attachment

47
TYPHOID A. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam,2005). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Typi dan Salmonella paratypi A, B, C (Soedarto, 1992). Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Typi, organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Brunner and Sudarth, 1994). B. Epidemiologi Menurut Dr. Widoyono, MPH (2008) yaitu : 1. Menyerang penduduk disemua negara. 2. Seperti penyakit menular lainnya, typhoid banyak ditemukan dinegara berkembang yang hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. 3. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan, dan perilaku masyarakat. 1

Upload: iekaazula

Post on 12-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahasa inggris

TRANSCRIPT

Page 1: Attachment

TYPHOID

A. Pengertian

Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran

(Nursalam,2005).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella Typi dan Salmonella paratypi A, B, C (Soedarto, 1992).

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella Typi, organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella (Brunner and Sudarth, 1994).

B. Epidemiologi

Menurut Dr. Widoyono, MPH (2008) yaitu :

1. Menyerang penduduk disemua negara.

2. Seperti penyakit menular lainnya, typhoid banyak ditemukan dinegara

berkembang yang hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik.

3. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan, dan

perilaku masyarakat.

4. Typhoid menyerang semua usia, namun golongan terbesar tetap pada usia

kurang dari 20 tahun.

C. Etiologi

1. Faktor Penyebab

Penyebab demam thypoid adalah bakteri Salmonella thyposa.

Salmonella adalah bakteri gram negative, bergerak dengan rambut getar,

tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen

yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein membrane hailin

(Mansjoer, Arief, 2000).

1

Page 2: Attachment

2. Faktor Pencetus

Menurut Sarwono (1996) penyebaran tjypoid tidak bergantung

pada iklim, tetapi banyak dijumlah Negara yang beriklim tropis. Hal ini

disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan

kebersihan individu dan lingkungan.

3. Faktor Resiko

Sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam tifoid akan

tetap menyimpan bakteri Salmonella di dalam usus dan kantung empedu,

bahkan selama bertahun-tahun. Carier adalah orang yang sembuh dari

demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella typhi dalam tinja

dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

D. Patofisiologi

Perjalanan penyakit pada penyakit Demam Typhoid berawal dari

masuknya kuman Salmonella Typhosa ke dalam saluran cerna, bersama

makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Menurut Soegijanto (2002), pada fase awal Demam Typhoid biasa

ditemukan adanya gejala saluran nafas atas. Ada kemungkinan sebagian

kuman ini masuk ke dalam peredaran darah melalui jaringan limfoid di faring.

Pada tahap awal ini penderita juga sering mengeluh nyeri telan yang di

sebabkan karena kekeringan mukosa mulut. Lidah tampak kotor tertutup

selaput putih sampai kecoklatan yang merupakan sisa makanan, sel epitel mati

dan bakteri, kadang-kadang tepi lidah tampak hiperemis. Bila terjadi infeksi

pada nasofaring melalui saluran eustachi ke telinga tengah dan hal ini dapat

terjadi otitis media.

Di lambung sebagian besar organisme akan mati oleh asam lambung

HCL dan sebagian ada yang lolos (hidup). Pengosongan lambung yang

bersifat lambat merupakan faktor pelindung terhadap terjadinya infeksi.

Setelah melalui barier asam lambung mikroorganisme sampai di usus

halus dan menemui dua mekanisme pertahanan tubuh yaitu motilitas dan flora

normal usus. Penurunan motilitas usus karena faktor obat- obatan atau factor

anatomis meningkatkan derajat beratnya penyakit dan timbulnya komplikasi.

2

Page 3: Attachment

Flora normal usus berada di lapisan mukus atau menempel di epitel saluran

cerna dan akan berkompetisi untuk mendapatkan kebutuhan metabolik untuk

keperluan pertumbuhan, memproduksi asam amino rantai pendek serta

menurunkan suasana asam serta memproduksi zat antibakteria seperti colicin.

Di usus halus mikroorganisme ini bersinggungan dengan ujung villi usus halus

dan berkembang biak terlebih dahulu selama beberapa hari. Kemudian

melakukan penetrasi endotoksin berupa molekul polisakarida sebagai

pathogen usus ke dalam mukosa pada manusia berlangsung di jejunum. Pada

saat ini biakan tinja positif beberapa hari setelah menelan mikroorganisme dan

menjadi negative ketika timbul gejala klinis bakteriemia. Di lamina propia

organisme mengalami fagositosis dan berada di dalam sel mononuclear.

Mikroorganisme yang sudah berada di dalam sel mononuclear ini masuk ke

folikel limfoid intestine atau nodus peyer dan mengadakan multiplikasi.

Selanjutnya sel yang sudah terinfeksi berjalan melalui nodus limfe intestinal

regional dan duktus thorasikus menuju system sirkulasi sistemik dan

menyebar serta menginfeksi system retikuloendotelial di hati dan limpa. Di

organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak

difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga

menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan

peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus

sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang

mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya

tubuh menjadi mudah lelah.

Perubahan pada jaringan limfoid di daerah ileocecal yang timbul selama

Demam Thypoid dapat di bagi menjadi empat tahap, yaitu hiperplasi, nekrosis

jaringan, ulserasi, dan penyembuhan. Adanya perubahan pada nodus peyer

tersebut menyebabkan penderita mengalami gejala intestinal yaitu nyeri perut,

diare, perdarahan dan perforasi. Perdarahan dapat terjadi apabila proses

nekrosis sudah mengenai lapisan mukosa dan submukosa sehingga terjadi

erosi pada pembuluh darah. Ulkus biasanya menyembuh sendiri tanpa

meninggalkan jaringan parut tetapi ulkus dapat menembus lapisan serosa

sehingga terjadi perforasi.

3

Page 4: Attachment

Selain itu dapat terjadi degenerasi sel beberapa organ yaitu ginjal,

jantung, dan paru. Ginjal tampak membengkak, tampak pula pyelonefritis, dan

pyelitis. Dapat pula terlibat gambaran glomerulonefritis dan sindroma

nefrotik. Pathogenesis kelainan neuropsikiatri karena endotoksin beredar dan

berikatan dengan struktur basis kranii menimbulkan enselopati dengan cincin

perdarahan, thrombus kapiler, mielitis dan sindroma guillian barre. Gangguan

mental dapat terjadi di sebabkan karena sumbatan fibrin pada pembuluh darah

otak (DIC). Anemia dapat terjadi pada penderita disebabkan antara lain karena

pengaruh berbagai sitokin dan mediator sehingga terjadi depresi sumsum

tulang dan penghentian tahap pematangan eritrosit maupun kerusakan

langsung pada eritrosit yang tampak sebagai hemolisis ringan. Selain itu

anemia bisa di sebabkan karena perdarahan usus. Pengaruh depresi sum-sum

tulang yang lain adalah leukopeni dan trombositopeni.

4

Page 5: Attachment

E. WOC

Air dan makanan yang mengandung kuman salmonella typhosa

Dimusnahkan asam lambung Lambung

Usus halus

Pembesaran limfe / jaringan limfe

5

Berkembangbiak dalam sel

retikuloendoteial, hati dan

limfe

Bakteriemia Usus halus Mulut

PeradanganPeradangan Selaput putih

Pelepasan zat pirogen

Merangsang peningkatan peristaltik usus

Bau tidak sedap

Pusat termogulasi

tubuh

Diare Anoreksia

Demam

MK : Hipertermia

MK : Gangguan eliminasi diare

MK : Kekurangan volume cairan

Intake tidak adekuat

MK : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hepatomegali

MK : Nyeri abdomen/peradaban

MK : Intoleran aktivitas

Fatigue

Peristaltik usus menurun

MK : Gangguan eliminasi konstipasi

Sumber : Soegijanto, 2002

Page 6: Attachment

F. Manifestasi klinik

Menurut Arif Mansjoer, 1999 yaitu masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari,

selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya

penyakit/gejala yang tidak khas) :

1. Perasaan tidak enak badan

2. Lesu

3. Nyeri kepala

4. Pusing

5. Diare

6. Anoreksia

7. Batuk

8. Nyeri otot

Menyusul gejala klinis yang lain menurut Rahmad Juwono, 1996 yaitu:

a) Demam

Demam berlangsung 3 minggu yaitu :

1. Minggu I : demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat pada sore dan malam hari nyeri kepala,  pusing, nyeri otot, 

anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,   perasaan tidak enak

diperut,   batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya

didapat peningkatan suhu badan

2. Minggu II : Demam terus, Demam, Bradikardikardi relatif lidah

thypoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah tremor), Hepatomegali, 

Plenomegali,   Meteorismus,   Gangguan kesadaran seperti samnolen

3. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.

b) Gangguan Pada Saluran Pencernaan

1. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi

kemerahan, jarang disertai tremor

2. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan

3. Terdapat konstipasi, diare

c) Gangguan Kesadaran

1. Kesadaran yaitu apatis – somnole.

6

Page 7: Attachment

2. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil

dalam kapiler kulit)

G. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut Widodo

(2006) adalah pemeriksaan laboratorium , yang terdiri dari :

1. Pemeriksaan leukosit

Biasanya pada klien dengan demam typhoid terdapat leukopenia dan

limposistosis, tetapi kenyataannya leukopenia jarang dijumpai. Pada

kebanyakan kasus Typhus Abdominalis, jumlah leukosit pada sediaan

darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat

leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena

pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa Typhus

Abdominalis.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya Typhus Abdominalis.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan Typhus Abdominalis,

tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi

demam.

4. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

di vaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien

yang disangka menderita typhoid.

7

Page 8: Attachment

H. Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer, 2001 yaitu :

1. Perawatan.

a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

2. Diet.

a. Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.

b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

3. Obat-obatan.

Obat-obat anti mikroba yang sering di pergunakan ialah:

a. Kloramfenikol; obat anti mikroba yang dapat meredakan demam

dengan cepat.

b. Tiamfenikol; efektifitas tiamfenikol pada demam typoid hampir sama

dengan kloramfenikol.

c. Cotrimoksazol (kombinasi dari Sulfamitoksasol); efektifitas obat ini

dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol.

Obat-obat anti biotik yang sering dipergunakan ialah :

a) Ampicillin dan Amoksisilin; indikasi mutlak penggunaannya adalah

pasien demam typhoid dengan leokopenia.

b) Cefalosforin generasi ketiga; beberapa uji klinis menunjukkan

Cefalosforin generasi ketiga antara lain Sefiperazon, Ceftriakson, dan

Cefotaxim efektif untuk demam.

c) Fluorokinolon; efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama

pemberian yang optimal belum di ketahui dengan pasti.

8

Page 9: Attachment

4. Pencegahan

Kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah

demam typhoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak

makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu

dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah ditempatnya

dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi.

I. Cara penularan

Menurut Dr. Widoyono (2008) yaitu penularan penyakit adalah melalui air

dan makanan. Kuman salmonella dapat bertahan lama dalam makanan.

Penggunaan air minum secara masal yang tercemar bakteri. Vector berupa

serangga juga berperan dalam penularan penyakit.

9

Page 10: Attachment

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Kasus

Erika 6 tahun, BB 18 kg, TB 128 cm, mengalami panas badan yang terus

menerus dan sudah berlangsung hampir 2 minggu. Pada minggu pertama

panas terjadi terutama menjelang sore dan puncaknya pada dini hari yang

diikuti dengan turun sampai normal saat menjelang pagi. Ia sudah dibawa ke

Puskesmas saat panas badannya baru 3 hari karena tidak turun walau sudah di

beri obat penurun panas. Ia mendapat amoxilin 3x2 sendok obat dan proris

3x1 sendok obat. Sampai dengan obat habis panas badan tidak turun, dan ia

kembali ke puskesmas diberi obat yang sama. Karena sampai obat habis anak

tetap panas akhirnya dibawa ke RSHS. Ternyata Erika juga sejak sakit tidak

buang air besar. Dari pemeriksaan lebih lanjut didapatkan: lidah kotor di

bagian tengah dan kemerahan pada pinggirannya serta tremor, Pulse : 88x/m,

suhu 39,4°C, anak mengeluh nyeri epigastrium dan nyeri kepala, tidak nafsu

makan, teraba hepatomegali dan splenomegali. Ia harus menjalani

pemeriksaan laboratorium, dan sambil, menunggu hasil pemeriksaan darah ia

mendapat terapi chlorampenicol serta antipiretik. Anak harus menjalani

hospitalisasi. Sudah 2 hari ia dirawat, dan anak tidak mau lepas dari pelukan

ibunya. Setiap ada perawat atau dokter memeriksa ia selalu meronta dan

menangis menjerit-jerit, padahal menurut ibunya anak ini biasanya tidak

rewel.

2. Pengkajian

a. Anamnesa

No. Register :      11300130

Ruang :      Bougenvile

Tanggal MRS :      05 Desember 2014 Jam : 08.00 WIB

Tanggal Pengkajian :      05 Desember 2014

Diagnosa Medis :      Typhoid

1) Identitas pasien

10

Page 11: Attachment

Nama :    An. E

Umur :    06 tahun

Jenis Kelamin :    Perempuan  

Suku/bangsa :    Indonesia             

Agama :    Islam

Pekerjaan :    -

Pendidikan :    Tk.B

Alamat :    Wonokromo Surabaya

2) Data penanggung jawab

Nama :    Ny. N     

Umur :    35 tahun

Jenis Kelamin :    Perempuan

Suku/bangsa :    Indonesia            

Agama :    Islam

Pekerjaan :    Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan px :    Ibu

Alamat :    Wonokromo Surabaya

3. Data dasar

1. Keluhan Utama :

Ibu klien mengatakan mengalami panas badan yang terus menerus

dan sudah berlangsung hampir 2 minggu.

2. Alasan masuk rumah sakit :

Ibu klien mengatakan sampai dengan obat habis panas badan tidak

turun, dan ia kembali ke puskesmas diberi obat yang sama. Karena sampai

obat habis anak tetap panas akhirnya dibawa ke RSHS.

3. Riwayat penyakit sekarang :

Ibu klien mengatakan ternyata juga sejak sakit tidak buang air besar.

4. Riwayat kesehatan dahulu :

Ibu klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini

sebelumnya.

5. Riwayat kesehatan keluarga:

11

Page 12: Attachment

Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit ini pada masa kecilnya.

4. Riwayat antenatal & post natal

a. Riwayat selama kehamilan

Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di puskesmas di

dekat rumahnya.

b. Obat-obatan yang digunakan

Keluarga pasien mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi pasien.

c. Kecelakan (jatuh)/tindakan yang pernah dilakukan

Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan.

d. Tindakan operasi

Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah melakukan tindakan

operasi

e. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.

f. Imunisasi

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi yang

lengkap.

5. Pengkajian perkembangan (ddst atau kka/ kartu kembang anak)

1. Motorik kasar

Ibu pasien mengatakan usia pertumbuhan dan perkembangannya

sudah mencapai normal.

2. Motorik halus

Ibu pasien mengatakan sudah membaik perkembangan dan

pertumbuhannya sudah berkembang dengan optimal.

3. Personal social

Ibu pasien mengatakan anak tidak mau lepas dari pelukan ibunya.

Setiap ada perawat atau dokter memeriksa ia selalu meronta dan menangis

menjerit-jerit, padahal menurut ibunya anak ini biasanya tidak rewel.

12

Page 13: Attachment

4. Bahasa

Sudah bisa berbicara dengan lancar dan dengan jelas

6. Riwayat sosial

a. Pengasuh : Ayah dan ibu

b. Hubungan : Orang tua

c. Pembawaan secara umum : Anaknya biasanya tidak rewel.

d. Lingkungan rumah : Damai dan tenang

7. Pola fungsi kesehatan

1. Persepsi keluarga terhadap kesehatan managemen kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di

rumah.

2. Pola aktifitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri

Skor 0: mandiri, 1: dibantu sebagian, 2:perlu bantuan orang lain 3: perlu

bantuan orang lain dan alat, 4: tergantung pada orang lain/

ketidakmampuan

Aktifitas 0 1 2 3 4

Mandi x

Berpakaian x

Eleminasi x

Mobilisasi di tempat tidur x

Pindah x

Ambulasi x

Naik tangga x

Makan dan minum x

Gosok gigi x

13

Page 14: Attachment

3. Pola istirahat dan tidur

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena panas

terjadi terutama menjelang sore dan puncaknya pada dini hari yang diikuti

dengan turun sampai normal saat menjelang pagi.

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Jumlah jam tidur siang 2 jam 1 jam

Jumlah jam tidur malam 8 jam 4 jam

Pengantar tidur Menyanyi Tidak ada

Total tidur 10 jam 5 jam

Gangguan tidur Minta susu Demam

4. Pola nutrisi- metabolik

1. Berat badan sebelum sakit dan saat sakit

Tanggal pemeriksaan BB sebelum sakit BB saat sakit

05-12-2014 20 kg 18 kg

2. Tinggi badan atau panjang badan

128 cm

3. Kebiasaan pemberian makanan

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 3x sehari 1x sehari

Jenis Nasi, Sayur, Lauk Bubur

Porsi Sedang Sedikit

Total konsumsi 3x 1x

Keluhan - Tidak nafsu makan

4. Diet khusus

Tidak ada

5. Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS setempat)

Hidrasi

BB/usia : kurus

14

Page 15: Attachment

Keterangan Intake Output Tanda dehidrasi

cairan Susu, air Cairan -

Total produksi urin - - -

6. Pola eliminasi

Eliminasi urin

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 5x sehari 2x sehari

Pancaran - -

Jumlah Sedang Sedikit

Bau Pesing Pesing

Warna Kuning Kuning pekat

Perasaan setelah BAK - -

Total produksi urin - -

Eliminasi Alvi

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

frekuensi 2x -

Konsistensi Sedang -

Bau - -

warna Coklat keemasan -

7. Pola kognitif dan persepsi sensori : Normal

8. Pola konsep diri : Normal

9. Pola mekanisme koping : Normal

10. Pola fungsi seksual-reproduksi : Normal

11. Pola hubungan-peran : Normal

12. Pola nilai dan kepercayaan

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Nilai khusus Sholat -

Praktik ibadah Berdoa -

Pengetahuan tentang praktik ibadah - -

15

Page 16: Attachment

selama sakit

13. Pola aktifitas bermain : -

8. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

1. Status kesehatan umum : Panas, nyeri epigastrium, dan nyeri

kepala.

Keadaan/ penampilan umum : Pucat, lemah, lesu, dan rewel.

Kesadaran : Compos mentis

BB sebelum sakit : 20 kg

BB saat ini : 18 kg

BB ideal : 21 kg

Perkembangan BB : Menurun

Status gizi : -

Tanda-tanda vital :

a. TD : -

b. N : 88x/menit

c. Suhu : 39,4ºC

d. RR : 20x/menit

2. Pemeriksaan fisik (B1-B6)

a. B1 (breathing) : Normal.

b. B2 (Bleeding) : Tekanan darah normal

c. B3 (Brain) : Compos mentis

d. B4 (Bladder) : Mengeluarkan ≤ 300 cc

e. B5 (Bowel) : Nyeri epigastrium.

f. B6 (Bone) : -

3. Pemeriksaan Head to Toe

a. Kepala : Nyeri

b. Mata : Normal.

c. Mulut :Lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi

kemerahan serta tremor).

d. Hidung : Normal.

16

Page 17: Attachment

e. Abdomen : Nyeri epigastrium, hepatomegali, dan

splenomegali.

f. Sirkulasi : -

g. Kulit : -

4. Pemeriksaan diagnostik

1. Laboratorium : -

2. Radiologi : -

5. Terapi

1. Oral : Antibiotik, antipiretik

2. Parenteral : -

3. Lain-lain : -

6. Analisa Data

No. Symtomp Etiologi Problem

1. DS : - Anak mengeluh

nyeri epigastrium dan

nyeri kepala.

DO : - Nyeri skala 7.

Distensi pada dinding

perut, hepatomegali

Gangguan rasa nyaman

: Nyeri

2. DS : - Anak dengan

keluhan tidak nafsu

makan.

DO : - Lemas.

- BB menurun 3 kg.

Hilang nafsu makan Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3. DS : - Anak dengan

keluhan tidak BAB

semenjak sakit.

DO : - Nyeri tekan pada

epigastrium.

Penurunan

peristaltik usus

Gangguan eliminasi

konstipasi.

4. DS : - Anak dengan

keluhan panas.

DO : - Suhu 39,4ºC

Efek langsung dari

sirkulasi endotoksin

pada hipotalamus

Hipertermia

5. DS :- Anak dengan Dampak hospitalisasi Ansietas

17

Page 18: Attachment

keluhan rewel.

DO :- Meronta dan

menangis menjerit-jerit

6. DS :-Anak dengan

keluhan tidak nafsu

makan.

DO :- BB menurun.

Kelemahan fisik Intoleransi aktifitas

7. DS : - Ternyata Erika

juga sejak sakit tidak

buang air besar.

DO : - Suhu 39,4ºC

Asupan cairan yang

tidak adekuat

sekunder akibat diare,

kurangnya intake

cairan, peningkatan

suhu tubuh

Kekurangan volume

cairan

7. Diagnosis keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin

pada hipotalamus.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan hilang nafsu makan.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi pada dinding

perut, hepatomegali.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak

adekuat sekunder akibat diare, kurangnya intake cairan, peningkatan suhu

tubuh.

5. Gangguan eliminasi konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik

usus.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

7. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

8. INTERVENSI

No

.

Tujuan & kriteria

hasil

Intervensi Rasional

18

Page 19: Attachment

Dx

1. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

tujuan suhu tubuh

dalam batas normal

(36-37ºC).

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh

dalam rentang

normal

b. Nadi dan RR

dalam rentang

normal

1. Kaji peningkatan

suhu.

2. Pantau suhu

lingkungan,

batasi/tambah linen

tempat tidur sesuai

indikasi.

3. Ajarkan keluarga

dalam mengukur

suhu.

4. Kolaborasi

pemberian

antipiretik.

1. Suhu 38,9 ºC

menunjukkan proses

penyakit infeksi

akut.

2. Suhu

lingkungan/jumlah

selimut harus

dibatasi untuk

mempertahankan

suhu mendekati

normal.

3. Untuk mencegah

dan mengenali

secara dini

hipertermia

4. Digunakan untuk

mengurangi demam.

2. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

tujuan kebutuhan

nutrisi

pasien terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Adanya

peningkatan BB

sesuai tujuan

b. BB ideal sesuai

tinggi badan

1. Timbang berat

badan tiap hari.

2. Dorong tirah

baring/pembatasan

aktifitas selama

fase sakit akut.

3. Anjurkan klien

1. Memberikan

informasi tentang

kebutuhan

diet/keefektifan

therapy.

2. Menurunkan

kebutuhan

metabolic untuk

mencegah

penurunan kalori

dan simpanan

energi.

19

Page 20: Attachment

istirahat sebelum

makan.

4. Kolaborasi

kebutuhan

stimulasi nafsu

makan.

3. Menenangkan

peristaltic dan

meningkatkan

energi untuk makan.

4. Agar asupan kalori

yang adekuat dapat

dipertahankan.

3. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

tujuan rasa nyaman

terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Pasien

mengatakan

nyeri

hilang/berkuran

g (skala 0-3)

b. Pasien tampak

tenang.

1. Kaji karakteristik

nyeri dan skala

nyeri.

2. Berikan obat yang

dianjurkan.

3. Ajarkan pasien

teknik

pengendalian nyeri

alternative, seperti

hipnotis diri,

umpan balik

biologis, dan

relaksasi.

4. Izinkan pasien

untuk memulai

posisi yang

nyaman, misalnya,

lutut fleksi

1. Untuk memenuhi

kebutuhan pasien

dalam mengurangi

nyeri pasien.

2. Untuk mengkaji

kembali yang

kontinu

memungkinkan

modifikasi rencana

perawatan yang

perlu.

3. Untuk mengurangi

ketergantungan

terhadap analgesic.

4. Menurunkan

tegangan abdomen

dan meningkatkan

rasa control.

20

Page 21: Attachment

4. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

tujuan Gangguan

keseimbangan

cairan dapat

teratasi.

Kriteria hasil :

a. Tidak memiliki

haus yang tidak

normal

b. Memiliki asupan

cairan oral dan

atau intravena

yang adekuat

1. Monitor tanda-

tanda dehidrasi

(mukosa mulut dan

bibir kering).

2. Monitor intake dan

out put

3. Anjurkan pasien

untuk

menginformasikan

perawat bila haus.

4. Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian cairan

parenteral dan obat

anti emetic jika

pasien muntah.

1. Untuk

mengidentifikasi

apakah tanda-tanda

dehidrasi

2. Mengukur cairan

yang masuk dan

keluar, sehingga

pencegahan atau

pengobatan

dehidrasi dapat

tercapai dengan

tepat

3. Mencegah

terjadinya dehidrasi

yang berlebihan

4. Dengan

memberikan obat

anti emetik

diharapkan output

cairan dapat

berkurang

5. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

tujuan diharapkan

konstipasi tidak

terjadi.

Kriteria hasil :

a. Anak

menunjukkan

1. Kaji pola BAB

pasien.

2. Pantau dan catat

BAB setiap hari.

3. Pertahankan intake

cairan 2-3 liter/hari

1. Untuk mengetahui

pola BAB pasien.

2. Mengetahui

konsistensi dari

feses dan

perkembangan pola

BAB pasien.

3. Memenuhi

kebutuhan cairan

21

Page 22: Attachment

pengetahuan

program

defekasi yang

dibutuhkan

untuk mengatasi

efek samping

obat.

b. Melaporkan

keluarnya feses

disertai

berkurangnya

nyeri dan

mengejan.

4. Kolaborasi dengan

ahli gizi pemberian

diet tinggi serat tapi

rendah lemak.

dan membantu

memperbaiki

konsistensi feses.

4. Serat menahan ezim

pencernaan dan

mengabsorpsi air

dalam alirannya

sepanjang traktus

intestinal.

6. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

tujuan aktifitas

sehari-hari kembali

normal dan

mengharapkan

penurunan rasa

letih.

Kriteria hasil :

a. Melaporkan

kemampuan

untuk

melakukan

aktifitas seharai-

hari.

b. Mengharapkan

penurunan rasa

1. Kaji derajat

kelemahan,

perhatikan

ketidakmampuan

untuk berpartisipasi

dalam aktifitas

sehari-hari.

2. Berikan lingkungan

tenang dan periode

istirahat tanpa

gangguan, dorong

istirahat sebelum

makan.

3. Dekatkan alat yang

dibutuhkan klien

dalam tempat yang

mudah dijangkau.

4. Ajarkan teknik

penghemat energi,

1. Untuk mengetahui

tingkat kemampuan

klien dalam

melakukan aktifitas.

2. Untuk menghemat

energi istirahat dan

regenerasi seluler/

penyambungan

jaringan.

3. Untuk menghemat

energi klien.

4. Untuk

memaksimalkan

22

Page 23: Attachment

letih. misal lebih baik

duduk dari pada

berdiri, penggunaan

kursi untuk mandi,

dsb.

sediaan energi untuk

tugas perawatan.

7. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

tujuan cemas

teratasi.

Kriteria hasil :

a. Klien tidak

rewel.

b. Klien tidak

ketakutan.

c. Klien tampak

tenang.

d. Klien dapat

diajak bermain.

1. Berikan obat sesuai

yang diresepkan

untuk membantu

pasien.

2. Dengarkan dengan

penuh perhatian.

Kaji pengetahuan

pasien mengenai

situasi yang

dialaminya.

3. Dorong pasien

untuk

mengidentifikasi

dan berpartisipasi

dalam aktivitas

yang ia rasa

menyenangkan.

4. Dukung upaya

anggota keluarga

untuk mengatasi

perilaku kecemasan

pasien.

1. Untuk merilekskan

selama periode

ansietas.

2. Untuk

mendiskusikan

alasan-alasan

munculnya ansietas,

sehingga dapat

membantu pasien

mengidentifikasi

perilaku kecemasan

dan menyadarkan

penyebabnya.

3. Untuk membangun

rasa control.

4. Untuk menurunkan

ansietas keluarga

dan pasien.

9. Implementasi

23

Page 24: Attachment

No

.

Dx

Tanggal &

Jam

Tindakan yang akan

dilakukan

Hasil Tanda

tangan

&

nama

1. 05-12-2014

Pukul :

08.10

1. Mengkaji

peningkatan suhu.

2. Memantau suhu

lingkungan,

membatasi/menamba

h linen tempat tidur

sesuai indikasi.

3. Mengajarkan

keluarga dalam

mengukur suhu.

4. Mengkolaborasi

pemberian

antipiretik.

1. Suhu klien turun

sedikit tapi masih

belum normal.

2. Suhu lingkungan

sudah baik

3. Keluarga sudah bisa

mengukur suhu

tubuh dengan

memegang bdan

yang panas di bagian

lipatan tubuh

4. Suhu tubuh klien

masih sedikit panas

2. 05-12-2014

Pukul :

08.30

1. Menimbang berat

badan tiap hari.

2. Mendorong tirah

baring/pembatasan

aktifitas selama fase

sakit akut.

3. Menganjurkan klien

1. Keluarga klien sudah

mengerti tentang

kebutuhan diet.

2. Keluarga klien

membatasi aktifitas

kepada klien

3. Klien tampak tenang

24

Page 25: Attachment

istirahat sebelum

makan.

4. Mengkolaborasi

kebutuhan stimulasi

nafsu makan.

4. Klien sudah mau

makan secara teratur

tetapi dengan porsi

sedikit

3. 05-12-2014

Pukul :08.5

0

1. Mengkaji

karakteristik nyeri

dan skala nyeri.

2. Memberikan obat

yang dianjurkan.

3. Mengajarkan pasien

teknik pengendalian

nyeri alternative,

seperti hipnotis diri,

umpan balik

biologis, dan

relaksasi.

4. Mengizinkan pasien

untuk memulai

posisi yang nyaman,

misalnya, lutut fleksi

1. Klien mengatakan

nyeri di skala 3 dan

kadang hilang.

2. Klien tidak

meminum obat anti

nyeri

3. Nyeri yang dirasakan

klien dibuat mainan

agar tidak terlalu

sakit.

4. Klien menekuk lutut.

4. 05-12-2014

Pukul :

09.10

1. Memonitor tanda-

tanda dehidrasi

(mukosa mulut dan

bibir kering).

2. Memonitor intake

dan output

3. Menganjurkan

pasien untuk

1. Mulut klien tidak

kering

2. Tidak terjadi

dehidrasi

3. Klien tidak

mengalami kehausan

25

Page 26: Attachment

menginformasikan

perawat bila haus.

4. Mengkolaborasi

dengan dokter untuk

pemberian cairan

parenteral dan obat

anti emetic jika

pasien muntah.

4. Cairan output klien

normal

5. 05-12-2014

Pukul :

09.30

1. Mengkaji pola BAB

pasien.

2. Memantau dan

mencatat BAB setiap

hari.

3. Mempertahankan

intake cairan 2-3

liter/hari

4. Mengkolaborasi

dengan ahli gizi

pemberian diet

tinggi serat tapi

rendah lemak.

1. Kilen bisa BAB

2. Feses klien dalam

keadaan normal

3. Intake cairan klien

normal dan

konsistensi feses

juga normal

4. Klien makan

makanan yang

dianjurkan oleh

dokter

6. 05-12-2014

Pukul :

09.50

1. Mengkaji derajat

kelemahan,

memperhatikan

ketidakmampuan

untuk berpartisipasi

dalam aktifitas

sehari-hari.

2. Memberikan

lingkungan tenang

dan periode istirahat

1. Klien tampak tenang

dan tidak lemah

2. Aktifitas yang

dilakukan klien

hanya tiduran

26

Page 27: Attachment

tanpa gangguan,

dorong istirahat

sebelum makan.

3. Mendekatkan alat

yang dibutuhkan

klien dalam tempat

yang mudah

dijangkau.

4. Mengajarkan teknik

penghemat energi,

misal lebih baik

duduk dari pada

berdiri, penggunaan

kursi untuk mandi,

dsb.

3. Klien mainan di

tempat tidur

4. Klien berdiam di

tempat tidur

7. 05-12-2014

Pukul :

10.10

1. Memberikan obat

sesuai yang

diresepkan untuk

membantu pasien.

2. Mendengarkan

dengan penuh

perhatian. Mengkaji

pengetahuan pasien

mengenai situasi

yang dialaminya.

3. Mendorong pasien

untuk

mengidentifikasi dan

berpartisipasi dalam

aktivitas yang ia rasa

menyenangkan.

4. Mendukung upaya

1. Klien merasa rileks

2. Klien sudah tenang

dan tidak rewel lagi

3. Klien tampak senang

4. Klien tampak sudah

tidak cemas lagi

27

Page 28: Attachment

anggota keluarga

untuk mengatasi

perilaku kecemasan

pasien.

10. Evaluasi

No. Tanggal dan

jam

Catatan perkembangan Nama &

paraf

1. 05-12-2014

Pukul : 10.13

S = Klien mengatakan badan

panas

O = Badan klien masih panas

S : 38oC

A = Tujuan tercapai sebagian.

P = Dilanjutkan

1 dan 4

2. 05-12-2014

Pukul : 10.16

S = Klien mengatakan mau

makan teratur

O = Klien sudah mau makan

secara teratur tetapi dengan porsi

sedikit

A = Tujuan tercapai.

P = Klien diperbolehkan pulang

dan diberikan Health Education.

3. 05-12-2014

Pukul : 10.19

S = Klien mengatakan nyeri di

skala 3 dan kadang hilang.

O = Klien menekuk lutut.

A = Tujuan tercapai sebagian.

P = Dilanjutkan

1

4. 05-12-2014

Pukul : 10.22

S = Klien mengatakan tidak

mengalami kehausan.

O = Mulut klien tidak kering.

28

Page 29: Attachment

A = Tujuan tercapai.

P = Klien diperbolehkan pulang

dan diberikan Health Education.

5. 05-12-2014

Pukul : 10.25

S = Klien mengatakan sudah bisa

BAB

O = Feses klien normal

A = Tujuan tercapai.

P = Klien diperbolehkan pulang

dan diberikan Health Education.

6. 05-12-2014

Pukul : 10.28

S = Klien mengatakan senang

dengan posisi yang seperti ini.

O = Klien tiduran dan mainan di

tempat tidur.

A = Tujuan tercapai.

P = Klien diperbolehkan pulang

dan diberikan Health Education.

7. 05-12-2014

Pukul : 10.30

S = Klien mengatakan rileks

O = Klien tampak tenang dan

tidak rewel lagi

A = Tujuan tercapai.

P = Klien diperbolehkan pulang

dan diberikan Health Education.

11. Memahami peran perawat

a. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan

Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis

keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat

sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat

dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya

dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.

29

Page 30: Attachment

b. Peran sebagai advokat klien

Dilakukan untuk membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan

mempertahanakan dan melindungi hak-hak klien yang meliputi :

- Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

- Hak atas informasi tentang penyakitnya

- Hak atas privasi

- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian

c. Peran sebagai edukator

Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan.

d. Peran sebagai koordinator

Untuk mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan

kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat

terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Peran sebagai kolaborator

Untuk upaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan termasuk diskusi aatau tukar pendapat dalam penentuan bentuk

pelayanan selanjutnya.

f. Peran sebagai konsultan

Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan.

g. Peran sebagai pembaharu

Dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan

yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan

keperawatan.

30

Page 31: Attachment

31

Page 32: Attachment

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC

Dr. Widoyono, MPH. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,

Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid I. Jakarta :

Media Aesculapius.

Wilkinson Judith M., Ahern Nancy R. 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta :

EGC

32