atsiri

15
3)sebutkan dan jelaskan faktor2 lain yg dpt mempengaruhi hasil rendemen (buku/jurnal) 4)bandingkan karakteristik fisik oleoresin hasil praktikum dgn teori (buku/jurnal) 5)cari teori ttg senyawa aktif terbesar yg tdpt oleoresin berbahan baku jeruk jeruk an (cantumkan tipus : buku/jurnal) 6)cari teori ttg pengaruh sisa pelarut/etanol thdp mutu oleoresin

Upload: garnendapriscilla

Post on 25-Sep-2015

14 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ATSIRI

TRANSCRIPT

3)sebutkan dan jelaskan faktor2 lain yg dpt mempengaruhi hasil rendemen (buku/jurnal)4)bandingkan karakteristik fisik oleoresin hasil praktikum dgn teori (buku/jurnal)5)cari teori ttg senyawa aktif terbesar yg tdpt oleoresin berbahan baku jeruk jeruk an (cantumkan tipus : buku/jurnal)6)cari teori ttg pengaruh sisa pelarut/etanol thdp mutu oleoresin

TINJAUAN PUSTAKA

Oleoresin merupakan campuran antara resin dan minyak atsiri yang dapat diekstrak dari berbagai jenis rempah. Baik rempah yang berasal dari buah, biji, daun kulit maupun rimpang. Berat oleoresin yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah pelarut organik (methanol) yang digunakan untuk ekstraksi. Berat oleoresin akan cenderung meningkat dengan bertambahnya jumlah pelarut yang digunakan. Selain itu, berat oleoresin yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh ukuran partikel bubuk, dimana bubuk jahe yang lebih halus (125 m (115 mesh)) memberikan hasil yang lebih besar dibanding bubuk jahe yang lebih kasar (250 m (60 mesh)). Hal ini disebabkan karena ukuran partikel yang lebih halus (125 m (115 mesh)) memudahkan pelarut organik (methanol) untuk berpenetrasi mengikat oleoresin dengan jumlah yang lebih banyak (Bustan, 2008)

Karakteristik rimpang temulawak yang telah dikupas menimbulkan bau menyengat, hal ini karena kandungan oleoresin (viskositas material yang tebal), yang merupakan cairan berminyak yang mengandung metil fenol seperti oxy shogaol, zingerone dan gingerol, yang mungkin bertanggung jawab untuk properti antioksidan. Oleoresin Ginger prinsipnya terdiri dari jahe minyak esensial dan 6-gingerol, yang farmakologi komponen aktif utama, dan jumlah yang lebih rendah dari vanilloid struktural terkait. Zingerone juga dihasilkan dari gingerol ketika jahe dimasak atau kering (Nwaoha, 2013).

Kulit jeruk nipis manis adalah sumber flavonoid, pektin dan minyak atsiri. Jeruk Minyak kulit memiliki aroma yang kuat dan diinginkan dengan efek menyegarkan. Mereka telah digunakan sebagai penyedap dalam makanan, minuman dan produk farmasi. Mereka juga telah digunakan sebagai wewangian dalam parfum, kosmetik dan aromaterapi. Selain itu, minyak esensial jeruk telah diakui sebagai aman karena spektrum yang luas mereka kegiatan biologis seperti antimikroba, antioksidan dan anti-peradangan. Senyawa aktif terbesar pada minyak jeruk nipis manis adalah d-Limonene dengan kadar 78,3% (Mahendera, 2014).

Resin dari kulit Citrus aurantium dulcis (orange) diperoleh dari residu terpene jeruk dan jeruk distilasi minyak esensial. Resin mentah diproses dengan metode fisik agar lebih halus dengan berbagai adsorben dan disaring. Proses deodorisasi dilakukan untuk menghapus semua terpene dan sebagian besar komponen minyak atsiri. Karakteristik minyak kulit jeruk secara fisik memiliki penampilan yang jelas, berwarna kuning sampai kuning kemerahan, memiliki aroma yang sama dengan bahan aslinya yaitu beraroma kulit jeruk. Memiliki rotasi optic + 63 sampai + 78. Memiliki indeks bias 1,4730-1,4770 (20C). Dan memiliki berat jenis 0,847-0,853 (25/25C) (Gill, 2014).

Tanaman berakar rimpang memiliki senyawa aktif, flavonoid, saponin, dan minyak yang dapat digunakan untuk obat. Misalnya rimpang jahe, lengkuas berasa pedas karena kandungan oleoresinnya yang berkhasiat untuk menghangatkan badan, menjaga tamina, dan mengobati batuk. Rimpang kunyit, temulawak, dan rimpang yang berwarna kuning lainnya mengandung senyawa kurkumin berfungsi untuk daya tahan tubuh dan antioksidan (TPC, 2012).

Rendemen oleoresin sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: ukuran bahan, waktu ekstraksi, temperatur ekstraksi, jenis bahan, jenis pelarut, dan perbandingan jumlah pelarut dengan bahan. Semakin besar ukuran bahan rempah-rempah yang akan diekstraki akan memerukan waktu ekstraksi yang lebih lama untuk mendapatka rendemen yang tinggi. Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti, semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan. Pada perbandingan jumlah pelarut dengan bahan, semakin besar perbandingan bahan terhadap pelarut etanol, maka nilai rendemen yang diperoleh juga semakin meningkat. Pada temperatur, semakin besar temperatur ekstraksi yang digunakan juga dapat meningkatkan perolehan rendemen meskipun hanya terjadi sedikit. Akan tetapi pada temperatur juga tergantung dari bahan yang akan diekstrak karena apabila temperatur terlalu tinggi senyawa-senyawa volatil pada bahan akan menguap yang berakibat pada hasil rendemen bahan, maka ditentukan terlebih dahulu suhu optimum bahan yang akan diekstrak (Hartuti, 2013).

Proses pengecilan ukuran dan pengeringan bahan berminyak yang bersifat permiabel (mudah ditembus zat cair dan uap) kadang-kadang dilakukan dengan tujuan untuk mengekstraksi minyak dalam waktu yang relatif lebih singkat. Sebelum bahan olah tersebut diekstraksi sebaiknya dirajang terlebih dahulu menjadi potongan-potongan lebih kecil. Proses perajangan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga pada proses ekstraksi laju penguapan minyak atsiri dari bahan menjadi cukup cepat. Selama proses perajangan, akan terjadi penguapan komponen minyak bertitik didih rendah. Oleh karena itu, jika diinginkan rendemen dan mutu minyak yang baik, maka hasil rajangan harus segera diekstraksi Perlakuan pendahuluan dengan cara pengeringan bahan akan mempercepat proses ekstraksi, memperbaiki mutu minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam bahan. Akan tetapi selama pengeringan kemungkinan sebagian minyak akan hilang karena penguapan dan oksidasi oleh oksigen udara (Munawaroh, 2010).

Senyawa-senyawa terpenoid banyak terdapat dalam bentuk essential oil atau yang lebih dikenal dengan sebutan minyak atsiri. Tanaman conifer, eucalyptus, dan buah jeruk kaya akan terpenoid volatil dengan berat molekul rendah. Volatilisitas senyawa-senyawa terpenoid ini mudah dikenali dari tanaman yang berbau harum. Selain itu terpenoid mudah sekali diisolasi. Pada jeruk senyawa limonoid jeruk termasuk nomilin, asam nomilat, ichangin, fotolimonin I dan asam obacunoat juga memiliki rasa pahit (Mayanti, 2009).

Kulit jeruk dapat berpotensi menjadi repellent karena mengandung minyak atsiri dengan komponen limonene, mirsen, linalool, oktanal, decanal, sitronelol, neral, geraniol, valensen, sinnsial dan sinensial. Linalol, citronellal dan geraniol termasuk senyawa yang bersifat repellent terhadap artropoda. Repellent berfungsi untuk menghindarkan adanya kontak antara manusia dan nyamuk, namundemikian bahan aktif yang digunakan tidakselamanya aman untuk digunakan tubuh (Hendri, 2013).

Salah satu cara untuk mengatasi sisa pelarut yang masih banyak adalah dengan penambahan waktu penguapan dan peningkatan suhu. Namun perlu dipertimbangkan bahwa penguapan dengan suhu yang terlalu tinggi dan waktu yang lama dapat merusak komponen minyak atsiri yang ada didalam oleoresin. Pemakaian suhu diatas titik didih pelarut yang digunakan dan waktu yang lama akan menyebabkan banyaknya pelarut yang terbuang dan selain itu pula banyaknya komponen oleoresin yang mudah menguap akan terbawa oleh pelarut yang teruapkan. Semakin tinggi konsentrasi pelarut maka jumlah oleoresin yang terekstrak pada akhir ekstraksi semakin meningkat. Tingginya konsentrasi pelarut juga menunjukkan turunnya polaritas pelarut yang merupakan campuran etanol dengan air. Semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin rendah tingkat kepolaran pelarut yang digunakan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pelarut dalam mengekstrak kandungan oleoresin yang juga bersifat kurang polar. Adanya sisa pelarut pada oleoresin berpengaruh pada indeks bias yang dihasilkan. Nilai indeks bias akan semakin besar dengan meningkatnya kerapatan minyak atsiri (oleoresin). Semakin sukar sinar dibiaskan dalam suatu medium maka nilai indeks biasnya akan semakin tinggi (Anam, 2010).

Pembahasan

Rendemen oleoresin sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: ukuran bahan, waktu ekstraksi, temperatur ekstraksi, jenis bahan, jenis pelarut, dan perbandingan jumlah pelarut dengan bahan. Semakin besar ukuran bahan rempah-rempah yang akan diekstraki akan memerukan waktu ekstraksi yang lebih lama untuk mendapatka rendemen yang tinggi. Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti, semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan. Pada perbandingan jumlah pelarut dengan bahan, semakin besar perbandingan bahan terhadap pelarut etanol, maka nilai rendemen yang diperoleh juga semakin meningkat. Pada temperatur, semakin besar temperatur ekstraksi yang digunakan juga dapat meningkatkan perolehan rendemen meskipun hanya terjadi sedikit. Akan tetapi pada temperatur juga tergantung dari bahan yang akan diekstrak karena apabila temperatur terlalu tinggi senyawa-senyawa volatil pada bahan akan menguap yang berakibat pada hasil rendemen bahan, maka ditentukan terlebih dahulu suhu optimum bahan yang akan diekstrak (Hartuti, 2013). Menurut (Munawaroh, 2010) perlakuan pendahuluan dengan cara pengeringan bahan akan mempercepat proses ekstraksi, memperbaiki mutu minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam bahan. Akan tetapi selama pengeringan kemungkinan sebagian minyak akan hilang karena penguapan dan oksidasi oleh oksigen udara.

Pada hasil praktikum didapatkan karakteristik fisik oleoresin jeruk segar adalah berwarna kuning, tidak lengket, tidak mengkilat dan berbau busuk. Sedangkan pada oleoresin jeruk kering memeiliki karakteristik fisik yaitu berwarna cokelat kehitaman, lengket, mengkilat, dan berbau khas jeruk. Menurut Gill, 2014 karakteristik minyak kulit jeruk secara fisik memiliki penampilan yang jelas, berwarna kuning sampai kuning kemerahan, memiliki aroma yang sama dengan bahan aslinya yaitu beraroma kulit jeruk. Pada karakteristik fisik oleoresin yang mengkilap menandakan bahwa adanya minyak pada oleoresin. Pada hasil praktikum didapatkan bahwa karakteristik fisik oleoresin jeruk kering lebih mendekati teori daripada oleoresin jeruk segar.

Senyawa aktif terbesar pada oleoresin jeruk nipis manis adalah d-Limonene dengan kadar 78,3% menurut penelitian Mahendera, 2014. Kulit jeruk nipis manis adalah sumber flavonoid, pektin dan minyak atsiri. Minyak kulit Jeruk memiliki aroma yang kuat dan diinginkan dengan efek menyegarkan. Kulit jeruk dapat berpotensi menjadi repellent karena mengandung minyak atsiri dengan komponen limonene, mirsen, linalool, oktanal, decanal, sitronelol, neral, geraniol, valensen, sinnsial dan sinensial. Linalol, citronellal dan geraniol termasuk senyawa yang bersifat repellent terhadap artropoda.

Salah satu cara untuk mengatasi sisa pelarut yang masih banyak adalah dengan penambahan waktu penguapan dan peningkatan suhu. Namun perlu dipertimbangkan bahwa penguapan dengan suhu yang terlalu tinggi dan waktu yang lama dapat merusak komponen minyak atsiri yang ada didalam oleoresin. Pemakaian suhu diatas titik didih pelarut yang digunakan dan waktu yang lama akan menyebabkan banyaknya pelarut yang terbuang dan selain itu pula banyaknya komponen oleoresin yang mudah menguap akan terbawa oleh pelarut yang teruapkan. Semakin tinggi konsentrasi pelarut maka jumlah oleoresin yang terekstrak pada akhir ekstraksi semakin meningkat. Tingginya konsentrasi pelarut juga menunjukkan turunnya polaritas pelarut yang merupakan campuran etanol dengan air. Semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin rendah tingkat kepolaran pelarut yang digunakan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pelarut dalam mengekstrak kandungan oleoresin yang juga bersifat kurang polar. Adanya sisa pelarut pada oleoresin berpengaruh pada indeks bias yang dihasilkan. Nilai indeks bias akan semakin besar dengan meningkatnya kerapatan minyak atsiri (oleoresin). Semakin sukar sinar dibiaskan dalam suatu medium maka nilai indeks biasnya akan semakin tinggi (Anam, 2010).

Kesimpulan:

1. Rendemen oleoresin sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: ukuran bahan, waktu ekstraksi, temperatur ekstraksi, jenis bahan, jenis pelarut, dan perbandingan jumlah pelarut dengan bahan.

2. Pada hasil praktikum didapatkan bahwa karakteristik fisik oleoresin jeruk kering lebih mendekati teori daripada oleoresin jeruk segar.

3. Senyawa aktif terbesar pada oleoresin jeruk nipis manis adalah d-Limonene

4. Semakin tinggi konsentrasi pelarut maka jumlah oleoresin yang terekstrak pada akhir ekstraksi semakin meningkat

5. Adanya sisa pelarut pada oleoresin berpengaruh pada indeks bias yang dihasilkan. Nilai indeks bias akan semakin besar dengan meningkatnya kerapatan minyak atsiri (oleoresin).

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale) Kajian Dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu. Jurnal Pertanian Mapeta, ISSN:1411-2817. Volume 12. Nomor 2.

Bustan, M. Djoni,. Ria Febriyani dan Halomoan Pakpahan. 2008. Pengaruh Waktu Ekstraksi Dan Ukuran Partikel Terhadap Berat Oleoresin Jahe Yang Diperoleh Dalam Berbagai Jumlah Pelarut Organik (Methanol). Jurnal Teknik Kimia, Volume 15. Nomor 4.

Gill, Lillian. 2014. Safety Assessment of Citrus-Derived Ingredients as Used in Cosmetics. Scientific Literature Review for Public Comment.

Hartuti, Sri dan Muhammad Dani Supardan. 2013. Optimasi Ekstraksi Gelombang Ultrasonik Untuk Produksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) Menggunakan Response Surface Methodology (Rsm). Jurnal Agritech. Volume 33. Nomor 4.

Hendri, Joni. 2013. Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap Nyamuk Demam berdarah. Jurnal Sain Veteriner. Volume 31. Nomor 2.

Mahendera, Megha and Mumtaj shah. 2014. Extraction and Characterization of Essential oil ofSweet Lime (Citrus Limetta Risso) peel using Microwave-assisted Hydrodistillation. Research Journal of Chemical Sciences. Volume 4. Number 11.

Mayanti, Tri. 2009. Kandungan Kimia dan Bioaktivitas Tanaman Duku. Unpad Press. Bandung.

Munawaroh, Safaatul dan Prima Astuti handayani. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrixD.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. Volume 2. Nomor 1.

Nwaoha, Mbaeyi, .I. Elizabeth,. Okafor Gabriel Ifeanyi and Apochi O. Veronica. 2013. Production Of Oleoresin From Ginger (Zingiber Officinale) Peels And Evaluation Of Its Antimicrobial And Antioxidative Properties. Journal academic.Volume 7. Number 42.

TPC. 2012. Tanaman Obat Herbal Berakar Rimpang. Research and Community Service Institution BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY.

ACARA II

OLEORESIN

A. Tujuan

B. Tinjauan Pustaka

C. Metodologi

1. Alat

2. Bahan

3. Cara Kerja

D. Hasil dan Pembahasan

E. Kesimpulan

(Kesimpulan menjawab tujuan)

Poin D dan E ditulis tangan, lainnya diketik dengan aturan TNR 12 pt 1,5 spasi margin 4,4,3,3 kertas A4

Tipus jurnal internasional (4), jurnal nasional (4), dan buku (4)

Laporan dikumpulkan pada hari Jumat tanggal 26 Desember 2014, langsung dijilid cover coklat tua