asuhan keperawatan pada klien lansia dengan masalah sistem pernafasan

51
PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANSIA DENGAN MASALAH SISTEM PERNAFASAN KEPERAWATAN GERONTIK ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN Kelompok 3: 1. Binur Tuasikal 2. Citra Arthana 3. Rindi Ajeng Putrie 4. Ulya Nuraini

Upload: masruri-kasbi

Post on 28-Dec-2015

115 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANSIA DENGAN MASALAH SISTEM PERNAFASAN

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANSIA

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

 

Kelompok 3:

1.      Binur Tuasikal

2.      Citra Arthana

3.      Rindi Ajeng Putrie

4.      Ulya Nuraini

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES JAYAKARTA

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

PKP DKI JAKARTA

2011

KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gerontik ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Lansia Dengan Gangguan Pernafasan”.

Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat penilaian Mata Ajar Keperawatan Gerontik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayakarta di Jakarta, penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1.                  Ibu Teti Rahmawati, S.Kp selaku koordinator Mata Ajar Keperawatan Gerontik.

2.    Ibu Eddy Rosfiati, Skp selaku pembimbing dalam penulisan Makalah ini.

3.    Rekan-rekan satu tim, yang telah bekerja sama guna terwujud dan terselesaikannya penulisan Makalah ini.

4.    Kedua orang tua, yang tak henti-hentinya memberikan semangat, doa dan bantuan baik moril dan materil.

5.    Seluruh teman-teman yang ikut memberikan saran dan kritikan sehingga dapat menjadi pertimbangan dan pembahasan.

6.    Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini.

Penulis masih menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Makalah ini dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca sekalian.

           Jakarta, 29 Oktober  2011

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

   Penulis

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang .................................................................................................

B.     Tujuan Penulisan................................................................................................

1.    Tujuan Umum ................................................................................................

2.    Tujuan Khusus ...............................................................................................

C.     Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................................

D.    Metode Penulisan ..............................................................................................

E.     Sistematika Penulisan ........................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A.     Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan

1.    Pengertian Proses Penuaan ..............................................................................

2.    Fungsi Normal Sistem Pernafasan ....................................................................

3.    Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi Pada Lansia ..................................................................................................................

4.    Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat Adanya Perubahan Fungsi dan Struktur Tubuh ..............................................................

B.     Konsep Dasar Penyakit

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

1.  Pengertian ..........................................................................................................

2.  Etiologi ............................................................................................................... 

3.  Tanda Dan Gejala ..............................................................................................

4.  Manifestasi Klinis ...............................................................................................

5.  Komplikasi ..........................................................................................................

6.  Penatalaksanaan Medis .....................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian .........................................................................................................

B.     Diagnosa Keperawatan.......................................................................................

C.     Perencanaan ......................................................................................................

D.    Implementasi Keperawatan ................................................................................

E.     Evaluasi Keperawatan .......................................................................................

BAB IV PENUTUP

A.    Simpulan ............................................................................................................

B.    Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit infeksi menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usaha harapan hidup menjadi lebih meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banya(Mangunegoro,1992 www.sampoerna.blogspot.com).

Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan.

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994www.sampoerna.blogspot.com).

Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-penyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda, akibat dari gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya, penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya danpenyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau kejadian tersebut (Mangunegoro, 1992 www.sampoerna.blogspot.com).

Menurut data yang ada, infeksi saluran napas bagian bawah akut dan tuberkulosis paru masih menduduki lima penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat (Boedhi-Darmojo, 1992; DepKes RI/SKRT tahun 1980, 1986, 1992).

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

B.      Tujuan Penulisan

   Tujuan Umum dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa memahami asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pernafasan

2.    Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini antara lain, yaitu untuk memahami:

a.       Pengertian lansia.

b.      Pengertian proses penuaan (proces ageing).

c.       Fungsi normal dari sistem pernafasan pada manusia.

d.      Perubahan struktur dan fungsi sistem pernafasan yang terjadi pada lansia.

e.       Perubahan psikososial dan spiritual yang dialami lansia akibat adanya perubahan struktur dan fungsi sistem pernafasan.

f.       Konsep dasar dari penyakit TBC yang mencakup mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan.

g.      Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia dengan masalah perubahan sistem pernafasan khususnya dengan penyakit TBC.

H.      Ruang Lingkup Penulisan

Penyusunan makalah ini hanya membahas tentang perubahan struktur dan fungsi sistem pernafasan pada lansia, konsep dasar dari penyakit pada sistem pernafasan yang terjadi pada lansia (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan.

I.         Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan menjelaskan perubahan struktur dan fungsi pada sistem pernafasan, konsep dasar dari penyakit sistem pernafasan (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia dengan gangguan sistem pernafasan. Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun teknik

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan pencariaan informasi dari internet. Hasilnya digunakan untuk membantu penulisan makalah ini serta untuk mendapatkan data-data sebagai sumber resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang dapat disajikan dalam bentuk makalah.

J.         Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penulisan ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

B.   Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum

2.    Tujuan Khusus

C.   Ruang Lingkup Penulisan

D.   Metode Penulisan

E.   Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A.     Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan

1.    Pengertian Proses Penuaan

2.    Fungsi Normal Sistem Pernafasan

3.    Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi Pada Lansia

4.    Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat Adanya Perubahan Fungsi dan Struktur Tubuh

B.     Konsep Dasar Penyakit

7.     Pengertian

8.     Etiologi

9.     Tanda Dan Gejala

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

10.  Manifestasi Klinis

11.  Komplikasi

12.  Penatalaksanaan Medis

BAB III TINJAUAN KASUS

F.        Pengkajian

G.       Diagnosa Keperawatan

H.       Perencanaan

I.          Implementasi Keperawatan

J.          Evaluasi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

A.     Simpulan

B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.     Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut (Prayitno dalam Aryo (2002) dalam bukuKeperawatan Gerontik edisi 2) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut  usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok kehidupannya sehari-hari.

Pada Lansia, menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2000 dalam buku Keperawatan Gerontik edisi 2)

Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh penyakit yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harusdipenuhi (Widjayakusumah, 1992. R Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999): 

1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya umum terjadi pada setiap orang.

2.    Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor luar.

3.    Proses menua terjadi secara progresif, berkelanjutan, berangsur lambat dan tidak dapat berbalik lagi.

4.    Proses menua bersifat proses kemunduran atau kerusakan (injury).

B.    Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi Pada Lansia

 Adapun bagian yang mengalami perubahan adalah:

1.    Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan mengalami osifikasi.

2.    Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat atrofi.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

3.    Saluran nafas: akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami pengapuran.

4.    Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar secara progeseif terjadi emfisema senilis.

C.  Perubahan-perubahan fisilogik sistem pernafasan

1.    Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun rongga dada akan merubah mekanika pernafasan,amplitudo pernafasan menjadi dangkal sehingga akan timbul keluhan sesak bernafas.

2.    Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air  traping) ataupun gangguan pendistribusian oksigen.

3.    Volume dan kapasitas paru menurun.

4.    Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, yang penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 dalam  darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan-jaringan berkurang, terutama saat melakukan olahraga.

5.    Gangguan perubahan ventilasi paru: akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan pada medulla oblongata dan pons.

Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ.

D.     Perubahan Anatomik Sistem Pernafasan

Menurut Stanley, 2006 dalam buku Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, mengatakan bahwa perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai berikut:

a)    Paru-paru kecil dan kendur.

b)    Hilangnya recoil elastic.

c)    Pembesaran alveoli.

d)    Penurunan kapasitas vital: penurunan PaO2 dan residu.

e)    Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

f)     Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.

g)    Hilangnya tonus otot thoraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

h)   Kelenjar mucus kurang produktif.

i)     Penurunan sensitivitas sfingter esophagus.

j)      Penurunan sensitivitas kemoreseptor.

B.   Perubahan Fisiologis Sistem Pernafasan

Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan struktural dan fungsional pada thoraks dan paru-paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru-paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh. Daya pegas paru-paru berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, maka menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan peningkatan kalsifikasi dari kartilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering, sehingga menghalangi pembuangan sekret dan menciptakan resiko tinggi terhadap infeksi pernapasan. (Maryam, 2008 www.JrPatrickGaskinsBlogger.com).

Sedangkan menurut Stokslager, 2003 dalam buku Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit perubahan fisiologis pada sistem pernapasan sebagai berikut:

a.    Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.

b.    Atrofi umum tonsil.

c.    Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.

d.    Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan metabolisme kalsium dan kartilago iga.

e.    Kekakuan paru: penurunan jumlah dan ukuran alveolus.

f.     Kiposis.

g.    Degenerasi atau atrofi otot pernapasan.

h.    Penurunan kapasitas difusi.

i.      Penurunan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi: penurunan kapasitas vital.

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

j.      Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan recoil elastis paru dan peningkatan kapasitas residual.

k.    Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas) yang mengakibatkan penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen.

l.      Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%.

m.   Penurunan cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian resiko infeksi paru dan sumbat mukus.

n.    Toleransi rendah terhadap oksigen.

C.   Perubahan Fisik Sistem Pernafasan Pada Lansia

a)    Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

b)    Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

c)    Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk ke paru mengalami penurunan, jika pada pernafasan yang tenang kira-kira 500 ml.

d)    Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal 50 m²), menyebabkan terganggunya proses difusi.

e)    Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua ke jaringan.

f)     CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama-kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

g)    Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret dan corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

4.    Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat Adanya Perubahan Fungsi dan Struktur Tubuh

4.1   Perubahan-perubahan Psikososial

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

B.     Konsep Dasar Penyakit

1.    Pengertian

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe (Brunner & Suddarth, 2002 hal.584).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberkulosis), sebagian besar kuman menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (www.infeksi.com).

Tuberkulosis paru adalah Penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis, yakni kuman aerob yang dapat menyerang semua sistem tubuh, yang mengenai paru (Dr. Med. Ahmad Ramali, Dkk, 1992 :306 www.erfansyah.blogspot.com).

TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus).TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer. Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks atau ranke (Muhammad Amin,  Ilmu penyakit paru). TB paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.

2.    Etiologi

Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan dalam lemari es).

2.1   Yang tergolong yang tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosae complex adalah:

1.    M. Tuberculosae

2.    Varian Asian

3.    Varian African I

4.    Varian African II

5.    M. Bovis

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.

2.2   Kelompok kuman Mycobacterium tuberculosae dan Mycobacteria Other Than TB (MOTT) atypical adalah:

1.    M. Kansaii

2.    M. Avium

3.    M. intra cellulare

4.    M. Scrofulaceum

5.    M. Malmacerse

6.    M. Xenopi

3.    Tanda Dan Gejala

Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit TB Paru, antara lain:

a)    Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu.

b)    Sesak napas dan nyeri dada.

c)    Badan lemah, kurang enak badan.

d)    Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun.

(Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru, Misnadiarly).

3.1    Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah:

1.    Keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.

2.    BB klien biasanya menurun: agak kurus.

3.    Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.

4.    Batuk lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.

5.    Batuk yang kadang disertai hemaptoe.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

6.    Sesak nafas.

7.    Nyeri dada.

8.    Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari).

4.    Manifestasi Klinik

Sebagian besar tuberkulosis paru didiagnosa berdasarkan adanya keluhan penderita yang merasakan kurang enak badan. Biasaya keluhan yang dirasakan penderita tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.

Adapun keluhan yang tersering terjadi adalah :

a.    Demam (panas)

Demam ini mungkin hanya sedikit peningkatan suhu tubuh pada malam hari. Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang panas dapat mencapai 40-41 0C. Serangan demam ini sifatnya hilang timbul yang berlangsung terus-menerus sehingga penderita tidak pernah merasa terbebas dari demam ini. Hal ini juga tergantung dari daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis.

b.    Batuk dan sputum

Gejala batuk ini banyak ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya iritasi pada bronchus yang diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Batuk ini timbul setelah penyakit telah berkembang dalam jaringan paru setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermual. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi batuk darah (hemaptoe) karena terdapatnya pembuluh darah yang pecah.

c.    Sesak nafas

Sesak nafas yang terjadi pada tuberkulosis berkaitan dengan penyakit yang sudah terjadi infiltrasi yang luas di dalam paru atau telah terjadi komplikasi beripa efusi pleura. Sesak nafas akan akan ditemukan pada penyakit tuberkulosis yang sudah lanjut.

d.    Nyeri dada

Nyeri dada merupakan keluhan yang jarang dijumpai pada penderita tuberkulosis. Bila dijumpai kadang bersifat nyeri tumpul dan rasa nyeri kadang dirasakan berat pada waktu mengambil nafas (inspirasi), rasa nyeri ini juga berkaitan dengan tegangnya otot pada saat penderita batuk nyeri ini juga timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e.    Malaise

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun, Gejala malaise sering ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul.

Beberapa gambaran klinis yang telah disebutkan diatas merupakan gejala-gejala yang mengarah ke diagnosis tuberkulosis. Akan tetapi gejala itu tidak jelas. Satu-satunya cara untuk memastikannya yaitu dengan pengujian sputum untuk mencari kuman tuberkulosis pada individu yang menderita batuk (DR. Dr. Soeparman, 1994:715, www.ebookyuflihulkhair.blogspot.com).

Tuberkulosis juga dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia dan penurunan berat badan. (Brunner & Suddarth-2002 hal. 585).

5.    Komplikasi

Penyakit tuberculosis paru jika tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi di bagi atas 2 yaitu:

5.1  Komplikasi dini

1.    Pleurtis

2.    Efusi pleura

3.    Empiema

4.    Laringitis

5.    Menjalar ke organ lain yaitu usus

5.2  Komplikasi lanjut

1.    Obstruksi jalan nafas-SOPT (Syndrome Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

2.    Kerusakan parenkim berat-fibrosis paru, kor pulmonal

3.    Amioloidosis

4.    Karsinoma paru

5.    Syndrom gagal nafas dewasa (ARDS)

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

(Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jili II, 2003 hal.829)

6.    Penatalaksanaan Medis

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu:

                              1.    Fase Intensif (2-3 bulan).

                              2.    Fase Lanjutan (4-7 bulan).

Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin atau INH.

Tuberculosis paru diobati karena agens kemotherapi (agen anti tuberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH), rifampicin (RIF), streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirazinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natirum para-aminosalisilat, amikasin dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.

Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu berkembang di seluruh dunia. Meski TB yang resisten terhadap obat telah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:

a.    Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agens tuberculosis garis depan pada individu yang sebelumnya belum mendapatkan pengobatan.

b.    Resiten obat didapat atau sekunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens anti tuberculosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.

c.    Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja, INH dan RIF Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberculosis yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (totalnya 6 bulan).

Sekarang ini, setiap agens di buat dalam pil terpisah. Pil anti tuberculosis baru three in-one yang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Pada awalnya etambutol dan streptomycin disertakan dalam terapi awal sampai sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan, bagaimanapun tetap dilanjutkan selama 12 bulan.

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

 Individu akan dipertimbangkan non infeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu. Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit signifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif.

Regimen pengobatan profilaktik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin (vitamin B6).

Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin di pantau setiap bulan (Brunner & Suddarth, 2002 hal. 586-587).

Panduan OAT di Indonesia WHO dan IULTD (Intrenational Union Against Tubercolosis and Lung Diase) merekomendasikan panduan OAT standar, yaitu:

1.    Kategori-1

Tahap intensif terdiri dari Inosiasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yag terdiri dari Inosiasid (H) dan Rifampicin (R), diberikan dalam tiga kali dalam seminggu selama empat bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:

ü  Penderita baru TBC Paru BTA Positif

ü  Penderita TBC Paru BTA negative, Rontgen Positif yang “sakit berat”

ü  Penderita TBC Ekstra Paru berat

2.    Kategori-2

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Inosiasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan Inosiasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan  Etambutol (E) setiap hari.

Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk:

ü  Penderita kambuh (relaps)

ü  Penderita gagal (failure)

ü  Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

3.    Kategori-3

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:

ü  Penderita paru BTA negative dan rontgen positif sakit ringan.

ü  Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

OAT sisipan (HRZE) Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

6.1   Efek samping dari obat-obatan TBC:

Nama obat dan Efek samping

1.    Rifampisin Sindrom flu: demam, muntah, mual, diare, kulit gatal dan merah SGOT/SGPT meningkat (gangguan hati).

2.    INH

1.    Nyeri syaraf

2.    Hepatitis (radang hati)

3.    Alergi, demam, ruam kulit

4.    Pyrazinamid: muntah, mual, diare

5.    Kulit merah dan gatal

6.    Kadar asam urat meningkat

7.    Gangguan fungsi hati

3.    Streptomisin Alergi, demam, ruam kulit, kerusakan vestibuler, vertigo (pusing) dan kerusakan pendengaran.

4.    Ethambutol

Gangguan syaraf mata.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

6.2   Pembedahan pada TB paru

Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang. Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.

6.2.1     Indikasi mutlak pembedahan adalah:

1.    Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif.

2.    Pasien batuk darah pasien tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.

3.    Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi dengan secara konservatif.

6.2.2     Indikasi relative pembedahan, yaitu:

1.    Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang.

2.    Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.

3.    Sisa kavitas yang menetap.

(Kapita selekta kedokteran jilid II, 2001 hal. 474)

6.3   Pemeriksaan Penunjang

1.    Kultur sputum: positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.

2.    Ziehl Neelsen: (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.

3.    Test kulit: (PPD, Mantoux, potongan vollmer), reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.

4.    Elisa / Western Blot: dapat menyatakan adanya HIV.

5.    Foto thorax: dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

6.    Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster: urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.

7.    Biopsi jarum pada jarinagn paru: positif untuk granula TB, adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.

8.    Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi, ex: Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.

9.    Pemeriksaan fungsi pada paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

6.4   PenatalaksanaanDalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian:

1.    Jangka Pendek

Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.

o      Streptomisin inj 750 mg.

o      Pas 10 mg.

o      Ethambutol 1000 mg.

o      Isoniazid 400 mg.

Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis:

o    INH.

o    Rifampicin.

o    Ethambutol.

Dengan fase selama 2x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.

2.    Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat:

o    Rifampicin.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

o    Isoniazid (INH).

o    Ethambutol.

o    Pyridoxin (B6).

BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus

Tn. A (62 th), datang ke rumah sakit dengan mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada. Klien juga mengatakan bahwa setiap malam klien selalu berkeringat walaupun klien tidak melakukan kegiatan yang berat dan mengalami demam. Klien mengatakan tidak nafsu makan sehingga klien mengalami penurunan berat badan dari 57 kg menjadi 47 kg. Klien terlihat lemah, lemas dan keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya. Klien terlihat agak kurus. Saat dilakukan pengkajian didapatkan TD: 110/60 mmHg, Suhu 39° C, RR : 27 x/menit, N : 107 x/menit. Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+), BB : 46 kg, TB : 157 cm, konjungtiva klien terlihat

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

pucat, mukosa bibir telihat pucat, Leukosit : 11.000 mg/dL. Klien bertanya kepada perawat mengapa keluhan-keluhan yang ia rasakan tidak kunjung menghilang dan apa yang menyebabkan klien seperti itu.

A.     Pengkajian

Proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah klien secara bertanggung jawab dan berkesinambungan dengan didasari atas prinsip-prinsip ilmiah yang memandang klien secara menusia yang utuh (holistik) yaitu Bio, Psiko, Sosial, dan Spritual. Penerapan proses keperawatan terhadap klien ini terdiri dari empat langkah yaitu: pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Pada klien dengan TB paru data yang dapat dikumpulkan meliputi:

1.    Riwayat kesehatan keperawatan

2.    Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan klien sebelumnya pernah menderita sakit seperti ini atau pernah kontak dengan penderita tuberkulosis, tidak dapat imunisasi BCG dan mempunyai riwayat status gizi yang kurang baik.

3.    Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengalami batuk disertai dengan demam, sesak nafas, sakit didaerah sekitar dada, lelah, tidak nafsu makan, penurunan berat badan serta sering berkeringat pada malam hari.

4.    Riwayat kesehatan keluarga

Karena penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang dapat ditularkan melalui inhalasi, kemungkinan salah seorang dari keluarga pernah menderita penyakit TB paru.

Pengkajian perawatan pada klien dengan tuberculosis paru antara lain difokuskan pada:

1.    Aktifitas dan istirahat

Gejala:

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

·            Kelelahan umum dan kelemahan.

·            Nafas pendek karena bekerja.

·            Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.

·            Mimpi buruk.

Tanda :

·            Takhikardi, takipneu atau dispneu pada kerja.

·            Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).

2.    Integritas Ego

Gejala :

·         Adanya faktor stres lama.

·         Masalah keuangan, rumah.

·         Perasaan tak berdaya atau tak ada harapan.

·         Populasi budaya.

Tanda :

·         Menyangkal (khususnya selama tahap dini).

·         Anxietas, ketakutan dan mudah tersinggung.

3.    Makanan dan cairan

Gejala :

·            Anorexia.

·            Tidak dapat mencerna makanan.

·            Penurunan BB.

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Tanda :

·         Turgor kulit buruk.

·         Kehilangan lemak subkutan pada otot.

4.    Pernafasan

Gejala :

·         Batuk produktif atau tidak produktif.

·         Nafas pendek.

·         Riwayat tuberkulosis atau terpajan pada individu yang terinfeksi.

Tanda :

·         Peningkatan frekuensi nafas.

·         Pengembangan pernafasan tak simetris.

·         Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (efusi pleura atau pneumothorax) bunyi nafas tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels-posttusic).

·         Karakteristik sputum: hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.

·         Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

·         Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata dan perubahan mental (tahap lanjut).

5.    Nyeri dan kenyamanan

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Gejala:

·         Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda:

·         Berhati-hati pada area yang sakit.

·         Perilaku distraksi dan gelisah.

6.    Keamanan

Gejala:

·         Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)

Tanda:

·         Demam rendah atau sakit panas akut.

7.    Interaksi sosial

Gejala:

·         Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular.

·         Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

8.    Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala:

·         Riwayat keluarga TB.

·         Ketidakmampuan umum atau status kesehatan buruk.

·         Gagal untuk membaik atau kambuhnya TB.

·         Tidak berpartisipasi dalam terapi.

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Ø  Pengkajian Psikososial

Adapun pengkajian psikososial yang dapat dilakukan, yaitu:

1.    Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stres.

2.    Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.

3.    Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

A.   Data Biografi

Nama                                                      : Tn. A

Jenis kelamin                                        : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir                    : Surabaya, 21 Januari 1949

Pendidikan terakhir                              : SD

Agama                                                    : Islam

Status perkawinan                               : Duda

Tinggi badan atau berat badan          : 157 cm, 46 kg

Penampilan umum                               : Cukup baik, tubuh kurus, lemah

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Alamat                                                     : Jl. Makmur Penganten Ali Jakarta Timur

Orang yang mudah dihubungi                      : Ibu R

Hubungan dengan klien                     : Anak

Alamat dan telepon                              : Jl. Makmur Penganten Ali Jakarta Timur

                                                                   08567891204

Diagnosa medis                                                : TB Paru

B.   Riwayat Keluarga

Genogram:

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

 

Ket:

                 : Laki-laki

 

                 : Perempuan

                 : Klien

  X                        : Meninggal

C.   Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini                                 : Pensiun

Pekerjaan sebelumnya                                    : Pekerja pabrik asbes

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Sumber-sumber pendapatan             : Dari hasil pemberian anak

Kecukupan terhadap kebutuhan      : Cukup terpenuhi

D.   Riwayat Lingkungan Hidup            

Klien tinggal di rumah pribadi anaknya bersama anaknya, menantunya dan juga 3 orang cucunya. Jumlah kamar dalam rumah tersebut berjumlah 4 kamar, kondisi kamar cukup baik, peralatan tertata rapi, kondisi tempat tidur cukup baik. Namun pertukaran udara dan cahaya matahari dalam kamar Tn.A kurang. Tingkat kenyamanan dan privacy klien cukup terjamin. Tetangga Tn.A yang terdekat dari rumahnya ialah Ibu S

E.   Riwayat Rekreasi

Klien memiliki hobi membaca koran dan membuat kaligrafi. Klien mengatakan pernah menjadi anggota pengurus RT dan masjid di dekat rumahnya. Klien juga mengatakan ia dan keluarganya sering melakukan perjalanan rekreasi ke daerah pegunungan dan pantai. Klien mengatakan sangat senang ketika dirinya berekreasi bersama keluarga karena denga begitu klien merasa masih diperhatikan dan dihargai oleh keluarganya.

F.    Sistem Pendukung

Di dekat rumah klien terdapat seorang dokter yang memang kenal dengan keluarga klien. Terkadang keluarga klien meminta tolong kepada dokter tersebut untuk memeriksa kondisi Tn.A. adapun jarak rumah dokter tersebut dengan rumah klien hanya berjarak 5 km. Rumah klien tidak jauh dr R.S Pasar Rebo yang berjarak sekitar 500 km dari rumahnya. Selain itu juga terdapat klinik Sejahtera di dekat rumah klien yang berjarak sekitar 50 km. Keluarga masih kurang memperhatikan kondisi klien dikarenakan kesibukan mereka bekerja di luar rumah. Namun keluarga tetap membantu mengawasi kesehatan klien.

G.   Diskripsi Kekhususan

Biasanya klien melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah yang beragama islam, klien melaksanakan sholat lima waktu secara rutin dan mengaji atau terkadang muhasabah diri untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya dan untuk membantu menenangkan dirinya akibat dari respon stres yang ditimbulkan karena penyakit yang klien derita.

H.   Status Kesehatan

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Klien mengatakan pernafasannya mulai mengalami penurunan dan gangguan-gangguan kurang lebih 3 tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa dirinya sehat-sehat saja. Namun klien mengalami sedikit gangguan pada pernafasannya, klien merasakan batuk yang tak kunjung reda dan pula sesak nafas serta nyeri dada yang dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya.

·         Provokative/Paliative    : Batuk disertai dahak dan terkadang juga darah, serta sesak nafas dan nyeri dada.

·         Quality/Quantity                        : Batuk, sesak nafas dan nyeri dada dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya, dan sudah cukup lama klien mengalami keluhan-keluhan tersebut.

·         Region                            : Nyeri dada yang klien rasakan menyebar disekitar dada, nyeri tersebut dirasakan setelah klien batuk-batuk dan juga disertai dengan sesak nafas.

·         Severity scale                : Bila batuk, sesak nafas dan nyeri dada itu timbul klien mengatakan sulit tidur.

·         Timming                          : ketika ada rangasan yang mempengaruhi pernafasan klien atau setelah klien melakukan pekerjaan yang cukup berat danwaktu yang lama.

Obat-obatan                               : Dokter memberikan resep obat berupa obat batuk dan juga obat untuk membantu mengurangi sesak dan nyeri dada serta memberikan expectorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir atau dahak klien yang diminum 3xsehari.

Status imunisasi                       : lengkap

Alergi (obat-obatan/makanan/faktor lingkungan) seperti debu dan cuaca yang tidak menentu.

Penyakit yang diderita             : TB Paru

I.      Aktivitas Hidup Sehari-hari (berdasarkan Indeks Katz, disimpulkan skore)

Aktifitas 0 1 2 3 4

Mandi ü

Berpakaian ü

Melakukan eliminasi ü

Pergerakan ü

Kontrol terhadap eliminasi ü

Page 32: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Makan ü

Kemampuan perawatan diri:

Skor:

 0  = mandiri, 1 = dibantu sebagian, 2 = perlu bantuan orang lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 = tergantung/ tidak mampu.

Bathing (mandi/personal hygiene)                : Mandiri

Bantuan hanya satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.

Dressing (berpakaian)                                     : Mandiri

Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, mengancing atau mengikat pakaian.

Toileting (melakukan eliminasi)                     : Mandiri

Masuk dan keluar dari kamar kecil, membersihkan genitalia sendiri.

Transfering (pergerakan)                                : Mandiri

Berpindah ked an dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri.

Continence (kontrol terhadap eliminasi)      : Mandiri

Berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri.

Feeding (makan)                                              : Mandiri

Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.

Page 33: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Psikologis

·         Persepsi klien terhadap penyakit cukup baik, karena klien merasa wajar karena umurnya sudah tua.

·         Konsep diri klien baik, karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau bekerja sama dengan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang klien alami.

·         Emosi cukup baik (stabil).

·         Kemampuan adaptasi klien adaptasi klien cukup baik karena klien masih suka berkumpul dengan teman-teman sebayanya disekitar rumah klien.

·         Mekanisme pertahanan diri                : klien mengatakan senang tinggal di rumah anaknya dibanding klien harus tinggal di panti, karena dengan tinggal di rumah anaknya tersebut klien merasa masih diperhatikan, dihargai dan dicintai oleh keluarganya. Apabila ada masalah klien melakukannya dengan cara pemecahan masalah yang sebelumnya dibicarakan dengan keluarga klien.

J.    Pemeriksaan Fisik (Tinjauan Sistem)

1.    Keadaan umum                                    : Kurang baik

·         TB   : 157 cm

·         BB  : 46 kg

2.    Tingkat kesadaran                    : cukup baik (compos mentis)

3.    Skala koma gaslow                  : baik (15)

4.    Tanda-tanda vital                     

·         TD   : TD : 110/60 mmHg

·         N     : 107 x/menit

·         RR  : 27 x/menit

·         S     : 39° C

5.    Sistem kardiovaskuler  :

Inspeksi              : keadaan umum terlihat baik.

Palpasi                : tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung.

Page 34: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Perkusi               : tidak ada suara redup, pekak atau suara abnormal lain.

Auskultasi          : tekanan darah klien mengalami penurunan (hipotensi), nadi klien cepat.

6.    Sistem pernafasan       :

Inspeksi              : dada kanan dan kiri terlihat simetris, pergerakan otot dada (+)

Palpasi                : tidak ada perbesaran abnormal.

Perkusi               : suara paru kanan dan kiri sama dan seimbang

Auskultasi          : frekuensi nafas cepat, irama nafas cepat, bunyi nafas tidak normal saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).

7.    Sistem integument       : warna kulit normal, turgor kulit baik, (lecet, bercak, bengkak) pada kulit tidak ada.

8.    Sistem perkemihan      : tidak ada masalah dalam sistem perkemihan, klien mengatakan biasa BAK di kamarb mandi dengan frekuensi 3-4 x/hari dan ngompol (-).

9.    Sistem muskuloskeletal : range of Motion  : penuh,  keseimbangan : stabil,  menggenggam (tangan kanan dan kiri) : lemah, kekuatan otot (kanan, kiri) : lemah, dan tidak ada kelainan tulang.

10. Sistem endokrin                        : tidak ada masalah dalam sistem endokrin,  klien mengatakan tidak menderita kencing manis dan saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar.

11. Sistem immune             : tidak ada masalah dalam sistem immune, klien mengatakan klien di imunisasi lengkap.

12. Sistem gastrointestinal            : peristaltik usus ada tapi kurang terdengar atau kurang terdeteksi. Klien mengatakan tidak nafsu makan sehingga klien mengalami penurunan berat badan dari 57 kg menjadi 47 kg.

13. Sistem reproduksi         : tidak ada masalah dalam sistem reproduksi.

14. Sistem persyarafan      : tidak masalah dalam sistem persyarafan. Klien mengatakan status mental klien baik, emosi klien stabil dan respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas serta interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik. Keadaan mata klien normal dan kemampuan pendengaran klien cukup baik.

K.   Pemeriksaan Status Kognitif atau Afektif atau Sosial

1.    Status kognitif atau afektif      :

Page 35: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

·         Short potable mental status questionaire (SPMSQ) : didapatkan skore 10, fungsi intelektual klien utuh.

·         Mini mental state exam (MMSE) : didapatkan skore 25, aspek kognitif dari fungsi mental klien dalam keadaan baik.

·         Inventaris depresi beck : didapatkan skore 3, pada keragu-raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda-tanda depresi pada klien.

2.    Status sosial                              :

·         Apgar keluarga : didapatkan skore 8, dimana fungsi sosial klie dalam keadaan normal.

L.    Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium     : melakukan pemeriksaan darah lengkap khususnya leukosit klien meningkat.

Radiologi                        : melakukan pemeriksaan rontgen dada untuk melihat perkijuan yang ada pada paru-paru klien

EKG                     : -

USG                    : -

CT-Scan             : -

Analisa Data

No. Data Masalah Penyebab

1. Ds :

·         Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada.

Do :

TD : 110/60 mmHg

Suhu 39° C

RR : 27 x/menit

Bersihan jalan napas tidak efektif.

Penumpukan sekret kental atau sekret darah.

Page 36: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

N : 107 x/menit.

Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).

2. Ds :

·         Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada.

Do :

·         Klien terlihat lemah, lemas dan keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.

TD : 110/60 mmHg

Suhu 39° C

RR : 27 x/menit

N : 107 x/menit.

Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).

Dt :

Nilai AGD

Tanda-tanda sianosis

Gangguan atau Kerusakan pertukaran gas.

Kerusakan membran alveolar-kapiler.

3. Ds :

·         Klien mengatakan tidak nafsu makan sehingga klien mengalami penurunan berat badan dari 57 kg menjadi 47 kg.

·         Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Sering batuk atau produksi sputum meningkat.

Page 37: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

Do :

·         TD : 110/60 mmHg

·         Klien terlihat lemah.

·         Klien tampak lemas.

Klien terlihat agak kurus.

Konjungtiva klien terlihat pucat,.

Mukosa bibir telihat pucat.

BB : 47 kg

TB : 157 cm

Dt :

Nilai Hb

Bising usus

Pemeriksaan Serum Albumin

IMT

LLA

4. Ds :

·         Klien juga mengatakan bahwa setiap malam klien selalu berkeringat walaupun klien tidak melakukan kegiatan yang berat.

·         Klien mengatakan mengalami demam.

Do :

TD : 110/60 mmHg

Suhu 39° C

RR : 27 x/menit

Resiko tinggi terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi.

Penurunan imunitas, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

Page 38: Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Masalah Sistem Pernafasan

N : 107 x/menit.

Leukosit : 11.000 mg/dL

Dt :

Tanda-tanda infeksi

Pemeriksaan rontgen dada

Ada tidaknya perkijuan pada paru

5. Ds :

Klien bertanya kepada perawat mengapa keluhan-keluhan yang ia rasakan tidak kunjung menghilang.

Klien mengatakan apa yag menyebabkan klien seperti itu.

Do : -

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan serta pengobatan.

Tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.

B.     Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, antara lain:

1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret kental atau sekret darah.

2.    Gangguan atau Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.

3.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum meningkat.

4.    Resiko tinggi terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

5.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan serta pengobatan berhubungan dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.