asuhan keperawatan pada klien flu burung a

24
Asuhan Keperawatan Pada Klien Flu BurungA. Definisi Flu Burung Flu burung atau flu unggas ( Avian Influenza ) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan olehunggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain H1N1, H3N2,H5N1 dan lain-lain.Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnyamengalami mutasi genetik sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat menyebabkan pandemik.Penyakit flu burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan olehunggas. Mutasi gen virus 1.Antigenic drift; perubahan susunan asam amino terjadi pada waktu gen melakukan enconding antigen permukaan setiap kali virus bereplikasi menghasilkan galur baru 2.Antigenic shift ; terjadi apabila 2 virus yang berbeda dari 2 penjamu berbeda menginfeksi penjamu lain. Akan menghasilkan virus barukemungkinan mampu untuk meginfeksi penjamu lain termasuk manusia, contoh babi yg terinfeksi virus flu burung & virus flu human Cara penularan Bahan infeksius : Tinja sekret saluran napas Penularan melalui udara , kontak langsung Penularan dari unggas ke unggas, hewan lain dan manusia Unggas yg terinfeksi menular pada 2 minggu pertama dari ludah, sekret hidung dan tinja Dapat menular dari tinja yg terdapat pada alat2 dan pakaian Sesudah 4 miggu tak dapat dideteksi Penularan dari manusia ke manusia belum terbukti Kelompok resiko tinggi Pekerja pertenakan / pemprosesan unggas ( termasuk dokter hewan dll ) Pekerja lab yg memproses sampel pasien/ hewan terjangkit Pengunjung peternakan/ pemprosesan unggas dalam 1 minggu terakhir Kontak dgn penderita flu burung B.Etiologi Virus influenza tipe A Termasuk famili orthomyxoviridae

Upload: iman-kurniawan

Post on 13-Apr-2017

380 views

Category:

Health & Medicine


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Asuhan Keperawatan Pada Klien Flu BurungA. Definisi Flu BurungFlu burung atau flu unggas ( Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan olehunggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain H1N1, H3N2,H5N1 dan lain-lain.Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnyamengalami mutasi genetik sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat menyebabkan pandemik.Penyakit flu burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan olehunggas.Mutasi gen virus 1.Antigenic drift; perubahan susunan asam amino terjadi pada waktu gen melakukan enconding antigen permukaan

setiap kali virus bereplikasi menghasilkan galur baru 2.Antigenic shift ; terjadi apabila 2 virus yang berbeda dari 2 penjamu berbeda menginfeksi penjamu lain. Akan menghasilkan virus barukemungkinan mampu untuk meginfeksi penjamu lain termasuk manusia, contoh babi yg terinfeksi virus flu burung & virus flu humanCara penularan Bahan infeksius : Tinja sekret saluran napas Penularan melalui udara , kontak langsung Penularan dari unggas ke unggas, hewan lain dan manusia Unggas yg terinfeksi menular pada 2 minggu pertama dari ludah, sekret hidung dan tinja Dapat menular dari tinja yg terdapat pada alat2 dan pakaian

Sesudah 4 miggu tak dapat dideteksi

Penularan dari manusia ke manusia belum terbuktiKelompok resiko tinggi

Pekerja pertenakan / pemprosesan unggas ( termasuk dokter hewan dll )

Pekerja lab yg memproses sampel pasien/ hewan terjangkit Pengunjung peternakan/ pemprosesan unggas dalam 1 minggu terakhir

Kontak dgn penderita flu burung

B.Etiologi

 Virus influenza tipe A Termasuk famili orthomyxoviridae

Dapat berubah ubah bentuk Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf digunakan sbg identifikasi kodesubtipe flu burung yang banyak jenisnya Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7 ,sedangkan pada binatang H1H5dan N1N9  Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N1

Page 2: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

  Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd 0°C Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn ditergent,desinfektan misal formalin cairanyang mengandung iodineC. PatofisiologiFlu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virusflu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudianmengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebihmudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan jugabelum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah darimanusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FLU BURUNG

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPenyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu

burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan

telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China,

Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas

yang terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa

Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam

ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle,

namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian

influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di

Page 3: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya

adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga

meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga

Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas

akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand

pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat

Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung

menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam,

WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang

sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu

burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai

19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya

774 orang (CFR = 9,6%).

Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah

Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem

Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.

Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu

burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena

kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Bagi penulis dapat ikut berpatisipasi dalam mengembangkan daya kreatifitas dalam pembuatan

ASKEP melalui keikutsertaan dalam ASKEP competition.

1.2.2 Untuk memperdalam pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pembuatan asuhan

keperawatan yang optimal.

1.2.3 Ikut serta dalam program pengembangan ilmu keperawatan kearah yang lebih professional baik

segi ilmu pengetahauan maupun keterampilan.

1.3 MANFAAT

Page 4: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

1.3.1 Memperluas pengetahuan tentang ASKEP melalui sharing pendapat dengan mahasiswa dari

kampus lain, sehingga dapat saling bertukar pengetahuan tentang penyakit Flu Bururng.

1.3.2 Mengetahui cara metode pembuatan ASKEP yang lebih komprehensif dan sesuai perkembangan

global.

1.3.3 Menambah pengalaman berkompetisi sebagai bekal dalam pengembangan diri.

ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG

I. DEFINISI DAN ETIOLOGIPenyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1. Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak unggas di areal usaha peternakan. Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air. Flu Burung berbahaya karena banyak jenis Flu Burung dapat menyebabkan manusia sakit dan meninggal. (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner).Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine. II. EPIDEMIOLOGIDi Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa

Page 5: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Barat (1.541.427 ekor). Berdasarkan data KEMENKES RI, jumlah kasus Flu Burung di Indonesia sejak tahun 2005 sampai dengan Juni 2010 adalah 166 kasus dengan 137 kematian.

III. PATOFISIOLOGIVirus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen yang terdiri dari (i) protein nukleokapsid (NP) (ii). Hemaglutinin (HA), (iii). Neuraminidase (NA), dan protein matriks (MP).Berdasarkan jenis antigen NP dan MP, virus influenza digolongkan dalam virus influenza A, B, dan C. Virus Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karena sangat patogen baik bagi manusia, dan binatang, yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, di seluruh dunia. Virus influenza A ini dapat menyebabkan pandemi karena mudahnya mereka bermutasi, baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian-varian baru yang lebih patotegen. Di dalam virus influenza tipe A dapat terjadi perubahan besar pada komposisi antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil komposisi antigenik yang disebut antigenic drift. Perubahan – perubahan inilah yang bisa menyebabkan epidemi atau bahkan pandemi. ). Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza C, jarang ditemukan walaupun dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Jenis virus influenza B dan C jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemis. Terdapat 15 jenis subtipe HA dan 9 jenis subtipe NA. Dari berbagai penelitan seroprevalensi secara epidemiologis menunjukkan bahwa beberapa subtipe virus influenza A telah menyebabkan wabah pandemi antara lain H7N7 (1977), H3N2 (1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918), H3N8 (1900), dan H2N2 (1889). Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan di dalam sel gastrointestinal .Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005). Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya.Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang -2,3- Gal),-2,3-galactose (SA mengandung N-acethylneuraminic acid dimana molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. - 2,6-galactoseReseptor yang ada pada permukaan sel

Page 6: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

manusia adalah SA -2,6-Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung tidak bisa(SA menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1. Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia ke manusia .Flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan pasokan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi flu burung. Di peternakan unggas, penularan dapat terjadi secara mekanis melalui peralatan, kandang, pakaian ataupun sepatu yang telah terpapar pada virus flu burung (H5N1) juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur penularan antar unggas di peternakan, secara berurutan dari yang kurang berisiko sampai yang paling berisiko adalah melalui pergerakan unggas yang terinfeksi ,kontak langsung selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan ,lingkungan sekitar (tetangga) dalam radius 1 km, kereta/lori yang ,digunakan untuk mengangkut makanan, minuman unggas dan lain-lain ,kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat . Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam ,orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung ,populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung. Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan tidak berkelanjutan. (Radji, 2006)Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran napas.Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang bersifat antigen spesific mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang pembentukan proinflammatory cytokine termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada umumnya influenza merupakan penyakit yang self limiting & virus terbatas pada saluran napas. Pada keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka situasi akan berbeda.Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat. Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru. Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang berbeda akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi pembentukan sitokin yang berlebihan (cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal ini yang menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar, mobilisasi sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis

Page 7: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

keadaan ini dikenal dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang ireversibel.(Emedicine,2009)

IV. KLASIFIKASIPenderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand, 2005)Derajat I : Penderita tanpa PneumoniaDerajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)

V. TANDA DAN GEJALATanda dan gejalaA. Gejala pada unggas.- Jengger berwarna biru- Borok dikaki- Kematian mendadakB. Gejala pada manusia.- Demam (suhu badan diatas 38o C)- Batuk dan nyeri tenggorokan- Radang saluran pernapasan atas- Pneumonia- Infeksi mata- Nyeri ototmanifestasi klinis avian influenza pada manusia terutama terjadi di system respiratorik mulai dari yang ringan sampai yang berat. Manifestasi klinis avian influenza secara umum sam dengan gejala ILI (influenza like illness), yaitu batuk, pilek, dan demam. Gejala lain berupa sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, dan malaise.Adapun keluhan gastrointestinal berupa diare dan keluhan lain berupa konjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakhir dengan ARDS (acute respiratory distress syndrome). kelainan laboratorium hematologi yang hampir selalu dijumpai adalah lekopenia, limfopenia dan trombositopenia. Kelainan foto thoraks bisa berupa infiltrate bilateral luas infiltrate difus, multilokal atau tersebar (Pathcy) atau terdapat kolaps lobar.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan LaboratoriumSetiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.

Page 8: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :• Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.• Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.• Uji Serologi :1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.3. Uji penapisan• Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.• ELISA untuk mendeteksi H5N1.2. Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.3. Pemeriksaan Kimia darahAlbumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

4. Pemeriksaan RadiologikPemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.5. Pemeriksaan Post MortemPada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

VII. PENATALAKSANAANPrinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung. 1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah : • Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.• Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006

Page 9: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Skor Gejala 1 2Demam < 380C > 380CRR N > NRonki Tidak ada AdaLeukopenia Tidak ada AdaKontak Tidak ada AdaJumlah

Skor :6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir> 7 = diberi oseltamivir.

Batasan Frekuensi Napas :< 2bl = > 60x/menit2bl - <12 bl = > 50x/menit>1 th - <5 th = > 40x/menit5 th - 12 th = > 30x/menit>13 = > 20x/menit

Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)

2. Pelayanan di Rumah Sakit RujukanPasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi. • Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.• Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan kewaspadaan standar.• Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.• Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. • Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.• Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.• Penatalaksanaan di ruang rawat inapKlinis1. Perhatikan :- Keadaan umum- Kesadaran- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat : 1. Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari

Page 10: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari. 2. Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu. Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut : • Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi. • Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi.

Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).

VIII. PENCEGAHANPengendalian adalah aspek yang sangat penting dalam pencegahan transmisi walaupun belum ada bukti sahih adanya penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan. Pencegahan transmisi dilakukan dengan melakukan perawatan isolasi dan perawatan pengendalian infeksi secara ketat menggunakan alat perlindungan personal dan metode kewaspadaan isolasi yang baik. Selain kewaspadaan standar (cuci tangan, sarung tangan, penggunaan bahan dekontaminan/desinfektan) perlu dilakukan pula kewaspadaan berdasar transmisi sesuai cara penularan (kontak, droplet & airborne). Penanganan limbah juga bagian yang sangat penting untuk pencegahan penularan. Adapun pencegahannya baik pada hewan ataupun pada manuasia :

a. Pada Unggas1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung2. Vaksinasi pada unggas yang sehatb. Pada Manusia :1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.2. Masyarakat umuma. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.

IX. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Page 11: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.2. Riwayat kesehatan sekarangData yang mungkin ditemukan demam (suhu> 37oC), sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare3. Riwayat kesehatan masa laluApakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak.4. Riwayat kesehatan keluargaApakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.5. Riwayat perjalananDalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung, mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung.6. Kondisi lingkungan rumahDekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas.7. Pola fungsi keperawatan• Aktivitas istirahat: lelah, tidak bertenaga.• Sirkulasi: sirkulasi O2 < 95%, sianosis, • Eliminasi: diare, bising usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3x/hari.• Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri otot, sakit pada mata, konjungtivitis.• Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak.• Kulit: tidak terjadi infeksi pada sistem integument. • Psikososial: gelisah, cemas.

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan dispnea, saat diaskultasi terdengar ronci, klien mengeluh batuk berdahak.2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh 37,50C, akral teraba panas, takipnea.3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan takipnea, kilen tampak menggunakan otot bantu pernafasan ,RR> 20 x /menit. 4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar ditandai dengan dispnea, pemeriksaaan AGD abnormal, saturasi oksigen <95%. 5. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan bising usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3kali perhari.6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri otot(myalgia), takipnea.7. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan iritasi virus ditandai dengan konjungtivitis, klien mengeluh sakit mata.8. Resiko cedera berhubungan dengan fungsi regulatori terganggu

Page 12: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

9. Kelelahan berhubungan dengan stadium penyakit ditandai dengan klien tampak lelah, klien tampak tidak bertenaga.10. Ansietas berhubungan dengan terpapar lingkungan ditandai dengan pasien tampak gelisah dan tampak cemas11. PK infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Emedicine.2009. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2004014-manajemen-klinis-kasus-flu-burung/#ixzz1RzrYHgri. I diakses pada 13 Juli 2011Ester, Monica. 2011. NANDA internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGCDepkes, Litbang. 2008. Flu Burung. www.litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung.pdf diakses : 13 juli 2011 Radji ,Maksum . 2006. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006, 55 – 65. Jakarta: UISudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V.Jakarta : Interna PublishingWWW.CDC.COM (diakses pada tanggal : 13 juli 2011)

Page 13: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Tugas mandiri

pola pengkajian fungsional gordonJuly 10, 2015 by Lestari

Pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam model pola fungsional kesehatan terbetuk dari hubungan antara klien an lingkungan dan dapat diguakn untuk perseorangan, keluarga, dan omunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang mmbantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data. (Potter, 1996 : 15).

 

Panduan pengkajian pola gordon sesuai dengan nanda

POLA MANAJEMEN KESEHATAN DAN PERSEPSI KESEHATAN

Kaji pasien mengenai :

Arti sehat dan sakit bagi pasien Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat pelayanan ksehatan,

diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi Pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.

POLA METABOLIK – NUTRISI

Kaji pasien mengenai :

Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan Jenis dan jumlah (makanan dan minuman) Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan Kepuasan akan berat badan Persepsi akan kebutuhan metabolik Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa mulut, mual

atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS)

POLA ELIMINASI

Kaji pasien mengenai :

Page 14: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain

Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain

Keyakinan budaya dan kesehatan Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri Penggunaan bantuan untuk ekskresi Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum, prostat)

POLA AKTIVITAS – LATIHAN

Kaji pasien mengenai :

Aktivitas kehidupan sehari-hari Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas Aktivitas menyenangkan Keyakinan tenatng latihan dan olahraga Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi) Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga) Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular, muskuloskeletal, neurologi)

POLA ISTIRAHAT – TIDUR

Kaji pasien mengenai :

Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)

Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik) Jadwal istirahat dan relaksasi Gejala gangguan pola tidur Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll) Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)

POLA PERSEPSI – KOGNITIF

Kaji pasien mengenai :

Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar, perasa, peraba) Penggunaan alat bantu indra Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif) Keyaknan budaya terhadap nyeri Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi

nyeri Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)

POLA KONSEP DIRI – PERSEPSI DIRI

Page 15: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Kaji pasien mengenai :

Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok sosial Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan tidak) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran) Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau berinteraksi)

POLA HUBUNGAN – PERAN

Kaji pasien mengenai :

Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran Efek terhadap status kesehatan Pentingnya keluarga Struktur dan dkungan keluarga Proses pengambilan keputusan keluarga Pola membersarkan anak Hubungan dengan orang lain Orang terdekat dengan klien Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS

Kaji pasien mengenai :

Masalah atau perhatian seksual Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan, sentuhan dll) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi Efek terhadap kesehatan Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum)

POLA TOLERANSI TERHADAP STRESS – KOPING

Kaji pasien mengenai :

Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini Tingkat stress yang dirasakan Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya Strategi koping yang biasa digunakan Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress

Page 16: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga

POLA KEYAKINAN – NILAI

Kaji pasien mengenai :

Latar belakang budaya/etnik Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya/etnik Tujuan kehidupan bagi pasien Pentingnya agama/spiritualitas Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang dapat mempengaruhi

kesehatan

 

-Atas :-Bawah :8) Neurologis :-Status mental dan emosi :-Pengkajian saraf cranial :-Pemeriksaan reflek :d. Pemeriksaan penunjang 1) Data laboratorium yang berhubungan2) Pemeriksaan radiologi3) Hasil konsultasi4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain5. Analisa DataA. Tabel analisa dataData Interpretasi MasalahB. Tabel daftar diagnosa keperawatanNo Tanggal/Jam ditemukanDiagnosa keperawatan TanggalteratasiTtdC. Rencana tindakan keperawatanHari/tglNo Rencana perawatan TtdTujuan dan kriteriahasil

Page 17: Asuhan keperawatan pada klien flu burung a

Intervelsi RasionalD. Implementasi keperawatanHari/tgl/jamNoDxTindakan keperawatan Evaluasi proses TtdE. Evaluasi keperawatanNo Hari/tgl/jam No Dx Evaluasi Tt