audit1

46
1 Pendahuluan Pengertian Auditing Menurut Arens dan Loebbecke (1996), auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan orang yang memiliki kompetensi dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Mulyadi (2002), auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kreteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasilnya kepada yang pemakai yang berkepentingan. Mulyadi dan Puradiredja (1998) mengemukakan bahwa orang-orang atau kelompok yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Laporan keuangan adalah sebuah laporan akuntansi dimana setiap transaksi harus dicatat, diklasifikasikan, diikhtisarkan, dan dilaporkan untuk menghasilkan informasi bagi pemakainya (Warren et al., 2008). Laporan keuangan adalah bagian dari proses Cindy K. L. / 120810008 / 4 nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Upload: cindy-kurnia-lestari

Post on 27-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Audit 1

TRANSCRIPT

Page 1: Audit1

1

Pendahuluan

Pengertian Auditing

Menurut Arens dan Loebbecke (1996), auditing adalah proses

pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat

diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan orang yang memiliki

kompetensi dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Menurut Mulyadi (2002), auditing adalah suatu proses sistematis untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk

menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan

kreteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasilnya kepada yang pemakai

yang berkepentingan. Mulyadi dan Puradiredja (1998) mengemukakan bahwa

orang-orang atau kelompok yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan

menjadi tiga golongan, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan

auditor intern.

Laporan keuangan adalah sebuah laporan akuntansi dimana setiap

transaksi harus dicatat, diklasifikasikan, diikhtisarkan, dan dilaporkan untuk

menghasilkan informasi bagi pemakainya (Warren et al., 2008). Laporan

keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,

catatan atas laporan keuangan, dan laporan lain. Laporan lain yang terdapat

dalam laporan keuangan disertai materi penjelasan dan merupakan bagian

integral dari laporan keuangan (IAI, 2007).

Jenis Audit

Menurut Boynton et al. (2001), jenis-jenis audit ada 3, yaitu:

1. Audit operasional, adalah penelaahan pelaksanaan prosedur dan metode

organisasi yang tujuannya untuk melakukan evaluasi efektivitas dan

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 2: Audit1

2

efisiensi organisasi, meliputi pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti yag

berhubungan dengan aktivitas operasional organisasi.

2. Audit kepatuhan, yaitu audit yang tujuannya menentukan kepatuhan

pihak yang diaudit terhadap prosedur, kebijakan, dan peraturan yang

berkaitan dengan yang diaudit dan peraturan tersebut telah ditentukan

oleh pihak yang berwenang.

3. Audit atas laporan keuangan, yaitu audit yang dilakukan untuk

menentukan dan melaporkan apakah laporan keuangan tersebut telah

disajikan sesuai aturan akuntansi yang berlaku.Menurut Guy (2002), audit

laporan keuangan menekankan pada apakah laporan keuangan sesuai

dengan kriteria yang spesifik. Auditor menyatakan suatu pendapat

apakah laporan tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan menurut pendapat Mulyadi

(2002), audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor

independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya

untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai

kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaian dengan prinsip

akuntansi berterima umum.Berdasarkan beberapa pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa audit laporan keuangan merupakan proses

pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti secara objektif oleh auditor

tentang informasi laporan keuangan dengan tujuan untuk menyatakan

suatu pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Audit laporan

keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat objektif, profesional,

dan independen mengenai kesesuaian laporan keuangan objek

pemeriksaan dengan standar akuntansi yang berlakuyang telah

ditetapkan secara konsisten dibandingkan dengan laporankeuangan pada

tahun-tahun sebelumnya. Seorang auditor dalammelakukan pemeriksaan

keuangan harus berpijak berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 3: Audit1

3

yang berlaku. Pemeriksaan keuangan juga mencakup pemeriksaan

mengenai ketaatan objek pemeriksaan kepada peraturan perundangan

yang mendasari transaksi ataupun kejadian yang mempunyai pengaruh

material terhadap laporan keuangan yang diperiksa (BPKP,1992).

Standar Audit

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik atau SPAP (IAI, 2001), Standar

Auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis, terdiri dari

sepuluh 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Audit (PSA).

PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh

akuntan public dalam melaksanakan perikatan audit. Semua stndar dalam

Standar Auditing saling berhubungan dan bergantung satu dengan yang lain.

Sepuluh standar ini terbagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu standar umum,

standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan.

SPAP pada intinya adalah semua standar yang diterbitkan Dewan Standar

Profesional Akuntan Publik (atau dapat disebut juga Ikatan Akuntan Indonesia)

sebagai panduan bagi akuntan publik untuk melaksanakan berbagai jasa kepada

masyarakat.SPAP disusun untuk memenuhi tuntuan pengembangan jenis jasa

yang diberikan akuntan publik serta untuk memenuhi tuntuntan peningkatan

mutu jasa yang diberikan (IAI, 2001). SPAP per 1 Januari 2001 terdiri atas enam

tipe standar professional sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik, yaitu:

1. Standar Auditing

2. Standar Atestasi

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review

4. Standar Jasa Konsultasi

5. Standar Pengendalian Mutu

6. Aturan Kompartemen Akuntan Publik

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 4: Audit1

4

Penentuan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit

Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual

atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan

beberapa hal lainnya adalah tidak penting.Penyajian secara wajar, dalam semua

hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia, dan menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara

keseluruhan tidak mengandung salah saji material.

Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan

keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual

atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan

keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam perencanaan

audit, auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang mungkin material

terhadap laporan keuangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk

merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai

bahwa salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak

material terhadap laporan keuangan.

Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan

profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang

memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan

terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang

digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup

pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.Materialitas adalah besarnya

informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari

keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi

pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi

tersebut.Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 5: Audit1

5

memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik

pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif

dalam mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil

yang ditemukan oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan

keuangan.Sebagai contoh, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang

jumlahnya tidak material dapat menjadi material, jika kemungkinan besar hal

tersebut dapat menimbulkan bersyarat yang material atau hilangnya pendapatan

yang material.

Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangan

dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan

awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam

keterbatasan bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang

cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari

salah saji material. Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh

untuk masing-masing laporan keuangan pokok, namun, karena laporan keuangan

saling berhubungan, dan sebagian besar prosedur audit berhubungan dengan

lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar efisien, untuk tujuan perencanaan,

auditor biasanya mempertimbangkan materialitas pada tingkat kumpulan salah

saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu laporan keuangan

pokok.

Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor

mempertimbangkan materialitas sebelum laporan keuangan yang akan

diauditnya selesai disusun, namun ia mungkin menyadari bahwa laporan

tersebut masih memerlukan modifikasi signifikan. Dalam kedua keadaan

tersebut, pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan

atas laporan keuangan interim entitas tersebut yang disetahunkan atau laporan

keuangan tahunan satu periode atau lebih sebelumnya, asalkan ia

memperhatikan pengaruh perubahan besar dalam entitas tersebut (contoh:

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 6: Audit1

6

merger), dan perubahan lain yang relevan dalam perekonomian secara

keseluruhan atau industri yang merupakan tempat entitas tersebut berusaha.

Jika secara teoritis diasumsikan bahwa pertimbangan auditor tentang

materialitas pada tahap perencanaan didasarkan atas informasi yang sama

dengan informasi yang tersedia pada tahap evaluasi, maka materialitas untuk

tujuan perencanaan dan evaluasi akan sama. Namun, pada saat merencanakan

audit, biasanya tidak mungkin bagi auditor untuk mengantisipasi semua keadaan

yang mungkin, yang akhirnya akan mempengaruhi pertimbangannya tentang

materialitas dalam mengevaluasi temuan audit pada tahap penyelesaian audit,

karena (1) keadaan-keadaan yang melingkupi mungkin berubah dan (2)

tambahan informasi mengenai masalah akan selalu ada selama periode audit.

Dengan demikian, pertimbangan awal tentang materialitas akan berbeda dengan

pertimbangan yang digunakan dalam mengevaluasi temuan audit. Jika tingkat

materialitas diturunkan ke tingkat semestinya yang lebih rendah dalam

mengevaluasi temuan audit (dengan demikian risiko audit yang dihadapi oleh

auditor meningkat), auditor harus mengevaluasi kembali kecukupan prosedur

audit yang telah dilaksanakan.

Auditor menyadari bahwa risiko audit dan pertimbangan materialitas

audit mempunyai hubungan terbalik. Sebagai contoh, risiko suatu saldo akun

atau golongan transaksi serta asersi yang bersangkutan disajikan salah dalam

jumlah yang sangat besar mungkin sangat rendah, namun risiko bahwa saldo

akun atau golongan transaksi disajikan salah dalam jumlah yang sangat kecil

mungkin sangat tinggi. Dengan menganggap pertimbangan perencanaan lain

tetap sama, jika auditor ingin menurunkan tingkat risiko audit yang menurut

pertimbangannya telah memadai untuk suatu saldo akun atau golongan

transaksi atau jika ia menginginkan penurunan jumlah salah saji dalam suatu

saldo akun atau golongan transaksi yang dianggap material, maka auditor harus

melaksanakan salah satu lebih langkah berikut:

(a) Memilih prosedur audit yang lebih efektif.

(b) Melaksanakan prosedur audit lebih dekat ke tanggal neraca, atau

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 7: Audit1

7

(c) Memperluas prosedur audit tertentu.

Opini auditor

Saat akan melakukan audit, auditor harus terlebih dulu menentukan nilai

materialitas dari perusahaan yang akan diaudit. Tiap Kantor Akutan Publik (KAP)

memiliki standar yang berbeda-beda, tergantung kebijakan yang telah

ditentukan atau disepakati. Di KAP DBSD ini penentuan materialitas

menggunakan suatu formatau kertas kerja yang khusus didesain untuk

menghitung nilai materialitas perusahaan. Form ini diisi oleh auditornya, dengan

membutuhkan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang akan diaudit.

Form ini diisi sendiri oleh pihak auditor (KAP) dank klien tidak perlu mengetahui

bentuk form ini secara fisik (contoh terlampir di belakang).

Di dalam form penentuan materialitas KAP DBSD, tercantum tujuan

utama keberadaan form ini, yaitu untuk mengukur batas kemungkinan kesalahan

yang dapat ditolerir yang tidak dinyatakan dalam lingkup audit. Maksudnya

dalam penentuan materialitas ini harus ada kertas kerja khusus untuk suatu

penugasan audit, supaya auditor bisa membangun stragtegi audit yang tepat,

merancang ruang lingkup prosedur audit yang baik, dan evaluasi kecukupan

bukti audit dengan jelas. Bagian pertama adalah sumber yang digunakan, yaitu

laporan keuangan perusahaan periode berjalan yang akan diaudit. Setelah itu

akan ditentukan dasar yang digunakan oleh auditor untuk menentukan

materialitas, dimana setiap auditor bisa saja memiliki preferensi pemilihan dasar

yang berbeda, tergantung auditornya sendiri. ada beberapa pilihan yang dapat

diambil terkait dengan dasar yang dipakai, yaitu:

1. Laba sebelum pajak

2. Laba kotor

3. Penjualan

4. Jumlah aktiva

5. Lain-lain

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 8: Audit1

8

Pemilihan dasar yang berbeda bisa didasari oleh alasan yang diungkapkan

oleh auditor yang mengisi kertas kerja materialitas ini, misalnya memilih dasar

laba sebelum pajak dikarenakan sehubungan dengan kesinambungan laba yang

diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun.

Pada tahap selanjutnya, auditor menentukan persentase yang digunakan,

yaitu dengan mengalikan dasar yang dapat digunakan dengan persentase yang

sudah ditentukan oleh KAP tersebut.Hasilnya merupakan jumlah angka yang

digunakan untuk menghitung perencanaan materialitas atau disebut juga

Perencanaan Materialitas (PM).

Ketentuan untuk persentase perhitungan materialitas, untuk perusahaan

publik adalah:

1. Laba sebelum pajak: 5.0%

2. Laba kotor: 1.0%

3. Penjualan: 0.5%

4. Jumlah aktiva: 1%

Sedangkan untuk perusahaan non-publik, ketentuan persentasenya

adalah sebagai berikut:

1. Laba sebelum pajak: 10.0%

2. Laba kotor: 2.0%

3. Penjualan: 1.0%

4. Jumlah aktiva: 2.0%

Persentase penentuan materialitas untuk perusahaan non-publik lebih

besar dikarenakan laporan keuangan perusahaan non-publik belum terpublikasi,

dan tingkat kepercayaan auditor terhadap laporan keuangan perusahaan non-

publik lebih rendah dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan yang

sudah go-public, karena perusahaan yang sudah go-public umumnya sudah

pernah diaudit dan mempublikasikan laporan keuangannya secara transparan

kepada masyarakat.

Dasar yang digunakan untuk menghitung materialitas dapat terdiri dari

berbagai macam dasar.Dasar yang dipilih harus dijelaskan alasan pemilihan

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 9: Audit1

9

dasar.Penggunaan dasar laba sebelum pajak sehubungan dengan laba Klien yang

berkesinambungan dimana tidak terdapat rugi sebelum pajak pada dua tahun

terakhir.Bila terdapat rugi sebelum pajak pada dua tahun terakhir maka dasar

yang digunakan adalah dasar selain laba sebelum pajak. Penggunaan dasar laba

kotor sehubungan dengan rugi sebelum pajak klien pada periode/tahun berjalan

yang akan diaudit ataupun terdapat rugi sebelum pajak pada dua tahun terakhir,

dengan catatan bahwa laba kotor yang akan digunakan sebagai dasar tidak

berjumlah negatif atau dengan kata lain mengalami rugi kotor. Penggunaan

dasar penjualan sehubungan dengan rugi sebelum pajak klien pada

periode/tahun berjalan yang akan diaudit ataupun terdapat rugi sebelum pajak

pada dua tahun terakhir dan klien mengalami rugi kotor. Penggunaan dasar

jumlah aktiva sehubungan dengan rugi sebelum pajak klien pada periode/tahun

berjalan yang akan diaudit ataupun terdapat rugi sebelum pajak pada dua tahun

terakhir dan klien mengalami rugi kotor. Dan bila auditor berpendapat bahwa

adalah tepat menggunakan dasar jumlah aktiva, bila perusahaan sedang dalam

kondisi operasi yang lemah sehingga tidak menghasilkan pendapatan

sebagaimana lazimnya perusahaan lain yang sejenis seperti perusahaan klien

atau klien memiliki penjualan nihil karena masih dalam tahap pra-operasi.

Sehingga dasar penggunaan penjualan menjadi tidak tepat, maka digunakan

dasar jumlah aktiva.

Penggunaan dasar lain diperbolehkan untuk beberapa klien tertentu

antara lain dengan dasar "jumlah ekuitas" sehubungan dengan operasi

Perusahaan yang lemah sehingga likuiditas menjadi masalah yang kritikal atau

ketika pengguna laporan keuangan lebih memfokuskan pada ekuitas daripada

hasil operasi. Alternatif penggunaan dasar lain tersebut diyakini dapat digunakan

dan alasan yang tepat harus dijelaskan. Untuk persentase dengan menggunakan

jumlah ekuitas ini besarnya diantara 1-5%, sama untuk perusahaan publik dan

non-publik.

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 10: Audit1

10

Untuk perusahaan yang berbasis nirlaba (non-profit oriented), laba bersih

perusahaan umumnya disebut dengan sisa hasil usaha (SHU), misalnya saat

melakukan audit terhadap suatu rumah sakit.

Kebijakan dari KAP yang menyarankan bahwa kesalahan yang dapat

ditolerir (TE) adalah 50% dari nilai materialitas audit (kesalahan yang dapat

ditolerir), baik untuk perusahaan publik maupun perusahaan non publik, serta

kemudian PAJE Scope yang digunakan diatur sebesar 10% dari nilai TE.

PAJE SCOPE adalah penerapan prinsip konservatisme auditor, dimana

PAJE SCOPE ini ditentukan untuk menentukan apakah akan dilakukan koreksi

audit atau tidak (akan tetapi tidak mempengaruhi opini auditor). Jika nilai yang

diaudit berada di atas PAJE SCOPE maka akan dilakukan koreksi audit, dan jika

nilainya di bawah PAJE SCOPE maka bisa diabaikan. Kesalahan angka yang

didapat dari proses audit dengan nilai dibawah PM tidak diabaikan, karena

nilainya berada di atas PAJE SCOPE, maka prinsip konservatisme berlaku, dengan

melihat nilai PAJE SCOPE misalnya sebesar lima juta rupiah, maka harus

dilakukan koreksi audit.

Bersamaan dengan penentuan materialitas, atau setelah penentuan

materialitas, auditor meminta Laporan Keuangan klien tahun terakhir & tahun

sebelumnya untuk proses Pre-eliminary. Proses ini adalah saat auditor membuat

Perform Analytical Procedures, yaitu membandingkan laporan keuangan tahun

terakhir dengan laporan keuangan tahun sebelumnya, dihitung berapakah selisih

angkanya, kemudian dijadikan dalam bentuk persentase. Akun dengan

persentase yang tergolong besar yang akan menjadi akun fokus saat

dilakukannya proses audit selanjutnya.

Opini Penulis

Dari teori yang ada dan hasil wawancara dengan auditor, maka dapat

disimpulkan bahwa penentuan materialitas merupakan tahap penting di bagian

awal pelaksanaan proses audit. Auditor menentukan perencaaan dan strategi

yang bertujuan supaya proses audit berjalan dengan baik. Penyajian laporan

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 11: Audit1

11

keuangan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan menunjukkan keyakinan auditor

bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak mengandung salah saji

material.Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan

keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual

atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan

keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam perencanaan

audit, auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang mungkin material

terhadap laporan keuangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk

merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai

bahwa salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak

material terhadap laporan keuangan.Pertimbangan auditor mengenai

materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi

auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang

akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan

mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan

keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun

kualitatif.Dasar yang digunakan untuk menghitung materialitas dapat terdiri dari

berbagai macam dasar. Pada dasar yang dipilih harus dijelaskan alasan pemilihan

dasar, dan inilah peran auditor menentukan materialitas harus dengan tepat

supaya audit berjalan dengan baik. Penggunaan dasar lain diperbolehkan untuk

beberapa klien tertentu antara lain dengan dasar "jumlah ekuitas" sehubungan

dengan operasi Perusahaan yang lemah sehingga likuiditas menjadi masalah

yang kritikal atau ketika pengguna laporan keuangan lebih memfokuskan pada

ekuitas daripada hasil operasi. Alternatif penggunaan dasar lain tersebut diyakini

dapat digunakan dan alasan yang tepat harus dijelaskan. Kebijakan dalam tiap

KAP dalam menentukan materialitas bisa berbeda-beda, dan di KAP DBSD ini

menggunakan prinsip konservatisme dalam penerapannya di bagian PAJE SCOPE,

dimana PAJE SCOPE ini ditentukan untuk menentukan apakah akan dilakukan

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 12: Audit1

12

koreksi audit atau tidak (akan tetapi tidak mempengaruhi opini auditor). Jika nilai

angka setelah diaudit berada di atas PAJE SCOPE maka akan dilakukan koreksi

audit, dan jika nilainya di bawah PAJE SCOPE maka bisa diabaikan. Kesalahan

angka yang didapat dari proses audit dengan nilai dibawah materialitas

bukannya diabaikan, karena nilainya berada di atas PAJE SCOPE, maka prinsip

konservatisme berlaku, dengan melihat nilai PAJE SCOPE misalnya sebesar lima

juta rupiah, maka harus dilakukan koreksi audit terhadap angka dengan adanya

salah saji tersebut.Adanya penentuan PAJE SCOPE ini memperkecil kemungkinan

salah saji laporan keuangan, dan agar materialitas ditekan seminimal mungkin,

jadi menurut penulis sistem penentuan materialitas di KAP DBSD sudah termasuk

baik dan terkendali.

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 13: Audit1

13

Penentuan Risiko Audit dalam Pelaksanaan Audit

Dalam setiap penugasan audit, tahap audit planning adalah hal yang amat

penting bagi auditor untuk menentukan keputusan menerima atau menolak

klien. Penting juga bagi auditor untuk melakukan manajemen risiko yang telah

dan belum teridentifikasi, supaya dapat mengantisipasi hambatan yang nantinya

mungkin akan dihadapi dalam proses penugasan audit. Ada korelasi positif

antara risiko bisnis dengan fee audit, yaitu apabila auditor berhadapan dengan

risiko yang tinggi, terutama risiko bisnis. Hal ini akan menambah jam

pemeriksaan yang diperlukan dalam proses audit, sehingga akan mengakibatkan

dampak terhadap peningkatan fee audit (Bell et al., 2000). Konsep risiko

perikatan audit (engagement risk) umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Risiko bisnis klien, adalah risiko dimana klien mungkin gagal mencapai

tujuannya, yang berhubungan dengan kenadalan laporan keuangan, efisiensi,

dan efektivitas operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan pemerintah

(Arens et al., 2005). Secara spesifik, faktor-faktor yang menentukan risiko

bisnis klien adalah Client’s management, Entity Business, dan Client’s Industry

(Colbert et al., 1996).

2. Risiko audit, adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan

yang mengandung salah saji material (Konrath, 2002). Salah saji material bisa

terjadi karena adanya error atau fraud. Error adalah kesalahan yang tidak

disengaja, dan fraud adalah kecurangan yang disengaja.

3. Risiko bisnis auditor, adalah risiko dimana auditor akan merugi karena

melakukan perikatan, misalnya karena adanya tuntutan hukum di pengadilan

oleh pihak yang merasa tidak puas atau dirugikan oleh hasil kerja auditor

tersebut.

Sebelum menerima perikatan, setiap auditor harus mempertimbangkan

ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 14: Audit1

14

dari diterimanya perikatan tersebut. Pencegahan ancaman terhadap tingginya

risiko tersebut mencakup antara lain:

a. Memperoleh pemahaman yang memadai mengenai sifat dan

kompleksitas kegiatan bisnis klien, persyaratan perikatan, serta tujuan,

sifat, dan lingkup pekerjaan yang akan dilakukan.

b. Memperoleh pengetahuan yang relevan mengenai industri atau hal

pokok dari perikatan.

c. Memiliki pengalaman mengenai peraturan atau persyaratan pelaporan

yang relevan.

d. Menugaskan jumlah staf yang memadai dengan kompetensi yang

diperlukan.

e. Menggunakan tenaga ahli jika dibutuhkan.

f. Menyetujui jangka waktu perikatan yang realistis untuk melaksanakan

perikatan.

g. Mematuhi kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang dirancang

sedemikian rupa untuk memastikan diterimanya perikatan hanya bila

perikatan tersebut dapat dilaksanakan secara kompeten.

Bagian dalam Standar Auditing Seksi 312 (IAI, 2001) memberikan

panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada

saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Risiko audit dan

materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan

auditor bentuk baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain,

perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit

serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.

Berikut ini adalah beberapa teori yang mengutip dari Standar Auditing

Seksi 312 (IAI, 2001), yang berhubungan dengan risiko audit dan materialitas

dalam pelaksanaan audit:

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 15: Audit1

15

Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan tentang tanggung jawab

dan fungsi auditor independen yang menjelaskan bahwa auditor dapat

memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, bahwa salah saji material

terdeteksi, karena ada sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan. Risiko audit,

adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi

pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung

salah saji material (Konrath, 2002).

Auditor perlu mempertimbangkan risiko audit pada tingkat akun atau

golongan transaksi secara individual, karena pertimbangan yang demikian secara

langsung membantunya dalam menentukan lingkup prosedur audit untuk saldo

akun atau golongan transaksi tersebut. Auditor harus berusaha membatasi risiko

audit pada tingkat saldo atau golongan transaksi individual sedemikian rupa,

sehingga memungkinkannya, pada saat penyelesaian audit, untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan dengan tingkat risiko audit

yang cukup rendah. Auditor menggunakan berbagai pendekatan untuk mencapai

tujuan tersebut.

Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari

(a) risiko [yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian

(control risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji

(disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material

terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo

akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b) risiko [risiko deteksi (detection

risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan

berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas.

Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut

dan kombinasinya melibatkan pertimbangan profesional auditor dan tergantung

pada pendekatan audit yang dilakukannya.

a. Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi

terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 16: Audit1

16

pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada

saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.

Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika

dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah

dicuri daripada sediaan batu bara. Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal

dari estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar

dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa

fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh,

perkembangan teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi

usang, sehingga mengakibatkan sediaan cenderung dilaporkan lebih besar. Di

samping itu, terhadap faktor-faktor tersebut yang khusus menyangkut saldo

akun atau golongan transaksi tertentu, faktor-faktor yang berhubungan

dengan beberapa atau seluruh saldo akun atau golongan transaksi mungkin

mempengaruhi risiko bawaan yang berhubungan dengan saldo akun atau

golongan transaksi tertentu. Faktor yang terakhir ini mencakup, misalnya

kekurangan modal kerja untuk melanjutkan usaha atau penurunan aktivitas

industri yang ditandai oleh banyaknya kegagalan usaha. Lihat SA Seksi 316

[PSA No. 32 dan PSA No. 70] Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit

Laporan Keuangan, paragraf 10.

b. Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat

terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat

waktu oleh pengendalian intern entitas.Risiko ini merupakan fungsi

efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan

entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.Beberapa

risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam

setiap pengendalian intern.

c. Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji

material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 17: Audit1

17

efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul

sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak

memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi

karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan

transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul

karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai,

menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan

secara keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada

tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai

dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian

mutu.

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi.

Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya

adit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan

prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Saat auditor

menetapkan risiko bawaan untuk suatu asersi yang berkaitan dengan saldo akun

atau golongan transaksi, ia mengevaluasi berbagai faktor yang memerlukan

pertimbangan profesional. Dalam melakukan hal tersebut, auditor tidak hanya

mempertimbangkan faktor yang secara khusus berhubungan dengan saldo akun

atau golongan transaksi tersebut, tetapi juga faktor-faktor lain yang terdapat

dalam laporan keuangan secara keseluruhan, yang dapat mempengaruhi risiko

bawaan yang berhubungan dengan saldo akun atau golongan transaksi itu.

Apabila auditor berkesimpulan bahwa usaha yang dibutuhkan untuk

mengevaluasi risiko bawaan suatu asersi akan melebihi pengurangan potensial

dalam luasnya prosedur audit sebagai akibat pengandalan terhadap hasil

penetapan tersebut, auditor harus menetapkan risiko bawaan pada tingkat yang

maksimum pada saat merancang prosedur audit. Auditor juga menggunakan

pertimbangan profesional dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu

asersi yang berhubungan dengan suatu saldo akun atau golongan transaksi.

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 18: Audit1

18

Auditor dapat melakukan penetapan risiko bawaan dan risiko

pengendalian secara terpisah atau secara gabungan. Apabila auditor

menganggap risiko bawaan dan risiko pengendalian, baik secara terpisah

maupun secara gabungan, adalah kurang dari maksimum, ia harus mempunyai

dasar yang cukup. Dasar ini dapat diperoleh, misalnya melalui kuesioner,

checklist, instruksi, atau alat serupa yang berlaku umum lainnya. Risiko deteksi

yang dapat diterima oleh auditor dalam merancang prosedur audit tergantung

pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo akun atau

golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko

bawaan dan risiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap risiko

bawaan dan risiko pengendalian menurun, risiko deteksi yang dapat diterimanya

akan meningkat.

Opini Auditor

Risiko bawaan merupakanrisiko yang melekat atau memang dimiliki

perusahaan sebagai bawaan dari kegiatan usaha yang dilakukan. Untuk

perusahaan dengan kondisi yang umum, biasanya risiko bawaan tergantung pada

jenis perusahaan, misalnya untuk audit Rumah Sakit, risiko bawaannya adalah

dari persediaan obat, yang bisa saja usang, rusak, atau expired (melewati batas

akhir layak digunakan). Sedangkan di perusahaan properti risiko bawaannya

adalah mengapa ada rumah yang tidak laku, dan sebagainya. Risiko bawaan

ditentukan oleh auditor dan perusahaan secara bersama-sama, apakah risiko

tersebut digolongkan material ataukah tidak (mempengaruhi proses audit /

tidak). Ada risiko bawaan yang extraordinary, misalnya perusahaan Bakrie,

dengan adanya peristiwa bencana Lapindo, maka risiko bawaannya bertambah

besar, dimana akan ada protes atau kecaman dari masyarakat. Jadi penentuan

risiko bawaan tidak hanya melihat dari laporan keuangan, tapi juga konsekuensi

yang ditimbulkan oleh berjalannya kegiatan usaha perusahaan yang akan diaudit.

Risiko pengendalian adalah risiko yang lebih bisa dikendalikan, jadi dapat

diidentifikasi di awal pelaksanaan audit, dimana auditor juga akan melakukan

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 19: Audit1

19

penilaian terhadap Sistem Pengendalian Internal (SPI) perusahaan,dengan

mengisi kuisioner yang sudah tersedia bentuk kertas kerjanya (contoh terlampir

di belakang). Risiko pengendalian umumnya lebih banyak muncul saat proses

audit lapangan, dan terjadi pada penyusunan laporan keuangan. Manajer dapat

mengetahui risiko pengendalian yang ada di perusahaannya, mengapa risiko ini

terjadi, dan bagaimana solusi terbaik yang dapat diambil.Fungsi auditor disini

adalah untuk mengingatkan manajemen apakah SPI perusahaan sudah berjalan

dengan baik. Contoh risiko pengendalian: prosedur pengembalian uang muka

tepat waktu, prosedur absensi karyawan, prosedur uang keluar-masuk apakah

selalu melewati kasir dan di-ACC oleh siapa. Risiko pengendalian dekat dengan

risiko deteksi, yaitu saat sebelum dan saat dilakukan audit lapangan. Risiko

pengendalian yang teridentifikasi di awal akan dimasukkan ke dalam proposal

audit untuk diketahui mengenai bagaimana bentuk tanggung jawab auditor

dalam proses audit yang akan dilaksanakan.

Risiko deteksi adalah ketidakmampuan auditor mendeteksi risiko, dan

segala hal yang berhubungan dengan efektivitas prosedur standar audit.Dalam

risiko deteksidi dalamnya termasuk kesulitan auditor menentukan sampel yang

representative (bisa mewakili secara keseluruhan dan jumlahnya tepat).

Setelah menentukan materialitas dan risiko, akan disusun prosedur audit

program untuk proses audit lapangan, dimana setiap akun memiliki prosedur

sendiri-sendiri (contoh terlampir di belakang). Penentuan risiko oleh audit di KAP

DBSD telah berjalan selama beberapa tahun selama KAP ini beroperasi, jadi

sudah tidak ditemukan kesulitan yang berarti, karena sudah memiliki

pengalaman menangani berbagai macam perusahaan dari bidang yang berbeda-

beda.

Opini Penulis

Dari teori yang ada dan hasil wawancara dengan auditor, maka dapat

disimpulkan bahwa penentuan risiko audit juga sangat menentukan pelaksanaan

proses audit yang akan dilaksanakan.Ada korelasi positif antara risiko bisnis

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 20: Audit1

20

dengan fee audit, yaitu apabila auditor berhadapan dengan risiko yang tinggi,

terutama risiko bisnis. Hal ini akan menambah jam pemeriksaan yang diperlukan

dalam proses audit, sehingga akan mengakibatkan dampak terhadap

peningkatan fee audit (Bell et al., 2000).Pencegahan ancaman terhadap

tersebuttelah dijelaskan menurut landasan teori di atas, dan di KAP DBSD

langkah-langkah tersebut juga telah diterapkan. Pada tingkat saldo akun atau

golongan transaksi, risiko audit terdiri dari risiko bawaan (inherent risk) dan risiko

pengendalian (control risk), dimana di dalam risiko ini saldo akun atau golongan

transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan)

yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila digabungkan

dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya, dan risiko

risiko deteksi (detection risk) yang teorinya menyatakan bahwa auditor tidak

akan mendeteksi salah saji tersebut dikarenakan alasan tertentu, misalnya

ketidaktelitian dalam audit lapangan atau ketidaktepatan penentuan audit

sampling. Menurut penjelasan dari auditor yang diwawancarai, pengertian risiko

audit ini sudah sejalan, dan pada KAP DBSD risiko yang ditentukan terlebih

dahulu adalah risiko bawaan, yaitu dengan cara ditentukan bersama oleh auditor

dengan diskusi bersama klien. Penentuan risiko bawaan tidak hanya melihat dari

laporan keuangan, tapi juga konsekuensi yang ditimbulkan oleh berjalannya

kegiatan usaha perusahaan yang akan diaudit, dan tergantung pada jenis

perusahaannya bergerak di bidang apa. Sedangkan selanjutnya risiko

pengendalian ditentukan melalui kuisioner yang berisi kondisi Sistem

Pengendalian Internal perusahaan seperti apa, apakah sudah baik dan

memerlukan pemeriksaan saja, atau banyak prosedur dalam perusahaan yang

masih harus dibenahi. Dari penentuan kedua macam risiko ini akan dihasilkan

sebuah proposal audit yang nantinya akan disepakati oleh auditor dan klien

untuk kemudian selanjutnya dilaksanakan proses audit. Penentuan risiko audit

pada KAP DBSD ini juga sudah baik dan teratur, karena KAP sudah berjalan

selama beberapa tahun. Format yang sudah tertata juga memudahkan penulis

untuk memahami bagaimana menentukan risiko dengan benar.

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 21: Audit1

21

Tahap-tahap Awal Pelaksanaan Audit Laporan Keuangan

Dalam setiap proses penugasan audit, ada dua macam proses yang harus

dilalui oleh auditor dalam menentukan bagaimana tahapan atau proses rencana

audit terhadap seorang klien. Auditor bisa mengambil keputusan untuk

menerima atau menolak klien. Proses tahapan kerja auditor independen yang

harus dibuat yaitu audit planning dan penyusunan analytical procedures.

Menurut SPAP no.2 (IAI, 2001) disebutkan bahwa pekerjaan harus direncanakan

sebaik-baiknya, dan jika ada penggunaan asisten, harus disupervisi sebagaimana

semestinya.

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998), tahap pelaksanaan audit

laporan keuangan terdiri atas:

1. Penerimaan penugasan audit

Pertimbangan yang perlu dikaji pada awal saat penerimaan klien harus

melalui langkah-langkah berikut ini:

a. Evaluasi atas integritas manajemen

b. Identifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa

c. Penilaian kompetensi pelaksanaan audit

d. Evaluasi independensi

e. Penentuan kemampuan menggunakan kecermatan (due care)

f. Pembuatan surat penugasan audit (engagement letter)

2. Perencanaan audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah

perencanaan audit. Ada delapan langkah yang harus dijalani, yaitu:

a. Pemahaman mengenai bisnis dan industri klien

b. Pelaksanaan prosedur analitis

c. Pertimbangan tingkat materialitas awal

d. Pertimbangan risiko bawaan

e. Pertimbangan faktor lain yang berpengaruh terhadap saldo awal dan

jangka waktu penugasan klien berupa audit tahun pertama

f. Pengembangan strategi awal terhadap asersi signifikan

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 22: Audit1

22

g. Review informasi yang berhubungan dengan kewajiban legal klien

h. Pemahaman struktur Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien

3. Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ini juga dapat disebut pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya

adalah mendapatkan bukti audit berhubungan dengan efektivitas struktur

pengendalian internal klien dan kewajaran laporan keuangan klien.

Secara keseluruhan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Pengujian analitis (analytical tests)

b. Pengujian pengendalian (tests of control)

c. Pengujian substantive (substansive test)

4. Pelaporan audit

Tahap terakhir dari proses audit adalah penerbitan laporan audit. Pada

tahap ini auditor harus mampu menyusun laporan keuangan auditan

(audited financial statement), catatan atas laporan keuangan, serta

pernyataan pendapat auditor. Pernyataan pendapat auditor terbagi

menjadi lima macam, yaitu:

a. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas

(unqualified opinion with explanatory language)

c. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

d. Opini tidak wajar (adverse opinion)

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 23: Audit1

23

Gambar 1: Bagan Prosedur Pelaksanaan Audit Laporan Keuangan

Sumber: Mulyadi, 2002

Audit planning (perencanaan audit) harus dibuat terlebih dahulu untuk

merencanakan bagaimana tahapan proses pelaksanaan audit akan dilakukan,

sesuai dengan stadar audit yang sudah ada. Audit planning terdiri dari audit

programs dan audit procedures. Audit programs adalah proses tahapan kerja

auditor independen dimana auditor harus membuat program audit yang sesuai

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 24: Audit1

24

dengan kondisi dan kontrak dengan klien yang bersangkutan. Program audit

yang baik harus mencantumkan tujuan pemeriksaan, prosedur audit yang akan

dijalankan, serta kesimpulan dari pemeriksaan. Tahapan program audit terdiri

dari:

1. Pembuatan survey dan penentuan risiko audit terhadap klien.

2. Penentuan tim audit, cakupan audit, serta pengumpulan keterangan

mengenai dokumentasi perusahaan.

3. Proses audit lapangan yang dilakukan setelah perencanaan program audit

(nomor 1 dan 2) selesai dilakukan.

4. Penyusunan laporan audit klien oleh auditor sesuai tenggat waktu yang telah

disepakati.

5. Publikasi laporan audit kepada pihak-pihak yang ditentukan.

Dalam program audit dibuat suatu tabel untuk memudahkan auditor

dalam tahapan proses audit yang akan dilalui. Tabel ini berisi apa proram

auditnya, siapa PIC (Person in Charge) program tersebut, jadwal pelaksanaan

kegiatan, dan Referensi (sebagai checklist apakah pekerjaan tersebut telah

diselesaikan, jika sudah dilaksanakan, maka diberi tanda check √). Manfaat

disusunnya program audit adalah:

1. Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan, dan instruksi bagaimana harus

menyelesaikan suatu pemeriksaan.

2. Sebagai dasar untuk fungsi koordinasi, pengawasan, dan pengendalian

pemeriksaan.

3. Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien.

Opini Auditor

Dalam pembuatan audit planning,auditor harus memahami bisnis yang

dilakukan oleh klien, yaitu dengan cara auditor mencari informasi tentang segala

hal yang berhubungan dengan klien, aturan-aturan / Undang-undang yang

berhubungan dengan bidang usaha klien. Contoh: perusahaan perbankan

dimana auditornya harus mengetahui segala aturan PSAK yang berkaitan serta

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 25: Audit1

25

aturan Bapepam yang bersangkutan dengan perusahaan tersebut. Langkah-

langkah yang ditempuh dalam proses audit dimulai dengan kedatangan klien ke

KAP adalah sebagai berikut ini:

Klien berbicara dengan auditor di KAP DBSD, yaitu tentang bidang usaha

yang bersangkutan, omzet perusahaan, pangsa pasar, perusahaan sejenis

(pesaing) yang ada, aturan khusus yang berhubungan dengan bidang

usaha klien, kondisi umum perusahaan klien, dan pernah/tidaknya pada

waktu sebelumnya perusahaan ini diaudit KAP lain. Hal yang dibicarakan

disini adalah hal-hal yang bersifat umum. Selain itu juga dibicarakan

mengenai penghasilan perusahaan, letak perusahaan, tanggungan

akomodasi dan biaya transportasi saat nanti berlangsungnya proses audit

lapangan, yang dilakukan untuk dapat memulai negosiasi lingkup dan tarif

audit. KAP atau auditor juga harus mempertimbangkan unsur pajak

misalnya KAP sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pasti dikenakan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) serta Pajak Penghasilan (PPh) pasal 23

mengenai jasa konsultan.

Untuk audit perusahaan yang baru pertama kali melakukan audit: auditor

menjelaskan profil KAP, prosedur audit, jasa-jasa audit yang tersedia

(auditor harus tahu dan mengerti produk yang mereka jual), apakah itu

berupa jasa konsultasi/kompilasi, penyusunan sistem akuntansi, dan

sebagainya.

Penyusunan proposal audit (persetujuan diadakannya audit oleh auditor

dengan klien) atau surat perikatan klien dengan auditor, yang berisi

penjelasan mengenai lingkup audit yang akan dijalankan, risiko-risiko

audit yang telah teridentifikasi (misalnya risiko bawaan dan fraud yang

kemungkinan tidak bisa terdeteksi), penentuan fee jasa audit. (proposal

audit ini masih bisa direvisi sebelum terjadi kesepakatan hitam di atas

putih antara KAP dengan klien).

Penentuan klien diterima atau tidak dilakukan dengan berunding,

ditentukan oleh kemampuan auditor disesuaikan dengan keinginan klien

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 26: Audit1

26

apakah bisa terpenuhi? Berhubungan dengan waktu yang diminta klien

untuk menyelesaikan audit, bisa / tidak dipenuhi oleh KAP yang

bersangkutan, kemudian selanjutnya didiskusikan dulu dengan partner

dalam satu KAP tersebut (langkah-langkahnya berstrata). Partner yang

akan memutuskan diterimanya atau tidaknya klien. Selain itu juga

dipastikan bagaimana kondisi data-data yang akan diaudit, apakah data

akuntansi sudah tersusun rapi, ada catatan (laporan) keuangan / tidak,

masih amburadul dan ataukah laporan keuangannya belum dapat

dikatakan memadai, metode & pencatatan akuntansi apakah sudah

sesuai PSAK. Darisini dapat ditentukan jasa KAP yang akan ditawarkan

kepada klien (tidak selalu jasa audit, misalnya saat data keuangan

perusahaan belum terorganisasi dengan baik, maka jasa yang ditawarkan

adalah Agreed Upon Procedures / AUP yang adalah prosedur perikatan

audit yang disepakati, atau jasa lain berupa jasa kompilasi).

Auditor menentukan materialitas dari format yang sudah dimiliki oleh

KAP. Penentuan materialitas ini bisa berbeda, tergantung dari penilaian

(judgement) auditor yang menangani bisa berbeda satu dengan yang lain.

Dari materialitas yang sudah didapat dari perhitungan, masih bisa

dilakukan diskusi dengan klien atau auditor partner. Selain itu dibicarakan

apakah materialitas ini termasuk sering terjadi di perusahaan. Jika ya,

maka akanmeningkatkan risiko auditnya.

Auditor menentukan risiko audit dari kuisioner (KAP sudah memiliki

format yang cukup baku) yang harus diisi oleh klien, untuk menentukan

risiko pengendalian, serta merundingkan risiko bawaannya.

Terdapata kemungkinan lain di saat auditor mengaudit perusahaan yang

sedang dalam kondisi sengketa, ada penggelapan uang, maka posisi

auditor disini adalah bisa sebagai saksi ahli yang bisa dipanggil dalam

jalannya proses hukum peradilan terhadap suatu perusahaan.

Prosedur implementasi proyek pada masing-masing akun perusahaan

harus disesuaikan dengan program audit.

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 27: Audit1

27

Setelah proposal audit disetujui kedua belah pihak, maka proses audit

dapat mulai dijalankan. Pertama-tama auditor akan menyusun program audit

untuk klien tersebut, dengan mengacu pada template yang sudah ada di KAP ini.

program audit tersebut akan disesuaikan dengan kontrak klien tersebut dan

kebutuhan kliennya.

Dalam audit lapangan, auditor akan mulai meminta data-data yang

dibutuhkan selama proses audit kepada perusahaan. Dalam proses audit, auditor

akan mencocokkan data yang ada dengan kondisi sebenarnya di lapangan

(contoh: stock opname), apakah ada temuan-temuan mengenai kecurangan yang

dapat diperiksa lebih lanjut (perluasan sampel audit), atau bahwa data akuntansi

perusahaan sudah benar (auditor selalu membandingkan angka buku–angka

menurut laporan perusahaa, dengan angka per audit-angka temuan hasil kerja

auditor). Apabila ada temuan masalah-masalah yang perlu diketahui perusahaan,

maka akan dimasukkan kedalam management letter yang disusun oleh auditor

dan ditujukan untuk manajemen perusahaan. Temuan auditor ini umumnya

adalah temuan informasi setelah tanggal neraca, dan auditor akan memberikan

saran untuk penyelesaian masalah yang terjadi di perusahaan. Saat penyusunan

management letterini auditor juga akan berunding dengan perusahaan serta

partner auditor yang bersangkutan mengenai masalah yang terjadi di

perusahaan, atau mengenai selisih angka yang terjadi saat proses audit. Jika ada

salah satu pihak yang terbukti melakukan kesalahan/kelalaian, maka akan

dilakukan koreksi. Dengan kata lain, management letter berisi kondisi

pengendalian internal perusahaan yang sesungguhnya dan saran yang dapat

diberikan oleh auditor kepada perusahaan untuk memperbaiki sistem.

Saat dilakukan audit persediaan, pada perhitungan dan kondisi fisiknya

berbeda, atau saat perhitungan sampling sudah cocok atau belum. Jika tidak,

maka luas sampel harus diperluas, atau jika ketidakcocokannya melebihi tingkat

50%, maka angka yang ada di perusahaan tidak bisa dipercaya.Pengecualian yang

diketahui setelah dilaksanakannya proses audit bisa dijelaskan di catatan atas

laporan keuangan, management letter, atau opini auditor.

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 28: Audit1

28

Opini Penulis

Dalam setiap proses penugasan audit, ada dua macam proses yang harus

dilalui oleh auditor dalam menentukan bagaimana tahapan atau proses rencana

audit terhadap seorang klien. Auditor bisa mengambil keputusan untuk

menerima atau menolak klien. Proses tahapan kerja auditor independen yang

harus dibuat yaitu audit planning dan penyusunan analytical procedures.

Menurut SPAP no.2 (IAI, 2001) disebutkan bahwa pekerjaan harus direncanakan

sebaik-baiknya, dan jika ada penggunaan asisten, harus disupervisi sebagaimana

semestinya.

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998), tahap pelaksanaan audit

laporan keuangan terdiri atas:

1. Penerimaan penugasan audit

2. Perencanaan audit

3. Pelaksanaan pengujian audit

4. Pelaporan audit

Sebelum langkah-langkah di atas dijalani, maka menurut hasil wawancara

terdapat beberapa tahap awal di saat auditor menerima klien.

Proses ini dimulai dengan saat klien berbicara dengan auditor di KAP

DBSD, yaitu tentang hal-hal yang bersifat umum untuk menentukan landasan

awal atas dilakukannya audit, termasuk perkiraan negosiasi penetapan tarif jasa

audit. Untuk audit perusahaan yang baru pertama kali melakukan audit, auditor

juga menjelaskan profil KAP, prosedur audit, dan jasa-jasa yang tersedia. Setelah

itu dilakukan penyusunan proposal audit (persetujuan diadakannya audit oleh

auditor dengan klien) atau surat perikatan klien dengan auditor, yang berisi

penjelasan mengenai lingkup audit yang akan dijalankan, risiko-risiko audit yang

telah teridentifikasi (misalnya risiko bawaan dan fraud yang kemungkinan tidak

bisa terdeteksi), penentuan fee jasa audit. (proposal audit ini masih bisa direvisi

sebelum terjadi kesepakatan hitam di atas putih antara KAP dengan klien).

Penentuan klien diterima atau tidak dilakukan dengan negosiasi, ditentukan oleh

kemampuan auditor disesuaikan dengan keinginan klien apakah bisa terpenuhi

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 29: Audit1

29

ataukah tidak. Selanjutnya didiskusikan dulu dengan partner dalam satu KAP

tersebut (secara berstrata). Partner yang akan memutuskan diterimanya atau

tidaknya klien. Selain itu juga dipastikan bagaimana kondisi data-data yang akan

diaudit, apakah data akuntansi sudah diatur dengan baik, untuk jasa KAP yang

akan ditawarkan kepada klien (tidak selalu jasa audit, misalnya saat data

keuangan perusahaan belum terorganisasi dengan baik, maka jasa yang

ditawarkan adalah Agreed Upon Procedures (AUP) yang merupakan prosedur

perikatan audit yang disepakati, atau jasa lain berupa jasa kompilasi). Setelah itu

klien dan auditor akan melakukan negosiasi untuk menentukan kesepakatan

yang memuaskan bagi kedua belah pihak. Setelah proposal audit disetujui, maka

proses audit bisa mulai dilaksanakan. Proses diawali dengan penentuan tingkat

materialitas oleh KAP, dimana hasilnya bisa berbeda, tergantung dari penilaian

(judgement) auditor yang menangani audit. Dari materialitas yang sudah didapat

dari perhitungan, masih bisa dilakukan diskusi dengan klien atau auditor partner.

Setelah itu auditor juga menentukan risiko audit dari kuisioner mengenai SPI

perusahaan. Prosedur implementasi proyek pada masing-masing akun

perusahaan harus disesuaikan dengan program audit yang disusun oleh auditor.

Program audit tersebut akan disesuaikan dengan kontrak klien tersebut dan

kebutuhan kliennya.

Audit terhadap laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif, dimana

waktu auditor melaksanakan prosedur audit yang direncanakan, bukti yang

diperoleh auditor mungkin menyebabkan akan ada modofikasi sifat, saat, dan

lingkup prosedur lain yang telah direncanakan tersebut. Dari pelaksanaan

prosedur audit atau dari sumber lain selama audit berlangsung, auditor mungkin

memperoleh informasi yang jauh berbeda dengan informasi yang semula

digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana audit. Sebagai contoh,

besarnya salah saji yang ditemukan mungkin mengubah pertimbangan auditor

tentang tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian. Di samping itu, informasi

lain yang diperoleh yang berkaitan dengan laporan keuangan mungkin

mengubah pertimbangan awal auditor mengenai materialitas. Dalam hal

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)

Page 30: Audit1

30

demikian, auditor mungkin perlu mengevaluasi kembali prosedur audit yang

direncanakan, berdasarkan atas pertimbangan yang telah diperbaiki tentang

risiko audit dan materialitas untuk seluruh atau sebagaian saldo akun atau

golongan transaksi dan asersi yang terkait. Jadi hasil audit akan bisa

mencerminkan kondisi yang sebagaimana mestinya, dan hasil kerja auditor dapat

dipertanggungjawabkan dengan kuat.

Cindy K. L. / 120810008 / 4nd Accounting Audit Big Quiz & Final Exam (KAP dbs&d)