auditbpk kbri-kl ta2006

48
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS BELANJA DAN PNBP TAHUN ANGGARAN 2006 PADA KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA KUALA LUMPUR DI MALAYSIA Nomor : 19/S/III-XI.2/05/2007 Tanggal : 28 Mei 2007

Upload: the-institute-for-ecosoc-rights

Post on 19-Jun-2015

356 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN ATAS

BELANJA DAN PNBP TAHUN ANGGARAN 2006

PADA KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA KUALA LUMPUR

DI MALAYSIA

Nomor : 19/S/III-XI.2/05/2007 Tanggal : 28 Mei 2007

Page 2: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

DAFTAR ISI Resume Hasil Pemeriksaan ............................................................................. 1 Hasil Pemeriksaan ............................................................................................ 10 I. Gambaran Umum ....................................................................................... 10 A. Tujuan Pemeriksaan ................................................................................ 10 B. Sasaran Pemeriksaan .............................................................................. 10 C. Metode Pemeriksaan ............................................................................... 10 D. Jangka Waktu pemeriksaan .................................................................... 11 E. Obyek Pemeriksaan ................................................................................ 11

II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern ..................................... 12 A. Lingkungan Pengendalian ....…………………………………………… 12

B. Penilaian Resiko ……….....…………………………………………… 12

C. Aktivitas Pengendalian .....……………………………………………… 13

D. Komunikasi dan Informasi .....………………………………………… 13

E. Pemantauan ..... ………….……………………………………………… 13

III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut ............................................................ 14 IV. Temuan Pemeriksaan ................................................................................ 15

1. Pencatatan dan pelaporan barang inventaris pada KBRI Kuala

Lumpur belum tertib ............................................................................. 15

2. Terdapat 7 (tujuh) unit kendaraan dinas dengan bukti kepemilikan

atas nama perorangan ......................................................................... 18

3. Persediaan pada KBRI Kuala Lumpur sebesar Rp18.660.325,00

belum dilaporkan ke Pusat ................................................................... 20

4. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada KBRI Kuala Lumpur

sebesar US$2.606.841,79 dan RM26.840 atau eq. US$2.614.552,22

belum disetor ke Kas Negara ............................................................... 21

5. Penerimaan sewa rumah dinas Atase Pertahanan belum dapat

dipungut senilai US$13.464 eq. Rp122.522.400,00 ………………… 24

6. Terdapat Dana Pihak Ketiga Plus sebesar US$382.491,73 belum

disetor ke Kas Negara ..........................................................................

26

7. Terdapat Pihak Ketiga Minus sebesar US$235.814,88 belum

terselesaikan ………………………………………………………….

28

Page 3: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

8. Terdapat Beban Pusat Persekot Resmi yang belum mendapat

penggantian dari Pusat senilai US$195.602,84 ...................................

29

9. PFK Minus Atase Imigrasi sebesar US$59.392,93 dan RM396.910,42

atau eq. US$173.414,88 belum mendapat penggantian dari

Departemen Hukum dan HAM .............................................................

31

10. Fungsi Imigrasi Kuala Lumpur belum dapat memberikan pelayanan

yang optimal bagi warga Negara Indonesia yang tinggal di Malaysia

32

11. Prosedur pengadaan pekerjaan fisik tahun 2006 pada KBRI Kuala

Lumpur tidak sesuai dengan ketentuan ...............................................

36

Lampiran-lampiran

Page 4: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Berdasarkan ketentuan Pasal 23 E perubahan ketiga Undang-Undang Dasar 1945

dan Pasal 2 Undang–Undang No 5 Tahun 1973, Badan Pemeriksa Keuangan telah

melakukan pemeriksaan atas Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2006 pada Kantor

Perwakilan RI di Kuala Lumpur. Audit atas pelaksanaan anggaran tersebut dilakukan

dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh

BPK-RI pada tahun 1995.

Tanpa mengurangi keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai, hasil

pemeriksaan masih menemukan kelemahan-kelemahan, sebagai berikut:

1. Sistem pengendalian intern Sistem Pengendalian Intern KBRI Kuala Lumpur atas pelaksanaan kegiatan

cukup memadai, namun masih terdapat kelemahan sehingga pelaksanaan

kegiatan belum dapat berjalan secara taat azas terutama pada aspek:

a. Lingkungan pengendalian yang mencakup pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab dalam pelaksanaan dan pengelolaan anggaran pada

umumnya cukup memadai. Namun, masih ditemukan kelemahan antara lain

KBRI Kuala Lumpur belum sepenuhnya memandang penting fungsi

pengolahan data, fungsi akuntansi, keandalan laporan keuangan dan

perlindungan terhadap kekayaan KBRI Kuala Lumpur.

b. Aktivitas pengendalian yang dilaksanakan KBRI Kuala Lumpur belum

sepenuhnya memadai, terutama pengendalian atas pengelolaan barang

inventaris harus lebih ditingkatkan.

2. Temuan Hasil Pemeriksaan yaitu : a. Pencatatan dan pelaporan barang inventaris pada KBRI Kuala Lumpur

belum tertib Pemeriksaan terhadap administrasi dan pengurusan barang inventaris pada

KBRI Kuala Lumpur diketahui bahwa:

1) Laporan Tahunan Inventaris (LTI) tahun 2006 belum dilaporkan atau

belum dikirimkan ke Biro Tata Usaha dan Perlengkapan Deplu.

2) Tanah dan bangunan senilai US$4.067.087,15 dan RM 1.500.000,00

belum dilaporkan dalam Laporan Tahunan Inventaris tahun 2005.

Page 5: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

3) Pengadaan barang tahun 2006 senilai Rp934.704.147,00 belum

dilaporkan dalam Laporan Mutasi Barang Triwulan.

4) Nilai kendaraan bermotor yang tercantum dalam LTI tahun 2005 kurang

dicatat sebesar S$111.800, RM 68.000 dan Rp2.698.461.255,00.

5) Hasil pemeriksaan atas pengelolaan barang inventaris pada Atase

Pertahanan (Athan) dan Atase-atase teknis yang terdapat di KBRI Kuala

Lumpur menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Athan telah membuat DIR dan telah menyampaikan laporan barang

inventaris kepada Departemen Pertahanan.

b. Atase Pendidikan Nasional, Atase Perdagangan dan Atase Tenaga

Kerja belum membuat pencatatan atas pengadaan barang inventaris

baru dan belum membuat laporan barang inventaris.

6) Terdapat 770 unit barang inventaris yang tercatat dalam LTI tahun 2005

dengan nilai “nol”/tanpa nilai.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 pasal 9 huruf f

dan Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK 122/PL/VII/2001/01 tanggal

19 Juli 2001 Bab II bagian I.2.c, sehingga mengakibatkan:

a. Neraca Departemen Luar Negeri Tahun 2006 belum menggambarkan

keadaan yang sebenarnya.

b. Pengendalian terhadap inventaris kekayaan negara di lingkungan KBRI

Kuala Lumpur sulit dilakukan.

Hal tersebut disebabkan BPKRT sebagai pengelola barang inventaris kurang

memahami arti penting pencatatan dan pelaporan barang-barang milik

negara.

b. Terdapat tujuh unit kendaraan dinas dengan bukti kepemilikan atas nama perorangan Hasil pemeriksaan atas dokumen kepemilikan kendaraan dinas diketahui

sebanyak tujuh unit kendaraan dinas, bukti kepemilikannya dibuat atas nama

Home Staff/pribadi. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi masalah

pembatasan pemilikan kendaraan yang dibebaskan pajaknya bagi suatu misi

diplomatik yang ditetapkan oleh Kementrian Luar Negeri Malaysia. Penelitian

lebih lanjut dan konfirmasi kepada petugas konsuler serta pengelola barang

Page 6: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

diketahui bahwa ketujuh unit kendaraan tersebut sudah tercatat sebagai

barang inventaris atau sudah dimuat dalam LTI. Namun, kepemilikan atas

nama perorangan tersebut tidak disertai dengan surat pernyataan yang

menunjukkan bahwa nama home staff yang bersangkutan dipinjam untuk

keperluan dinas dan kendaraan tersebut merupakan inventaris kantor yang

dibeli menggunakan anggaran negara.

Seharusnya pengakuan atas aset tetap atau barang inventaris dilakukan

berdasarkan bukti kepemilikan. Surat pernyataan dapat dibuat untuk

menjelaskan status kepemilikan aset tetap atau barang inventaris.

Hal tersebut mengakibatkan pihak KBRI Kuala Lumpur tidak memiliki

kekuatan hukum apabila suatu saat terjadi gugatan dari pejabat atau

keluarga pejabat yang namanya dipergunakan dalam bukti kepemilikan

kendaraan.

Hal tersebut disebabkan BPKRT sebagai pengelola barang kurang

memahami arti penting status kepemilikan barang dalam rangka

meningkatkan pengendalian atas pengelolaan barang/kekayaan milik negara.

c. Persediaan pada KBRI Kuala Lumpur sebesar Rp18.660.325,00 belum dilaporkan ke Pusat Hasil pemeriksaan atas daftar peralatan alat tulis kantor per 31 Desember

2006 diketahui terdapat 114 item peralatan kantor senilai Rp18.660.325,00

belum dilaporkan kepada Biro Perlengkapan Deplu. Kondisi tersebut tidak

sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pernyataan No. 1

paragraf 43, SAP Pernyataan No. 5 paragraf 16, dan Peraturan Menteri

Keuangan No. 59/PMK.06/2005, sehingga mengakibatkan saldo persediaan

pada neraca Departemen Luar Negeri kurang dicatat sebesar

Rp18.660.325,00.

Hal tersebut disebabkan BPKRT sebagai pengelola keuangan dan barang

kurang memahami ketentuan mengenai pengelolaan persediaan.

Page 7: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

d. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada KBRI Kuala Lumpur sebesar US$2.606.841,79 dan RM26.840 atau eq. US$2.614.552,22 belum disetor ke Kas Negara Berdasarkan hasil pemeriksaan Daftar Rekapitulasi Keuangan per tanggal 12

Februari 2007 diketahui:

1) PNBP yang masih berada di rekening Rutin dan belum disetor ke

Rekening Menkeu sebesar US$2.312.205,58

2) PNBP yang masih berada di rekening Menteri Keuangan dan belum

disetor ke Kas Negara (Bendahara Penerima/Penyetor Deplu) sebesar

RM26.840 dan US$294.636,21 atau eq. US$302.346,64

Pemeriksaan lebih lanjut dan hasil konfirmasi kepada pengelola keuangan

diketahui bahwa sebagian dari PNBP tersebut digunakan untuk membiayai

pekerjaan renovasi tata ruang kerja di lantai satu dan tiga gedung KBRI

Kuala Lumpur, dan telah dibayarkan sebagian sebesar RM325.000.

Penggantian dana PNBP tersebut rencananya akan dilaksanakan setelah

remise Triwulan I tahun 2007 diterima.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1997 dan Keppres

No. 42 tahun 2002 pasal 10 ayat (2) dan pasal 20, sehingga mengakibatkan

tertundanya Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar US$2.614.552,22.

Hal tersebut disebabkan:

1) Kepala Kanselerai dan BPKRT sebagai pengelola anggaran kurang

memperhatikan ketentuan mengenai pengelolaan PNBP

2) Tidak tersedianya anggaran untuk melakukan perbaikan/renovasi,

sedangkan kebutuhan sudah mendesak

e. Terdapat Dana Pihak Ketiga Plus sebesar US$382.491,73 belum disetor ke Kas Negara

Hasil pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Pihak Ketiga per 12 Februari

2007 menunjukkan adanya Dana Pihak Ketiga plus sebesar US$382.491,73

yang masih tersimpan dalam rekening rutin KBRI Kuala Lumpur. Kondisi

tersebut tidak sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1997 dan Surat Dirjen

Anggaran No. S-108/A/462/0198 tanggal 9 Januari 1998, sehingga

Page 8: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

mengakibatkan tertundanya penerimaan negara yang berasal dari PNBP

Non Fungsional senilai US$382.491,73.

Hal tersebut disebabkan BPKRT dan Kepala Kanselerai kurang

memperhatikan ketentuan mengenai penyetoran PNBP Non Fungsional.

f. Terdapat Pihak Ketiga Minus sebesar US$235.814,88 belum terselesaikan Pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Pihak Ketiga per 12 Februari 2007

diketahui adanya Pembukuan Fihak Ketiga (PFK) minus senilai

US$235.814,88 belum terselesaikan. Hal tersebut dapat mengakibatkan

terganggunya likuiditas keuangan KBRI Kuala Lumpur.

Hal tersebut disebabkan Bendahara dan Kepala Kanselerai/HOC tidak

segera menyelesaikan PFK Minus.

g. Terdapat Beban Pusat Persekot Resmi yang belum mendapat penggantian dari Pusat senilai US$195.602,84 Hasil pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Keuangan per 12 Februari 2007,

serta penjelasan pelaksana pengelola keuangan diketahui adanya saldo

Beban Pusat Persekot Resmi minus senilai RM12.000 dan US$192.155,55

atau eq. US$195.602,84 yang belum mendapat penggantian dari Biro

Keuangan Deplu. Atas pemberian persekot resmi sebesar US$143.207,55

dan RM 12.000 atau eq. US$146.527,97, pihak KBRI Kuala Lumpur telah

mengajukan permohonan penggantian kepada Biro Keuangan Deplu pada

bulan Agustus 2006, namun belum terealisasi. Sementara, pemberian

persekot resmi bulan September 2006 s.d. Januari 2007 senilai US$48.948

belum diajukan penggantiannya. Hal tersebut dapat mengakibatkan

terganggunya likuiditas keuangan KBRI Kuala Lumpur.

Kondisi tersebut disebabkan:

1) Biro Keuangan Deplu tidak segera menindaklanjuti permohonan

penggantian persekot resmi yang pernah diajukan oleh KBRI Kuala

Lumpur pada bulan Agustus 2006

Page 9: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

2) BPKRT dan Kepala Kanselerai KBRI Kuala Lumpur belum berupaya

mengajukan penggantian atas persekot resmi yang telah dikeluarkan

sampai dengan Januari 2007, kepada Biro Keuangan Deplu.

h. PFK Minus Atase Imigrasi sebesar US$59.392,93 dan RM396.910,42 atau eq. US$173.414,88 belum mendapat penggantian dari Departemen Hukum dan HAM Hasil pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Pihak Ketiga per 12 Februari

2007 menunjukkan adanya saldo minus PFK Imigrasi sebesar US$59.392,93

dan RM396.910,42 atau eq. US$173.414,88 yang belum mendapat

penggantian dari Departemen Hukum dan HAM. PFK minus ini selalu terjadi

setiap tahun karena remis yang diterima Atase Imigrasi nilainya kurang dari

pagu anggaran yang ditetapkan dalam DIPA Atase Imigrasi. Sementara itu,

kegiatan operasional fungsi Imigrasi semakin meningkat sehubungan dengan

perubahan mekanisme pelayanan keimigrasian. Kekurangan anggaran

tersebut, pada akhirnya, ditalangi oleh KBRI Kuala Lumpur dan dicatat dalam

pembukuan pihak ketiga sebagai utang kepada Departemen Hukum dan

HAM dhi. Atase Imigrasi.

Hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional Atase

Imigrasi dan terganggunya likuiditas keuangan Kantor Perwakilan RI di Kuala

Lumpur.

Kondisi ini disebabkan Departemen Hukum dan HAM beranggapan bahwa

Atase Imigrasi di perwakilan akan mendapat bagian anggaran dari anggaran

Departemen Luar Negeri karena dianggap sebagai penyumbang PNBP

terbesar di perwakilan, sedangkan Panduan Pelaksanaan DIPA Departemen

Luar Negeri menyatakan bahwa yang menjadi beban anggaran Deplu adalah

belanja pegawai, sedangkan belanja pemeliharaan, belanja barang dan

belanja perjalanan dinas menjadi beban masing-masing Departemen yang

bersangkutan.

Page 10: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

i. Fungsi Imigrasi Kuala Lumpur belum dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi warga Negara Indonesia yang tinggal di Malaysia Pelayanan keimigrasian pada KBRI Kuala Lumpur belum dapat berjalan

secara optimal karena terdapat beberapa permasalahan yaitu:

1) Keterbatasan jumlah petugas serta sarana dan prasarana yang ada,

sehingga penyelesaian paspor membutuhkan waktu ±empat puluh hari

dan penyelesaian visa ±tiga hari.

2) Jumlah pemohon yang masuk dan keluar melebihi kapasitas ruang

tunggu, sehingga mengurangi kenyamanan pemohon dan menimbulkan

antrian panjang di halaman kantor KBRI Kuala Lumpur serta seringkali

mengganggu kelancaran lalu lintas.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak KBRI Kuala Lumpur telah

berupaya melakukan beberapa kegiatan antara lain:

1) Menambah jumlah petugas; Namun penambahan ini masih belum

memadai dan fungsi imigrasi masih harus bekerja lembur untuk

menyelesaikan pembuatan paspor.

2) Melakukan pelayanan dengan mendatangi lokasi (perusahaan yang

banyak mempekerjakan TKI) disertai dengan sosialisasi yang diberikan

oleh fungsi-fungsi yang terkait dengan perlindungan TKI.

3) Mulai tanggal 12 Februari 2007, fungsi keimigrasian telah menggunakan

printer untuk mencetak paspor secara manual. Sistem baru ini

diharapkan dapat mempersingkat waktu penyelesaian paspor dari ±

empay puluh hari menjadi ± dua minggu.

4) Mencantumkan harga pelayanan dalam stiker visa agar pemohon dan

masyarakat luas dapat mengetahui secara pasti harga yang harus

dibayar, serta diharapkan dapat mengurangi praktek percaloan.

5) Memperbaiki software pelayanan WNI dhi. register paspor dan visa agar

kelompok penomoran tidak lagi bercampur, sehingga memudahkan

pengecekan.

6) Mengajukan usul kepada Menteri Luar Negeri mengenai perluasan area

gedung KBRI dengan membeli tanah yang berada di belakang kantor

7) Melaporkan permasalahan yang terjadi kepada Menteri Luar Negeri dan

Menteri Hukum dan HAM seperti masalah percaloan, penipuan,

Page 11: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

pemalsuan paspor, adanya iklan dari agen yang mengaku mendapat ijin

dari KBRI Kuala Lumpur untuk mengurus keimigrasian.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, Fungsi Imigrasi belum dapat

memberikan pelayanan yang optimal bagi warga Negara Indonesia yang

tinggal di Malaysia. Kondisi tersebut disebabkan terbatasnya anggaran dan

lambatnya pemerintah Pusat dalam menanggapi permasalahan yang

dihadapi Fungsi Imigrasi KBRI Kuala Lumpur dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

j. Prosedur pengadaan pekerjaan fisik tahun 2006 pada KBRI Kuala Lumpur tidak sesuai dengan ketentuan Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap beberapa Surat Perintah Kerja

pekerjaan fisik senilai RM967.280 atau eq Rp2.563.292.000,00, diketahui

hal-hal sebagai berikut:

1) Semua pekerjaan fisik yang bernilai di atas US$5,000 tidak dibuatkan

kontrak, hanya berupa Surat Perintah Kerja dengan volume pekerjaan

yang bersifat paket dan tidak mencantumkan nilai

pengadaaan/pekerjaan, sehingga tidak ada harga yang mengikat;

2) Harga/nilai pekerjaan yang dibayarkan kepada rekanan/pelaksana

pekerjaan berdasarkan penawaran yang disepakati;

3) Tidak ada Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang disusun oleh Tim

Pengadaan Barang dan Jasa sebagai acuan untuk menilai penawaran

dari rekanan;

4) Pembayaran kepada rekanan tidak didasarkan atas penyelesaian

prestasi fisik, karena tidak dibentuk Tim Pengawas Pekerjaan yang

bertugas mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan;

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 pasal 9

ayat 3 (g), pasal 13, pasal 29 ayat 1, sehingga mengakibatkan:

1) KBRI Kuala Lumpur secara hukum tidak dapat mengenakan sanksi atau

meminta pertanggungjawaban rekanan jika terjadi wanprestasi dan

keterlambatan penyelesaian pekerjaan;

2) Harga pekerjaan sulit dinilai kewajarannya.

Page 12: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Hal tersebut disebabkan Tim Pengadaan Barang/Jasa KBRI Kuala Lumpur

kurang memahami ketentuan-ketentuan tentang pengadaan barang/jasa, dan

pengelola keuangan tidak memperhatikan ketentuan mengenai pengelolaan

APBN

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, BPK-RI menyarankan Menteri Luar

Negeri agar menginstruksikan:

1) Kepala Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk:

a. melakukan inventarisasi, serta mengoreksi dan mengirimkan LMBT dan LTI

ke Biro Perlengkapan Deplu;

b. menginstruksikan pejabat yang namanya dipergunakan untuk kepemilikan

kendaraan dinas agar membuat surat pernyataan mengenai hal tersebut

c. mengirimkan laporan persediaan ke Biro Perlengkapan setiap akhir semester

dan akhir tahun;

d. menyetorkan PNBP senilai US$2.614.552,22 ke Bendahara Penerima Deplu

Pusat;

e. menyetorkan kekurangan penyetoran Pihak Ketiga Plus sebesar

US$141.258,49 ke Bendahara Penerima Deplu Pusat;

f. menyelesaikan pihak ketiga minus sebesar US$235.814,88 dengan pihak

terkait;

g. mengajukan penggantian beban pusat persekot resmi sebesar RM12.000

dan US$192.155,55 atau eq. US$195.602,84 ke Biro Keuangan Deplu;

h. menginstruksikan Kepala Perwakilan RI di Kuala Lumpur dalam pengadaan

barang dan pemborongan pekerjaan mempedomani Keppres 80 tahun 2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan

Keppres No.42 tahun 2002 tentang pengelolaan APBN.

2) Sekretaris Jenderal Deplu dan Kepala Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk

melakukan koordinasi dengan Sekretaris Jenderal Departemen Hukum dan HAM

mengenai penyelesaian pihak ketiga minus dan pengiriman anggaran Atase

Imigrasi.

Page 13: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

3) Sekretaris Jenderal Deplu untuk melakukan koordinasi dengan Departemen

Hukum dan HAM serta Departemen Keuangan dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan Keimigrasian di KBRI Kuala Lumpur.

Deplu telah menindaklanjuti saran pada poin a (2). Secara lengkap hasil

pemeriksaan terlampir.

Jakarta, Mei 2007

Penanggungjawab Tim Audit

Katrinia Sri R, SE, Ak., MM NIP 240002490

Page 14: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

HASIL PEMERIKSAAN I. Gambaran Umum

1. Tujuan Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan atas Belanja dan PNBP pada KBRI Kuala Lumpur,

adalah untuk mengetahui dan menilai apakah:

a. Informasi keuangan baik PNBP maupun anggaran belanja telah disajikan

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan;

b. Pemungutan, penyetoran dan penatausahaan PNBP serta penguasaan,

pengurusan dan pertanggungjawaban anggaran belanja telah

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

c. Sistem Pengendalian Intern atas laporan keuangan dan pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja sudah dirancang dan dilaksanakan

secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.

2. Sasaran Pemeriksaan

a. Segmen laporan keuangan dan informasi keuangan, seperti: Daftar

Rekapitulasi Keuangan, Laporan Penerimaan dan Pengeluaran PNBP,

Laporan setoran rekening Menkeu ke rekening bendaharawan penerima

pusat di Jakarta, Berita Sisa Keuangan, dan Laporan Mutasi Barang

Triwulanan (LMBT);

b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,

seperti ketentuan yang mengatur tentang: PNBP, pengadaan barang dan

jasa pada perwakilan RI di luar negeri, mekanisme pembayaran dalam

pelaksanaan APBN pada perwakilan RI di luar negeri, pengelolaan PNBP

di lingkungan Deplu;

c. Pengendalian intern atas laporan realisasi keuangan dan atas

pengamanan barang milik Negara.

3. Metode Pemeriksaan

a. Menguji dan menilai dokumen yang berkaitan dengan belanja, PNBP dan

Dana Pihak Ketiga (DP III) termasuk penatausahaan dan

pertanggungjawabannya;

Page 15: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

b. Pemeriksaan dilakukan secara uji petik dengan memperhatikan

identifikasi kelemahan yang diperoleh sebelumnya, kemudian

dikembangkan secara kuantitatif dan kualitatif terhadap seluruh laporan

pertanggungjawaban keuangan;

c. Melakukan wawancara dan konfirmasi untuk memperoleh data,

keterangan dan pernyataan yang diperlukan dengan pejabat terkait;

d. Pengujian fisik atas hasil pengadaan barang dan pekerjaan

pemeliharaan.

4. Jangka Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan dilaksanakan mulai 9 s.d. 18 Februari 2007 sesuai Surat Tugas

Angbintama I Nomor: 04/ST/III-XI.2/01/2007 tanggal 31Januari 2007.

5. Obyek Pemeriksaan Rincian anggaran dan realisasi Belanja dan PNBP, pada KBRI Kuala Lumpur

Tahun 2006 (s.d Desember 2006) adalah sebagai berikut: No. Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Nilai diperiksa

(Rp)

%

1. PNBP 22.000.000.000 30.529.755.270 19.844.340.925 65%

2. Belanja Pegawai 26.504.642.000 20.115.691.603 20.115.691.603 100%

Belanja Barang 15.065.500.000 13.413.660.221 13.413.660.221 100%

Jumlah 63.570.142.000 64.059.107.094 53.373.692.749 83%

Page 16: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern Penilaian Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada KBRI Kuala Lumpur mencakup

analisis terbatas terhadap unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern dan

difokuskan pada kegiatan sistem pengendalian atas pelaksanaan belanja dan

pengelolaan PNBP. Pengujian tersebut dilakukan secara terbatas terhadap

unsur pengendalian intern yang mencakup lingkungan pengendalian, penilaian

risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan.

Hasil pengujian menunjukkan masih terdapat beberapa unsur sistem

pengendalian intern yang perlu mendapat perhatian KBRI Kuala Lumpur dalam

rangka menunjang pencatatan, pengolahan, pengikhtisaran, dan pelaporan data

hasil pelaksanaan belanja dan pengelolaan PNBP baik yang berasal dari Bidang

Keimigrasian maupun Bidang Kekonsuleran.

1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian yang mencakup integritas dan nilai etika, gaya

operasi dan filosofi manajemen, pembagian tugas, wewenang dan tanggung

jawab dalam pelaksanaan akuntabilitas anggaran dan pengelolaan PNBP

pada umumnya cukup memadai, namun demikian masih ditemukan

kelemahan antara lain KBRI Kuala Lumpur belum sepenuhnya memandang

penting fungsi pengolahan data, fungsi akuntansi, keandalan laporan

keuangan dan perlindungan terhadap kekayaan KBRI Kuala Lumpur.

2. Penilaian Risiko Secara umum, KBRI Kuala Lumpur belum menyediakan informasi bagi para

staf dan pelaksana mengenai risiko yang akan terjadi atas suatu fungsi,

kegiatan atau proses baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar

organisasi. Pengelolaan risiko yang merupakan serangkaian langkah untuk

memahami lingkungan risiko secara menyeluruh, mengidentifikasi risiko,

menganalisa risiko, menaksir/mengevaluasi risiko dan penanganan risiko

belum secara formal dipahami dan dilaksanakan. Misalnya terhadap

perkembangan sistem akuntansi pemerintah, KBRI Kuala Lumpur belum

sepenuhnya memahami arti penting pencatatan dan pelaporan terutama

yang berkaitan dengan pengelolaan barang/aset tetap, sehingga dapat

Page 17: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

mempengaruhi keandalan dan kewajaran laporan keuangan Deplu secara

keseluruhan.

3. Aktivitas Pengendalian

Aktifitas pengendalian merupakan bagian dari kebijakan/prosedur terkait

guna membantu memperoleh keyakinan bahwa arah KBRI Kuala Lumpur

dalam melakukan pengelolaan belanja dan PNBP telah memadai, khususnya

dalam memastikan pengendalian atas pengeluaran belanja dan PNBP.

Beberapa catatan yang terkait dengan hal tersebut diatas adalah :

a. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap barang inventaris diketahui

bahwa LTI tahun 2006 belum disampaikan ke pusat (Biro Tata Usaha

dan Perlengkapan) dan beberapa aset belum dicatat dalam LMBT.

b. Adanya pekerjaan renovasi lantai I dan III gedung kantor KBRI Kuala

Lumpur yang dilaksanakan tanpa memperhatikan ketersediaan anggaran

dengan pertimbangan keadaan sudah mendesak. Oleh karena itu, dana

PNBP digunakan untuk menanggulangi pembayaran kepada pihak

ketiga.

c. Belum ada pengendalian atas aset tetap berupa kendaraan dinas yang

dibeli atas nama perorangan akibat peraturan pemerintah setempat yang

membatasi pemilikan kendaraan dinas untuk misi diplomatik

4. Komunikasi Dan Informasi Secara umum, informasi dan komunikasi yang dibangun dalam lingkungan

internal dan eksternal KBRI Kuala Lumpur sudah cukup baik. Jaringan

internet telah dikembangkan untuk mendukung aktivitas penyebaran

informasi dan komunikasi interaktif.

5. Pemantauan

Secara umum, pemantauan berkelanjutan telah dilaksanakan melalui

prosedur dan kebijakan yang dibuat oleh Keppri. Strategi untuk menjamin

efektifitas pelaksanaaan pengendalian intern pada umumnya telah dilakukan

Page 18: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

melalui pemantauan yang berjalan seiring dengan kegiatan sehari-hari dan

dalam rapat staf secara rutin. Pengawasan dan pemeriksaan pelaksanaan

tugas pokok dari pihak luar KBRI telah dilakukan oleh Itjen Deplu. III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut

Itjen Deplu telah melakukan pemeriksaan pada KBRI Kuala Lumpur dengan

temuan sebanyak 11 buah sebagaimana tertuang dalam Laporan Hasil

Pemeriksaan No. 187/PW/LHP/2005/IX/2005/10/R tanggal 16 September 2005.

Sebanyak 7 temuan telah ditindaklanjuti oleh pihak KBRI Kuala Lumpur.

IV. Temuan Pemeriksaan 1. Pencatatan dan pelaporan barang inventaris pada KBRI Kuala Lumpur

belum tertib

Dalam organisasi pengelolaan inventarisasi kekayaan negara, Kepala

Perwakilan RI di luar negeri bertindak selaku Unit Pengurus Barang (UPB),

yaitu organisasi penatausaha dan inventarisasi barang-barang

milik/kekayaan Negara pada Kantor/Satuan Kerja yang menguasai anggaran

sendiri dan atau menguasai barang-barang milik/kekayaan negara. Tugas

Pokok UPB antara lain meliputi penyusunan dan penyampaian Laporan

Mutasi Barang Triwulanan (LMBT-UPB), penyusunan dan penyampaian

Laporan Tahunan Inventaris (LTI-UPB) dan pembinaan kepada pemakai

barang dalam lingkungannya.

LMBT-UPB adalah sarana untuk melaporkan pertambahan, pengurangan,

perubahan status dan koreksi pembukuan barang-barang milik/kekayaan

Negara yang disusun oleh UPB pada setiap akhir triwulan. Data mutasi pada

LMBT berasal dari pengadaan, penghapusan, hibah dan lain-lain per sub-sub

kelompok. LTI–UPB adalah laporan yang memuat kekayaan Negara yang

dikelola UPB pada akhir tahun anggaran yang disusun berdasarkan data

saldo akhir Buku Inventaris.

Page 19: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Pemeriksaan terhadap administrasi dan pengurusan barang inventaris pada

KBRI Kuala Lumpur diketahui bahwa:

7) Laporan Tahunan Inventaris (LTI) Tahun 2006 belum dilaporkan atau

belum dikirimkan ke Biro Tata Usaha dan Perlengkapan Departemen

Luar Negeri

8) Tanah dan bangunan senilai US$4.067.087,15 dan RM 1.500.000,00

belum dilaporkan dalam Laporan Tahunan Inventaris tahun 2005, dengan

rincian sebagai berikut:

9) Pengadaan barang tahun 2006 senilai Rp934.704.147,00 belum

dilaporkan dalam Laporan Mutasi Barang Triwulan, terdiri dari:

1) 1 unit Mercedes Benz E 280 senilai Rp932.839.500,00

2) 1 unit almari kabinet senilai Rp1.864.647,00

10) Nilai kendaraan bermotor yang tercantum dalam Laporan Tahunan

Inventaris tahun 2005 kurang dicatat sebesar S$111.800, RM 68.000 dan

Rp2.698.461.255,00, dengan rincian terlampir.

11) Hasil pemeriksaan atas pengelolaan barang inventaris pada Atase

Pertahanan (Athan) dan Atase-atase teknis yang terdapat di KBRI Kuala

Lumpur menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

c. Atase Pertahanan telah membuat DIR dan telah menyampaikan

laporan barang inventaris kepada Departemen Pertahanan

No Nama Barang Tahun Perolehan Luas Nilai

1

Tanah dan bangunan kantor KBRI Kuala Lumpur

1977

LT 4.182 m2

LB 1.900 m2

US$ 3.483.753,82

2

Tanah dan bangunan Wisma Duta

1969

LT 6.004 m2 LB 1.870 m2

US$ 250.000,00

3

Tanah dan bangunan Wisma DCM

1993

LT 1.000 m2 LB 600 m2

RM 1.500.000,00

4

Tanah dan bangunan Gd. Kebudayaan (Sekolah Indonesia)

1957

LT 1.718 m2 LB 1.718 m2

US$ 333.333,33

JUMLAH US$4.067.087,15 RM 1.500.000,00

Page 20: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

d. Atase Pendidikan Nasional telah membuat DIR pada tahun 2001

tetapi belum diperbaharui, tidak membuat pencatatan atas

pengadaan barang inventaris baru, dan tidak membuat laporan

barang inventaris

e. Atase Perdagangan tidak mencatat dan tidak melaporkan barang

inventaris tetapi membuat suatu memorandum alih tugas

f. Atase Tenaga Kerja belum pernah membuat catatan dan laporan

karena menggunakan ruangan dan inventaris KBRI (Deplu). Pada

tahun 2007, Atnaker mulai membuat daftar inventaris barang, setelah

mendapat ruangan dan inventaris baru

12) Terdapat 770 unit barang inventaris yang tercatat dalam Laporan

Tahunan Inventaris tahun 2005 dengan nilai “nol”/tanpa nilai (rincian

terlampir)

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

pasal 9 huruf f menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga

yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain mengelola barang

milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian

negara /lembaga yang dipimpinnya;

b. Keputusan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. SK

122/PL/VII/2001/01 tanggal 19 Juli 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penatausahaan dan inventarisasi barang-barang milik/kekayaan negara

di lingkungan Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri,

Bab II bagian I.2.c menyebutkan bahwa tugas pokok dari UPB adalah

menyusun LTI-UPB dan mengirimkannya sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan kepada unit atasannya.

Hal tersebut mengakibatkan:

c. Neraca Departemen Luar Negeri Tahun 2006 belum menggambarkan

keadaan yang sebenarnya

d. Pengendalian terhadap inventaris kekayaan negara di lingkungan KBRI

Kuala Lumpur sulit dilakukan

Page 21: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Hal tersebut disebabkan BPKRT sebagai pengelola barang inventaris kurang

memahami arti penting pencatatan dan pelaporan barang-barang milik

negara.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan akan

segera melakukan pencatatan barang inventaris sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk melakukan inventarisasi, serta

mengoreksi dan mengirimkan LMBT dan LTI ke Biro Perlengkapan Deplu.

Pihak KBRI Kuala Lumpur berdasarkan Kawat No:RR-062/Kuala

Lumpur/V/07 menyatakan telah secara bertahap melakukan pembenahan

dengan pendataan/opname fisik BMKN dan melaporkan ke Pusat, namun

tembusan LMBT dan LTI belum disampaikan ke BPK RI.

2. Terdapat 7 (tujuh) unit kendaraan dinas dengan bukti kepemilikan atas nama perorangan

Salah satu jenis aset tetap yang dimiliki KBRI Kuala Lumpur adalah

kendaraan dinas. Dengan tingginya volume kegiatan di KBRI Kuala Lumpur,

maka dibutuhkan banyak kendaraan untuk menunjang kegiatan-kegiatan

dinas. Saat ini, KBRI Kuala Lumpur memiliki kendaraan dinas sejumlah 37

unit (20 unit milik Deplu, 17 unit milik Atase Pertahanan dan Atase Teknis).

Hasil pemeriksaan atas dokumen kepemilikan kendaraan dinas diketahui

sebanyak 7 unit kendaraan dinas, bukti kepemilikannya dibuat atas nama

Home Staff/pribadi, dengan rincian sebagai berikut:

No. Jenis Kendaraan Nomor Tahun Kondisi Atas nama 1 Mercedes Benz E280 29-04-DC 2006 Baik AM Fachir 2 Toyota Estima 29-75-DC 2001 Baik AM Fachir 3 Mercedes Benz C200 29-10-DC 2000 Baik Eka Aryanto Suripto 4 Proton Perdana 29-79-DC 2003 Baik Ade Sukendar 5 Honda Accord 29-68-DC 2000 Baik Tennike Erman 6 Toyota Harrier 29-62-DC 2000 Baik Rizaldi Ishak 7 Toyota Estima 29-81-DC 2001 Baik Agus Budiman

Page 22: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Pembelian atas nama perorangan adalah untuk menanggulangi masalah

pembatasan pemilikan kendaraan yang dibebaskan pajaknya bagi suatu misi

diplomatik yang ditetapkan oleh Kementrian Luar Negeri Malaysia. Ketentuan

tersebut antara lain menyatakan: jumlah kendaraan bermotor yang diizinkan

untuk dibeli oleh Misi Diplomatik dan Konsuler adalah 1 unit kendaraan dinas

(mobil berbendera) untuk Kepala Perwakilan, 2 unit kendaraan dinas untuk

kegiatan umum Perwakilan, dan perwakilan bisa mengajukan penambahan

pembelian kendaraan bermotor dengan perbandingan 1 kendaraan untuk 3

home staff, dihitung dari orang kelima di perwakilan tersebut kecuali kepala

perwakilan. Pemakaian nama perorangan sebagai bukti pemilikan

dimungkinkan karena setiap diplomat secara personal berhak untuk memiliki

2 (dua) unit kendaraan dengan nomor plat DC dan dibebaskan pajaknya.

Hasil penelitian lebih lanjut dan konfirmasi kepada petugas konsuler serta

pengelola barang diketahui bahwa ketujuh unit kendaraan tersebut sudah

tercatat sebagai barang inventaris atau sudah dimuat dalam Laporan

Tahunan Inventaris. Namun, kepemilikan atas nama perorangan tersebut

tidak disertai dengan surat pernyataan yang menunjukkan bahwa nama

home staff yang bersangkutan dipinjam untuk keperluan dinas dan

kendaraan tersebut merupakan inventaris kantor yang dibeli menggunakan

anggaran negara.

Seharusnya pengakuan atas aset tetap atau barang inventaris dilakukan

berdasarkan bukti kepemilikan. Surat pernyataan dapat dibuat untuk

menjelaskan status kepemilikan aset tetap atau barang inventaris.

Hal tersebut mengakibatkan pihak KBRI Kuala Lumpur tidak memiliki

kekuatan hukum apabila suatu saat terjadi gugatan dari pejabat atau

keluarga pejabat yang namanya dipergunakan dalam bukti kepemilikan

kendaraan

Hal tersebut disebabkan BPKRT sebagai pengelola barang kurang

memahami arti penting status kepemilikan barang dalam rangka

meningkatkan pengendalian atas pengelolaan barang/kekayaan milik negara.

Page 23: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan akan

segera membuat Surat Pernyataan tentang status kepemilikan kendaraan

yang menunjukkan bahwa kendaraan tersebut dibeli dari uang negara dan

bukan milik perorangan serta ditandatangani oleh yang bersangkutan

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk menginstruksikan pejabat yang

namanya dipergunakan untuk kepemilikan kendaraan dinas agar membuat

surat pernyataan mengenai hal tersebut

Permasalahan ini telah ditindaklanjuti oleh pihak KBRI Kuala Lumpur.

Masing-masing pejabat yang namanya digunakan untuk kepemilikan

kendaraan dinas telah membuat surat pernyataan tertanggal 2 April 2007.

3. Persediaan pada KBRI Kuala Lumpur sebesar Rp18.660.325,00 belum dilaporkan ke Pusat

Persediaan adalah barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk

digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak

habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai

seperti komponen bekas. Salah satu alokasi anggaran pada KBRI Kuala

Lumpur adalah belanja barang operasional yang digunakan antara lain untuk

pembelian ATK dan pembelian barang-barang kebutuhan operasional kantor.

Barang-barang tersebut dapat dikategorikan sebagai persediaan.

Persediaan pada KBRI Kuala Lumpur dikelola oleh staf bagian Tata Usaha

dengan melakukan pencatatan atas persediaan yang masuk dan keluar.

Hasil pemeriksaan atas daftar peralatan alat tulis kantor per 31 Desember

2006 diketahui terdapat 114 item peralatan kantor senilai Rp18.660.325,00.

Pihak KBRI Kuala Lumpur belum pernah menyampaikan laporan persediaan

kepada Biro Perlengkapan Deplu.

Page 24: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pernyataan No. 1 tentang

penyajian Laporan Keuangan, paragraf 43, menyatakan bahwa dalam

suatu neraca harus mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos

sebagai berikut: kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang

pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap,

kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas dana.

b. SAP Pernyataan No. 5 tentang persediaan, paragraf 16, menyatakan

pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil

inventarisasi fisik

c. Peraturan Menteri Keuangan No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem

Akuntansi Barang Milik Negara yang salah satunya menyatakan bahwa

persediaan harus dicatat dalam Buku Persediaan untuk setiap jenis

barang dan harus disajikan di neraca sebesar nilai moneternya.

Hal tersebut mengakibatkan saldo persediaan pada neraca Departemen Luar

Negeri kurang dicatat sebesar Rp18.660.325,00.

Hal tersebut disebabkan BPKRT sebagai pengelola keuangan dan barang

kurang memahami ketentuan mengenai pengelolaan persediaan.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan untuk

selanjutnya akan melaporkan persediaan sesuai dengan ketentuan.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk mengirimkan laporan persediaan ke

Biro Perlengkapan Deplu setiap akhir semester dan akhir tahun.

Pihak KBRI Kuala Lumpur berdasarkan Kawat No:RR-062/Kuala

Lumpur/V/07 menyatakan telah melakukan pendataan dan melaporkan ke

Pusat, namun tembusan Laporan Persediaan tersebut belum disampaikan ke

BPK RI.

Page 25: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

4. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada KBRI Kuala Lumpur sebesar US$2.606.841,79 dan RM26.840 atau eq. US$2.614.552,22 belum disetor ke Kas Negara

KBRI Kuala Lumpur merupakan salah satu Kantor Perwakilan RI di Malaysia

yang melakukan kegiatan pelayanan publik diantaranya pelayanan

keimigrasian dan kekonsuleran. Atas pelayanan tersebut KBRI Kuala Lumpur

memperoleh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Fungsional antara

lain terdiri dari Bea Paspor, Visa, Surat Perjalanan Laksana Paspor,

pembuatan/legalisasi Surat Keterangan. Selain itu, KBRI Kuala Lumpur juga

mengelola PNBP Non Fungsional antara lain berasal dari pengembalian

persekot resmi, sewa rumah dinas, bunga deposito Kas Besi, dan Sisa

Anggaran Rutin (SIAR).

Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa pengelolaan PNBP pada KBRI

Kuala Lumpur dilakukan sebagai berikut:

a. Pemungutan bea keimigrasian dilakukan oleh bagian imigrasi yang

dipimpin oleh Atase Imigrasi, sedangkan pemungutan bea kekonsuleran

dilakukan oleh Fungsi Konsuler. PNBP dipungut dalam bentuk kas tunai,

kemudian diserahkan kepada Bendahara dan Penata Kerumahtanggaan

(BPKRT) oleh Bagian Imigrasi seminggu sekali dan oleh Fungsi Konsuler

sebulan sekali.

b. Pengelolaan PNBP Umum/Non Fungsional yang berasal dari persekot

resmi, sewa rumah dinas, bunga deposito Kas Besi dan Sisa Anggaran

Rutin (SIAR) dilakukan oleh BPKRT dan bagian pembukuan.

c. BPKRT melakukan penukaran PNBP dalam mata uang RM ke dalam

mata uang US$ dan mentransfer PNBP tersebut dari Rekening Rutin ke

Rekening Menteri Keuangan (Menkeu).

d. BPKRT mentransfer PNBP Fungsional dari Rekening Menkeu (dollar

account) ke Bendahara Penerima Deplu dengan nomor rekening

1230000204372 pada Bank Mandiri (dollar account) dan mentransfer

PNBP Non Fungsional dari Rekening Menkeu (dollar account) ke

Bendahara Penerima Deplu dengan nomor rekening 060.000690732.024

Page 26: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

pada Bank Negara Indonesia Dukuh Bawah (dollar account) rata-rata

dalam kurun waktu 1 s.d. 2 bulan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Daftar Rekapitulasi Keuangan per tanggal 12

Februari 2007 dan 31 Desember 2006 diketahui:

1). PNBP yang masih berada di rekening Rutin dan belum disetor ke Rekening

Menkeu sebesar US$2.312.205,58 yang terdiri dari saldo 31 Desember

2006 sebesar US$1.912.959,50 dan penerimaan tahun 2007 (s.d. 12

Februari 2007) sebesar US$399.246,08

2). PNBP yang masih berada di rekening Menteri Keuangan dan belum disetor

ke Kas Negara (Bendahara Penerima/Penyetor Deplu) sebesar RM26.840

dan US$294.636,21 atau eq. US$302.346,64 yang seluruhnya merupakan

saldo 31 Desember 2006.

Pemeriksaan lebih lanjut dan hasil konfirmasi kepada pengelola keuangan

diketahui bahwa sebagian dari PNBP tersebut digunakan untuk membiayai

pekerjaan renovasi tata ruang kerja di lantai 1 dan 3 gedung KBRI Kuala

Lumpur. Pekerjan dilaksanakan oleh Syarikat Amteg Land Sdn Bhd sesuai

SPK No. 160/PL/XI/2006 tanggal 24 Nopember 2006 dan telah dibayar

sebagian sebesar RM325.000 dalam tiga tahap pembayaran yaitu:

1) Tahap I sebesar RM100.000 pada tanggal 7 Desember 2006

2) Tahap II sebesar RM125.000 pada tanggal 24 Januari 2007

3) Tahap III sebesar RM100.000 pada tanggal 8 Februari 2007

Sampai dengan saat pemeriksaan tim BPK, pekerjaan tersebut masih dalam

penyelesaian.

Pekerjaan renovasi tersebut dianggarkan dalam DIPA tahun 2007 sebagai

belanja pemeliharaan gedung. Namun atas pertimbangan tertentu, Kepala

Perwakilan dan Kepala Kanselerai (HOC) memutuskan untuk memulai

pekerjaan tersebut pada bulan Desember 2006 dan pembayarannya ditalangi

dari dana PNBP terlebih dahulu. Penggantian dana PNBP akan dilaksanakan

setelah remise Triwulan I tahun 2007 diterima.

Page 27: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP antara lain

menetapkan seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas

Negara;

b. Keppres No. 42 tahun 2002:

1) Pasal 10 ayat (2) menyatakan Pimpinan dan atau pejabat

departemen/lembaga/pemerintah daerah tidak diperkenankan

melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

anggaran belanja negara, jika dana untuk membiayai tindakan

tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam anggaran

belanja negara.

2) Pasal 20 menyatakan bahwa:

a) Orang atau badan yang melakukan pemungutan atau penerimaan

uang negara wajib menyetor seluruh penerimaan dalam waktu 1

(satu) hari kerja setelah penerimaannya ke rekening Kas Negara

pada bank pemerintah, atau lembaga lain yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan

b) Bendahara penerima/penyetor berkala wajib menyetor/

melimpahkan seluruh penerimaan negara yang telah dipungutnya

ke rekening Kas Negara sekurang kurangnya sekali seminggu.

Hal tersebut mengakibatkan tertundanya Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) sebesar US$2.614.552,22.

Hal tersebut disebabkan:

a. Kepala Kanselerai dan BPKRT sebagai pengelola anggaran kurang

memperhatikan ketentuan mengenai pengelolaan PNBP

b. Tidak tersedianya anggaran untuk melakukan perbaikan/renovasi,

sedangkan kebutuhan sudah mendesak

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan akan

segera menyetorkan PNBP ke Bendahara Penerima Deplu Pusat.

Page 28: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk menyetorkan PNBP senilai

US$2.614.552,22 ke Bendahara Penerima Deplu Pusat.

Pihak KBRI Kuala Lumpur telah menyetor sebagian PNBP sebesar

US$660.712,37 ke Bendahara Penerima Deplu sesuai bukti transfer tanggal

8 dan 14 Maret 2007 serta tanggal 24 April 2007.

5. Penerimaan sewa rumah dinas Atase Pertahanan belum dapat dipungut senilai US$13.464 eq. Rp122.522.400,00

Pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi PNBP tahun 2006 serta penjelasan

dari pengelola keuangan menunjukkan bahwa Atase Pertahanan KBRI Kuala

Lumpur menempati rumah dinas. Namun, pemungutan sewa rumah tidak

dilakukan karena adanya Surat Keputusan Kepala Badan Intelijen Strategis

No. Skep/313/XII/2004 tanggal 30 Desember 2004 yang menyatakan bahwa

rumah yang ditempati Atase Pertahanan adalah rumah jabatan. Sementara

Deplu menetapkan bahwa rumah jabatan pada perwakilan RI di luar negeri

hanya untuk kepala dan wakil kepala perwakilan.

Pada tanggal 3 Januari 2005 Kepala Bais telah mengeluarkan Juklak no.

Juklak/01/I/2005 yang menyatakan bahwa Athan RI/Atase Militer/Atase

Laut/Atase Udara dan PBU yang menempati rumah dinas atau rumah dinas

yang disewa oleh dinas, ketentuan pembayaran uang sewanya mengacu

kepada peraturan yang berlaku di KBRI setempat. Namun sampai dengan

Desember 2006, pemungutan sewa rumah belum dapat dilakukan dan kedua

pejabat Atase Pertahanan yang menempati rumah dinas telah selesai masa

tugasnya serta kembali ke Pusat pada bulan Desember 2006.

Berdasarkan perhitungan, sewa rumah dinas yang harus dipungut dari Atase

Pertahanan sebesar US$13.464 (2 orang x US$4.080 x 15% x 11 bulan) atau

eq. Rp122.522.400,00 (kurs US$1 = Rp9.100,00).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Petunjuk Pelaksanaan Bais Nomor Juklak/01/I/2005 tanggal 3 Januari

2005 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur kantor Atase

Page 29: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Pertahanan RI menyebutkan athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase

Udara dan PBU yang menempati rumah dinas atau rumah dinas yang

disewa oleh dinas, ketentuan pembayaran uang sewanya mengacu

kepada peraturan yang berlaku di KBRI setempat.

b. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor S.P./08107/OP/72 tanggal

11 Nopember 1972 menyebutkan Pejabat Perwakilan yang menempati

rumah milik Negara membayar 10% dari pendapatan bersihnya bila

rumah itu tanpa perabot, dan 15% dari TPLN bila rumah dilengkapi

dengan perabot.

c. Kawat Setjen Deplu Nomor 061975 tanggal 18 Mei 2006 menyebutkan

rumah jabatan di perwakilan RI di luar negeri hanya untuk kepala

perwakilan dan wakil kepala perwakilan, dengan demikian rumah negara

lainnya yang ada di perwakilan RI adalah rumah dinas, untuk itu bagi

penghuni yang tinggal dirumah dinas tersebut dikenakan pungutan sewa

rumah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2003 tanggal

31 Desember 2003 tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia

pasal 22 antara lain menyatakan bahwa Atase Pertahanan secara

operasional dan administratif merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari Perwakilan sehingga harus tunduk pada peraturan yang barlaku bagi

Perwakilan

Hal tersebut mengakibatkan tertundanya Penerimaan Negara Bukan Pajak

non fungsional yang berasal dari sewa rumah dinas senilai US$13.464 eq.

Rp122.522.400,00.

Hal tersebut disebabkan Atase Pertahanan masih berpedoman pada Surat

Keputusan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI No. Skep/313/XII/2004

tanggal 30 Desember 2004.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan untuk

selanjutnya akan melakukan pemotongan gaji untuk sewa rumah dinas

terhitung mulai Januari 2007, sesuai ketentuan dari BAIS.

Page 30: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk segera memungut penerimaan sewa

rumah dinas Athan mulai Januari 2007 sesuai Surat Kepala BAIS No.

TR/08/2007 tanggal 17 Januari 2007.

Permasalahan ini ditindaklanjuti oleh pihak KBRI Kuala Lumpur dengan

melakukan pemotongan sewa rumah dinas Athan mulai Januari 2007.

6. Terdapat Dana Pihak Ketiga Plus sebesar US$382.491,73 belum disetor ke Kas Negara

Hasil pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Pihak Ketiga per tanggal 12

Februari 2007 menunjukkan adanya Dana Pihak Ketiga plus sebesar

US$382.491,73. Dana tersebut merupakan sisa anggaran tahun 2004 dan

2005 dan masih tersimpan dalam rekening rutin KBRI Kuala Lumpur,

dengan rincian sebagai berikut:

No. Uraian Nilai (US$) 1. PFK 511145 tahun 2005 17.085,42 2. PFK 511147 tahun 2005 1.026,70 3. PFK ABT selisih kurs 2005 104.334,74 4. PFK Dana talangan 486,73 5. PFK gaji ke-13 tahun 2005 117.590,31 6. PFK magang tahun 2005 709,34 7. PFK pemulangan TKI thn 2004 1.288,84 8. PFK Athan 139.969,65 382.491,73

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang No. 20 Tahun 1997 Tentang PNBP antara lain

menetapkan seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas

Negara.

b. Surat Dirjen Anggaran No. S-108/A/462/0198 tanggal 9 Januari 1998

tentang Tatacara Pengelolaan PNBP pada Perwakilan RI di luar negeri

menetapkan bahwa dana UYHD pada Perwakilan RI yang tidak

digunakan pada akhir tahun anggaran harus ditransfer kembali oleh

Bendaharawan Pengguna Perwakilan ke rekening Bendaharawan

Pengguna pada Sekretariat Jenderal untuk selanjutnya disetor ke

rekening Kas Negara.

Page 31: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Hal tersebut mengakibatkan tertundanya penerimaan negara yang berasal

dari PNBP Non Fungsional senilai US$382.491,73.

Hal tersebut disebabkan BPKRT dan Kepala Kanselerai kurang

memperhatikan ketentuan mengenai penyetoran PNBP Non Fungsional.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan akan

segera menyetorkan dana pihak ketiga plus sebagai PNBP ke Bendahara

Penerima Deplu Pusat.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk menyetorkan kekurangan penyetoran

PFK Plus sebesar US$141.258,49 (US$382.491,73 - US$241.233,24) ke

Bendahara Penerima Deplu Pusat.

Berdasarkan Kawat No:RR-062/Kuala Lumpur/V/07, pihak KBRI Kuala

Lumpur telah menyetor sebagian PFK Plus sebesar US$241.233,24 ke

Bendahara Penerima Deplu sesuai bukti transfer tanggal 12 Maret 2007.

7. Terdapat Pihak Ketiga Minus sebesar US$235.814,88 belum terselesaikan

Pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Pihak Ketiga per 12 Februari 2007

diketahui adanya Pembukuan Fihak Ketiga (PFK) minus senilai

US$235.814,88 yang terdiri dari:

a. PFK 2006 senilai RM42.855,52 eq. US$12.311,35

b. PFK 511148 tahun 2006 senilai RM31.809,80 eq. US$9.138,12

c. PFK KTT ASEAN 2005 senilai RM153.180,24 eq. US$44.004,67, yang

merupakan tanggung jawab Setneg sudah bertahun-tahun tidak

terselesaikan

d. PFK ABT selisih kurs 2004 senilai US$1.478,50

e. PFK pengacara/advokasi senilai US$32.473,37 yang merupakan

tanggung jawab Departemen Tenaga Kerja

f. PFK Bencana Alam senilai US$5.305

g. PFK DIKS Naker senilai US$46.685,63

Page 32: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

h. PFK KBRI senilai US$53.887,88 sudah bertahun-tahun tidak

terselesaikan

i. PFK mobil dinas Keppri tahun 2004 senilai RM51.642 eq. US$14.835,39

j. PFK SAP (Surat Akuan Pengenalan) tahun 2006 senilai RM31.271,69 eq.

US$8.983,54 merupakan tanggung jawab Departemen Hukum dan HAM

k. PFK Yayasan Lavania senilai RM23.362,50 eq. 6.711,43 tidak dapat

tertagih karena yayasan tersebut sudah tidak diketahui keberadaannya

Berdasarkan Kawat No. 014827 tanggal 18 Oktober 2001 diserukan agar

perwakilan segera menyelesaikan pihak ketiga dengan pihak yang terkait

dan melaporkan hasilnya ke Sekjen Deplu

Hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya likuiditas keuangan KBRI

Kuala Lumpur.

Hal tersebut disebabkan Bendahara dan Kepala Kanselerai/HOC tidak

segera menyelesaikan PFK Minus.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan akan

mengusahakan/menulis surat kepada instansi yang terkait untuk

mendapatkan penggantian.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk menyelesaikan pihak ketiga minus

sebesar US$235.814,88 dengan pihak terkait.

8. Terdapat Beban Pusat Persekot Resmi yang belum mendapat penggantian dari Pusat senilai US$195.602,84

Home staf merupakan PNS yang ditempatkan pada Kantor Perwakilan RI di

luar negeri. Pada saat penempatan atau dipindahkan dari suatu Perwakilan

RI ke Perwakilan RI lain di luar negeri, setiap home staf berhak untuk

mendapatkan persekot resmi berupa pinjaman 2 (dua) bulan TPLN pokok,

pinjaman deposit sewa rumah dan pinjaman uang muka pembelian mobil

yang seluruhnya dapat dikembalikan secara mengangsur. Pengeluaran

Page 33: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

persekot resmi tersebut merupakan beban anggaran Pusat yang dibukukan

sebagai Pihak Ketiga (DP IIII) Beban Pusat Persekot Resmi (BPPR).

Hasil pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Keuangan per 12 Februari 2007,

serta penjelasan pelaksana pengelola keuangan diketahui adanya saldo

Beban Pusat Persekot Resmi minus senilai RM12.000 dan US$192.155,55

atau eq. US$195.602,84 yang belum mendapat penggantian dari Biro

Keuangan Deplu, dengan rincian sebagai berikut:

Atas pemberian persekot resmi sebesar US$143.207,55 dan RM 12.000 atau

eq. US$146.527,97, pihak KBRI Kuala Lumpur telah mengajukan

permohonan penggantian kepada Biro Keuangan Deplu melalui Surat Kepala

Perwakilan RI Kuala Lumpur No. 201/KU/IX/2006 tanggal 31 Agustus 2006.

Namun, sampai dengan bulan Februari 2007, Biro Keuangan Deplu belum

mengganti persekot resmi tersebut. Sementara, pemberian persekot resmi

bulan September 2006 s.d. Januari 2007 senilai US$48.948 belum diajukan

penggantiannya.

Berdasarkan Kawat Kepala Biro Keuangan Deplu No. 032440, pembebanan

persekot resmi dapat diajukan penggantiannya ke Biro Keuangan Deplu

dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran.

Hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya likuiditas keuangan KBRI

Kuala Lumpur.

Kondisi tersebut disebabkan:

a. Biro Keuangan Deplu tidak segera menindaklanjuti permohonan

penggantian persekot resmi yang pernah diajukan oleh KBRI Kuala

Lumpur pada bulan Agustus 2006

Uraian Jumlah (US$) (RM) Pemberian persekot resmi s.d. Agustus 2006 143.207,55 12.000Pemberian persekot resmi Sept 2006 - Jan 2007 48.948,00 -Saldo BPPR yang belum mendapat penggantian 192.155,55 12.000

Page 34: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

b. Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan (BPKRT) serta Kepala

Kanselerai KBRI Kuala Lumpur belum berupaya mengajukan

penggantian atas persekot resmi yang telah dikeluarkan sampai dengan

Januari 2007, kepada Biro Keuangan Deplu.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan akan

mengirimkan kembali surat permohonan penggantian persekot resmi ke

Pusat untuk memperoleh penggantian.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk mengajukan penggantian beban pusat

persekot resmi sebesar RM12.000 dan US$192.155,55 atau eq.

US$195.602,84 ke Biro Keuangan Deplu.

9. PFK Minus Atase Imigrasi sebesar US$59.392,93 dan RM396.910,42 atau eq. US$173.414,88 belum mendapat penggantian dari Departemen Hukum dan HAM

Hasil pemeriksaan atas Daftar Rekapitulasi Pihak Ketiga per 12 Februari

2007 menunjukkan adanya saldo minus PFK Imigrasi sebesar US$59.392,93

dan RM396.910,42 atau eq. US$173.414,88 yang belum mendapat

penggantian dari Departemen Hukum dan HAM selaku instansi vertikal Atase

Imigrasi. Saldo minus sebesar US$59.392,93 merupakan saldo terbawa dari

tahun 2005, sedangkan saldo sebesar RM396.910,42 merupakan akumulasi

dari saldo minus tahun 2005 dan pengeluaran pihak ketiga minus pada tahun

2006 dan 2007 (s.d. 12 Februari 2007).

Berdasarkan konfirmasi kepada Atase Imigrasi dan pengelola keuangan

diketahui bahwa remis yang diterima Atase Imigrasi nilainya kurang dari pagu

anggaran yang ditetapkan dalam DIPA Atase Imigrasi. Pada tahun 2006,

Atase Imigrasi memperoleh remis sebesar US$69.761,92 eq.

Rp640.534.945,85, sedangkan anggaran yang ditetapkan dalam DIPA

sebesar Rp1.170.535.000,00, sehingga terjadi kekurangan sebesar

Rp530.000.054,20. Sementara itu, kegiatan operasional fungsi Imigrasi

semakin meningkat sehubungan dengan perubahan mekanisme pelayanan

Page 35: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

keimigrasian. Oleh karena itu, kekurangan tersebut ditalangi oleh KBRI Kuala

Lumpur dan dicatat dalam pembukuan pihak ketiga sebagai utang kepada

Departemen Hukum dan HAM dhi. Atase Imigrasi. Hal serupa juga terjadi

pada tahun-tahun sebelumnya.

Kawat No. 014827 tanggal 18 Oktober 2001 menyerukan agar perwakilan

segera menyelesaikan pihak ketiga dengan pihak yang terkait dan

melaporkan hasilnya ke Sekjen Deplu

Hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional Atase

Imigrasi dan terganggunya likuiditas keuangan Kantor Perwakilan RI di Kuala

Lumpur.

Hal tersebut disebabkan Departemen Hukum dan HAM beranggapan bahwa

Atase Imigrasi di perwakilan akan mendapat bagian anggaran dari anggaran

Departemen Luar Negeri karena dianggap sebagai penyumbang PNBP

terbesar di perwakilan, sedangkan Panduan Pelaksanaan DIPA Departemen

Luar Negeri menyatakan bahwa yang menjadi beban anggaran Deplu adalah

belanja pegawai, sedangkan belanja pemeliharaan, belanja barang dan

belanja perjalanan dinas menjadi beban masing-masing Departemen yang

bersangkutan.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan akan

mengusahakan untuk mendapat penggantian dari instansi terkait dengan

mengirim surat guna mendapat perhatian dan prioritas.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Sekretaris

Jenderal Deplu dan Kepala Perwakilan RI di Kuala Lumpur untuk melakukan

koordinasi dengan Sekretaris Jenderal Departemen Hukum dan HAM

mengenai penyelesaian pihak ketiga minus dan pengiriman anggaran Atase

Imigrasi.

Page 36: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

10. Fungsi Imigrasi Kuala Lumpur belum dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi warga Negara Indonesia yang tinggal di Malaysia

Salah satu fungsi keimigrasian adalah memberikan pelayanan publik dalam

hal pengurusan paspor dan visa, yang terdiri dari paspor RI 48 halaman

perorangan, paspor RI 24 halaman perorangan, Surat Perjalanan Laksana

Paspor perorangan dan keluarga, pencatatan mutasi, pencatatan lapor diri,

pengesahan dokumen pendeportasian, visa singgah, visa kunjungan, visa

tinggal terbatas, pencatatan re-entry permit dan pencabutan dokumen.

Pelayanan paspor dan visa pada fungsi imigrasi KBRI Kuala Lumpur

dipimpin oleh Atase Imigrasi dan Pembantu Atase Imigrasi, dan dibantu lokal

staf sebanyak 14 orang.

Proses pembuatan paspor/SPLP dimulai dari petugas front office (loket)

sebanyak 5 orang yang melakukan penerimaan permohonan, meneliti

persyaratan, melakukan wawancara, mengambil keputusan apakah

permohonan diterima atau ditolak, menerima pembayaran, mencetak dan

menyerahkan kuitansi, melakukan input data dan menyerahkan paspor asli

kepada pemohon yang bermaksud melakukan penggantian paspor. Proses

selanjutnya dilakukan oleh petugas back office yaitu men-tera cap penulisan

dan cap KBRI, menempel foto, menulis paspor, memeriksa ulang,

melaminasi, menandatangani dan menggandakan paspor, menyimpan

berkas selesai, tanda tangan yang bersangkutan dan menyerahkan paspor

kepada pemohon.

Proses pembuatan visa dimulai dari petugas front office (loket) sebanyak 2

orang yang melakukan penerimaan permohonan, meneliti persyaratan,

melakukan wawancara, menerima pembayaran, menulis kuitansi,

menyerahkan visa. Proses selanjutnya dilakukan oleh petugas back office

yang melakukan pemeriksaan tangkal, persetujuan pejabat, register,

mencetak stiker, tera cap KBRI, tempel stiker, tandatangan pejabat, susun

berkas selesai, simpan berkas, pembukuan PNBP.

Dengan begitu padatnya pemohon paspor dan visa, rata-rata pelayanan

paspor dan visa per harinya di tahun 2005 adalah sebanyak 480 orang

Page 37: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

pemohon/hari. Dengan jumlah petugas yang ada (8 orang), rata-rata

pemohon paspor dan visa yang harus dilayani oleh seorang petugas setiap

harinya adalah 60 orang, dan jam kerja yang dibutuhkan oleh setiap petugas

per harinya adalah 19,50 jam untuk paspor dan 6,20 jam untuk visa. Pada

tahun 2006 (Jan-Feb), rata-rata pelayanan paspor dan visa per harinya

adalah 752 orang per hari, meningkat 56,66% dari tahun 2005.

Permasalahan tersebut semakin bertambah, karena pengiriman blangko

paspor dari Pusat kadangkala terlambat. Selain itu, karena keterbatasan

jumlah petugas, serta sarana dan prasarana yang ada, penyelesaian paspor

membutuhkan waktu ± 40 hari dan penyelesaian visa ± 3 hari.

Dalam memberikan pelayanan publik, KBRI Kuala Lumpur menyediakan

ruang tunggu yang terletak disamping bangunan kantor, dengan fasilitas

yang terbatas. Ruang tunggu tersebut diperuntukan bagi pemohon

pelayanan keimigrasian dan kekonsuleran. Jumlah pemohon yang masuk

dan keluar setiap harinya lebih dari 1000 orang dan telah melebihi kapasitas,

sehingga mengurangi kenyamanan pemohon.

Selain itu, jumlah pemohon yang demikian banyak telah menyebabkan

antrian panjang di halaman kantor KBRI Kuala Lumpur dan seringkali

mengganggu kelancaran lalu lintas. KBRI Kuala Lumpur juga beberapa kali

mendapat teguran dari pemerintah setempat karena fasilitas taman hijau

yang berada di jalan raya depan kantor KBRI Lumpur menjadi rusak dan

kotor. Praktek percaloan dan penipuan juga kerapkali menimpa WNI yang

hendak mengurus paspor.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak KBRI Kuala Lumpur telah

berupaya melakukan beberapa kegiatan antara lain:

1). KBRI Kuala Lumpur mengajukan penambahan formasi Home staff dan

Local staff kepada Menteri Luar Negeri dan Menteri Pemberdayaan

Aparatur Negara sesuai surat Kepala Perwakilan RI No.020/DB/III/2006

tanggal 15 Maret 2006. Khusus untuk atase Imigrasi dibutuhkan 2 home

staff dan 19 local staff. Namun, saat ini baru terealisasi 2 orang home

staff dan 14 orang dengan rincian: 1 orang sebagai pembantu

Page 38: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

bendaharawan, 3 orang melayani visa dan 10 orang melayani paspor dan

pencatatan mutasi perubahan. Penambahan ini masih belum memadai

dan fungsi imigrasi masih harus bekerja lembur untuk menyelesaikan

pembuatan paspor.

2). Melakukan pelayanan dengan mendatangi lokasi (perusahaan yang

banyak mempekerjakan TKI) disertai dengan sosialisasi yang diberikan

oleh fungsi-fungsi yang terkait dengan perlindungan TKI. Fungsi konsuler

menjelaskan mengenai hak dan kewajiban sebagai warga Negara yang

berada di luar negeri dan perlindungan yang diberikan oleh perwakilan.

Fungsi penerangan menjelaskan mengenai program KBRI peduli melalui

sms pengaduan. Fungsi ketenagakerjaan menjelaskan mengenai hak

dan kewajiban sebagai pekerja di luar negeri. Fungsi Perhubungan

menjelaskan mengenai pelayanan angkutan udara nasional.

3). Mengajukan permohonan ijin penulisan paspor menggunakan cetak

manual (menggunakan printer), tidak lagi tulis tangan. Hal ini

dimaksudkan untuk mempersingkat waktu dan adanya keseragaman

penulisan. Permohonan disampaikan melalui berita faksimil dari Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur kepada Menteri Luar Negeri dan Menteri

Hukum dan HAM No. 12 Oktober 2006 dan No. BB-657/Kuala

Lumpur/XII/06 tanggal 4 Desember 2006. Mulai tanggal 12 Februari

2007, fungsi keimigrasian telah menggunakan printer untuk mencetak

paspor secara manual. Sistem baru ini diharapkan dapat mempersingkat

waktu penyelesaian paspor dari ± 40 hari menjadi ± 2 minggu.

4) Membeli peralatan “queueing number machine” untuk menertibkan

antrian, namun sampai dengan pemeriksaan Tim BPK, alat tersebut

belum digunakan karena sebagian besar pemohon adalah TKI dengan

pendidikan dan pengetahuan terbatas, sehingga untuk

mengoperasikannya diperlukan petugas tersendiri, sedangkan jumlah

petugas yang ada tidak cukup.

5) Mencantumkan harga pelayanan dalam stiker visa agar pemohon dan

masyarakat luas dapat mengetahui secara pasti harga yang harus

dibayar. Hal ini juga diharapkan dapat mengurangi praktek percaloan.

Page 39: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

6) Memperbaiki software pelayanan WNI dhi. register paspor dan visa agar

kelompok penomoran tidak lagi bercampur, sehingga memudahkan

pengecekan.

7) Pihak KBRI telah mengajukan usul kepada Menteri Luar Negeri

mengenai perluasan area gedung KBRI dengan membeli tanah yang

berada di belakang kantor, sesuai berita faksimili No.RR-

161/Kualalumpur/II/06 tanggal 13 Nopember 2006.

8) Kepala Perwakilan RI telah melaporkan permasalahan-permasalahan

yang terjadi kepada Menteri Luar Negeri dan Menteri Hukum dan HAM

seperti masalah percaloan, penipuan, pemalsuan paspor, adanya iklan

dari agen yang mengaku mendapat ijin dari KBRI Kuala Lumpur untuk

mengurus keimigrasian.

Seharusnya sistem pelayanan masyarakat selayaknya dapat memuaskan

kebutuhan semua pihak.

Hal tersebut mengakibatkan Fungsi Imigrasi belum dapat memberikan

pelayanan yang optimal bagi warga Negara Indonesia yang tinggal di

Malaysia.

Kondisi tersebut disebabkan terbatasnya anggaran dan lambatnya

pemerintah Pusat dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi Fungsi

Imigrasi KBRI Kuala Lumpur dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan bahwa

temuan BPK-RI benar dan dengan penggunaan mesin printer cetak manual

untuk paspor serta penambahan petugas di loket diharapkan dapat

memberikan pelayanan yang semakin optimal bagi pemohon.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Sekretaris

Jenderal Deplu untuk melakukan koordinasi dengan Departemen Hukum dan

HAM serta Departemen Keuangan dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan Keimigrasian di KBRI Kuala Lumpur.

Page 40: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

11. Prosedur pengadaan pekerjaan fisik tahun 2006 pada KBRI Kuala Lumpur tidak sesuai dengan ketentuan

Pada Tahun 2006 KBRI Kuala Lumpur mendapat alokasi anggaraan belanja

pemeliharaan (MAK 5231) senilai Rp4.584.987.000,00. Anggaran tersebut

antara lain digunakan untuk membiayai pengadaan pekerjaan fisik seperti

renovasi tata ruang kerja, pemeliharaan AC, renovasi toilet dan pemeliharaan

gedung lainnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap beberapa Surat

Perintah Kerja pekerjaan fisik senilai RM967.280 atau eq

Rp2.563.292.000,00, diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Semua pekerjaan fisik yang bernilai di atas US$5,000 tidak dibuatkan

kontrak, hanya berupa Surat Perintah Kerja dengan volume pekerjaan

yang bersifat paket dan tidak mencantumkan nilai

pengadaaan/pekerjaan, sehingga tidak ada harga yang mengikat;

b. Harga/nilai pekerjaan yang dibayarkan kepada rekanan/pelaksana

pekerjaan berdasarkan penawaran yang disepakati;

c. Tidak ada Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang disusun oleh Tim

Pengadaan Barang dan Jasa sebagai acuan untuk menilai penawaran

dari rekanan;

d. Pembayaran kepada rekanan tidak didasarkan atas penyelesaian

prestasi fisik, karena tidak dibentuk Tim Pengawas Pekerjaan yang

bertugas mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan;

Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa atas pekerjaan renovasi tata

ruang kerja di lantai 1 dan 3, Kepala Kanselerai mengambil kebijakan untuk

melaksanakan pekerjaan pada bulan Desember 2006 meskipun anggaran

untuk pekerjaan tersebut tidak ada dalam DIPA tahun 2006, tetapi

dianggarkan dalam DIPA tahun 2007. Oleh karena itu, dana PNBP

digunakan untuk menanggulangi anggaran yang tidak tersedia tersebut.

Dalam pelaksanaannya, terjadi penambahan-penambahan pekerjaan yang

tidak dibuatkan suatu addendum pekerjaan, karena atas pekerjaan tersebut

juga tidak dibuatkan kontrak.

Page 41: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Kondisi tersebut tidak sesuai:

a. Keppres No. 80 Tahun 2003 tanggal 3 November 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 1) Pasal 9 ayat 3 (g) menyatakan tugas pokok pengguna barang/jasa

dalam pengadaan barang/jasa antara lain menyiapkan dan

melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa;

2) Pasal 13 antara lain menyatakan bahwa pengguna barang/jasa wajib

memiliki harga perkiraan sendiri (HPS) yang dikalkulasikan secara

keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan;

3) Pasal 29 ayat 1 menyatakan kontrak sekurang-kurangnya memuat

ketentuan sebagai berikut:

a) para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama,

jabatan, dan alamat;

b) pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas

mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan;

c) hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian;

d) nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat

pembayaran;

e) persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;

f) tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengan

disertai jadwal waktu penyelesaian/penyerahan yang pasti serta

syarat-syarat penyerahannya;

g) jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau

ketentuan mengenai kelaikan;

h) ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak

tidak memenuhi kewajibannya;

i) ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak;

j) ketentuan mengenai keadaan memaksa;

k) ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi

kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan;

l) ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja;

m) ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan

lingkungan;

Page 42: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

n) ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.

b. Keppres No. 42 tahun 2002 pasal 10 ayat (2) menyatakan Pimpinan dan

atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah daerah tidak

diperkenankan melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

atas beban anggaran belanja negara, jika dana untuk membiayai

tindakan tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam

anggaran belanja negara.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. KBRI Kuala Lumpur secara hukum tidak dapat mengenakan sanksi atau

meminta pertanggungjawaban rekanan jika terjadi wanprestasi dan

keterlambatan penyelesaian pekerjaan;

b. Harga pekerjaan sulit dinilai kewajarannya.

Hal tersebut disebabkan Tim Pengadaan Barang/Jasa KBRI Kuala Lumpur

kurang memahami ketentuan-ketentuan tentang pengadaan barang/jasa, dan

pengelola keuangan tidak memperhatikan ketentuan mengenai pengelolaan

APBN.

Atas permasalahan tersebut pihak KBRI Kuala Lumpur menyatakan untuk

selanjutnya akan mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku.

BPK-RI menyarankan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Kepala

Perwakilan RI di Kuala Lumpur dalam pengadaan barang dan pemborongan

pekerjaan mempedomani Keppres 80 tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Keppres No.42 tahun

2002 tentang pengelolaan APBN.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 43: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

No JenisKendaraan Vol Curr Nilai Vol Curr Nilai Vol Curr Nilai

1 Sedan 10 Rp 964.423.825,00 8 Rp 2.448.450.526,00 2 Rp (1.484.026.701,00) S$ 111.800,00 S$ (111.800,00)

2 Station Wagon 2 Rp 83.938.462,00 4 Rp 829.069.234,00 -2 Rp (745.130.772,00)

3 Mini Bus 2 Rp 14.353.960,00 5 Rp 483.657.742,00 -3 Rp (469.303.782,00) RM 68.000,00

Total 14 1.062.716.247,00 17 Rp 3.761.245.502,00 (3) Rp (2.698.461.255,00)S$ 111.800,00 S$ (111.800,00) RM 68.000,00 RM (68.000,00)

LTI tahun 2005 Yang Seharusnya Selisih

REKAPITULASI KENDARAAN DINAS DEPLUKBRI KUALA LUMPUR

Page 44: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

No Nama TPLN per bulan TPLN 11 bulan Total sewa yg hrs dipungut1 Hartind Asrin 4.080,00$ 44.880,00$ 6.732,00$ 2 Sulistyanto 4.080,00$ 44.880,00$ 6.732,00$

13.464,00$ Jumlah

REKAPITULASI PUNGUTAN SEWA RUMAH ATASE PERTAHANANKBRI KUALA LUMPUR

TAHUN 2006

Page 45: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Harga TotalSatuan (RM) Harga (Rp)

1 Amplop putih logo Garuda 130 lbr 0,60 190.000Rp

2 Amplop putih logo KBRI 90 lbr 0,60 135.000Rp

3 Amplop putih polos 60 lbr 0,60 90.000Rp

4 Amplop coklat (5x12) 100 lbr 0,65 162.000Rp

5 Amplop coklat (9x12) 100 lbr 0,65 162.000Rp

6 Amplop coklat (10x12) 80 lbr 0,70 140.000Rp

7 Amplop coklat (10x15) 10 lbr 0,80 20.000Rp

8 Amplop coklat (12x16) 10 lbr 0,80 20.000Rp

9 Buku tamu 5 bh 16,00 200.000Rp

10 Buku tulis 1 bh11 Buku agenda (Biru tebal) 2 bh 80,00 400.000Rp

12 Buku agenda (hijau tipis) 1 bh 50,00 125.000Rp

13 Buku dispatch expidisi 2 bh 7,00 35.000Rp

14 Buku dispatch biru 1 bh 8,00 20.000Rp

15 Uni-ball-eye biru 1 bh 6,00 15.000Rp

16 Uni-ball-eye hitam 13 bh 6,00 195.000Rp

17 Uni-ball-eye merah 0 bh 6,00 15.000Rp

18 Uni-ball-broad signo hitam 4 bh 6,00 60.000Rp

19 Bolpoin pilot G-02 4 bh 5,75 55.000Rp

20 Pinsil 2b 1 bh 1,00 2.500Rp

21 Ballpoint readleaf hitam 3 bh 2,00 2.500Rp

22 Batery ennergizer size 9 V 4 bh 7,00 70.000Rp

23 Batery ennergizer size AAA 1 bh 5,00 12.500Rp

24 Batery ennergizer size AA 1 bh 5,00 12.500Rp

25 Batery ennergizer size D 1 bh 7,00 17.500Rp

26 Batery ennergizer size C 1 bh 7,00 17.500Rp

27 Whiteboard artline hitam 1 bh 3,75 9.375Rp

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA KUALA LUMPURDAFTAR PERALATAN ALAT TULIS KANTOR

31 DESEMBER 2006

No Nama Barang Volume Satuan

Page 46: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Harga TotalSatuan (RM) Harga (Rp)

No Nama Barang Volume Satuan

28 Whiteboard artline biru 1 bh 3,75 9.375Rp

29 Whiteboard artline merah 1 bh 3,75 9.375Rp

30 Permanen arline hitam 1 bh 3,75 9.375Rp

31 Permanen arline biru 2 bh 3,75 9.375Rp

32 Permanen arline merah 6 bh 3,75 9.375Rp

33 Stabilo boss kuning 1 bh 3,50 8.750Rp

34 Stabilo boss merah 1 bh 3,50 8.750Rp

35 Stabilo boss biru 1 bh 3,50 8.750Rp

36 Stabilo boss hijau 1 bh 3,50 8.750Rp

37 Stabiliner balpoint hitam 10 bh 2,00 2.500Rp

38 Stabiliner balpoint biru 2 bh 2,00 5.000Rp

39 Stabiliner balpoint merah 4 bh 2,00 10.000Rp

40 Disket kecil 1 bh 3,75 9.375Rp

41 Disket besar 40 bh 2,00 200.000Rp

42 Payung 1 bh 15,00

43 Penggaris 2 bh 6,50 17.500Rp

44 Sulak bulu / kemucing 1 bh 6,67 16.250Rp

45 Tip-ex 2 bh 5,50 27.500Rp

46 Lakban/Masking tape 4 gl 4,50 45.000Rp

47 Isolatip besar 4 bh 5,00 45.000Rp

48 Isolatif kecil 1 bh 5,00 12.500Rp

49 Lem glue 3 bj 4,70 11.975Rp

50 Penghapus papan tulis 3 bh 5,20 37.500Rp

51 Cutter besar 2 bh 5,20 25.000Rp

52 Cutter kecil 1 bh 5,00 12.000Rp

53 Isi cutter besar 0 bh 3,00

54 Isi cutter kecil 0 bh 3,00

55 Colour magnet 7 bh 3,00 52.500Rp

56 Staples besar 3 M 4 bh 9,70 97.500Rp

57 Staples kecil 10-1M 1 bh 8,50 21.250Rp

58 Isi staples 3 M 1 kt 5,00 12.500Rp

Page 47: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Harga TotalSatuan (RM) Harga (Rp)

No Nama Barang Volume Satuan

59 Isi staples 10-1M 1 kt 5,00 12.500Rp

60 Air freshner (toilet) 4 bh 15,85 150.000Rp

61 Tissue kotak 15 bh 2,10 78.750Rp

62 Pewangi ruangan (glade) 3 bh63 Pewangi telepon 1 bh 10,20 25.500Rp

64 Shampoo mobil 1 bh 18,00 45.000Rp

65 Lap mobil / kain lap 3 bh 9,50 71.000Rp

66 Wax kit 2 bh 25,00 115.000Rp

67 Pewangi mobil 3 bh 18,00 135.000Rp

68 Penyembur/ penggilap tayar 1 bh 12,00 30.000Rp

69 Sheltok obat nyamuk 4 bh 7,00 58.500Rp

70 Clip kertas kecil 3 kt 0,80 6.375Rp

71 Clip kertas besar 2 kt 0,80 4.000Rp

72 Clip bainding besar 3 kt 2,40 6.000Rp

73 Rautan pencil 1 bh 12,00 30.000Rp

74 Kertas pesanan kuning 2 rim 5,60 28.000Rp

75 Kertas logo Garuda 2 rim 85,00 425.000Rp

76 Kertas logo KBRI 1 rim 85,00 212.000Rp

77 Kertas sampul garuda 52 bh 8,00 1.040.000Rp

78 Kertas sampul coklat 1 gl 5,00 12.000Rp

79 Kertas pesanan putih 3x4 1 bh 3,00 7.500Rp

80 Map File KBRI 15 bh 2,40 900.000Rp

81 Map holder/ Abba File 10 bh 8,00 200.000Rp

82 Nem Card buku 2 bh 10,00 50.000Rp

83 Map KBRI dgn klip besi 10 bh 5,00 125.000Rp

84 Pita mesin ketik brother 1 bh 18,50 21.250Rp

85 Penghapus brother 2 bh 18,50 42.500Rp

86 Pita mesin ketik IBM 82 C 3 bh 13,54 101.550Rp

87 Penghapus IMB 82 1 bh 13,54 101.550Rp

88 Pita mesin ketik 0livetti 1 bh 12,00 30.000Rp

89 Penghapus olietiti 3 bh 12,00 90.000Rp

Page 48: Auditbpk Kbri-kl Ta2006

Harga TotalSatuan (RM) Harga (Rp)

No Nama Barang Volume Satuan

90 Pita mesin ketik IBM 6747 1 bh 10,00 25.000Rp

91 Penghapus IBM 6747 1 bh 10,00 25.000Rp

92 Epson 8750 pita printer 10 bh 17,00 425.000Rp

93 Epson 7754 pita printer 8 bh 17,00 340.000Rp

94 HP ink jet black 27 2 bh 115,00 575.000Rp

95 HP ink jet black 15 3 bh 110,00 825.000Rp

96 HP ink jet colour 17 1 bh 110,00 275.000Rp

97 Canon ink jet 1 bh 64,00 172.000Rp

98 Toner printer ukuran 5L 3 bh 171,00 1.082.000Rp

99 Toner printer ukuran 4.4 plus L 1 bh 171,00 427.500Rp

100 Toner printer ukuran 4 L 1 bh 265,00 412.500Rp

101 Amplop SPJUYD 15 bh 3,50 131.250Rp

102 Bainding tape warna merah 2 bh 3,00 15.000Rp

103 Bainding tape warna biru 2 bh 3,00 15.000Rp

104 Bainding tape warna hitam 1 bh 4,00 10.000Rp

105 Gunting Besar 3 bh 10,00 75.000Rp

106 Gunting kecil 1 bh 8,00 20.000Rp

107 Toner printer hp laser 1000 3 kt 250,00 1.875.000Rp

108 buku agenda khusus lt 7 0 bh109 Paku payung 1 kt 5,00 12.000Rp

110 Toner Printer hp laser 1100 3 bh 248,00 1.635.000Rp

111 Map Transparan 19 bh 5,00 237.000Rp

112 Toner Printer 1010 3 bh 230,00 1.725.500Rp

113 Stepler Besar 1 bh 250,00 625.500Rp

114 Toner Prnter hp 1510 1 bh 248,00 620.000Rp 18.660.325Rp Nilai Total