makalah tumor hipofisis

35
LAPORAN SKENARIO 1 SISTEM ENDOKRIN “TUMOR HIPOFISIS” Disusun oleh : Chelsea Tangalobo Parassa 1102019 / IIA Gede Kertayasa 1102048 / IIA Ika Falkatari 1102056 / IIA Ni PutuTika Apriliany 1102085 / IIA Yogi Januriswanti 1102119 / IIA Elisabeth Eka Dias 1102029 / IIB Gabril Elman Bigson 1102044 / IIB Kusumo Estri Pamungkas 1102065 / IIB Nonie Mega Dinie 1102086 / IIB Wina Angelin Oktavia 1102117 / IIB Yustus Inyoman Syukur 1102122 / IIB SEMESTER V PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA 2013

Upload: chelseaparassa2293

Post on 27-Dec-2015

722 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Makalah Tumor Hipofisis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tumor Hipofisis

LAPORAN SKENARIO 1

SISTEM ENDOKRIN

“TUMOR HIPOFISIS”

Disusun oleh :

Chelsea Tangalobo Parassa 1102019 / IIA

Gede Kertayasa 1102048 / IIA

Ika Falkatari 1102056 / IIA

Ni PutuTika Apriliany 1102085 / IIA

Yogi Januriswanti 1102119 / IIA

Elisabeth Eka Dias 1102029 / IIB

Gabril Elman Bigson 1102044 / IIB

Kusumo Estri Pamungkas 1102065 / IIB

Nonie Mega Dinie 1102086 / IIB

Wina Angelin Oktavia 1102117 / IIB

Yustus Inyoman Syukur 1102122 / IIB

SEMESTER V PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Tumor Hipofisis

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................... 1

ISI

-Anatomi Fisiologi..................................................................................... 2

-Definisi............................................................................................................. 7

-Etiologi............................................................................................................. 8

-Epidemiologi...................................................................................................... 8

-Klasifikasi.......................................................................................................... 8

-Patofisiologi....................................................................................................... 9

-Manifestasi Klinis............................................................................................. 10

-Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................... 12

-Penatalaksanaan................................................................................................. 14

-Komplikasi......................................................................................................... 15

-Prognosis............................................................................................................ 16

-Pencegahan........................................................................................................ 16

-Aspek Legal Etik............................................................................................... 17

-Peran Advokasi.................................................................................................. 18

-Satuan Acara Penyuluhan.................................................................................. 19

-Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Tumor Hipofisis............................. 22

JURNAL KESEHATAN.................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 34

Page 3: Makalah Tumor Hipofisis

2

“TUMOR HIPOFISIS”

A. ANATOMI FISIOLOGI

Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang

terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika

melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk

mengembang.

Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali

menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan

menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.

Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin

lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang

terletak tepat diatas hipofisa. Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu

lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).

Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara

melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh

Page 4: Makalah Tumor Hipofisis

3

darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus

posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.

Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan

fungsi :

1. Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur

dan buah zakar)

2. Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)

3. Pertumbuhan seluruh tubuh.

Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna

lebih gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.

Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:

1. Mengatur keseimbangan air

2. Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang

menyusui

3. Merangsang kontraksi rahim.

Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada

dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa

bisa menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang

diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar target.

Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya

dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan

pergantian periode aktif dan tidak aktif.

Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan

kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan

dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu

irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari,

biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar

terendah sesaat sebelum tidur.

Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor.

Pada wanita, kadar LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating

hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus

menstruasi.

Page 5: Makalah Tumor Hipofisis

4

Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa

menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.

Fungsi Lobus Anterior

Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini

melepaskan hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik

yang normal atau merangsang aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta

indung telur atau buah zakar.

Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka

kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak

atau terlalu sedikit.

Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah

kortikotropin (ACTH, adenocorticotropic hormone), yang merangsang

kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan beberapa steroid yang

menyerupai testosteron (androgenik).

Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan

berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.

Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan

kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang

mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang

mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.

TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior

dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.

Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan

(hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya

pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).

Dua hormon lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah LH

(luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone). Keduanya

merupakan gonadotropin, berfungsi merangsang indung telur dan buah zakar.

Pada wanita, kedua hormon ini merangsang pembentukan estrogen dan

progesteron serta merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung

Page 6: Makalah Tumor Hipofisis

5

telur. Pada pria, LH merangsang buah zakar untuk menghasilkan testosteron

dan FSH merangsang pembentukan sperma.

Salah satu hormon terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah

hormon pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta

membantu mengatur metabolisme. Hormon pertumbuhan dapat

meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak, merangsang pembentukan

protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan

lemak. Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat

pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan

meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah. Kedua

efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan

kekurangan makanan ketika berpuasa.

Bersamaan dengan kortisol, hormon pertumbuhan membantu

mempertahankan kadar gula darah untuk otak dan memindahkan lemak,

sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat menggunakannya sebagai cadangan

sumber energi.

Pada berbagai kasus, hormon pertumbuhan tampaknya bekerja dengan

cara mengaktifkan sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah

faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin (IGF-1, insulin-klike growth

factor).

Fungsi Lobus Posterior

Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon

antidiuretik dan oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh

sel-sel saraf di dalam hipotalamus; sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan

(akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon ini dilepaskan.

Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin

lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target.

Hormon antidiuretik (disebut juga vasopresin) meningkatkan penahanan

air oleh ginjal. Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang

memadai.

Page 7: Makalah Tumor Hipofisis

6

Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak

dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan

lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida

dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-

sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh

otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.

Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah

raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat

tertentu (misalnya klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang

digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).

Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan

pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan

diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak

membuang air.

Oksitosin menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan

segera setelah persalinan untuk mencegah perdarahan.

Oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang

mengelilingi kelenjar susu. Pengisapan puting susu merangsang pelepasan

oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air

susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa

No Hormon Location Function

1. Hormon pertumbuhan

(growth hormone)

GH/ somatotropin

Otot & tulang

meningkatkan

pertumbuhan dengan

mempengaruhi beberapa

fungsi metabolisme seluruh

tubuh, khususnya

pembentukan protein

2. Prolaktin hormon

adenokortikotropik

(ACTH)

Kelenjar

adrenal

mengatur sekresi beberapa

hormon korteks adrenal, yang

selanjutnya mempengaruhi

metabolisme glukosa,

Page 8: Makalah Tumor Hipofisis

7

protein, dan lemak.

3. Hormon stimulasi

tiroid (TSH)

Tiroid

mengatur kecepatan sekresi

tiroksin oleh kelenjer tiroid,

dan tiroksin selanjutnya

mengatur kecepatan sebagian

besar reaksi – reaksi kimia

seluruh tubuh

4. Prolaktin

Kelenjar susu

meningkatkan perkembangan

kelenjar mammae dan

pembentukan susu

5 hormon luteinisasi

(LH)

Indung telur

(buah zakar)

mengatur pertumbuhan

gonad serta aktivitas

reproduksinya.

6. hormon stimulasi

folikel (FSH)

Indung telur

(buah zakar)

mengatur pertumbuhan

gonad serta aktivitas

reproduksinya.

7 Oksitosin Rahim &

kelenjar susu

Berperan dalm proses

persalinan bayi dan laktasi

8. Hormon antidiuretik

(vasopresin)

Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi

air ke dalam urin dan dengan

cara ini membantu mengatur

konsentrasi air dalam cairan

tubuh.

B. DEFINISI

1. Tumor hipofisis merupakan adanya kelainan instrinstik dari kelenjar

hipotalamus sendiri.

2. Tumor Hipofisis sebagai hasil stimulasi yang terus menerus oleh

hormone hipotalamus.

3. Tumor hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitrysme. Adenoma

ini hampir selalu mensekresi sehingga sering disebut functioning tumor

4. Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular dengan besar diameter

kurang dari 1 cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.

Page 9: Makalah Tumor Hipofisis

8

C. ETIOLOGI

Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor

hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan

pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia

endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account

cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu,

tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs

lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria

merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari.

Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal,

kanker prostat, melanoma, dan kanker pencernaan.

D. EPIDEMIOLOGI

Sekitar 10% dari seluruh tumor intracranial merupakan hipofisis, terutama

terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang seimbang laki-laki dan

perempuan. Adenoma hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis,

pada lobus posterior jarang terjadi.

E. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan

dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

a. Adenoma Hipofisis Non Fungsional (Tidak Memproduksi

Hormon)

Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis.

Biasanya muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan

biasanya lebih sering ditemukan padalaki-laki daripada wanita.

Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell tumor, undifferentiated

tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini

tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak

memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnose ditegakkan

umumnya tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau gejala

Page 10: Makalah Tumor Hipofisis

9

yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun

bisa ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.

b. Adenoma Hipofisis Fungsional Yang Terdiri Dari :

1) adenoma yang bersekresi prolaktin

2) adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)

3) adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

4) adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)

Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630

pasien merupakan tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari :52%

merupakan tumor yang mengsekresikan prolactin27% tumor yang

mengsekresikan GH 20 % tumor yang mengsekresikan ACTH 0,3% tumor

yang mengsekresikan TSH kelenjar hipofisis bagian anterior berperan dalam

sekresi dan pengaturan dari berbagai hormon peptida dan stimulating factor.

Tumor yang berasal dari bagian ini akan memproduksi secara berlebihan

beberapa atau salah satu dari hormon mpoptida, jika ini terjadi maka

dinamakan fungsional atau secreting adenoma.

Adanya adenoma kelenjar hipofisis anterior bisa dideteksi dengan melihat

aktifitas endokrin dan dengan immunohisto chemical staining. Ada juga

klasifikasi dari buku medikel bedah yaitu : Eusinofil Basofil Kromopom

2. Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology

a. Grade 0 : tumor tidak terlihat secara radiologi

b. Grade I dan II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica

c. Grade III dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnya.

3. Berdasarkan penyebarannya tumor ke extrasellar maka dibagi lagi

dalam subklasifikasi berikut :

a. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke suprasellar

b. D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus

c. E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intrakranial

F. PATOFISIOLOGI

Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari

monoklonal, yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal.

Neoplasia hipofisis merupakan proses multi-step yang meliputi disregulasi

Page 11: Makalah Tumor Hipofisis

10

pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi

sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor.

Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya

gangguan allel tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel.

Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus

terlibat untuk mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik

ditemukan pada adenoma hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi

step. Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras

gen, delesi gen p53, 14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat

menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis.

Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi

terjadinya hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk

PTTG (Pituitary tumor transforming gene) menyebabkan transformasi

aktifitas dan menginduksi sekresi dasar bFGF, sehingga memodulasi

angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh estrogen.

G. MANIFESTASI KLINIS

1. Adenoma Hipofisis non fungsional:

a. Nyeri kepala

b. Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan

chiasma optikum, timbul gangguan lapang pandang bitemporal.

Karena serabut nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari

chiasma optikum melayani lapang pandang bagian temporal superior

(Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah

lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua

papil akan menjai atrophi.

c. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi

hipofisis yang progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun

berupa :

1) Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang

kasar

2) Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah

Page 12: Makalah Tumor Hipofisis

11

3) Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan

kesuburan.

2. Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional

a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin

1) Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe,

galactorhoe, kemandulan dan osteoporosis.

2) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau

daya sexual yang menurun. Karena perbedaan gejala tersebut

maka tumor ini pada laki-laki biasanya ditemukan jika sudah

menimbulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan.

b. Adenoma yang bersekresi growth hormone

1) Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar

GH secara kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa

gejala yang timbul lebih karena efek kompresi lokal dari masa

tumor, bukan karena gangguan somatiknya.

2) Lalu timbul visceromegali

3) Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan

jaringan subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama

ditemukan pada jari-jari, bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags

ini penting karena hubungannya dengan keganasan pada kolon.

c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH) Kecuali

untuk tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :

1) Hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak

memberikan gejala yang spesifik sehubungan dengan

hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru ditemukan

sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya

seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.

2) Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan

Graves disease, graves disease merupakan penyakit yang

diturunkan, dimana terdapat resistensi yang efektif terhadap

hormon tioid yang menyebabkan pengaruh umpan balik negatif

dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi

Page 13: Makalah Tumor Hipofisis

12

TSH. Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled

epiphyse dan goiter, iniyang membedakan dengan hipertiroid

akibat adanya adenoma.

3) Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak

mengenai wanita, gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang,

pretibial edema dan kadar serum immunoglobulim stimulasi tiroid

jumlahnya sedikit.

d. Adenoma yang bersekresi ACTH

1) Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun

2) Khas ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme

(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran,

amenorrhea, acne, striaeabdominal, buffallo hump dan moon

facies. Kelainan endokrinologik yang berat ini sudah muncul pada

tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan dalam

mendeteksi dan identifikasi sumbernya.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Adenoma Hipofisis non fungsional:

1) Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar,

lantai sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan

adenomanya asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan

menunjukkan double floor. Normal diameter AP darikelenjar hipofisis

pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada

yanglainnya normal < 9 masing-masing.

2) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma

tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus

sphenoid CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan

untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.

Adenoma Fungsional :

1) Adenoma yang bersekresi Prolaktin

Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml

biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin

Page 14: Makalah Tumor Hipofisis

13

antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis

sehingga pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect

(trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi).

2) Adenoma yang bersekresi growth hormone

Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini

yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar

basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai >

5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran

kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang

konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67

U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar

GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100

gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH.

Pemberian GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan kadar

GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka

pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu

adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.

3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta

subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga

hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik

immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha

subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada

tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun

padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya

juga meningkat. MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak

bisa dibedakan antara adenoma yangsatu dengan yang lainnya

4) Adenoma yang bersekresi ACTH

CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH

dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi

cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif

akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar

Page 15: Makalah Tumor Hipofisis

14

cortisol meningkat, secara klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol

dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status

diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushing’ssyndroma secara

klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.

I. PENATALAKSANAAN

1. PENGOBATAN

Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit

disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah

spesimen darah diagnostic telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau

adrenal adalah sangat penting. Steroid penggantian harus cukup untuk

situasi stres, termasuk periode perioperatif. Tujuan perawatan berbeda

sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor endokrinaktif,

pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting

sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat

dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik

dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan

bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab atas gejala, dengan

tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedahreseksi lengkap

diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal

debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko

kekambuhan atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak

memerlukan intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara

berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi

pertumbuhan indikasi untuk perawatan.

2. PEMBEDAHAN

Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal

membuat prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan

tumor lunak dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas,

memungkinkan untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar

signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkat kematian kurang

Page 16: Makalah Tumor Hipofisis

15

dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan,

meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes

insipidus permanen muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien

dan diperlakukan oleh penggantinya.

3. TERAPI RADIASI

Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau

kekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang

(bidang menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk

menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000

cGy disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum,

pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun

radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya setelah

brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan

pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor

didokumentasikan regrowth. Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary

adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakit Cushings, keputusan yang

berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar

hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs

manfaat untuk pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor

kelenjar pituitari dapat mencakup operasi, Radiosurgery dan gamma pisau.

J. KOMPLIKASI

1. Adenoma akan bermetastase pada organ lain yang akan menimbulkan

kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak yang

mengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak

2. Hypotiroidism : kerusakan kelenjar tiroid dimana kelenjar berhenti

memproduksi jumlah normal hormon

3. Hypoadrenalism : proses patologis hormon korteks adrenal yang tidak

memadai untuk mempertahankan kehidupan normal

4. Hypogonadism : kondisi tubuh (testikel) tidak memproduksi cukup

hormon testoteron

Page 17: Makalah Tumor Hipofisis

16

5. Hyperprolactenemia : suatu kondisi dmana otak mengeluarkan terlalu

banyak prolactin pada wanita yang tidak hamil.

K. PROGNOSIS

Pituitary tumor biasanya dapat disembuhkan. Hipofisis adenomas yang

mengeluarkan adrenocorticotropic hormon sering memiliki komplikasi yang

kuat untuk kambuh. Sekitar 5% dari hipofisis adenomas menginvasi jaringan

terdekat dan tumbuh dalam ukuran besar.Metastasis tumor hipofisis sangat

jarang terjadi. Namun, karsinoma hipofisis dapat bermetastasis dan

berhubungan dengan prognosis yang buruk.

L. PENCEGAHAN

Pencegahan Menurut Irianto Rony (2010), kelenjar hipofisis merupakan

master kelenjar seluruh tubuh. Pada usia 25 tahun biasanya fungsi kelenjar

pituitary/hipofisis mulai menurun, menurunnya fungsi kelenjar tersebut

menyebabkan fungsi kelenjar lainnya juga menurun, organ-organ tubuh

mulaiaus, dan tubuh mengalami penuaan. Dengan memperbaiki fungsi

kelenjar hipofisis, maka fungsi kelenjar seluruh tubuh menjadi normal dan

mencegahterjadinya kanker maupun tumor. Jika dikombinasikan dengan

vitamin C akan benar-benar membuat tubuh menjadi lebih muda, kulit wajah

lebih halus,lebih cerah, lebih lembab, lebih lentur dan mempercepat

penyembuhan penyakit.Berikut manfaat kelenjar pituitary jika berfungsi

maksimal:Peremajaan, awet muda, penyegaran, dalam taraf tertentu

menumbuhkan selsel yg telah rusak dan mati, memperbaiki penyakit

degeneratif, meningkatkanhormon kenyamanan, semangat dan gairah,

keceriaan, kelenturan kulit danotot, kelembaban kulit, menyegarkan otak,

pelembut kulit, memperlancar aliran darah, membuat semua organ berfungsi

sempurna, membantu metabolisme tubuh, meningkatkan imunitas, mengatasi

keausan sampai wilayah sel, meningkatkan pembentukan dan awet muda,

memperbaiki syaraf mata dan organ mata, memperbaiki kelenjar tiroid,

meningkatkan feromon, dll. Melihat fungsi kelenjar hipofisis, sangatlah

penting mengomsumsivitamin C yang dapat meningkatkan fungsi kelenjar

Page 18: Makalah Tumor Hipofisis

17

hipofisis serta mencegahkanker yang merupakan salah satu factor predisposisi

tumor hipofisis.

M. ASPEK LEGAL ETIK

Berorentasi pada akibat (relativisme), menekankan akibat atau hasil dari

tindakan kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan. Prinsipnya

adalah melakukan yang terbaik bagi pasien dan dalam keadaan tertentu.

Kode etik keperawatan Indonesia :

1. Pasal 1

Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman

kepada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan

keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.

2. Pasal 3

Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan

masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan

martabat dan tradisi luhur keperawatan.

3. Pasal 10

Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan

tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian lingkungan

kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh.

Prinsip moral dalam menyelesaikan masalah etik adalah sebagai berikut :

1. Beneficence (berbuat baik)

Sebagai seorang perawat kita mempunyai kewajiban untuk menganalisa

dan melakukan tindakan keperawatan dengan baik, yaitu dengan

melaksanakan tindakan keperawatan yang menguntungkan pasien dan

keluarganya.

2. Kejujuran (veracity)

Sebagai perawat dalam memberi pelayanan kesehatan harus

menyampaikan kebenaran untuk meyakinkan klien atau keluarga sudah

benar-benar mengerti dan memahami penyakit yang diderita pasien itu

sendiri.

Page 19: Makalah Tumor Hipofisis

18

3. Otonomi (penentu pilihan)

Pada kasus ini perawat harus bisa menghargai hak klien untuk mengambil

keputusan sendiri. Namun perawat juga harus bisa menjelaskan dampak-

dampak yang akan terjadi bila tidak dilakukan tindakan.

N. PERAN ADVOKASI

Memberikan gambaran kepada klien mengenai penyakitnya serta meminta

dokter menjelaskan bagaimana prosedur pembedahan dan keparahan

penyakit, karena pasien sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Page 20: Makalah Tumor Hipofisis

19

O. SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Tumor Hipofisis

Waktu : 30 menit

Sasaran : Mahasiswa kelompok 7 Stikes Bethesda Yakkum

Tempat : Ruang SGD kelompok 7

I. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan mahasiswa kelompok 7 memiliki pengetahuan

mengenai Tumor Hipofisis

II. Tujuan Intruksional Khusus

1. Mahasiswa SGD kelompok 7 mengerti pengertian Tumor Hipofisis

2. Mahasiswa SGD kelompok 7 mengerti penyebab Tumor Hipofisis

3. Mahasiswa SGD kelompok 7 mengerti tanda gejala Tumor Hipofisis

4. Mahasiswa SGD kelompok 7 mengerti pencegahan Tumor Hipofisis

III. Pokok Materi

1. Pengertian Tumor Hipofisis

2. Penyebab Tumor Hipofisis

3. Tanda dan Gejala Tumor Hipofisis

4. Pencegahan Tumor Hipofisis

IV. Metoda

1. Ceramah

2. Tanya jawab

V. Media

1. Power Point

2. Leaflet

Page 21: Makalah Tumor Hipofisis

20

VI. Kegiatan Penyuluhan

No. Kegiatan Respon Pasien Waktu

1. Pendahuluan

a. Penyampaian salam

b. Perkenalan

c. Menjelaskan topic penyuluhan

d. Menjelaskan tujuan

e. Apersepsi

a. Membalas salam

b. Memperhatikan

c. Memperhatikan

d. Memperhatikan

e. Memperhatikan

5 menit

2. Penyampaian materi

a. Menjelaskan Pengertian

Tumor Hipofisis

b. Menjelaskan Penyebab Tumor

Hipofisis

c. Menjelaskan Tanda dan Gejala

Tumor Hipofisis

d. Menjelaskan Pencegahan

Tumor Hipofisis

a. Memperhatikan

penjelasan dan

memperhatikan

b. Bertanya

c. Memperhatikan

jawaban

10 menit

3. Penutup

a. Menyimpulkan hasil

penyuluhan

b. Menjawab pertanyaan

Evaluasi

a. Menanyakan kembali ke

peserta penyuluhan

a. Memperhatikan

b. Menjawab

a. Menjawab

5 menit

VII. Evaluasi

1. Mahasiswa mampu mengerti pengertian Tumor Hipofisis

2. Mahasiswa mampu mengerti penyebab Tumor Hipofisis

3. Mahasiswa mampu mengerti tanda dan gejala Tumor Hipofisis

4. Mahasiswa mampu mengerti pencegahan Tumor Hipofisis

Page 22: Makalah Tumor Hipofisis

21

Yogyakarta, 6 September 2013

Pembimbing Penyuluh

Eunike Felicia Sioni, S.Kep.,Ns. SGD kelompok 7

Page 23: Makalah Tumor Hipofisis

22

P. ASKEP

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR

HIPOFISIS”

A. Pengkajian

1. Pengkajian sekunder

a. Identitas

Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan

mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.

b. Keluhan Utama

Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah

dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi,

ptosis yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata,

perasaan mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala

membesar, makan berlebih atau berkurang.

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan

pandangan kabur.

d. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian

tubuh, Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun

ringan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi :

1) Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh

bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)

2) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal

pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul

pada saat usia dewasa)

3) Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)

4) Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna

Page 24: Makalah Tumor Hipofisis

23

5) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena

kelemahan otot

b. Palpasi :

1) Terdapat nyeri kepala

2) Terdapat kelemahan otot tonus otot

3. Pengkajian data dasar

a. Aktifitas /istirahat :

1) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.

2) Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.

3) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

penglihatan.

4) Kelemahan otot.

b. Sirkulasi

1) Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.

2) Takikardi.

c. Integritas ego

1) Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan

penampilan fisik.

d. Eliminasi.

1) Perubahan pola berkemih.

2) Perubahan warna urin contoh kuning pekat.

e. Makanan/cairan :

1) Nafsu makan menurun

2) Malnutrisi

3) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.

4) Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema.

f. Neurosensori.

1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu

berkonsentrasi.

2) Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)

Page 25: Makalah Tumor Hipofisis

24

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus

2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat

tumor hipofisis

3. GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat

peningkatan sekresi ADH

6. Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

C. RENCANA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus

Tujuan : Nyeri dapat dihilangkan/ditangani

Kriteria hasil :

a. Melaporkan nyeri berkurang

b. Klien tampak tenang

c. Skala nyeri 2-4

Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokasi, itensitas, dan waktu nyeri.

Rasional : Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-

tanda perkembangan komplikasi.

2. Letakan kantung es pada kepala klien.

Rasional : Meningkatkan vasokontriksi, penumpulkan resepsi sensori

yang selanjutnya akan menurunkan nyeri atau sakit kepala.

3. Dorong pengungkapan perasaan klien.

Rasional : Dapat mengurangi ansietas, sehingga mengurangi persepsi

akan intensitas rasa nyeri.

4. Lakukan tindakan paliatif. Misalnaya pengubahan posisi.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.

5. Berikan analgesik/antipiretik, analgesic narkotik sesuai dengan indikasi.

Page 26: Makalah Tumor Hipofisis

25

Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.

2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat

tumor hipofisis ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (diatas 36-37,5),

kulit tampak kemerahan, klien mengeluhkan badannya panas

Tujuan : Perubahan suhu tubuh yang normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 – 37,5

0C)

Intervensi :

1. Pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) perhatikan adanya

menggigil.

Rasional : Demam biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi

mungkin merupakan komplikasi darikerusakan pada hipotalamus.

2. Pantau suhu lingkungan. Batasi penggunaan selimut.

Rasional : Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal

3. Berikan kompres hangat jika ada demam.

Rasional : Kompres air hangat menyebabkan tubuh dingin melalui proses

konduksi.

4. Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan

membrane mukosa.

Rasional : Hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan

meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun

/munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.

5. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya

pada hipotalamus, berguna juga untuk membatasi pertumbuhan

organismdan meningkatkan autodestruktif dari sel-sel yang terinfeksi.

3. GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum

Tujuan : Penglihatan klien dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.

Kriteria hasil

a. Penurunan tajam dan lapang pandang klien semakin membaik.

Page 27: Makalah Tumor Hipofisis

26

b. Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan

hilang.

Intervensi

1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat satu atau kedua mata terlibat.

Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab

kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.

2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan. Staf, orang lain di areanya.

Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan.

3. Gunakan obat tetes mata dan pelindung

Rasional : Memberikan lubrikan dan melindungi mata.

4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan

penglihatan.

Rasional : Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan

lapang pandang.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)

Tujuan : Nutrisi klien adekuat

Kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan berat badan yang stabil

b. Bebas tanda dari malnutrisi.

Intervensi :

1. Pantau masukan makanan setiap hari.

Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi

2. Ukur tinggi, berat badan. Timbang berat badan setiap hari atu sesuai

indikasi.

Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori,

khususnya bila berat badan kurang dari normal.

3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan

masukan cairan adekuat.

Rasional : Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan.

4. Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

Page 28: Makalah Tumor Hipofisis

27

Rasional : Membantu mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan

biokimia/malnutrisi dan mempe garuhi pilihan intervensi diet.

5. Berikan obat sesuai indikasi, Vitamin khususnya A, D, E, dan B

Rasional : Mencegah kekurangan karena penurunan absorpsi vitamin

larut dalam lemak.

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat

peningkatan sekresi ADH.

Tujuan : Membuat/mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

klien.

Kriteria hasil : Menunjukan haluaran urin tepat dengan berat jenis/hasil

laboratorium mendekati normal.

Intervensi :

1. Awasi denyut jantung dan tekanan darah.

Rasional : Takikardi terjadi kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urin.

2. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.

Rasional : Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian

cairan, dan penurunan resiko kelebihan cairan

3. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema.

Rasional : Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada

tubuh. Contoh tangan dan kaki.

4. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.

Rasional : Kadar natrium tinggi berhubungan dengan kelebihan cairan.

6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik,

malnutrisi.

Tujuan : Menunjukan perbaikan kemampuan klien untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :

a. Melaporkan perbaikan rasa berenergi.

b. Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

Page 29: Makalah Tumor Hipofisis

28

1. Evaluasi laporan kelemahan, kesulitan menyelesaikan tugas. Perhatikan

kemampuan istrahat/tidur dengan tepat.

Rasional : Menentukan derajat dari efek ketidakmampuan.

2. Kaji kemampuan untuk berpatisipasi pada aktivitas yang

dibutuhkan/diinginkan.

Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu

pilihan intervensi.

3. Rencanakan priode istrahat adekuat.

Rasional : Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energy

untuk penyembuhan.

4. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulansi

Rasional : Memberikan keamanan pada pasien

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.

Tujuan : Harga diri klien ditingkatkan.

Kriteria hasil :

a. Menunjukan adaptasi awal pada terhadap perubahan tubuh.

b. Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.

Intervensi

1. Diskusikan arti perubahan dengan pasien. Identifikasi persepsi

situasi/harapan yang akan dating.

Rasional : Mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan

perhatian dan intervensi secara konstruktif.

2. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.

Rasional : Pasien dapat depresi cepat setelah perubahan penampilan

fisik. Penerimaan perubahan tak dapat dipaksakan.

3. Susun batasan pada prilaku maladaptive, bantu pasien untuk

mengidentifikasi prilaku positif yang akan membaik.

Rasional : Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan

mempengaruhi gambaran penerimaan diri yang baru

4. Dorong orang terdekat untuk mengobati pasien secara normal dan tidak

sebagai orang cacat.

Rasional : Penyimpangan harga diri dapat disadari penguatanya.

Page 30: Makalah Tumor Hipofisis

29

5. Rujuk pasien kesumber pendukung. Contoh, ahli terapi psikologis.

Rasional : Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien

menghadapi rehabilitasi dan kesehatan.

Page 31: Makalah Tumor Hipofisis

30

JURNAL KESEHATAN

Jurnal I

NILAI LANGSUNG PASCA OPERASI PENCITRAAN MR SETELAH

ENDOSKOPI BEDAH HIPOFISIS ENDONASAL

Stofko DL, Nickles T, Sun H, Dehdashti AR .

Sumber

Departemen Bedah Saraf, Stroke dan Cerebrovascular Pusat New Jersey di

Capital Kesehatan, Dua Modal Way, Suite 456, Pennington, NJ, 08534, USA,

douglas.stofko @ gmail.com .

LATAR BELAKANG :

Meskipun nilai awal MR pencitraan telah dibenarkan untuk operasi

transphenoidal mikroskopis, tidak ada literatur yang mengevaluasi langsung pasca

operasi pencitraan MR pasca reseksi endoskopik endonasal adenoma hipofisis.

Kami berhipotesis bahwa MRI kelenjar pituitari dilakukan pada hari pertama

pasca operasi adalah sama efektif dalam mendeteksi penyakit sisa dan / atau

bahan-bahan rekonstruksi sebagai MRI pada 3 bulan setelah operasi .

METODE :

Kami retrospektif dievaluasi 102 pasien berturut-turut yang menjalani operasi

endonasal endoskopi untuk adenoma hipofisis dianggap. Enam puluh empat

pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan segera dan 3 bulan MR pencitraan.

Pencitraan dievaluasi dengan dua set pengamat. Parameter berikut dinilai : pola

peningkatan kelenjar hipofisis, hipofisis tangkai, peningkatan nodular ( tumor sisa

) atau perangkat linear ( non - tumoral ) dan rekonstruksi / bahan kemasan sisa.

HASIL :

Reseksi total kotor tumor tanpa keterlibatan sinus kavernosa dicapai pada 49 dari

52 ( 94 % ) pasien. Sebelas dari 12 pasien yang tersisa dengan invasi sinus gua

punya sisa komponen sinus kavernosa terlihat pada kedua segera dan 3 bulan MR

pencitraan. Kelenjar pituitari, posisi tangkai, dan tutup nasoseptal dapat

diidentifikasi pada kedua MRI pasca-operasi pada semua pasien. Sensitivitas dan

spesifisitas untuk deteksi tumor sisa pada langsung MRI adalah 100 % dan 97,9

%, masing-masing. Indeks kappa mengevaluasi kesepakatan interobserver untuk

identifikasi residu tumor dan packing/ bahan rekonstruksi yang sifatnya mendesak

Page 32: Makalah Tumor Hipofisis

31

MR adalah 0,83 dan 0,72 yang menunjukkan dekat perjanjian yang sempurna dan

substansial, masing-masing.

KESIMPULAN :

Segera MR pencitraan dilakukan setelah reseksi endoskopik endonasal lesi

hipofisis memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan tentang

keberadaan sisa tumor dibandingkan dengan rekonstruksi dan kemasan bahan

Jurnal II

HYPERCORTISOLAEMIA KARENA EKTOPIK

ADRENOKORTIKOTROPIK SEKRESI HORMON OLEH

PARAGANGLIOMA HIDUNG :

LAPORAN KASUS DAN KAJIAN LITERATUR .

Thomas T, Zender S, Terkamp C, E Jaeckel, Manns MP .

Sumber

Departemen Gastroenterologi, Hepatologi dan Endokrinologi, Hannover Medical

School, Carl - Neuberg Str, 1, 30625, Hannover, Jerman. thomas.theodoros @ mh

- hannover.de.

LATAR BELAKANG :

Adrenokortikotropik hormon penghasil paragangliomas extraadrenal sangat

jarang. Kami menyajikan sebuah kasus hypercortisolemia parah akibat ektopik

adrenokortikotropik sekresi hormon oleh paraganglioma hidun .

KASUS PRESENTASI :

Seorang wanita Kaukasia 70 tahun, itu emergently mengaku departemen kami

dengan takikardia supraventrikuler, edema wajah dan ekstremitas dan krisis

hipertensi. Evaluasi laboratorium awal mengungkapkan hipokalemia berat dan

hiperglikemia tanpa ketoasidosis, meskipun tidak ada diabetes mellitus yang

diketahui sebelumnya. Computed tomography mengungkapkan tumor besar

melenyapkan kiri sinus paranasal dan massa adrenal sisi kiri. Setelah stabilisasi

kardiovaskular, penilaian hormonal menyeluruh dilakukan mengungkapkan

ditandai adrenokortikotropik hypercortisolism tergantung hormon. Karena adanya

pacu jantung pencitraan resonansi magnetik hipofisis itu tidak mungkin. [ 68Ga -

DOTA ] - Tate - Positron Emission - Tomography - dilakukan, menunjukkan

Page 33: Makalah Tumor Hipofisis

32

ekspresi reseptor somatostatin - dari lesi paranasal tapi bukan dari lesi adrenal

atau hipofisis tersebut. Tumor paranasal yang direseksi dan menemukan untuk

menjadi paraganglioma penghasil hormon adrenokortikotropik dari tingkat rendah

- proliferasi. Pasca operasi pasien menjadi normokaliaemic, normoglycemic dan

normotensif tanpa perlu lagi obat-obatan. Pengujian genetik menunjukkan tidak

ada mutasi succinatdehydrogenase subunit B - dan gen D, sehingga tidak

termasuk paragangliosis turun-temurun.

KESIMPULAN :

Deteksi sumber hormon adrenokortikotropik pada sindrom Cushing dapat

membuktikan sangat menantang, terutama ketika modalitas pencitraan yang

umum digunakan tidak tersedia atau tidak meyakinkan . Kasus ini lebih rumit oleh

deteksi simultan dari dua lesi tumor perilaku biokimia awalnya tidak jelas . Dalam

kasus tersebut, alat diagnostik baru - seperti pencitraan somatostatin - reseptor -

dapat membuktikan berguna dalam melokalisasi jaringan neuroendokrin hormon

aktif . Aspek klinis kasus dibahas dan literatur yang relevan ditinjau .

Jurnal III

TEKNIK PEMBEDAHAN EKSTRAKAPSULAR DENGAN MENGEPEL

KAPAS UNTUK ADENOMA HIPOFISIS MELALUI PENDEKATAN

ENDONASAL ENDOSKOPI

Prevedello DM, Ebner FH, de Lara D, Ditzel Filho L, Otto BA, Carrau RL.

SUMBER

Departemen Bedah saraf, Wexner Medical Center di The Ohio State University,

Columbus, OH, USA.

LATAR BELAKANG :

Adenoma hipofisis sering terbungkus dalam pseudocapsule histologis yang

memisahkan tumor dari kelenjar normal. Transsphenoidal adenoma reseksi dapat

dilakukan baik dalam intra-atau teknik ekstrakapsular. The ekstrakapsular busana

menawarkan orientasi anatomi, penghapusan margin keamanan, mengurangi

risiko membuka lapisan arakhnoid dengan aliran CSF berikutnya dan identifikasi

invasi.

Page 34: Makalah Tumor Hipofisis

33

METODE :

The sella turcica didekati melalui rute endonasal endoskopi klasik. Setelah

membuka dura dari lantai sellar, antarmuka antara jaringan dikompresi dan

kelenjar normal digunakan sebagai pesawat bedah untuk diseksi. Pertunjukan

sedikit kontra-traksi dengan tabung hisap, pesawat pembelahan diidentifikasi dan

bertahap membukanya dengan cara atraumatic dengan kapas. Setelah pesawat

pembelahan sebagian kendor, diulang gerakan memutar dilakukan dengan kapas

untuk enukleasi dengan pseudocapsule dan adenoma.

KESIMPULAN:

Kedua mikro dan macroadenomas menyajikan pseudocapsule yang dapat

direseksi dalam teknik pembedahan ekstrakapsular dengan kapas. Beroperasi di

endoskopi teknik tiga sampai empat tangan memungkinkan untuk

memvisualisasikan anatomi pesawat dan melakukan gerakan memutar dengan

kapas memisahkan pseudocapsule dan tumor untuk enukleasi adenoma tersebut.

Page 35: Makalah Tumor Hipofisis

34

DAFTAR PUSTAKA

Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley. 2000. Keperawatan Medical Bedah

: Buku Saku Untuk Perawat Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.

Rumahoro, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses

Keperawatan, Diagnosa, dan Evaluasi. Jakarta : EGC.

Wise, Peter H. 1993. Atlas Bantu Endokrinologi. Jakarta : Hipokrates.

www. Google. com

Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan,

Jakarta : EGC .

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal

Bedah, vol. 3. EGC : Jakarta.

Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi

Konsep Klinis dan Proses- proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :

EGC.

Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI : Jakarta.