asuhan keperawatan klien dengan tumor hipofisis

Upload: ganhosa-rinda

Post on 20-Jul-2015

494 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUMOR HIPOFISIS A. Pengertian Pituitary yang disebut Hypothalamus yang merupakan bagian dari otak yang dekat diatasnya.; diaerah sekitarnya banyak terdapat pembuluh darah dan syaraf-syaraf. Hypothalamus seperti berfungsi sebagai switching atau pengatur terhadap sinyal yang berasal dari otak ke kelenjar hipofisis; yang mana akan menyalurkan sinyal atau pesan ke organ tubuh. Hypothalamus juga berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan biologis lainnya. Hypothalamus, thalamus, otak tengah, dan otak belakang (tidak termasuk cerebellum) bersama-sama membentuk apa yang disebut tangkai/batang otak (the brain stem). Batang otak berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar. Jika batang otak tersebut kekurangan aktivitas (kurang dirangsang), maka menurut psikiater akan menyebabkan brain death atau kelumpuhan otak. Pituitary terdiri dari anterior besar (adenohypophysis) dan posterior kecil (neurohyphysis). Terletak di kantung kecil dari tulang dasar otak yang disebut sella turcica yang berbentuk seperti sadel pada tulang sphenoid. Sella Turcica terletak didalam tengkorak didasar otak.

Gambar 1. Kelenjar hipofisis

Hubungan antara hipotalamus dengan hipofisis adalah kelenjar antara hipotalamus disebut master gland walaupun ada juga yang menyebut master gland adalah hipotalamus. Hipotalamus mensekresikan hormon releasing faktor.

neurohipofisis merupakan neuron dengan akson tak bermyelin. hormon diproduksi di badan sel dihipotalamus dan disekresikan oleh ujung sel yang ada di hipofisis. Hormon Hipotalamus Hipotalamus mengeluarkan hormon-hormon sebagai berikut: 1. Growth Hormon Releasing Factor (GHRF) 2. Growth Hormon Inhibiting Factor (GHIF) 3. Prolacting Inhibiting Factor (PIH) 4. Prolacting Releasing Factor (PRH) 5. Thyrotropin Releasing Hormon (TRH) 6. Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) 7. Corticotropic Releasing Hormon (CRH) 8. Follicle Stimulating Hormon Releasing Factor (FSHRH) Hormon Neurohipofisis 1. Antiduretik Hormon (ADH)/Vaspresin 2. Oksitosin Antidiureti Hormon/Vasopresin Organ target antidiuretik hormon adalah ginjal. Hormon ini bekerja di epitel tubulus ginjal. Meningkatkan absorpsi air di duktus kolektifus ginjal, kontraksi otot polos di arteriol, meningkatkan tekanan darah. Antidiuretik hormon/ADH berperan

penting dalam pengaturan keseimbangan cairan tubuh. kekurangan hprmon ini menyebabkan dibetes insipidus. Oksitosin Oksitosin berfungsi merangsang kontraksi otot polos diuterus saat melahirkan dan merangsang myioepitel sel dipayudara menyebabkan kontraksi myioepitel sehingga terjadi pengeluaran ASI. Hormon Adenohipofisis 1. Growth Hormon 2. Prolaktin 3. Adrenocorticotropic Hormon 4. Luteneizing Hormon 5. Follicle-Stimulaing Hormon 6. Melanocyte Stimulating Hormon 7. Thyroid Stimulating Hormone B. Epidemiologi Sekitar 10% dari seluruh tumor intrakranial merupakan tumor hipofisis, terutama terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang ditemukan seimbang pada laki-laki dan wanita. Tumor hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis, sedangkan pada lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi. Tumor ini biasanya bersifat jinak. C. Etiologi

Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil, atau basofil dari hipofisis anterior. Tumor-tumor ini menimbulkan nyeri kepala, hemianopsia bitemporalis (disebabkan oleh karena penekanan pada kiasma optikum), dan tandatanda kelainan sekresi hormon hipofisis anterior. Bermacam-macam cacar lapang penglihatan yang sering ditemukan bila lesi melibatkan traktus optikus. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe Idikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain.Kanker payudarapada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal,kanker prostat, melanoma,dan kanker pencernaan. D. Klasifikasi Klasifikasi dibedakan berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dandibedakan menjadi 2 jenis yaitu : 1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)

Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan padalaki-laki daripada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell tumor,undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun bias ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik. 2. Adenoma hipofisis fungsional yang terdiri dari : a. b. c. d. adenoma yang bersekresi prolaktin adenoma yang bersekresi growth hormon (GH) adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH) adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)

Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasienmerupakan tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari:52% merupakan tumor yang mengsekresikan prolactin27% tumor yang mengsekresikan GH20% tumor yang mengsekresikan ACTH0,3% tumor yang mengsekresikan TSH kelenjar hipofisis bagian anterior berperan dalam sekresi dan pengaturan dari berbagai hormon peptida dan stimulating factor. Tumor yang berasal dari bagian iniakan memproduksi secara berlebihan beberapa atau salah satu darihormonmpoptida, jika ini terjadi maka dinamakan fungsional atau secreting adenoma. Adanya adenoma kelenjar hipofisis anterior bisa dideteksi dengan

melihataktifitas endokrin dan dengan immunohisto chemical staining.Ada juga klasifikasi dari buku medikel bedah yaitu : Eusinofil Basofil Kromopom Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology 1. Grade 0 : tumor tidak terlihat secara radiologi

2. 3.

Grade I dan II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica Grade III dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnya

Berdasarkan penyebarannya tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam subklasifikasi berikut : a. b. c. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke suprasellar D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intrakranial

E. Manifestasi klinis Manifestasi klinis Adenoma Hipofisis non fungsional: 1. 2. nyeri kepala karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma

optikum,timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yangterletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang pandang bagiantemporal superior (Wilbrands knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil akan menjai atrophi. 3. Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII,

IV, VI,V2, V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue akan menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan dari a. karotis (oklusi komplit jarang) 4. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis

yang progressif dalam beberapa bulan atau beebrapa tahun berupa : Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah

Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan Diabetes insipidus, sangat jarang Walaupun gangguan lapang pandang bitemporal dan hypopituitarism yang berjalan progresif merupakan gejala klinik yang khas pada tumor ini, kadang-kadang adenomahipofisis yang besar memberikan gejala yang akut akibat adanya perdarahan atau Infark. Tumor intrakranial yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah adenoma hipofisis. Adanya perdarahan yang besar ke dalam tumor hipofisis akan menyebabkan gejala nyeri kepala yang tiba-tiba, penurunan kesadaran gangguan penglihatan dan insufisiensi adrenal yang akut. Pasien yang menderita abcess pada hipofisis akan memberi gejala yang sama disertai demam. Menurut Wilson sekitar 3% makro adenoma menunjukkan Pituitary apoplexi. Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional a) Adenoma yang bersekresi Prolaktin - Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,kemandulan dan osteoporosis. - Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya sexualyang menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada lakilaki biasanya ditemukan jika sudah menibulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan. b) Adenoma yang bersekresi growth hormon Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara kronik.Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala dini berupa: - Ukuran sepatu dan baju membesar

- Lalu timbul visceromegali - Hiperhidrosis, - Macroglossia, - Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jarijari, bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena hubungannya dengan keganasan pada kolon. c) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)Kecuali untuk tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala : - hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis. - Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves disease,graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat resistensiyang efektif terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh umpan balik negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH. Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, iniyang membedakan dengan hipertiroid akibat adanya adenoma. - Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai wanita,gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar serum immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit. d) Adenoma yang bersekresi ACTH Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun

-

Khas

ditandai

dengan

truncal

obesity,

hipertensi,

hirsutisme

(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne, striaeabdominal, buffallo hump dan moon facies. Kelainan endokrinologik yang berat ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan dalam mendeteksi dan identifikasi sumbernya. F. Pemeriksaan fisik 1. Inspeksi : Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika timbul saat usia dini). Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa). Kulit klien tampak pucat. Terdapat penumpukan lemak di punggung, wajah. Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda). Tampak atropi pada pupil. Klien tampak susah membedakan warna. Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot. 2. Palpasi : Terdapat nyeri kepala. Terdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas 444 dan ekstremitas bawah 444 G. Pemeriksaan diagnostik Adenoma Hipofisis non fungsional: a) Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai

sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada yanglainnya normal < 9 masing-masing.

b) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis. Adenoma Fungsional a) Adenoma yang bersekresi Prolaktin Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi). b) Adenoma yang bersekresi growth hormone Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh 5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH. c) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta subarakhnoidunit, hormon,sedangkan alpha subarakhnoid unitnya sama untuk Dengan ketiga teknik

betasubarakhnoid

unitnya

berbeda.

immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat. MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma yangsatu dengan yang lainnya d) Adenoma yang bersekresi ACTH CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushingssyndroma secara klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya. Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau sumber keganasan ektopi. Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan test perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushings disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi menentukan bagian hipofisis yang mana yang memproduksi hipersereksi ACTH.

H. Therapy/ tindakan penanganan Gambaran Radiographic : MRI adalah prosedur terbaik untuk mengevaluasi patologihipofisis, pencitraan jaringan lunak tanpa gangguan dari lingkungan kurus dari sella dan menghasilkan gambit dalam setiap bidang 1. Pengobatan : Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah spesimen darah diagnostik telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah sangat penting. Steroid penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode perioperatif.Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting sekaligusmempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko kekambuhan atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala atau MRIdokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan. 2. Pembedahan : Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkatkematian kurang dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan

penglihatan,meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes insipidus permanen muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan diperlakukan oleh penggantinya. 3. Terapi radiasi : Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan

ataukekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth.Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakitCushings, keputusan yang berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat untuk pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar pituitari dapat mencakup operasi,Radiosurgery dan gamma pisau. I. Kriteria diagnostic Ketika melakukan diagnosis, pemeriksa akan bertanya tentang riwayat keluarga apakah sebelumnya ada yang pernah mengalami tumor kelenjar pituitary, hiperparatiroidisme(kelenjar paratiroid yang terlalu aktif), hipoglikemia (gula darah rendah) atau tumor kelenjar pankreas.Pada pemeriksaan fisik mengidentifikasi tandatanda tumor hipofisis danmasalah kesehatan lainnya. Sebuah ujian neurologis meliputi cek penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi dan reflex.Dengan adanya tanda-tanda yang disebutkan muncul pada pasien pemeriksa dapatmencurigai pasien tersebut mengalami adanya tumor dan ditambah lagi pada pemeriksaan berikut :

1. Pengujian biokimia Kadar hormon dapat diukur dalam darah atau sampel urin melalui tes laboratorium yang mendeteksi kelebihan produksi atau kekurangan. Seringkali, kelebih hormon stimulasi . 2. Scan Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI, standar tes pencitraan untuk tumor hipofisis, menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar. MRI scan sangat berguna dalammendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang cairan khusus disuntikkan ke dalam alirandarah untuk membedakan tumor dari jaringan sehat.MRI dapat dengan mudah mengidentifikasi tumor besar (macroadenomas) dari kelenjar hipofisis maupun untuk mengidentifikasi tumor yang paling kecil (microadenomas). TapiMRI mungkin tidak mendeteksi banyak microadenomas lebih kecil dari 3 milimeter (kirakira delapan inci). Antara 5 persen dan 25 persen dari orang sehat memiliki beberapa minor abnormal pada kelenjar hipofisis yang muncul di MRI scan.

3. Biopsy

Sebuah biopsi (mengambil contoh tumor dan memeriksanya di bawah mikroskop) mungkinkadang-kadang dianjurkan untuk verifikasi definitif. Pituitary tumor dapat diperiksa di bawah mikroskop sebelum atau setelah pembedahan untuk menentukan jenis tumor. J. Prognosis Pituitary tumor biasanya dapat disembuhkan. Hipofisis adenomas yang mengeluarkan adrenocorticotropic hormon sering memiliki komplikasi yang kuat untuk kambuh. Sekitar 5% dari hipofisis adenomas menginvasi jaringan terdekat dan tumbuh dalam ukuran besar.Metastasis tumor hipofisis sangat jarang terjadi. Namun, karsinoma hipofisis dapat bermetastasis dan berhubungan dengan prognosis yang buruk. K. Komplikasi Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera walaupun sesungguhnya adenoma hipofisis ini bersifat jinak, namun karena tidak mendapatkan penanganan yang baik, adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang akanmennimbulkan kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak yangmengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.Komplikasi pada

pembedahan Hemoragik, peningkatan CSS, diabetes insipidus, infeksi pasca oprasi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian sekunder Klien mengeluh nyeri kepala Klien mengeluh pandangannya ganda dan kabur Klien mengeluh nyeri wajah

-

Klien mengeluh cepat lelah Klien mengeluh menstruasi berhenti sebelum waktunya Klien mengalami penurunan libidoDo: Lapang pandang klien berkurang Pupil athropi Klien tampak lemah Klien tampak pucat Klien tampak mengalami gigantisme atau akromegali Klien mengalami moon face, buffalo hump Klien mengalami hipertensi Kulit klien tampak gosong Tampak striae abdominal Tinggi badan klien melebihi normal Semua proporsi tubuh klien tampak membesar Klien tampak tidak mampu mengangkat tangan dan kaki (kelemahan otot) Rambut klien tampak halus dan jarang Kulit klen tampak kering dan lunak

Pengkajian sekunder a. Identitas

Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun. b. Keluhan Utama Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang. c. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan kabur. d. Riwayat penyakit dahulu Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan. e. Riwayat penyakit keluarga Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.

2. Pemeriksaan fisik Inspeksi : klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh

(jika timbul saat usia dini) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada

ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa) Kulit klien tampak pucat

-

Terdapat penumpukan lemak di punggung, wajah. Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda) Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot

Palpasi : Terdapat nyeri kepala Terdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas 444 dan ekstremitas bawah 444.

3. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas a) b) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor

hipofisis c) d) e) f) GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum PK Hiperglikemia PK Hipertensi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik) g) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan

sekresi ADH h) Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh

i) j) k)

Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik Inefektif menyusui berhubungan dengan kurangnya pelepasan oksitosin

4. Perencanaan keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus

ditandaidengan klien mengatakan kepalanya nyeri, klien tampak meringis klien mengatakan skala nyeri 5 Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan pasien melaporkan nyeri berkurang, klien tampak tidak meringis lagi, skala nyeri bahkan hilang (skala nyeri 0) Intervensi Mandiri a) Kaji tingkat nyeri klien R/Mengetahui tingkat nyeri yangdirasakan klien b) Kompres dengan air hangat R/Air hangat dapat mengurangi rasa nyeri c) Anjurkan untuk melakukan aktivitas pengalih R/Mengalihkan Nyeri klien Kolaborasi

a) Pemberian analgesik R/Mengurangi rasa nyeri

2) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor hipofisis ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (diatas 36-37,5), kulit tampak kemerahan, klien mengeluhkan badannya panas Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan klien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Dengan kriteria hasil : suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 37,50C), kulit klien tidak tampak kemerahan, klien tidak mengeluhkan panas lagi Intervensi a) Pantau suhu tubuh pasien (derajatdan pola) perhatikan adanyamenggigil. R/Demam biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi mungkinmerupakan komplikasi darikerusakan pada hipotalamus. b) Pantau suhu lingkungan.Batasi penggunaan selimut. R/Suhu ruangan/jumlah selimut harusdiubah untuk mempertahankan suhumendekati normal. c) Berikan kompres hangat jika adademam. Hindari penggunaanalkohol. R/Kompres air hangat menyebabkantubuh dingin melalui proseskonduksi. d) Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan

membrane mukosa. R/Hipertermia meningkatkankehilangan air tak kasat mata

danmeningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaranmenurun /munculnya mualmenurunkan pemasukan melaluioral. e) Kolaborasi : Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol). R/ Digunakan untuk mengurangidemam dengan aksi sentralnya padahipotalamus, berguna juga untuk membatasi pertumbuhan organismdan meningkatkan

autodestruktif dari sel-sel yang terinfeksi.

3)

GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum

ditandaidengan klien mengatakan pandangannya kabUr dan ganda Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan : Penurunan tajam dan lapang pandang klien tidak semakin memburuk, Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan hilang. Intervensi a) Kaji adanya ptosis, diplopia,gerakan bola mata dan visus. R/Dapat mengidentifikasi penyebabkeluhan dan mengetahui besar tajamserta lapang pandang penglihatanklien b) Kaji fungsi saraf III, IV, VI,VII. R/Menentukan adekuatnya saraf cranial yang berhubungan dengan kemampuan pergerakan mata c) Gunakan obat tetes mata dan pelindung. R/Memberikan lubrikan danmelindungi mata d) Orientasikan pasien padalingkungan sekitar sebagaimana kebutuhan.

R/Mengenali lingkungan e) Tutup kedipan cahaya yangtidak penting dengan selotip atau pita, gunakan cahaya yang redupmalam hari, dorong menggunakan penutup mata. R/Dapat mengurangi ataumenghilangkan factor-factor penunjang dan mengurangi pandangan kilauan dari lingkunganluar.

4) Potensial komplikasi: Hiperglikemia Tujuan : Setelah diberikan Asuhan Keperawatan x24 jam diharapkan tidak terjadi hiperglikemi dengan kriteria hasil: Kadar gula dalam darah kembali normal Tidak terdapat tanda-tanda hiperglikemik Intervensi a) Observasi tanda-tanda hipeglikemi Membantu dalam menentukanintervensi selanjutnya b) Berikan suntik insulin menurutsleding scale Mengupayakan agar gula darah dalamkeadaan normal c) Awasi pemeriksaan laboratoriumterutama GDS Gula darah yang tinggi merupakan indicator terjadi hiperglikemi

5) Potensial Komplikasi, Hipertensi Tujuan : Setelah diberikan Asuhan Keperawatan selama .x24 jam diharapkantidak terjadi hipertensi dengan kriteria hasil:

Tekanan darah normal 120/80mmHg Tidak ada tanda-tanda hipertensi Intervensi a) Observasi tanda-tanda hipertensi Membantu dalam menentukanintervensi selanjutnya b) Awasi tekanan darah klien setiap jamKolaborasi Tekanan darah yang tinggimerupakan indicator terjadihipertensi c) Berikan obat anti hipertensi Sebagai antihipertensi

DAFTAR PUSTAKA Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC : Jakarta. Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses- proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta. Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.