima diagnosis yang berbeda pula, Berbagai diagnosis yang diterimanya adalah Autis ringan, bukan Autis, PDDNOS, MSDD, Hiperaktif, ADHD atau berbagai diagnosis lainnya. Banyak kasus anak seperti ini saat didiagnosis bermacam-mavcam oleh dokter ternyata saat besarnya sehat seperti anak biasa. Sebaliknya banyak anak dengan keterlambatanm bicara yang dianggap biasa pada usia di bawah 2 tahun tetapi karena keterlambatan diagnosis ternyata pengidap Autis dan terlambat dalam penanganannya.

D. DETEKSI AUTIS SEJAK LAHIR HINGGA 5 USIA TAHUNUSIA0 - 6 BULAN Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi Tidak babbling Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

USIA6 - 12 BULAN Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik Gerakan tangan dan kaki berlebihan Sulit bila digendong Tidak babbling Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan Tidak ditemukan senyum sosial Tidak ada kontak mata Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

USIA1- 2 TAHUN Kaku bila digendong Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da) Tidak mengeluarkan kata Tidak tertarik pada boneka Memperhatikan tangannya sendiri Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

USIA2 - 3 TAHUN Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain Melihat orang sebagai benda Kontak mata terbatas Tertarik pada benda tertentu Kaku bila digendong

USIA4 - 5 TAHUN Sering didapatkan ekolalia (membeo) Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar) Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala) Temperamen tantrum atau agresif

E. MENANGGULANGI AUTISTidak ada obat untuk autisme, tetapi dokter, terapis, dan guru khusus dapat membantu anak-anak dengan autisme, menyesuaikan dengan banyak kesulitan.Sedari dini mulai pengobatan untuk autisme, lebih baik.Tiap anak-anak berbeda dalam membutuhkan jenis bantuan, tetapi belajar bagaimana berkomunikasi selalu merupakan langkah penting pertama. Bahasa bisa sulit bagi anak-anak dengan autisme untuk belajar.Kebanyakan anak autis memahami kata-kata yang lebih baik dengan melihat, jadi terapis mengajar mereka cara untuk berkomunikasi dengan menunjuk atau menggunakan gambar atau bahasa isyarat.Itu membuat belajar hal-hal lain lebih mudah, dan akhirnya, banyak anak dengan autis belajar bicara.Terapis juga membantu anak belajar keterampilan sosial, seperti cara menyapa orang, menunggu giliran, dan ikuti petunjuk.Beberapa anak membutuhkan bantuan khusus dengan keterampilan hidup (seperti menggosok gigi atau membuat tempat tidur).Lainnya lagi mengalami kesulitan duduk diam atau mengendalikan emosi mereka dan membutuhkan terapi untuk membantu mereka mengendalikan perilaku mereka.Beberapa anak mengambil obat untuk membantu suasana hati mereka dan perilaku, tetapi tidak ada obat yang akan membuat autisme anak itu pergi.Tiap anak-anak berbeda dalam membutuhkan jenis bantuan, tetapi belajar bagaimana berkomunikasi selalu merupakan langkah penting pertama. Bahasa bisa sulit bagi anak-anak dengan autisme untuk belajar.Kebanyakan anak autis memahami kata-kata yang lebih baik dengan melihat, jadi terapis mengajar mereka cara untuk berkomunikasi dengan menunjuk atau menggunakan gambar atau bahasa isyarat.Itu membuat belajar hal-hal lain lebih mudah, dan akhirnya, banyak anak dengan autis belajar bicaraPENUTUPPenyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis merupakan kelainan genetik yang mengakibatkan gangguan fungsional susunan saraf pusat yang disertai gangguan kerusakan pada saluran cerna. Keadaan itu dapat disebabkan dan dipicu oleh berbagai hal di antaranya gangguan dan infeksi sejak dalam kehamilan, pengaruh reaksi simpang makanan, dan berbagai pemicu lainnyaBeberapa anak dengan autisme ringan akan tumbuh dan bisa hidup sendiri. Mereka yang memiliki masalah yang lebih serius akan selalu memerlukan beberapa jenis bantuan.Tapi semua anak-anak dengan autis memiliki masa depan cerah ketika mereka memiliki dukungan dan pemahaman dari dokter, guru, pengasuh, orang tua, saudara, saudara, dan teman-teman.

DAFTAR PUSTAKA

dr Widodo Judarwanto SpA ( http://childrenclinic.wordpress.com http://childrenautismclinic.wordpress.com/ )Abdi Susanto Autisme, Bisa DisembuhkanEmanuel Setio Dewo AnakAutiswww.suaramedia. cek gejala Autisme bayi usia 1 tahun, peluang sembuh lebih besar com

Dr.suriviana Mengenali Anak Autisme

Agus Tri Haryanto, S.Pd. Konsultan anak berkesulitan belajar dan Pelayanan Autisme Yayasan Wilakertia, BintaroDiposkan oleh alfan dienk di 08.55

Kemahiran Asas Sosial Kanak-Kanak Autisme Di Persekitaran Sekolah oleh Vijayen a/l Gopal Maktab Perguruan Keningau. Sabah [email protected] Kajian kes ini bertujuan untuk menjawab tiga persoalan kajian iaitu a) apakah kemahiran asas sosial yang telah oleh kanak-kanak autisme. b) apakah kemahiran-kemahiran asas sosialyang belum dikuasai oleh kanak-kanak autisme, dan c) apakahfaktor-faktor yang membolehkan kanak-kanak autisme berupaya menguasai dan tidak menguasai kemahiran asas sosial mengikut pandangan guru. Tiga kanak-kanak autisme di Sekolah Kebangsaan Bukit Padang, Kota Kinabalu, Sabah, dipilih sebagai subjek dan tiga orang guru yang mengajar subjek-subjek ini ditemubual. Kajian ini berfokus kepada lima kemahiran asas sosial sahaja. Kaedah pemerhatian dan temubual dengan instrument senarai semak dan soalan terbuka digunakan. Dapatan kajian menunjukkan kelima-lima kemahiran asassosial dikuasai oleh subjek tetapi belum menguasai beberapa sub kemahiran. Dapatan temubual menunjukkan faktor guru, persekitaran, rakan sebaya, dan kaedah mengajar membolehkan penguasaan kemahiran-kemahiran asas sosial. Sebaliknya faktor kekurangan pendedahan mengenai autisme dan kaedah mengajar yang khusus, pertukaran guru dan kekurangan pengetahuan ibu bapa mengenai autisme menghalang penguasaan kemahiran asas sosial. PENGENALAN Kemahiran sosial amat penting dalam kehidupan manusia dan dipelajari sejak kecil. Kemahiran asas sosial yang perlu dikuasai oleh kanak-kanak ialah kemahiran: menarik perhatian orang lain, berkongsi dan memberi, meminta dan bertanya, memberi idea dan memuji atau memberi penghargaan. Malangnya terdapat kanak-kanak yang tidak dapat mempelajari untuk berinteraksi secara positif dengan rakan sebaya mereka.(Simpson et al. 1991; Sewell 1998). Kanak-kanak ini tidak dapat mempelajari kemahiran-kemahiran sosial dengan sendiri dan juga dikenali sebagai kumpulan bermasalah pembelajaran (Kurikulum Program Bermasalah Pembelajaran Peringkat Rendah 1999). Satu kumpulan pelajar yang menghadapi masalah untuk menguasai kemahiran asas sosial ialah kanak-kanak autisme. Autisme merujuk kepada gangguan perkembangan pervasif (pervasif developmental disorder). Menurut American Psychiatric Association (1994), gangguan ini berkisar pada tiga perkara utama iaitu gangguan interaksi sosial, komunikasi dan tingkah laku berulangan yang streotaip dan terhad. Menurut Trevarthen et al. (1998) hampir kesemua kes autisme menghadapi gangguan interaksi sosial, masalah kemahiran berkomunikasi dan aspek imaginasi. Namun begitu, tahap gangguan ini tidak sama di 2antara satu individu autisme berbanding yang lain (Wing 1976). Kanak-kanak autisme kategori teruk menghadapi masalah yang serius berbanding dengan kanak-kanak autisme kategori ringan dan berfungsi tinggi (Jordan 1997). Kemahiran sosial merupakan satu ciri autisme yang penting (American Psychiatric Association 1994). Defisit sosial yang wujud dalam diri kanak-kanak autisme ini amat serius, memandangkan kemahiran sosial sebagai alat yang penting dalam kehidupan setiap individu (Ball 1996). Di Malaysia, kanak-kanak autisme mengikuti program percantuman. Walaupun kanak-kanak autisme telah didedahkan dengan kemahiran-kemahiran ini di sekolah, tetapi penggunaan kemahiran-kemahiran ini dalam situasi yang tepat dengan cara yang betul masih menjadi persoalan. Oleh itu satu kajian bagi mengenalpasti kemahiran-kemahiran sosial asas yang telah dan belum dikuasai oleh kanak-kanak autisme dan pengunaannya di persekitaran sekolah adalah amat diperlukan. Kajian ini merupakan kajian lanjutan kepada cadangan Ball (1996) dalam kajiannya supaya satu kajian dalam generalisasi kemahiran sosial kanak-kanak autisme perlu dijalankan. TUJUAN KAJIAN Kajian ini adalah bertujuan: a) untuk mengenal pasti kemahiran-kemahiran asas sosial yang telah dikuasai oleh kanak-kanak autisme b) untuk mengenal pasti kemahiran-kemahiran asas sosial yang belum dikuasai oleh kanak-kanak autisme dan c) untuk mengenal pasti faktor-faktor yang membolehkan kanak-kanak autisme menguasai dan tidak menguasai kemahiran asas sosial mengikut pandangan guru. SOALAN KAJIAN Kajian ini berfokus kepada tiga soalan kajian yang berikut: a.Apakah kemahiran-kemahiran asas sosial yang telah dikuasai oleh kanak-kanak autisme. b.Apakah kemahiran-kemahiran asas sosial yang belum dikuasai oleh kanak-kanak autisme. c.Apakah faktor-faktor yang membolehkan kanak-kanak autisme berupaya menguasai dan tidak menguasai kemahiran-kemahiran asas sosial mengikut pandangan guru? TINJAUAN LITERATUR Kajian-kajian memberikan panduan kepada golongan professional untuk mencuba pelbagai teknik dalam mengubah tingkahlaku kanak-kanak autisme (McClannahan & Krantz 1999). Kajian-kajian membuktikan bahawa tingkahlaku kearah meningkatkan interaksi kanak-kanak autisme dapat dijalankan. Namun begitu tahap pencapaian diperolehi mungkin berbeza mengikut tahap dan kategori kanak-kanak autisme yang diajar (Wing 1976; Barbara 1989). Peningkatan dalam tingkahlaku dalam kajian-kajian menyokong kenyataan Sharyn (1997) yang mengatakan bahawa program therapi dapat meningkatkan dan menggantikan tingkahlaku yang tidak sesuai dengan tingkahlaku sesuai (Thacker 1996). 3Kajian Ball (1996) berfokus kepada meningkatkan interaksi sosial dengan menggunakan rakan sebaya. Kajian ini menggunakan lapan orang kanak-kanak autisme pra sekolah. Kanak-kanak ini diajar dalam kelas yang mempunyai lapan lagi pelajar normal yang sebaya. Sistem stesyen digunakan untuk mengajar kemahiran akdemik. Aktiviti kumpulan digunakan untuk mengajar konsep asas dan masa main digunakan untuk mengajar kemahiran sosial. Kumpulan kecil digunakan untuk menggalakkan interaksi kanak-kanak autisme dengan rakan sebaya yang normal. Kaedah-kaedah yang digunakan ialah skill streaming, rakan sebaya dan bantuan kumpulan. Dapatan kajian Ball (1996) menunjukkan bahawa tujuh daripada lapan kanak-kanak autisme menunjukkan peningkatan dalam aspek kontek mata, kemahiran bermain secara selari dan simbolik, ikut giliran dan respon-respon secara lisan dan bukan lisan. Ball (1996) mendapati, penggunaan rakan sebaya sebagai model dalam mengajar kemahiran sosial memberikan kesan yang tinggi dalam mengekalkan integrasi kanak-kanak di dalam bilik darjah. Dougen (1994) mengkaji penggunaan teknik pengajaran secara incidental untuk mengajar cara bertanya yang sesuai dengan menggunakan rakan sebaya kurang upaya. Dapatan menunjukkan bahawa pengajaran dengan teknik ini sangat efektif dalam meningkatkan kemahiran bertanya dengan cara yang sesuai. Teknik ini juga menghasilkan peningkatan dalam generalisasi. Penggunaan teknik ini bukan sahaja meningkatkan cara bertanya yang sesuaimalah tahap vokalisasi subjek turut meningkat dan dikekalkan tanpa latihan. Peningkatan dalam interaksi juga berlaku disebabkan oleh pengukuhan positif yang diperolehi bagi setiap cubaan yang betul. Kajian ONeill dan Baker (2001) melihat potensi kesan generalisasi daripada latihan komunikasi berfungsi dan peranan kemungkinan tingkah laku bermasalah dan bersesuaian untuk mencapai tahap komunikasi berfungsi.Dua sampel kanak-kanak autisme kategori teruk dan ketidakupayaan intelek kategori teruk digunakan. Kedua subjek ini tidak mempunyai tingkah laku komunikatif berfungsi dan mengikut arahan lisan langkah demi langkah serta penyegeraan secara lisan dan fizikal. Dapatan kajian ini menunjukkan bahawa wujud pengurangan dalam tingkah laku negatif dan berlaku peningkatan dalam kemahiran bertanya atau meminta untukberehat tanpa galakan. Selain itu, terdapat generalisasi tingkah laku dalam situasi yang lain. DEFINISI OPERASIONAL Kajian ini telah menggunakan dua istilah yang khusus secara meluas. Istilah-istlah yang digunakan ialah kemahiran sosial dan persekitaran sekolah. Kemahiran Sosial Menurut Philip (1991) kemahiran sosial membawa maksud tingkah laku-tingkah laku yang prihatin untuk melakukan perhubungan interpersonal yang efektif. Sebaliknya Thacker (1996) pula mendefinisikan kemahiran sosial sebagai keupayaan untuk berkomunikasi secara efektif dengan indivivu lain dalam situasi sosial atau kerja. Istilah kemahiran sosial yang digunakan dalam kajian ini bermaksud keupayaan untuk menghasilkan tingkahlaku-tingkahlaku atau respon-respon yang sesuai secara lisan atau bukan lisan dalam proses berinteraksitanpa menyakitkan perasaan orang lain. 4Persekitaran Sekolah Dalam kajian ini, istilah persekitaran sekolahmerujuk kepada ruangan di dalam kelas, ruang permainan dan kantin sekolah sahaja. Pengkaji menghadkan ruangan persekitaran sekolah bagi memudahkan proses pemerhatian yang dijalankan. Ketiga-tiga ruangan yang dinyatakan adalah tempat yang sesuai untuk melihat kemahiran asas sosial yang dipamerkan oleh kanak-kanak autisme. METHOD Rekabentuk Kajian Kajian ini menggunakan kaedah kualitatif dengan kajian kes multi-case. Reka bentuk multi-case dipilih supaya dapat melakukan perbandingan antara kes. Subjek Kajian Sejumlah tiga pelajar lelaki autisme dan tiga orang guru dipilih sebagai sampel kajian secara persampelan bertujuan Subjek-subjek kajian dikenal pasti dengan bantuan guru. Subjek dipilih berdasarkan kepada beberapa kriteria. Kriteria utama ialah kehadiran pelajar dan murid autisme kategori ringan. Subjek pertama ialah seorang kanak-kanak lelaki yang bernama Ah Meng. Subjek ini berumur sepuluh tahun. Subjek ini berupaya untuk berkomunikasi dengan rakan dan guru pada tahap rendah. Subjek kedua ialah seorang kanak-kanak lelaki yang bernama Tan. Subjek ini berumur sepuluh tahun dan dikenal pasti sebagai autisme kategori sederhana melalui penilaian klinikal oleh pakar professional. Subjek ini juga berkeupayaan untuk berinteraksi dengan rakan dan guru pada tahap yang sederhana dan subjek yang ketiga ialah seorang kanak-kanak lelaki yang bernama Mark. Subjek ini berumur sembilan tahun. Subjek ini dikenal pasti sebagai autisme kategori sederhana. Subjek ini berupaya untuk berinteraksi denganrakan dan guru pada tahap yang sederhana. Tenaga pengajar subjek seramai tiga orang dipilih secara persampelan bertujuan untuk ditemubual. Guru-guru ini juga dipilih kerana mempunyai hubungan yang erat dan mengenali subjek kajian secara mendalam dalam aspek kemahiran asas sosial dan merupakan pelaksana kurikulum pendidikan khas. Instrumen Kajian Kajian ini menggunakan dua instrumen iaitu senarai semak dan soalan terbuka. Senarai semak digunakan dalam pemerhatian untuk mengumpul data mengenai kemahiran-kemahiran asas sosial yang digunakan oleh kanak-kanak autisme dalam interaksi di kalangan pelajar dan dengan guru di persekitaran sekolah. Senarai semak ini dibina dengan mengadaptasi tingkahlaku-tingkahlaku kemahiran-kemahiran asas sosial daripada senarai semak McClellan dan Katz (2001), Artwood dan Gray (1999) dan Strain et al. (1998). Soalan Terbuka Empat soalan terbuka telah digunakan dalam temubual. Soalan-soalan itu adalah berkaitan dengan pandangan guru mengenai kemahiran asas sosial, kemahiran-kemahiran sosial yang sudah dikuasai,belum dikuasai, faktor-faktor yang membolehkan kanak-kanak autisme menguasai dan tidak menguasai kemahiran-kemahiran sosial. 5Prosedur Mengumpul Data Kajian ini dijalankan mengikut prosedur yang telah ditetapkan. Pertama, mengadakan latihan bagi empat orang pemerhati yang dipilih. Latihan berfokus kepada peraturan-peraturan pemerhatian, tujuankajian, fokus pemerhatian, kemahiran-kemahiran asas sosial dan tingkahlaku-tingkahlaku yang sesuai, penggunaan senarai semak dan cara mengisi senarai semak. Latihan tahap kedua ialah latihan mengumpul data dalam situasi sebenar sehingga kebolehpercayaan antara pemerhatian mencapai sekurang-kurangnya 0.8. Setiap pemerhatian dijalankan selama 30 minit untuk tempoh tiga minggu. Pemerhati diberi masa berehat selama 30 minit diantara setiap sesi pemerhatian untuk mengelakkan keletihan. Pemerhatian dijalankan sebanyak 16 bagi setiap persekitaran (lapan kali di bilik darjah dan lapan kali pada waktu rehat)bagi setiap subjek. Selepas setiap sesi pemerhatian, senarai semak dikumpul dan direkodkan. Selepas sesi pemerhatian yang kelapan, satu latihan diadakan untuk menentukan tahap kebolehpercayaan antara pemerhati tetap diperingkat yang tinggi. Prosedur temubual Temubual yang dirakamkan dijalankan mengikut jadual temubual yang ditetapkan. Pengkaji telah menyediakan trankrip verbatimdan ketepatan maklumat disahkan oleh guru-guru yang ditemubual. Analisis Data Data yang dikutip melalui pemerhatian dianalisakan berdasarkan senarai rekod senarai semak yang digunakan. Sebaliknya data yang diperolehi melalui temubual dianalisiskan setelah ditranskripsikan. Analisis data pemerhatian Data pemerhatian dipisahkan kepada dua bahagian iaitu di dalam kelas dan pada waktu rehat mengikut subjek A, B dan C.Kekerapan pelajar mempamerkan tingkah laku kemahiran asas sosial bagi setiap kemahiran yang berlainan dijumlahkan. Data kemahiran asas sosial ini dilaporkan dariaspek kemahiran asas sosial yang paling kerap dipamerkan dan kemahiran sosial yang mana yang kurang dipamerkan atau tidak dipamerkan. Kekerapan dalam mempamerkan kemahiran-kemahiran asas sosial ini akan menentukan kemahiran yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh subjek A, B dan C. Analisis temubual Data yang dikumpul melalui temubual dianalisis dengan menggunakan sistem koding dengan menginterpretasikan transkrip untuk menentukan tema (Miles dan Huberman 1994). Setiap kod yang disediakan diberi definisi operasi dari perspektif kajian pengkaji. Perbandingan secara berterusan gunakan untuk menganalisa data (Gay 1996). Pekali persetujuan Kohen-Kappadigunakan untuk menentukan nilai persetujuan penilai terhadap definisi operasi pengkaji. Seterusnya, pengkaji membuat pentafsiran data secara deskriptif dan penerangan. Data temubual akan dibandingkan dengan data pemerhatian. 6DAPATAN DAN PERBINCANGAN Kemahiran-Kemahiran Asas Sosial Yang Telah Dan Belum Dikuasai Dapatan kajian ini diperolehi melalui pemerhatian dengan menggunakan senarai semak (Lampiran A). Alpha kebolehpercayaan antara pemerhati yang diperolehi untuk subjek pertama ialah 0.94 (Ah Meng), 0.95 (Tan) dan 0.95 (Mark). Kemahiran menarik perhatian orang lain Kemahiran ini telah dikuasai oleh ketiga-tiga subjek. Namun begitu Tan lebih menguasai dan menggunakan kemahiran ini berbanding dengan Ah Meng dan Mark. Sub kemahiran yang melibatkan lisan selain daripada memanggil nama dikuasai oleh Ah Meng berbanding dengan Tan dan Markwalaupun hanya dua kali. Dapatan ini juga selari dengan kenyataan guru bahawa Ah Meng boleh berinteraksi yang memerlukan kemahiran menarik perhatian. Kemahiran Berkongsi Dan Memberi Ketiga-tiga subjek telah menguasai kemahiran ini. Namun begitu Tan lebih menguasai kemahiran ini berbanding dengan Ah Meng dan Mark kerana telah mempamerkan kesemua sub kemahiran. Ah Meng dan Mark tidak memperlihatkan kemahiran lisan seperti nah dan ambillah. Ini mungkin disebabkan lisan digantikan dengan tindakan menghulurkan tangan dengan benda ataupun dengan tindakan mengangguk kepala tanda memberi (Jordan, 1997). Sub kemahiran melimat mata diperlihatkan sebanyak 65 kali oleh Ah Meng, 29 kali oleh Tan dan 52 kali oleh Mark. Memanggil nama rakan digunakan oleh semua subjek, mungkin disebabkan mudah. Kemahiran bertanya dan meminta Bagi kemahiran ini Tan dan Mark telah mempamerkan penguasaan berbanding dengan Ah Meng yang tidak memperlihatkan sebarang sub kemahiran pada waktu rehat. Ini mungkin disebabkan oleh Ah Meng memerlukan persekitaran yang berstruktur. Bagi kes Mark pula kenyataan guru yang mengatakan Mark belum menguasai kemahiran bertanya atau meminta adalah bertentangan dengan dapatan pemerhatian. Selain itu Ah Meng telah menghulur tangan untuk meminta sebanyak 10 kali di dalam bilik darjah. Tan pula telah menngunakan bahasa lembut sebanyak 31 kali di dalam bilik darjah dan 33 kali pada waktu rehat. Dapatan ini adalah selari dengan kajian Ball (1996) yang mendapati aktiviti yang diwujudkan di dalam bilik darjah dapat meningkatkan kemahiran lisan. Kemahiran memberi idea Dalam kemahiran ini Tan dan Mark menunjukkan penguasaan menyeluruh berbanding dengan Ah Meng yang tidak mempamerkan dua daripada empat sub kemahiran yang melibatkan lisan. Namun begitu Ah Meng telah beritahu apa boleh buat sebanyak 37 kali di dalam bilik darjah dan 24 kali pada waktu rehat dan sub kemahiran memberitahu apa yang boleh buat atau dilakukan dipamerkan sebanyak 22 kali di bilik darjah berbanding dengan hanya dua kali dipamerkan pada waktu rehat. Tetapi, Ah Meng tidak langsung mempamerkan sub kemahiran suruh ikut yang dibuat atau dilakukan di dalam bilik darjah mahupun pada waktu rehat. Keadaan ini mungkin disebabkan tidak wujud keperluan untuk tindakan menyuruh ikut. Dapatan ini adalah 7selari dengan kajian Paweni dan Rubovits(2000) yang mendapati aktiviti permainan dapat menggalakkan kemahiran memberi idea. Kemahiran memberi dan menerima pujian dan penghargaan Kemahiran memberi dan menerima pujian dan penghargaan mengandungi lapan sub kemahiran. Bagi kemahiran ini pula Ah Meng telah mempamerkan penguasaan yang menyeluruh berbanding dengan Tan dan Mark. Kesemua sub kemahiran yang terlibat telah digunakan oleh Ah Meng kecuali mengucap terima kasih. Kemahiran yang menonjol dan dipamerkan oleh Ah Meng ialah memberi senyuman iaitu sebanyak 11 kali dalam bilik darjah berbanding dengan bilangan tingkahlaku ini dipamerkan pada waktu rehat iaitu sebanyak tujuh kali. Sebaliknya Tan pula tidak mempamerkan sebarang sub kemahiran pada waktu rehat.Selain itu Tan juga tidak mempamerkan sub kemahiran peluk rakan dan high five. Pandangan guru mengenai faktor-faktor yang membolehkan kanak-kanak autisme menguasai kemahiran asas sosial Dapatan temubual mempunyai Alpha kebolehpercayaan 0.86. Ketiga-tiga guru berpendapat bahawa kemahiran sosial utama yang perlu ada pada kanak-kanak autisme ialah pengurusan diri. Selain itu, kemahiran menegur rakan dan guru juga perlu. Ini,ungkin disebabkan oleh syarat pendidikan khas yang menetapkan pengurusan diri sebagai satu faktor membolehkan pelajar khas memasuki sekolah. Faktor utama yang menentukan penguasaan kemahiran asas sosial kanak-kanak autisme ialah guru. Walaupun hanya satu guru saja yang handle dia tapi semua guru tau apa masalah dia ..macam jawapan dia tidak betulkan. Cikgu akan bagitau dia cara menjawab dengan betullah. Guru dapat memahami tingkah laku murid dan tahu cara menanganinya. Guru yang lain daripada guru pendidikan khas juga membuat pengajaran secara incidental di persekitaran sekolah apabila ternampak murid melakukan sesuatu dengan cara yang salah atau bercakap dengan cara yang tidak sesuai dengan situasi. Dapatan ini menyokong kajian Dougen (1994) yang mendapati penggunaan teknik pengajaran secara incidental (incidental teaching) meningkatkan kemahiran bertanya. Selain itu, guru dapat mengeksploitasikan minat dan kesukaan pelajar dalam pengajaran. Faktor kedua ialah pengajaran berbantukan visual atau gambar mengikut minat pelajar memberikan kesan. Kenyataan guru, Kita ambil kira minat dia. Dia suka sangat dengan kereta. Kadang-kadang dia akan cakapbenda lain, contohnya bila dia tengok gambar lalu lintas, dia cakap polis polis, ambulan ambulan. Maksudnya dia boleh beri idea dan dia tu ada hubung, maksudnya bilakemalangan, polis mesti ada, ambulan mesti ada ataupun kadang-kadang gambar api, dia tahu bomba. Dia akan cakap telefon bomba, telefon bomba. Guru jugaberpendapat bahawa pemberian latihan serta tindakan latih tubi akan membolehkan kanak-kanak autisme menguasai kemahiran asas sosial (Charlop & Trasowech, 1991) Faktor ketiga ialah rakan sebaya. Ketiga-tigaguru mendapati rakan sebaya di sekolah dapat meningkatkan penguasaan kemahiran asas sosial. Rakan sebaya dapat mengajar melalui interaksi dan membimbing dan mengajar cara yang betul kepada kanak-kanak autisme. Dapatan ini adalah selari dengan dapatan kajian Howlin dan Yates (1999), Pierce dan Schreibman (1995) dan kajian Pepperberg dan Sherman (2000) yang 8mendapati penggunaan rakan sebaya adalah efektif dalam mengajar kemahiran sosial yang kompleks iaitu memulakan perbualan dan permainan dan meningkatkan tumpuan. Faktor keempat ialah persekitaran dan kerjasama ibu bapa. Guru mendapati bahawa persekitaran sekolah yang menyediakan pelbagai kemudahan belajar dan galakan guru serta rakan sebaya yang sedia ada di sekolah memberikanpeluang untuk kanak-kanak belajar dan menguasai kemahiran asas sosial. Guru-guru mendapati kanak-kanak autisme menguasai kemahiran-kemahiran sosial asas kerana tindakan ibu bapa yang bekerjasama dengan pihak sekolah dalam menjalankan tindakan susulan di rumah. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak menguasai kemahiran asas sosial. Ketiga-tiga orang guru mendapati terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kanak-kanak autisme tidak berupaya untuk menguasai kemahiran-kemahiran asas sosial. Pertama, ialah kurang tumpuan pelajar terhadap pengajaran dan pembelajaran dan aktiviti dalam bilik darjah dan di luar bilik darjah. Kedua, guru-guru mendapati bahawa mengajar kanak-kanak autisme secara kumpulan adalah kurang berkesan berbanding dengan pendekatan individu (Sewell 1998). Sistem di sekolah yang menggunakan kumpulan akan menyebabkan kanak-kanak autisme tidak berupaya untuk menguasai kemahiran-kemahiran asas sosial. Ketiga, ialah kekurangan pendedahan mengenai autisme bagi guru-guru khas. Guru-guru tersebut berpendapat kekurangan pendedahan mengenai autisme dan kaedah dan pendekatan mengajar kanak-kanak autisme menyebabkan guru hanya mengajar mengikut pengalaman, cuba jaya dan mengikut logik tanpa mengetahui sama ada cara itu betul atau salah. Di samping itu pengetahuan yang sama disebarkan kepada pihak ibu bapa. Selain itu, pertukaran guru juga menyebabkan perubahan dalam kaedah dan pendekatan mengajar. Guru yang sebelum lebih memahami dan mengetahui cara-cara menangani masalah individu autisme. Perubahan ini akan mengganggu proses pengajaran dan pembelajaran dan pengasaankemahiran asas sosial kanak-kanak autisme. Keempat ialah faktor persekitaran di rumah. Faktor persekitaran dirumah tidak kondusif untuk pembelajaran. Ibu bapa tidak mempunyai pengetahuan mengenai autisme dan tidak tahu membantu kanak-kanak ini. Ini myebabkan ibu bapa tidak dapat menjalankan tindakan susulan kepada aktiviti di sekolah. Di rumah juga kanak-kanak ini dibiarkan tanpa bimbingan dan galakan interaksi. Dapatan ini menyokong dapatan Ball (1996). KESIMPULAN Dapatan kajian ini penting untuk semua pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan khas. Kajian ini menunjukkan kelima-lima kemahiran asas sosial yang dikaji telah dikuasai walaupun terdapat beberapa sub kemahiran dalam kemahiran-kemahiran tertentu belum lagi dikuasai sepenuhnya oleh subjek kajian. Dapatan kajian ini juga menunjukkan bahawa guru-guru pendidikan khas memerlukan kursus memerlukan kursus khas untuk bertindak lebih professional lagi. Kemahiran sosial perlu dimasukkan dalam Rancangan Pengajaran Individu (RPI) untuk mempastikan pengajaran kemahiran asas sosial ini dilaksanakan. Adalah diharapkan melalui cara 9ini harapan ibu bapa yang lebih berminatuntuk mendapatkan peluang-peluang bagi anak-anak mereka membentuk persahabatan dan kemahiran sosial daripada pencapaian akademik dalam program perkhidmatan pendidikan khas akan tercapai (Zalizan Mohd Jelas 2000). Batasan Kajian Kajian ini mempunyai batasan-batasannya yang tersendiri. Kajian ini hanya dijalankan di sebuah sekolahdi negeri Sabah. Kedua, ialah kajian ini hanya menggunakan tiga subjek sahaja walaupun terdapat enam orang kanak-kanak autisme di lokasi ini. Ketiga, ialah ketiga-tiga subjek yang dipilih terdiri daripada kanak-kanak lelaki kerana ketiadaan kanak-kanak perempuan autistme di lokasi kajian ini. Ini menyebabkan perbandingan penguasaan kemahiran asas sosial antara jantina tidak dapat dilakukan. Keempat, ialah walaupun terdapat banyak kemahiran sosial, namun kajian ini hanya berfokus kepada lima kemahiran sahaja disebabkan oleh kekangan metod yang digunakan. Implikasi Kajian Bagi meningkatkan lagi keberkesanan sesipengajaran dan pembelajaran kemahiran asas sosial maka guru-guru pendidikan khas perlu diberikan kursus khas. Kemahiran berinteraksi secara lisan untuk memberi dan menerima pujian atau penghargaan perlu diberi penekanan. Pengajaran dan pembelajaran, khususnya mengenai kemahiran asas sosial pelu dijalankan dalam persekitaran berstruktur (Sewell 1998; Koegel & Koegel, 1995). Selain itu sesi pengajaran dan pembelajaran juga perlu dilaksanakan di dalam dan di luar kelas supaya generalisasi dapat dibuat dalam persekitaran yang lain. Cadangan Kajian Lanjutan Kajian lanjutan perlu membuat replikasi disekolah-sekolah rendah dan menengah di negeri Sabah yang mempunyai latarbelakang suku kaum dan budaya yang berbeza. Selain itu, kajian lanjutan juga perlu memilih lebih daripada tiga subjek termasuk subjek perempuan. Pemilihan kanak-kanak perempuan autisme akan membolehkan pengkaji membandingkan tahap penguasaan kemahiran asas sosial di antara jantina. BIBLIOGRAFIAmerican Psychiatric Association. (1994). Diagnostic criteria from DSM-III-R. Washington D.C: American Psychiatric Association. Artwood, T. & Gray, C. (1999). Understanding and teaching friendship skills.Available: http://www.tonyartwood.com/paper3.htmBall, J. (1996). Increasing social interaction of preschoolers with autism through relationships with typicially developing peers. Available: http://www.edrs.com/DocLibrary4/0397/ED400654.PDF. Barbara, P.(1989). Growing towards independence by learning functional skills and behaviors. Funtional programming for people with autism. Available http://www.edrs.com/DocLibrary4/0394/ED363065.PDF. Charlop & Trasowesh. (1991). Reseachers trained parents of children with autism to use a time delay procedure, a technique of behavior analysis, to increase spontaneous speech in natural occuring daily settings. Available: http://www.feat.org/autism/language.htmDougen, F. (1994). Using incidental teaching by peers. http://www.feat.org/autism/language.htm