makalah flu burung

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Flu Burung 1. Pengertian Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di waspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H= Haemagglutinin, N= Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia (Iwandarmansjah, 2007) 2. Penyebab Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah- ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemic dan pandemic. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidse (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtype flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtype A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 o C dan lebih dari 30 hari pada 0 o C. Virus akan mati 8

Upload: herasetioko

Post on 09-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

flu

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Flu Burung

    1. Pengertian

    Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza

    yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di

    waspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode

    genetik H5N1 (H= Haemagglutinin, N= Neuramidase) yang selain dapat

    menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke

    manusia (Iwandarmansjah, 2007)

    2. Penyebab

    Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza

    termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-

    ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemic dan

    pandemic. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan

    Neuramidse (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode

    subtype flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat

    jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada

    binatang H1-H5 dan N1-N9.

    Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah

    dari subtype A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4

    hari pada suhu 22o C dan lebih dari 30 hari pada 0o C. Virus akan mati

    8

  • pada pemanasan 60o C selama 30 menit atau 56o C selama 3 jam dan

    dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang

    mengandung iodine (Iwandarmansjah, 2007)

    3. Gejala

    Menurut Atmawinata (2006), gejala penyakit flu burung dapat dibedakan

    menjadi dua yaitu gejala pada unggas dan gejala pada manusia.

    a. Gejala pada unggas.

    1) Pembengkakan pada kepala

    2) Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata

    3) Diare

    4) Batuk, bersin, dan ngorok

    5) Pendarahan dibawah kulit (sub kutan)

    6) Pendarahan titik (ptechie) pada ayam

    7) Jengger, dan kulit yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru

    keunguan

    8) Borok di kaki

    9) Kematian mendadak

    b. Gejala pada manusia.

    1) Demam (suhu badan diatas 38o C)

    2) Batuk, sesak napas, dan mengeluarkan lendir bening dari hidung

    3) Sakit tenggorokan

    4) Hilang nafsu makan

    5) Diare dan muntah-muntah

    9

  • 6) Peradangan di paru-paru (pneumonia)

    7) Kematian dengan cepat jika tidak segera diatasi.

    4. Masa Inkubasi.

    Menurut Iwandarmansjah (2007), masa inkubasi pada flu burung ini dapat

    dibedakan menjadi dua yaitu :

    a. Masa inkubasi pada unggas : 1 minggu

    b. Masa inkubasi pada manusia : 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari

    sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai

    21 hari.

    5. Penularan

    Menurut Atmawinata (2006), cara penularan virus flu burung ini dengan

    cara :

    a. Cara penularan dari unggas ke unggas.

    1) Kontak langsung unggas yang terinfeksi flu burung dengan

    unggas yang peka.

    2) Melalui feses (kotoran) unggas yang terserang flu burung.

    3) Melalui lendir yang keluar dari hidung dan mata.

    4) Melalui udara.

    5) Melalui perdagangan unggas.

    6) Melalui makanan dan minum yang terkontaminasi.

    b. Cara penularan flu burung dari hewan ke manusia.

    Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah

    menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak

    10

  • langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

    6. Diagnosis flu burung

    Menurut Yuliarti (2006), diagnosis flu burung meliputi :

    a. Rapid Test

    Alat ini berbentuk kotak plastik kecil yang didalamnya terdapat kertas

    putih dengan kode C (control) dan T (Test) yang sudah ditetesi

    antibodi virus flu burung yang berperanan mendeteksi antigen virus.

    Jika unggas terkena flu burung, antigen virus pada unggas terikat

    dengan antibodi yang ada dalam kertas, sehingga akan memunculkan

    dua garis vertikal pada area C dan T. Keuntungan metode ini adalah

    kecepatannya karena kita langsung dapat mengetahui hasilnya.

    b. HI (Hemaglutinasi Inhibisi)

    Alat ini untuk melihat antibodi terhadap Hemaglutinin (H). Uji ini

    lebih sensitif dari pada rapid test dan cukup murah, meskipun

    membutuhkan waktu lebih lama (sekitar 3 hari).

    c. AGP (Agar Gel Presipitation)

    Alat ini untuk melihat antibodi terhadap Neuraminidase (N).

    d. VN (Virus Netralisasi)

    Alat ini untuk mengetahui pembentukan antibodi.

    e. Isolasi Virus

    f. PCR (Polimerase Chain Reaction)

    Alat ini untuk memastikan adanya virus Influenza A subtipe H5N1.

    Metode ini masih jarang digunakan pada hewan. Uji ini sebenarnya

    11

  • sensitif dan akurasinya tinggi, tetapi mungkin karena membutuhkan

    biaya mahal, sehingga masih jarang dipergunakan.

    Pada manusia, selain pemeriksaan laboratorium diatas, ada pula

    pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

    1) Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan Hb, hitung jenis

    leukosit, hitung total leukosit, trombosit, laju endap darah, albumin,

    globulin, SGPT, SGOT, ureum, kreatinin, serta analisa gas darah.

    2) Pasien pemeriksaan mikrobiologi meliputi Rapid test, ELISA, dan

    pemeriksaan antigen (HI, IF/FA).

    3) Foto Toraks.

    7. Pencegahan

    Menurut Iwandarmansjah (2007), pencegahan flu burung dapat dibedakan

    menjadi dua yaitu :

    a. Pada Unggas:

    1) Pemusnahan unggas / burung yang terinfeksi flu burung

    2) Vaksinasi pada unggas yang sehat

    b. Pada Manusia :

    1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)

    a) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

    b) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang

    terinfeksi flu burung.

    c) Menggunakan alat pelindung diri, misalnya dengan : masker dan

    pakaian kerja.

    12

  • d) Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja.

    e) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

    2. Masyarakat umum

    2) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi

    dan istirahat cukup.

    3) Mengolah unggas dengan cara yang benar, Yaitu :

    1) Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala

    penyakit pada tubuhnya).

    2) Memasak daging ayam sampai dengan suhu kurang lebih

    80o C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu

    kurang lebih 64o C selama 4,5 menit.

    8. Pengobatan

    Menurut Yuliarti (2006), pengobatan bagi penderita flu burung meliputi :

    a. Pasien dirawat dalam ruang isolasi selama kurang lebih 7 hari untuk

    menghindari penularan lewat udara. Meskipun sampai saat ini belum ada

    bukti kuat bahwa flu burung dapat menular dari manusia ke manusia,

    tetapi kita tetap harus mewaspadai penyebaran virus flu burung dan

    kemungkinan virus melakukan mutasi maupun perkawinan dengan

    virus flu burung subtipe lain dan dapat menular antar manusia.

    b. Pemberian oksigen bila terdapat sesak nafas yang mengarah kepada

    gagal nafas.

    c. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

    d. Pengobatan terhadap gejala flu seperti pemberian penurun panas dan

    13

  • penghilang pusing, dekongestan, dan antitusif.

    e. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.

    f. Pemberian obat Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat

    mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5

    mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45

    kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

    B. Perilaku

    1. Pengertian

    Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

    sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,

    berbicara, bekerja, menulis, dan membaca dan sebagainya. Menurut

    Sarwono (1993), perilaku adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi

    individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan

    dan sikap tentang kesehatan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003)

    perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh makhluk hidup, baik yang

    diamati secara langsung atau tidak langsung. Perilaku manusia dapat

    dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial yang secara terinci

    merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan,

    motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya, yang ditentukan dan

    dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial

    budaya masyarakat.

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

    Menurut Green (1991) dikutip oleh Notoatmodjo (2003) kesehatan

    14

  • seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor

    perilaku (behavior causes), dan faktor non perilaku (non behavior causes).

    Perilaku itu sendiri juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

    a) Faktor predisposisi (Predisposing factor)

    Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi

    terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah

    pengetahuan dan sikap atau masyarakat tersebut terhadap apa yang

    dilakukan. Misalnya perilaku warga untuk mencegah penularan flu

    burung akan lebih mudah apabila warga tersebut tahu apa manfaat dari

    pencegahan tersebut. Disamping itu, kepercayaan, tradisi, sistem nilai

    di masyarakat setempat juga sangat mempengaruhi terbentuknya

    perilaku.

    b) Faktor pemungkin ( Enabling factor)

    Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,

    sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi

    terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Dari segi kesehatan

    masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses

    (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.

    c) Faktor penguat (Reinforcing factor)

    15

  • Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum

    menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Tetapi

    dukungan, sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan

    petugas kesehatan juga sangat mempengaruhi terjadinya perilaku,

    terutama perilaku kesehatan.

    Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap

    stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam

    memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor

    lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun

    stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang

    berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang

    berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat

    dibedakan menjadi dua, yakni :

    1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

    bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat

    kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

    2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

    fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor

    lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

    perilaku seseorang dalam upaya kesehatan untuk mencegah timbulnya

    suatu penyakit.

    3. Perilaku Kesehatan

    Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) Perilaku

    16

  • kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus

    atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

    kesehatan, makan, dan minum, serta lingkungan. Perilaku bisa dilakukan

    dengan upaya-upaya kesehatan.

    Menurut Depkes RI (1992), upaya kesehatan yang dilakukan untuk

    mewujudkan kesehatan seseorang diselenggarakan dengan empat macam

    pendekatan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif),

    pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (curative), dan

    pemulihan kesehatan (rehabilitative). Dengan sendirinya perilaku dalam

    upaya kesehatan meliputi empat hal tersebut diatas yaitu :

    a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

    (health promotion behavior)

    b. Perilaku pencegahan penyakit (prevention behavior) merupakan

    respon untuk pencegahan penyakit, misalnya imunisasi, termasuk

    perilaku untuk tidak menularkan penyakit pada orang lain.

    c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

    behavior) dan penyembuhan penyakit (curative behavior) yaitu

    perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan misalnya dengan

    mengobati sendiri penyakitnya, pengobatan ke fasilitas kesehatan.

    d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

    rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan

    usaha-usaha pemulihan kesehatan.

    17

  • 4. Perilaku pencegahan flu burung

    Perilaku pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu

    sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan,

    haruslah didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil

    analisis epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologis.

    Sedangkan yang dimaksud pencegahan terhadap penyakit menular adalah

    upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat

    serendah mungkin sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan dari

    masyarakat tersebut (Noor, 2006). Sedangkan untuk menekan merebaknya

    penyakit flu burung, maka perlu dilakukan upaya pencegahan.

    Menurut Yuliarti (2006), perilaku kesehatan yang dilakukan untuk

    mencegah timbulnya penyakit flu burung adalah :

    a. Biasakan membasuh tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik

    serta melakukan desinfeksi ketika selesai kontak dengan unggas, akan

    lebih baik bila mandi.

    b. Gunakan pakaian pelindung lengkap dengan masker, sarung tangan,

    dan kaca mata pelindung jika melakukan kontak dengan unggas,

    pakaian hendaknya disimpan di tempat yang terpisah dari rumah dan

    tidak digunakan untuk aktivitas lain.

    c. Memasak daging dan telur unggas sampai benar-benar matang.

    d. Menjaga daya tahan tubuh dengan makanan seimbang dan bergizi,

    istirahat dan olah raga teratur.

    e. Hindari perjalanan menuju tempat-tempat yang terjangkit wabah flu

    18

  • burung jika memang tidak diperlukan.

    f. Memelihara ventilasi ruangan, kebersihan kamar, dan kesehatan

    pribadi.

    Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.50/Permentan/OT.140/

    10/2006 dalam Roni dan Iswandari (2007), untuk mengendalikan

    penyebaran penyakit flu burung, maka masyarakat hendaknya ikut

    berperan aktif dalam pencegahan flu burung dengan upaya pencegahan

    sebagai berikut :

    1. Menggunakan lahan yang letaknya terpisah dari pemukiman sehingga

    kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.

    2. Tidak membiarkan unggas berkeliaran bebas (sebaiknya di kandang)

    3. Menempatkan kandang atau sangkar secara terpisah dari rumah

    (tempat tinggal). Sirkulasi udara (ventilasi) harus baik.

    4. Memisahkan unggas yang berlainan jenis seperti ayam, burung, itik,

    angsa, atau jenis unggas lainnya.

    5. Segera membersihkan sisa makanan dan air minum agar tidak

    mengundang burung-burung liar.

    6. Membersihkan kandang dan peralatan kandang setiap hari serta

    menyemprot menggunakan disinfektan secara berkala.

    7. Menjaga kandang dan alas kandang agar tetap kering.

    8. Menggunakan penutup mulut dan hidung (masker) serta sarung

    tangan pada saat merawat unggas peliharaan.

    9. Segera mencuci tangan dan kaki (alas kaki) menggunakan sabun atau

    19

  • anti septic setelah menangani unggas peliharaan.

    10. Memisahkan unggas yang baru datang selama tujuh hari.

    11. Menghindari kontak dengan unggas.

    C. Pengetahuan

    1. Pengertian

    Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

    seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

    Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

    pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

    manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

    merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

    seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

    dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

    2. Tingkatan pengetahuan

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

    tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :

    a. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali

    sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab

    itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

    kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

    antara lain menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya. Contohnya

    20

  • yaitu masyarakat dapat menguraikan pengertian tentang penyakit flu

    burung, menjelaskan penyebab flu burung, dan menyebutkan tanda dan

    gejala flu burung, serta menjelaskan cara penularan dan pencegahan

    flu burung.

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

    benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

    materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek

    atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan serta,

    menyimpulkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.

    Contohnya yaitu masyarakat dapat menyebutkan tanda dan gejala

    penyakit flu burung dan dapat menjelaskan secara lengkap mengenai

    cara penularan dan pencegahan flu burung.

    c. Aplikasi (Application)

    Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan

    penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya

    dalam kontak atau situasi yang lain. Contohnya masyarakat dapat

    melaksanakan atau melakukan upaya pencegahan agar tidak timbul

    penyakit flu burung, diantaranya yaitu dengan membersihkan

    lingkungan rumah serta kandang setiap hari.

    d. Analisis (analysis)

    Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

    21

  • ke dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

    satu sama lain. Kemampuan menganalisa penyakit flu burung dapat

    dilihat dari penggunaan kata-kata: dapat menggambarkan,

    membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan berbagai masalah

    mengenai penyakit flu burung yang meliputi cara pencegahan,

    penularan, penyebabnya.

    e. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

    menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya

    masyarakat dapat merencanakan tindakan pencegahan agar tidak

    timbul penyakit flu burung yang sesuai dengan teori yang ada.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian berdasarkan

    suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya masyarakat dapat

    melakukan penilaian terhadap tindakan yang dilakukannya tentang

    cara pencegahan, penularan, dan penyebab penyakit flu burung,

    kemudian di evaluasi sudah sesuai belum dengan teori, selanjutnya

    sesuaikan dengan materi dan aturan yang benar.

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Menurut Nasution (1999), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    22

  • yaitu :

    a. Tingkat Pendidikan

    Semakin tinggi tingkat pendidikan (pengetahuan) seseorang, maka dia

    akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih

    mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

    b. Informasi

    Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

    memberikan pengetahuan yang jelas.

    c. Budaya

    Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

    karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai atau

    tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

    d. Pengalaman

    Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

    maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas, sedang

    umur semakin banyak (bertambah tua).

    e. Sosial Ekonomi

    Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan

    dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang

    dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam

    mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan

    dengan pendapatan keluarga.

    23

  • D. Sikap

    1. Pengertian

    Menurut Notoatmodjo (2003) Sikap adalah merupakan reaksi atau

    respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

    Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

    terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan

    reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum

    merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi adalah merupakan

    predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi

    terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

    obyek (Notoatmodjo, 2003).

    2. Komponen-komponen sikap

    Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

    (tiga) komponen pokok yaitu :

    a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

    b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

    c. Kecenderungan untuk bertindak.

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

    utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

    pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

    24

  • 3. Ciri-ciri sikap

    Ciri-ciri sikap menurut Purwanto (1999) :

    a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

    sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan

    obyeknya.

    b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

    karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

    keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

    sikap pada orang itu.

    c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

    tertentu terhadap obyek.

    d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat

    juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

    e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

    Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam

    sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

    mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat

    kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai

    obyek tertentu. Dalam kehidupan masyarakat, sikap ini penting sekali.

    4. Tingkatan sikap

    Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

    menurut Notoatmodjo (2003) yaitu :

    25

  • a. Menerima (Receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus

    yang diberikan.

    b. Merespon (Responding)

    Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan

    adalah indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

    pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu

    benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

    c. Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

    orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi tingkat tiga.

    d. Bertanggung jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

    segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap oleh Azwar (2004)

    adalah sebagai berikut :

    a. Pengalaman pribadi

    Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

    mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan

    akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

    b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

    sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap

    26

  • penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap

    gerak tingkah dan pengetahuan kita, seseorang yang tidak ingin kita

    kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak

    mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

    c. Pengaruh kebudayaan

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

    besar terhadap pembentukan sikap.

    d. Media massa

    Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti

    televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

    besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

    e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

    Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

    mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

    keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

    individu.

    f. Pengaruh faktor emosional

    Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

    pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap

    merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

    sebagai semacam pengalaman frustasi atau Pengalihan bentuk

    mekanisme pertahanan ego.

    27

  • g. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Flu

    Burung

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh

    pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

    pengetahuan (Notoatmodjo 2003).

    Terbentuknya perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada

    domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang

    berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru

    pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk

    sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni

    objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya akan menimbulkan respon

    lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan

    dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan

    stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan,

    artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui

    terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya (Notoatmodjo,

    2003).

    h. Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Flu Burung

    Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), salah seorang ahli

    psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

    untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

    belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan

    28

  • Predisposisi tindakan atau perilaku.

    Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada

    perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap

    seseorang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil

    oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang

    dihadapkan kepadanya. Jadi dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan

    mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang

    bersangkutan, keadaan ini menggambarkan hubungan sikap dengan perilaku

    (Walgito, 2003).

    Menurut Myers (1983) dalam Walgito (2003) berpendapat bahwa

    perilaku merupakan sesuatu yang dipengaruhi lingkungan. Demikian pula

    sikap yang diekspresikan (expressed attitudes) juga merupakan sesuatu yang

    dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Sedangkan expressed attitudes adalah

    merupakan perilaku. Orang tidak dapat mengukur sikap secara langsung, maka

    yang diukur adalah sikap yang menampak, dan sikap yang menampak adalah

    perilaku. Oleh karena itu bila orang menetralisir pengaruh terhadap perilaku

    maka dengan jelas bahwa sikap mempunyai kaitan dengan perilaku. Perilaku

    dengan sikap saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang

    lainnya.

    29

  • C. Kerangka Teori

    Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku (Green, 1991 : Notoadmodjo, 2003)

    30

    Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai-nilai

    6.

    7.

    Faktor Pendukung : Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana

    kesehatan

    Faktor Penguat 1. Sikap dan perilaku

    petugas kesehatan 2. Dukungan orang lain

    atau tokoh masyarakat

    Perilaku

    Positif

    Negatif

  • D. Kerangka Konsep

    Gambar 2. Kerangka konsep

    E. Variabel Penelitian

    Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

    1. Variabel Independen (bebas)

    Variabel independen dari penelitian ini adalah pengetahuan, dan

    sikap masyarakat terhadap pencegahan terjadinya penyakit flu burung.

    2. Variabel Dependen (terikat)

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan

    masyarakat terjadinya penyakit flu burung.

    31

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Pengetahuan masyarakat tentang pencegahan flu

    burung

    Perilaku pencegahan terjadinya flu burung

    Sikap masyarakat tentang pencegahan flu burung

  • F. Hipotesis Penelitian

    1. Ada hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang flu burung dengan

    perilaku pencegahan terjadinya flu burung di Desa Senggrong Kecamatan

    Andong Kabupaten Boyolali.

    2. Ada hubungan antara sikap masyarakat tentang flu burung dengan

    perilaku pencegahan terjadinya flu burung di Desa Senggrong Kecamatan

    Andong Kabupaten Boyolali.

    32

    TINJAUAN PUSTAKAA.Flu BurungB. PerilakuFaktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. Misalnya perilaku warga untuk mencegah penularan flu burung akan lebih mudah apabila warga tersebut tahu apa manfaat dari pencegahan tersebut. Disamping itu, kepercayaan, tradisi, sistem nilai di masyarakat setempat juga sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku.Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Tetapi dukungan, sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan juga sangat mempengaruhi terjadinya perilaku, terutama perilaku kesehatan. C.PengetahuanD.Sikapg.Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Flu Burungh.Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Flu BurungC.Kerangka TeoriD.Kerangka KonsepE.Variabel PenelitianF.Hipotesis Penelitian