asuhan keperawatan pada klien dengan kecemasan pun bahri
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat danKarunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul ”Askep pada Klien dengan Gangguan Kecemasan” dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.P e n u l i s m e n y a d a r i s e p e n u h n y a d a l a m p e n y u s u n a n m a k a l a h i n i t i d a k terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan yang berhargai n i d e n g a n s e g a l a k e r e n d a h a n h a t i , p e r k e n a n k a n p e n u l i s m e n y a m p a i k a n r a s a h o r m a t d a n t e r i m a k a s i h s e b e s a r -b e s a r n y a k e p a d a s e l u r u h p i h a k y a n g t e l a h membantu dengan setulus hati dalam proses penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.Kami menyadari dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang terbatas. Untuk i t u k r i t i k d a n s a r a n y a n g b e r s i f a t m e m b a n g u n d a r i s e m u a p i h a k s a n g a t k a m i harapkan dan kami terima dengan senang hati.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan
meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan
dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin
bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif
seperti kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses
pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan
dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak
berdayaan, dan akhirnya kematian. Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian
akibat penyakit kronis dan terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya, dokter dan perawat lebih
mudah menghadapi kematian yang muncul secara perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan
dengan baik untuk berhadapan dengan ancaman kematian. Ditengah keputusasaan, sering kali
terdengar ”Kami sudah melakukan segalanya yang bisa dilakukan........”
Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun profesi medis masih dapat
melakukan banyak hal. Jika upaya kuratif tidak dimunginkan lagi, masih luas kesempatan
untuk upaya paliatif. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya
mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium
lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care. Dalam
perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal
mungkin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kecemasan ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit kronik?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit terminal?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui
pengertian,gejala,penyebab,pengkajian,diagnose dan intervensi pada ashuan keperawatan
kecemasan,penyakit kronik dan terminal.
Sistematika Penulisan
Makalah ini di susun atas : BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, sisitematika penulisan. BAB II : Pembahasan yang berisi tentang
asuhan keperawatan pada klen kecemasan,penyakit kronik dan penyakit terminal. BAB III :
Penutup yang tersusun atas kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan klien dengaan kecemasan
Pengertian kecemasan
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest” (
Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL)
Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan
bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan,
atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN)
Gejala umum anxietas
Gejala psikologik:
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut kehilangan
kontrol dan sebagainya.
Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual,
sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan
yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada;
kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung
berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak
dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan
dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk
penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan
gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala
1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan
biasanya dirasakan cukup gawat.
Faktor Predisposisi
a. Teori Psikoanalitik
Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan SUPER EGO”.
Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang , sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.
b. Teori Interpersonal
Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan akan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai
harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang
pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan
kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.
Penggolongan Anxietas
a. Anxietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi
dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada.
Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
Ketegangan otot ringan
Rileks atau sedikit gelisah
Respon Kognitif
Mampu menerima rangsang yang kompleks
Konsentrasi pada masalah
Menyelesaikan masalah secara efektif
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Terlihat tenang dan percaya diri
Tingkat pembelajaran optimal
Respon Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang
Tremor halus pada tangan
Suara kadang-kadang meninggi
Sedikit tidak sabar
Aktivitas menyendiri
b. Anxietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar
berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya
untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat
berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya
menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.
1) Respon fisiologis
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
2) Respon kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
3) Respon prilaku dan emosi
Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah
Tidak sadar
Gembira
c. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada
ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat
tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap
ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.
1) Respon fisiologis
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, menggetakkan gigi
Kebutuhan ruang gerak meningkat
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, genetar
2) Respon kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berfikir terpecah-pecah
Sulit berfikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
3) Respon prilaku dan emosi
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas
Bentuk Gangguan Anxietas
a. Gangguan Panik
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga
ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu
mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir
yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik
berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang
signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat
penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu
dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan.
Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di
bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal,
organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang
mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia.
Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan
panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic
Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,
aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap
kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai
dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama
adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya
tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi,
sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan
biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit
mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali
mereka keluar rumah.
Gejala Penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada
beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik.
Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan
gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.
Diagnosa Banding
a. Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.
b. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.
c. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.
d. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi,
gangguan menopause, dsb. lntoksikasi obat, putus obat.
e. Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb
Pedoman Diagnosis Agrafobia
Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit meloloskan diri
Situasi dihindari, misal jarang bepergian
Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain, misal fobia social
Pedoman Diagnostik Gangguan Panik
Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan
Sekurangnya satu serangan , diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap akan mengalami
serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan, perubahan perilaku bermakna
berhubungan dengan serangan
Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi medis umum
Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. misal gangguan obsesif -
kompulsif.
Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.
Terapi
Konseling dan medikasi.
Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan
diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan.
Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak
mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu.
Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi. Bila
serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan
(imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2 minggu ). Bila
serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1
atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan pemberian
medikasi yang tidak perlu.
Asuhan keperawatan
a. pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
1) Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan seperti:
peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan atau situasional.
konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id
dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada
individu.
konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak
terhadap ego.
gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas
fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan mempengaruhi
individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping
individu banyak dipelajari dalam keluarga.
riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam
berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung
benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid
(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
2) kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:
Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi:
Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh,
perubahan biologis normal (mis.hamil)
Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan,
kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat kerja,
penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancanm harga diri.
Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan,
tekanan kelompok, social budaya.
kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis dan
secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan
melawan kecemasan.
Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
Respon psikologologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.
Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isis pikir,
diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,
menurunya lapangan persepsi, bingung.
Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi
emosi terhadap kecemasan.
b. Diagnosa Keperawatan
Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil
keputusan.
Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
c. intervensi keperawatan
DX 1: panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil
keputusan.
Kriteria hasil:
Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.
Intervensi:
Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik.
Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti: berbicara kepada
orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan telah
terlatih.
Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan
ansietas.
DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.
kriteria hasil:
Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat
Intervensi:
Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, ,menjadi pendengar
yang baik.
Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
Melakukan kominikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic yang ringan.
Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap sters
DX 3: ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.
Kriteria hasil:
Klien memiliki koping terhadap ancaman.
Strategi koping positif.
Untuk mengetahui sebab biologis.
Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Intrvensi:
Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil digunakan pada
masa lampau.
Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab biologis.
Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi klien untuk
menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.