attachment
DESCRIPTION
bahasa inggrisTRANSCRIPT
TYPHOID
A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran
(Nursalam,2005).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Typi dan Salmonella paratypi A, B, C (Soedarto, 1992).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Typi, organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Brunner and Sudarth, 1994).
B. Epidemiologi
Menurut Dr. Widoyono, MPH (2008) yaitu :
1. Menyerang penduduk disemua negara.
2. Seperti penyakit menular lainnya, typhoid banyak ditemukan dinegara
berkembang yang hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik.
3. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan, dan
perilaku masyarakat.
4. Typhoid menyerang semua usia, namun golongan terbesar tetap pada usia
kurang dari 20 tahun.
C. Etiologi
1. Faktor Penyebab
Penyebab demam thypoid adalah bakteri Salmonella thyposa.
Salmonella adalah bakteri gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen
yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein membrane hailin
(Mansjoer, Arief, 2000).
1
2. Faktor Pencetus
Menurut Sarwono (1996) penyebaran tjypoid tidak bergantung
pada iklim, tetapi banyak dijumlah Negara yang beriklim tropis. Hal ini
disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan
kebersihan individu dan lingkungan.
3. Faktor Resiko
Sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam tifoid akan
tetap menyimpan bakteri Salmonella di dalam usus dan kantung empedu,
bahkan selama bertahun-tahun. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella typhi dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
D. Patofisiologi
Perjalanan penyakit pada penyakit Demam Typhoid berawal dari
masuknya kuman Salmonella Typhosa ke dalam saluran cerna, bersama
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Menurut Soegijanto (2002), pada fase awal Demam Typhoid biasa
ditemukan adanya gejala saluran nafas atas. Ada kemungkinan sebagian
kuman ini masuk ke dalam peredaran darah melalui jaringan limfoid di faring.
Pada tahap awal ini penderita juga sering mengeluh nyeri telan yang di
sebabkan karena kekeringan mukosa mulut. Lidah tampak kotor tertutup
selaput putih sampai kecoklatan yang merupakan sisa makanan, sel epitel mati
dan bakteri, kadang-kadang tepi lidah tampak hiperemis. Bila terjadi infeksi
pada nasofaring melalui saluran eustachi ke telinga tengah dan hal ini dapat
terjadi otitis media.
Di lambung sebagian besar organisme akan mati oleh asam lambung
HCL dan sebagian ada yang lolos (hidup). Pengosongan lambung yang
bersifat lambat merupakan faktor pelindung terhadap terjadinya infeksi.
Setelah melalui barier asam lambung mikroorganisme sampai di usus
halus dan menemui dua mekanisme pertahanan tubuh yaitu motilitas dan flora
normal usus. Penurunan motilitas usus karena faktor obat- obatan atau factor
anatomis meningkatkan derajat beratnya penyakit dan timbulnya komplikasi.
2
Flora normal usus berada di lapisan mukus atau menempel di epitel saluran
cerna dan akan berkompetisi untuk mendapatkan kebutuhan metabolik untuk
keperluan pertumbuhan, memproduksi asam amino rantai pendek serta
menurunkan suasana asam serta memproduksi zat antibakteria seperti colicin.
Di usus halus mikroorganisme ini bersinggungan dengan ujung villi usus halus
dan berkembang biak terlebih dahulu selama beberapa hari. Kemudian
melakukan penetrasi endotoksin berupa molekul polisakarida sebagai
pathogen usus ke dalam mukosa pada manusia berlangsung di jejunum. Pada
saat ini biakan tinja positif beberapa hari setelah menelan mikroorganisme dan
menjadi negative ketika timbul gejala klinis bakteriemia. Di lamina propia
organisme mengalami fagositosis dan berada di dalam sel mononuclear.
Mikroorganisme yang sudah berada di dalam sel mononuclear ini masuk ke
folikel limfoid intestine atau nodus peyer dan mengadakan multiplikasi.
Selanjutnya sel yang sudah terinfeksi berjalan melalui nodus limfe intestinal
regional dan duktus thorasikus menuju system sirkulasi sistemik dan
menyebar serta menginfeksi system retikuloendotelial di hati dan limpa. Di
organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak
difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga
menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan
peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus
sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang
mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya
tubuh menjadi mudah lelah.
Perubahan pada jaringan limfoid di daerah ileocecal yang timbul selama
Demam Thypoid dapat di bagi menjadi empat tahap, yaitu hiperplasi, nekrosis
jaringan, ulserasi, dan penyembuhan. Adanya perubahan pada nodus peyer
tersebut menyebabkan penderita mengalami gejala intestinal yaitu nyeri perut,
diare, perdarahan dan perforasi. Perdarahan dapat terjadi apabila proses
nekrosis sudah mengenai lapisan mukosa dan submukosa sehingga terjadi
erosi pada pembuluh darah. Ulkus biasanya menyembuh sendiri tanpa
meninggalkan jaringan parut tetapi ulkus dapat menembus lapisan serosa
sehingga terjadi perforasi.
3
Selain itu dapat terjadi degenerasi sel beberapa organ yaitu ginjal,
jantung, dan paru. Ginjal tampak membengkak, tampak pula pyelonefritis, dan
pyelitis. Dapat pula terlibat gambaran glomerulonefritis dan sindroma
nefrotik. Pathogenesis kelainan neuropsikiatri karena endotoksin beredar dan
berikatan dengan struktur basis kranii menimbulkan enselopati dengan cincin
perdarahan, thrombus kapiler, mielitis dan sindroma guillian barre. Gangguan
mental dapat terjadi di sebabkan karena sumbatan fibrin pada pembuluh darah
otak (DIC). Anemia dapat terjadi pada penderita disebabkan antara lain karena
pengaruh berbagai sitokin dan mediator sehingga terjadi depresi sumsum
tulang dan penghentian tahap pematangan eritrosit maupun kerusakan
langsung pada eritrosit yang tampak sebagai hemolisis ringan. Selain itu
anemia bisa di sebabkan karena perdarahan usus. Pengaruh depresi sum-sum
tulang yang lain adalah leukopeni dan trombositopeni.
4
E. WOC
Air dan makanan yang mengandung kuman salmonella typhosa
Dimusnahkan asam lambung Lambung
Usus halus
Pembesaran limfe / jaringan limfe
5
Berkembangbiak dalam sel
retikuloendoteial, hati dan
limfe
Bakteriemia Usus halus Mulut
PeradanganPeradangan Selaput putih
Pelepasan zat pirogen
Merangsang peningkatan peristaltik usus
Bau tidak sedap
Pusat termogulasi
tubuh
Diare Anoreksia
Demam
MK : Hipertermia
MK : Gangguan eliminasi diare
MK : Kekurangan volume cairan
Intake tidak adekuat
MK : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Hepatomegali
MK : Nyeri abdomen/peradaban
MK : Intoleran aktivitas
Fatigue
Peristaltik usus menurun
MK : Gangguan eliminasi konstipasi
Sumber : Soegijanto, 2002
F. Manifestasi klinik
Menurut Arif Mansjoer, 1999 yaitu masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari,
selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit/gejala yang tidak khas) :
1. Perasaan tidak enak badan
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri otot
Menyusul gejala klinis yang lain menurut Rahmad Juwono, 1996 yaitu:
a) Demam
Demam berlangsung 3 minggu yaitu :
1. Minggu I : demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya
didapat peningkatan suhu badan
2. Minggu II : Demam terus, Demam, Bradikardikardi relatif lidah
thypoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah tremor), Hepatomegali,
Plenomegali, Meteorismus, Gangguan kesadaran seperti samnolen
3. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
b) Gangguan Pada Saluran Pencernaan
1. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor
2. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
3. Terdapat konstipasi, diare
c) Gangguan Kesadaran
1. Kesadaran yaitu apatis – somnole.
6
2. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil
dalam kapiler kulit)
G. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut Widodo
(2006) adalah pemeriksaan laboratorium , yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Biasanya pada klien dengan demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis, tetapi kenyataannya leukopenia jarang dijumpai. Pada
kebanyakan kasus Typhus Abdominalis, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa Typhus
Abdominalis.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya Typhus Abdominalis.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan Typhus Abdominalis,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
demam.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
di vaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid.
7
H. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, 2001 yaitu :
1. Perawatan.
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet.
a. Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3. Obat-obatan.
Obat-obat anti mikroba yang sering di pergunakan ialah:
a. Kloramfenikol; obat anti mikroba yang dapat meredakan demam
dengan cepat.
b. Tiamfenikol; efektifitas tiamfenikol pada demam typoid hampir sama
dengan kloramfenikol.
c. Cotrimoksazol (kombinasi dari Sulfamitoksasol); efektifitas obat ini
dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol.
Obat-obat anti biotik yang sering dipergunakan ialah :
a) Ampicillin dan Amoksisilin; indikasi mutlak penggunaannya adalah
pasien demam typhoid dengan leokopenia.
b) Cefalosforin generasi ketiga; beberapa uji klinis menunjukkan
Cefalosforin generasi ketiga antara lain Sefiperazon, Ceftriakson, dan
Cefotaxim efektif untuk demam.
c) Fluorokinolon; efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama
pemberian yang optimal belum di ketahui dengan pasti.
8
4. Pencegahan
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah
demam typhoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak
makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu
dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah ditempatnya
dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi.
I. Cara penularan
Menurut Dr. Widoyono (2008) yaitu penularan penyakit adalah melalui air
dan makanan. Kuman salmonella dapat bertahan lama dalam makanan.
Penggunaan air minum secara masal yang tercemar bakteri. Vector berupa
serangga juga berperan dalam penularan penyakit.
9
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kasus
Erika 6 tahun, BB 18 kg, TB 128 cm, mengalami panas badan yang terus
menerus dan sudah berlangsung hampir 2 minggu. Pada minggu pertama
panas terjadi terutama menjelang sore dan puncaknya pada dini hari yang
diikuti dengan turun sampai normal saat menjelang pagi. Ia sudah dibawa ke
Puskesmas saat panas badannya baru 3 hari karena tidak turun walau sudah di
beri obat penurun panas. Ia mendapat amoxilin 3x2 sendok obat dan proris
3x1 sendok obat. Sampai dengan obat habis panas badan tidak turun, dan ia
kembali ke puskesmas diberi obat yang sama. Karena sampai obat habis anak
tetap panas akhirnya dibawa ke RSHS. Ternyata Erika juga sejak sakit tidak
buang air besar. Dari pemeriksaan lebih lanjut didapatkan: lidah kotor di
bagian tengah dan kemerahan pada pinggirannya serta tremor, Pulse : 88x/m,
suhu 39,4°C, anak mengeluh nyeri epigastrium dan nyeri kepala, tidak nafsu
makan, teraba hepatomegali dan splenomegali. Ia harus menjalani
pemeriksaan laboratorium, dan sambil, menunggu hasil pemeriksaan darah ia
mendapat terapi chlorampenicol serta antipiretik. Anak harus menjalani
hospitalisasi. Sudah 2 hari ia dirawat, dan anak tidak mau lepas dari pelukan
ibunya. Setiap ada perawat atau dokter memeriksa ia selalu meronta dan
menangis menjerit-jerit, padahal menurut ibunya anak ini biasanya tidak
rewel.
2. Pengkajian
a. Anamnesa
No. Register : 11300130
Ruang : Bougenvile
Tanggal MRS : 05 Desember 2014 Jam : 08.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 05 Desember 2014
Diagnosa Medis : Typhoid
1) Identitas pasien
10
Nama : An. E
Umur : 06 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Pendidikan : Tk.B
Alamat : Wonokromo Surabaya
2) Data penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan px : Ibu
Alamat : Wonokromo Surabaya
3. Data dasar
1. Keluhan Utama :
Ibu klien mengatakan mengalami panas badan yang terus menerus
dan sudah berlangsung hampir 2 minggu.
2. Alasan masuk rumah sakit :
Ibu klien mengatakan sampai dengan obat habis panas badan tidak
turun, dan ia kembali ke puskesmas diberi obat yang sama. Karena sampai
obat habis anak tetap panas akhirnya dibawa ke RSHS.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Ibu klien mengatakan ternyata juga sejak sakit tidak buang air besar.
4. Riwayat kesehatan dahulu :
Ibu klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga:
11
Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit ini pada masa kecilnya.
4. Riwayat antenatal & post natal
a. Riwayat selama kehamilan
Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di puskesmas di
dekat rumahnya.
b. Obat-obatan yang digunakan
Keluarga pasien mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi pasien.
c. Kecelakan (jatuh)/tindakan yang pernah dilakukan
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan.
d. Tindakan operasi
Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah melakukan tindakan
operasi
e. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.
f. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi yang
lengkap.
5. Pengkajian perkembangan (ddst atau kka/ kartu kembang anak)
1. Motorik kasar
Ibu pasien mengatakan usia pertumbuhan dan perkembangannya
sudah mencapai normal.
2. Motorik halus
Ibu pasien mengatakan sudah membaik perkembangan dan
pertumbuhannya sudah berkembang dengan optimal.
3. Personal social
Ibu pasien mengatakan anak tidak mau lepas dari pelukan ibunya.
Setiap ada perawat atau dokter memeriksa ia selalu meronta dan menangis
menjerit-jerit, padahal menurut ibunya anak ini biasanya tidak rewel.
12
4. Bahasa
Sudah bisa berbicara dengan lancar dan dengan jelas
6. Riwayat sosial
a. Pengasuh : Ayah dan ibu
b. Hubungan : Orang tua
c. Pembawaan secara umum : Anaknya biasanya tidak rewel.
d. Lingkungan rumah : Damai dan tenang
7. Pola fungsi kesehatan
1. Persepsi keluarga terhadap kesehatan managemen kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di
rumah.
2. Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
Skor 0: mandiri, 1: dibantu sebagian, 2:perlu bantuan orang lain 3: perlu
bantuan orang lain dan alat, 4: tergantung pada orang lain/
ketidakmampuan
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi x
Berpakaian x
Eleminasi x
Mobilisasi di tempat tidur x
Pindah x
Ambulasi x
Naik tangga x
Makan dan minum x
Gosok gigi x
13
3. Pola istirahat dan tidur
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena panas
terjadi terutama menjelang sore dan puncaknya pada dini hari yang diikuti
dengan turun sampai normal saat menjelang pagi.
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Jumlah jam tidur siang 2 jam 1 jam
Jumlah jam tidur malam 8 jam 4 jam
Pengantar tidur Menyanyi Tidak ada
Total tidur 10 jam 5 jam
Gangguan tidur Minta susu Demam
4. Pola nutrisi- metabolik
1. Berat badan sebelum sakit dan saat sakit
Tanggal pemeriksaan BB sebelum sakit BB saat sakit
05-12-2014 20 kg 18 kg
2. Tinggi badan atau panjang badan
128 cm
3. Kebiasaan pemberian makanan
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3x sehari 1x sehari
Jenis Nasi, Sayur, Lauk Bubur
Porsi Sedang Sedikit
Total konsumsi 3x 1x
Keluhan - Tidak nafsu makan
4. Diet khusus
Tidak ada
5. Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS setempat)
Hidrasi
BB/usia : kurus
14
Keterangan Intake Output Tanda dehidrasi
cairan Susu, air Cairan -
Total produksi urin - - -
6. Pola eliminasi
Eliminasi urin
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5x sehari 2x sehari
Pancaran - -
Jumlah Sedang Sedikit
Bau Pesing Pesing
Warna Kuning Kuning pekat
Perasaan setelah BAK - -
Total produksi urin - -
Eliminasi Alvi
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
frekuensi 2x -
Konsistensi Sedang -
Bau - -
warna Coklat keemasan -
7. Pola kognitif dan persepsi sensori : Normal
8. Pola konsep diri : Normal
9. Pola mekanisme koping : Normal
10. Pola fungsi seksual-reproduksi : Normal
11. Pola hubungan-peran : Normal
12. Pola nilai dan kepercayaan
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Nilai khusus Sholat -
Praktik ibadah Berdoa -
Pengetahuan tentang praktik ibadah - -
15
selama sakit
13. Pola aktifitas bermain : -
8. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1. Status kesehatan umum : Panas, nyeri epigastrium, dan nyeri
kepala.
Keadaan/ penampilan umum : Pucat, lemah, lesu, dan rewel.
Kesadaran : Compos mentis
BB sebelum sakit : 20 kg
BB saat ini : 18 kg
BB ideal : 21 kg
Perkembangan BB : Menurun
Status gizi : -
Tanda-tanda vital :
a. TD : -
b. N : 88x/menit
c. Suhu : 39,4ºC
d. RR : 20x/menit
2. Pemeriksaan fisik (B1-B6)
a. B1 (breathing) : Normal.
b. B2 (Bleeding) : Tekanan darah normal
c. B3 (Brain) : Compos mentis
d. B4 (Bladder) : Mengeluarkan ≤ 300 cc
e. B5 (Bowel) : Nyeri epigastrium.
f. B6 (Bone) : -
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala : Nyeri
b. Mata : Normal.
c. Mulut :Lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi
kemerahan serta tremor).
d. Hidung : Normal.
16
e. Abdomen : Nyeri epigastrium, hepatomegali, dan
splenomegali.
f. Sirkulasi : -
g. Kulit : -
4. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium : -
2. Radiologi : -
5. Terapi
1. Oral : Antibiotik, antipiretik
2. Parenteral : -
3. Lain-lain : -
6. Analisa Data
No. Symtomp Etiologi Problem
1. DS : - Anak mengeluh
nyeri epigastrium dan
nyeri kepala.
DO : - Nyeri skala 7.
Distensi pada dinding
perut, hepatomegali
Gangguan rasa nyaman
: Nyeri
2. DS : - Anak dengan
keluhan tidak nafsu
makan.
DO : - Lemas.
- BB menurun 3 kg.
Hilang nafsu makan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. DS : - Anak dengan
keluhan tidak BAB
semenjak sakit.
DO : - Nyeri tekan pada
epigastrium.
Penurunan
peristaltik usus
Gangguan eliminasi
konstipasi.
4. DS : - Anak dengan
keluhan panas.
DO : - Suhu 39,4ºC
Efek langsung dari
sirkulasi endotoksin
pada hipotalamus
Hipertermia
5. DS :- Anak dengan Dampak hospitalisasi Ansietas
17
keluhan rewel.
DO :- Meronta dan
menangis menjerit-jerit
6. DS :-Anak dengan
keluhan tidak nafsu
makan.
DO :- BB menurun.
Kelemahan fisik Intoleransi aktifitas
7. DS : - Ternyata Erika
juga sejak sakit tidak
buang air besar.
DO : - Suhu 39,4ºC
Asupan cairan yang
tidak adekuat
sekunder akibat diare,
kurangnya intake
cairan, peningkatan
suhu tubuh
Kekurangan volume
cairan
7. Diagnosis keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin
pada hipotalamus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan hilang nafsu makan.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi pada dinding
perut, hepatomegali.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat sekunder akibat diare, kurangnya intake cairan, peningkatan suhu
tubuh.
5. Gangguan eliminasi konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik
usus.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
8. INTERVENSI
No
.
Tujuan & kriteria
hasil
Intervensi Rasional
18
Dx
1. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 jam dengan
tujuan suhu tubuh
dalam batas normal
(36-37ºC).
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh
dalam rentang
normal
b. Nadi dan RR
dalam rentang
normal
1. Kaji peningkatan
suhu.
2. Pantau suhu
lingkungan,
batasi/tambah linen
tempat tidur sesuai
indikasi.
3. Ajarkan keluarga
dalam mengukur
suhu.
4. Kolaborasi
pemberian
antipiretik.
1. Suhu 38,9 ºC
menunjukkan proses
penyakit infeksi
akut.
2. Suhu
lingkungan/jumlah
selimut harus
dibatasi untuk
mempertahankan
suhu mendekati
normal.
3. Untuk mencegah
dan mengenali
secara dini
hipertermia
4. Digunakan untuk
mengurangi demam.
2. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 jam dengan
tujuan kebutuhan
nutrisi
pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Adanya
peningkatan BB
sesuai tujuan
b. BB ideal sesuai
tinggi badan
1. Timbang berat
badan tiap hari.
2. Dorong tirah
baring/pembatasan
aktifitas selama
fase sakit akut.
3. Anjurkan klien
1. Memberikan
informasi tentang
kebutuhan
diet/keefektifan
therapy.
2. Menurunkan
kebutuhan
metabolic untuk
mencegah
penurunan kalori
dan simpanan
energi.
19
istirahat sebelum
makan.
4. Kolaborasi
kebutuhan
stimulasi nafsu
makan.
3. Menenangkan
peristaltic dan
meningkatkan
energi untuk makan.
4. Agar asupan kalori
yang adekuat dapat
dipertahankan.
3. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 jam dengan
tujuan rasa nyaman
terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Pasien
mengatakan
nyeri
hilang/berkuran
g (skala 0-3)
b. Pasien tampak
tenang.
1. Kaji karakteristik
nyeri dan skala
nyeri.
2. Berikan obat yang
dianjurkan.
3. Ajarkan pasien
teknik
pengendalian nyeri
alternative, seperti
hipnotis diri,
umpan balik
biologis, dan
relaksasi.
4. Izinkan pasien
untuk memulai
posisi yang
nyaman, misalnya,
lutut fleksi
1. Untuk memenuhi
kebutuhan pasien
dalam mengurangi
nyeri pasien.
2. Untuk mengkaji
kembali yang
kontinu
memungkinkan
modifikasi rencana
perawatan yang
perlu.
3. Untuk mengurangi
ketergantungan
terhadap analgesic.
4. Menurunkan
tegangan abdomen
dan meningkatkan
rasa control.
20
4. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 jam dengan
tujuan Gangguan
keseimbangan
cairan dapat
teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak memiliki
haus yang tidak
normal
b. Memiliki asupan
cairan oral dan
atau intravena
yang adekuat
1. Monitor tanda-
tanda dehidrasi
(mukosa mulut dan
bibir kering).
2. Monitor intake dan
out put
3. Anjurkan pasien
untuk
menginformasikan
perawat bila haus.
4. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian cairan
parenteral dan obat
anti emetic jika
pasien muntah.
1. Untuk
mengidentifikasi
apakah tanda-tanda
dehidrasi
2. Mengukur cairan
yang masuk dan
keluar, sehingga
pencegahan atau
pengobatan
dehidrasi dapat
tercapai dengan
tepat
3. Mencegah
terjadinya dehidrasi
yang berlebihan
4. Dengan
memberikan obat
anti emetik
diharapkan output
cairan dapat
berkurang
5. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 jam dengan
tujuan diharapkan
konstipasi tidak
terjadi.
Kriteria hasil :
a. Anak
menunjukkan
1. Kaji pola BAB
pasien.
2. Pantau dan catat
BAB setiap hari.
3. Pertahankan intake
cairan 2-3 liter/hari
1. Untuk mengetahui
pola BAB pasien.
2. Mengetahui
konsistensi dari
feses dan
perkembangan pola
BAB pasien.
3. Memenuhi
kebutuhan cairan
21
pengetahuan
program
defekasi yang
dibutuhkan
untuk mengatasi
efek samping
obat.
b. Melaporkan
keluarnya feses
disertai
berkurangnya
nyeri dan
mengejan.
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi pemberian
diet tinggi serat tapi
rendah lemak.
dan membantu
memperbaiki
konsistensi feses.
4. Serat menahan ezim
pencernaan dan
mengabsorpsi air
dalam alirannya
sepanjang traktus
intestinal.
6. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 jam dengan
tujuan aktifitas
sehari-hari kembali
normal dan
mengharapkan
penurunan rasa
letih.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan
kemampuan
untuk
melakukan
aktifitas seharai-
hari.
b. Mengharapkan
penurunan rasa
1. Kaji derajat
kelemahan,
perhatikan
ketidakmampuan
untuk berpartisipasi
dalam aktifitas
sehari-hari.
2. Berikan lingkungan
tenang dan periode
istirahat tanpa
gangguan, dorong
istirahat sebelum
makan.
3. Dekatkan alat yang
dibutuhkan klien
dalam tempat yang
mudah dijangkau.
4. Ajarkan teknik
penghemat energi,
1. Untuk mengetahui
tingkat kemampuan
klien dalam
melakukan aktifitas.
2. Untuk menghemat
energi istirahat dan
regenerasi seluler/
penyambungan
jaringan.
3. Untuk menghemat
energi klien.
4. Untuk
memaksimalkan
22
letih. misal lebih baik
duduk dari pada
berdiri, penggunaan
kursi untuk mandi,
dsb.
sediaan energi untuk
tugas perawatan.
7. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 jam dengan
tujuan cemas
teratasi.
Kriteria hasil :
a. Klien tidak
rewel.
b. Klien tidak
ketakutan.
c. Klien tampak
tenang.
d. Klien dapat
diajak bermain.
1. Berikan obat sesuai
yang diresepkan
untuk membantu
pasien.
2. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
Kaji pengetahuan
pasien mengenai
situasi yang
dialaminya.
3. Dorong pasien
untuk
mengidentifikasi
dan berpartisipasi
dalam aktivitas
yang ia rasa
menyenangkan.
4. Dukung upaya
anggota keluarga
untuk mengatasi
perilaku kecemasan
pasien.
1. Untuk merilekskan
selama periode
ansietas.
2. Untuk
mendiskusikan
alasan-alasan
munculnya ansietas,
sehingga dapat
membantu pasien
mengidentifikasi
perilaku kecemasan
dan menyadarkan
penyebabnya.
3. Untuk membangun
rasa control.
4. Untuk menurunkan
ansietas keluarga
dan pasien.
9. Implementasi
23
No
.
Dx
Tanggal &
Jam
Tindakan yang akan
dilakukan
Hasil Tanda
tangan
&
nama
1. 05-12-2014
Pukul :
08.10
1. Mengkaji
peningkatan suhu.
2. Memantau suhu
lingkungan,
membatasi/menamba
h linen tempat tidur
sesuai indikasi.
3. Mengajarkan
keluarga dalam
mengukur suhu.
4. Mengkolaborasi
pemberian
antipiretik.
1. Suhu klien turun
sedikit tapi masih
belum normal.
2. Suhu lingkungan
sudah baik
3. Keluarga sudah bisa
mengukur suhu
tubuh dengan
memegang bdan
yang panas di bagian
lipatan tubuh
4. Suhu tubuh klien
masih sedikit panas
2. 05-12-2014
Pukul :
08.30
1. Menimbang berat
badan tiap hari.
2. Mendorong tirah
baring/pembatasan
aktifitas selama fase
sakit akut.
3. Menganjurkan klien
1. Keluarga klien sudah
mengerti tentang
kebutuhan diet.
2. Keluarga klien
membatasi aktifitas
kepada klien
3. Klien tampak tenang
24
istirahat sebelum
makan.
4. Mengkolaborasi
kebutuhan stimulasi
nafsu makan.
4. Klien sudah mau
makan secara teratur
tetapi dengan porsi
sedikit
3. 05-12-2014
Pukul :08.5
0
1. Mengkaji
karakteristik nyeri
dan skala nyeri.
2. Memberikan obat
yang dianjurkan.
3. Mengajarkan pasien
teknik pengendalian
nyeri alternative,
seperti hipnotis diri,
umpan balik
biologis, dan
relaksasi.
4. Mengizinkan pasien
untuk memulai
posisi yang nyaman,
misalnya, lutut fleksi
1. Klien mengatakan
nyeri di skala 3 dan
kadang hilang.
2. Klien tidak
meminum obat anti
nyeri
3. Nyeri yang dirasakan
klien dibuat mainan
agar tidak terlalu
sakit.
4. Klien menekuk lutut.
4. 05-12-2014
Pukul :
09.10
1. Memonitor tanda-
tanda dehidrasi
(mukosa mulut dan
bibir kering).
2. Memonitor intake
dan output
3. Menganjurkan
pasien untuk
1. Mulut klien tidak
kering
2. Tidak terjadi
dehidrasi
3. Klien tidak
mengalami kehausan
25
menginformasikan
perawat bila haus.
4. Mengkolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian cairan
parenteral dan obat
anti emetic jika
pasien muntah.
4. Cairan output klien
normal
5. 05-12-2014
Pukul :
09.30
1. Mengkaji pola BAB
pasien.
2. Memantau dan
mencatat BAB setiap
hari.
3. Mempertahankan
intake cairan 2-3
liter/hari
4. Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
pemberian diet
tinggi serat tapi
rendah lemak.
1. Kilen bisa BAB
2. Feses klien dalam
keadaan normal
3. Intake cairan klien
normal dan
konsistensi feses
juga normal
4. Klien makan
makanan yang
dianjurkan oleh
dokter
6. 05-12-2014
Pukul :
09.50
1. Mengkaji derajat
kelemahan,
memperhatikan
ketidakmampuan
untuk berpartisipasi
dalam aktifitas
sehari-hari.
2. Memberikan
lingkungan tenang
dan periode istirahat
1. Klien tampak tenang
dan tidak lemah
2. Aktifitas yang
dilakukan klien
hanya tiduran
26
tanpa gangguan,
dorong istirahat
sebelum makan.
3. Mendekatkan alat
yang dibutuhkan
klien dalam tempat
yang mudah
dijangkau.
4. Mengajarkan teknik
penghemat energi,
misal lebih baik
duduk dari pada
berdiri, penggunaan
kursi untuk mandi,
dsb.
3. Klien mainan di
tempat tidur
4. Klien berdiam di
tempat tidur
7. 05-12-2014
Pukul :
10.10
1. Memberikan obat
sesuai yang
diresepkan untuk
membantu pasien.
2. Mendengarkan
dengan penuh
perhatian. Mengkaji
pengetahuan pasien
mengenai situasi
yang dialaminya.
3. Mendorong pasien
untuk
mengidentifikasi dan
berpartisipasi dalam
aktivitas yang ia rasa
menyenangkan.
4. Mendukung upaya
1. Klien merasa rileks
2. Klien sudah tenang
dan tidak rewel lagi
3. Klien tampak senang
4. Klien tampak sudah
tidak cemas lagi
27
anggota keluarga
untuk mengatasi
perilaku kecemasan
pasien.
10. Evaluasi
No. Tanggal dan
jam
Catatan perkembangan Nama &
paraf
1. 05-12-2014
Pukul : 10.13
S = Klien mengatakan badan
panas
O = Badan klien masih panas
S : 38oC
A = Tujuan tercapai sebagian.
P = Dilanjutkan
1 dan 4
2. 05-12-2014
Pukul : 10.16
S = Klien mengatakan mau
makan teratur
O = Klien sudah mau makan
secara teratur tetapi dengan porsi
sedikit
A = Tujuan tercapai.
P = Klien diperbolehkan pulang
dan diberikan Health Education.
3. 05-12-2014
Pukul : 10.19
S = Klien mengatakan nyeri di
skala 3 dan kadang hilang.
O = Klien menekuk lutut.
A = Tujuan tercapai sebagian.
P = Dilanjutkan
1
4. 05-12-2014
Pukul : 10.22
S = Klien mengatakan tidak
mengalami kehausan.
O = Mulut klien tidak kering.
28
A = Tujuan tercapai.
P = Klien diperbolehkan pulang
dan diberikan Health Education.
5. 05-12-2014
Pukul : 10.25
S = Klien mengatakan sudah bisa
BAB
O = Feses klien normal
A = Tujuan tercapai.
P = Klien diperbolehkan pulang
dan diberikan Health Education.
6. 05-12-2014
Pukul : 10.28
S = Klien mengatakan senang
dengan posisi yang seperti ini.
O = Klien tiduran dan mainan di
tempat tidur.
A = Tujuan tercapai.
P = Klien diperbolehkan pulang
dan diberikan Health Education.
7. 05-12-2014
Pukul : 10.30
S = Klien mengatakan rileks
O = Klien tampak tenang dan
tidak rewel lagi
A = Tujuan tercapai.
P = Klien diperbolehkan pulang
dan diberikan Health Education.
11. Memahami peran perawat
a. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan
Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya
dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
29
b. Peran sebagai advokat klien
Dilakukan untuk membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan
mempertahanakan dan melindungi hak-hak klien yang meliputi :
- Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
- Hak atas informasi tentang penyakitnya
- Hak atas privasi
- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian
c. Peran sebagai edukator
Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
d. Peran sebagai koordinator
Untuk mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Peran sebagai kolaborator
Untuk upaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi aatau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
f. Peran sebagai konsultan
Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
g. Peran sebagai pembaharu
Dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan
yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Dr. Widoyono, MPH. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid I. Jakarta :
Media Aesculapius.
Wilkinson Judith M., Ahern Nancy R. 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC
32