asuhan keperawatan harga diri rendah

29
ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH I. Kasus (Masalah Utama) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Situasional) II. Proses Terjadinya Masalah Definisi Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalanm berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1991). Konsep diri terdiri atas komponen: Identitas diri, ideal diri, citra diri, peran & harga diri Identitas Diri Identitas Diri adalah pengenalan, pemahaman, ide seseorang tentang dirinya, bahwa ia adalah individu yang unik, mempunyai ciri-ciri khusus dan terpisah dari individu lain. Gangguan Identitas diri adalah kekaburan/ketidak pastian memadang diri sendiri, penuh keraguan, sukar mentapkan kemampuan dan tidak mampu mengambil keputusan. Ideal Diri

Upload: n-hasan-mujamsyah-p

Post on 29-Sep-2015

106 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askep harga diri rendah

TRANSCRIPT

NAMA: LIA LASMITA

ASUHAN KEPERAWATANHARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama)

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Situasional)

II. Proses Terjadinya MasalahDefinisi

Konsep diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalanm berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1991).

Konsep diri terdiri atas komponen:

Identitas diri, ideal diri, citra diri, peran & harga diri Identitas Diri

Identitas Diri adalah pengenalan, pemahaman, ide seseorang tentang dirinya, bahwa ia adalah individu yang unik, mempunyai ciri-ciri khusus dan terpisah dari individu lain.

Gangguan Identitas diri adalah kekaburan/ketidak pastian memadang diri sendiri, penuh keraguan, sukar mentapkan kemampuan dan tidak mampu mengambil keputusan.

Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar, tujuan atau nilai pribadi tertentu. Ideal diri sering disebut sama dengan cita-cita, keinginan dan harapan tentang diri sendiri.

Gangguan Ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, tidak realistis.Ideal diri yang samar & tidak jelas dan cenderung menuntut. Citra Diri (Body Image)

Citra diri adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus-menerus (misal: anting, pakaian) baik masa lalu maupun sekarang.

Gangguan Citra diri adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

Peran

Peran adalah Persepsi individu tentang dirinya sebagai individu yang mampu atau tidak mampu melaksanakan fungsi sesuai dengan status yang disandangnya. Sangat dipengaruhi oleh rasa pencapaian diri.

Gangguan Penampilan Peran adalah berubah atau berubah fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.

Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Persepsi, pikiran, dan perasaan sebagai individu yang punya nilai dan berharga dibandingkan dengan orang lain. Apabila ideal diri tercapai maka harga diri juga akan semakin tinggi.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap

diri sendiri, hilanfg kepercayaan diri, merasa gagalmencapai keinginan.

Harga diri rendah (HDR) adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.

Gangguan harga diri: harga diri rendah dapat terjadi secara situasional & kronik :

1. Situasional: yaitu terjadi tiba-tiba, misalnya karena kecelakaan, perpisahan dengan pasangan hidup, PHK, perasaan malu karena suatu peristiwa.

Pada klien yang dirawat dapat terjadi HDR karena:

privacy yang kurang diperhatikan

harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit

perlakuan petugas kesehatan yang tidak/kurang menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan dan berbagi tindakan tanpa penjelasan

2. Kronik, yaitu perasaan negative yang sudah berlangsung lama, sebelu sakit/dirawat.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon Adaptif

Respon Maladptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Positif Harga Diri Rendah Kerancuan Identitas Depersonalisasi

a. Kepribadian Yang Sehat:

1) Konsep diri positif

2) Citra diri yang positif & akurat

3) Ideal diri yang realistis

4) Harga diri tinggi

5) Penampulan kerja memuaskan

6) Identitas diri jelasb. Etiologi

Ada banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan pada konsep diri : HDR, meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi serta mekanisme koping.c. Faktor Predisposisi

1) Faktor yang meperngaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sejawatd. Faktor Presipitasi

Dapat disebabkan oleh factor eksternal atau internal individu

1) Trauma

2) Ketegangan peran

3) Transisi peran perkembangan

4) Transisi peran situasional

5) Transisi sehat sakit

e. Mekanisme Koping

1) Aktivitas lari dari krisis identitas : berlatih fisik berat, musik rock

2) Aktivitas pengganti sementara: kegiatan politik, agama, politik

3) Aktivitas yang menambah rasa percaya diri: kompetisi olahraga, pencapaian akademik, kontes popularitas.

f. Tanda dan Gejala

Tanda & gejala pada HDR adalah karakteristik perilaku. Perilaku klien dengan HDR (Stuart & Sundeen, 1995) adalah:

1) Mengkritik diri sendiri atau orang lain

2) Produktifitas menurun

3) Destruktif pada orang lain

4) Gangguan berhubungan

5) Merasa tidak layak

6) Rasa bersalah

7) Mudah marah & mudah tersinggung

8) Perasaaan negative terhadap diri sendiri

9) Pandangan hidup yang pesimis

10) Keluhan fisik

11) Mengingkari kemampuan diri sendiri

12) Mengejek diri sendiri

13) Menciderai diri sendiri

14) Isolasi social

15) Penyalahgunaan zat

16) Menarik diri dari realitas

17) Khawatir

18) Ketegangan peran

III. Masalah

Perubahan Penampilan Peran

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional (Core Problem)

Gangguan Citra Tubuh

V. Diagnosa Keperawatan1. Harga Diri Rendah (Situasional)2. Perubahan Penampilan Peran

3. Isolasi sosial : menarik diri

4. Gangguan citra tubuhVI. Rencana Keperawatan (Intervensi)DP.1 Harga diri rendah

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan Keperawatan

1.1 Bina hubungan saling percaya :

Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

Perkenalkan diri dengan sopan.

Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan pertemuan / interaksi.

Jujur dan menepati janji.

1.2 Pertahankan kontak mata, tunjukkan rasa empati dan dorong serta berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki yang dapat digunakan di RS dan rumah

Tindakan Keperawatan

2.1. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai cara klien memandang atau berpikir mengenai dirinya.

2.2. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positif yang ada pada dirinya.

2.3. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai dirinya.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah yang dapat digunakan di RS dan di rumah.

Tindakan Keperawatan

3.1. Kaji status koping yang dimiliki klien

Tentukan kapan mulai menggunakan koping tersebut sampai keadaan sekarang.

Gali perasaan klien saat menggunakan koping tersebut.

3.2. Diskusikan koping yang telah digunakan oleh klien dan efektivitasnya.

3.3. Hindarkan memberi penilaian negative dan utamakan memberi pujian yang realistis.3.4. Diskusikan strategi koping yang lebih efektif.

3.5. Gali kekuatan dan sumber kekuatan yang dimiliki klien.TUK 4 : Klien dapat menyusun atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki di RS maupun dirumah.

Tindakan Keperawatan4.1 Bantu klien mengidentifikasi kegiatan yang selama ini dilakukan di RS atau dirumah.4.2 Motivasi klien untuk dapat memutuskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di RS atau dirumah.4.3 Beri reinforcement (+) terhadap keputusan klien terhadap rencana yang akan dibuat.

4.4 Diskusikan dengan klien untuk menentukan rencana kegiatan yang akan dilakukan minimal 3 kegiatan/hari.

4.5 Beri reinforcement (+) tentang rencana kegiatan yang telah dipilih klien.

4.6 Bantu klien untuk menyusun kegiatan setiap hari selama 1 minggu.

4.7 Bantu klien untuk menyusun kegiatan dalam 1 minggu.

4.8 Diskusikan bersama klien jadwal yang telah disusun atau dibuat.

4.9 Beri reinforcement (+) terhadap pencapaian klien.

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal secara bertahap.

Tindakan Keperawatan

5.1 Beri contoh dalam melakukan kegiatan 5.2 Dorong klien untuk mendemonstrasikan kembali kegiatan di RS misal membereskan tempat tidur, melipat pakaian.5.3 Dorong klien melaksanakan kegiatan sehari-hari sesuai jadwal.5.4 Beri reinforcement (+) terhadap yang dilakukan klien.5.5 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan.5.6 Beri kesempatan pada klien untuk menyampaikan manfaat yang ia rasakan setelah melakukan kegiatan.

TUK 6: Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam meningkatkan harga dirinya. Dorong kunjungan teman/orang terdekat dengan keluarga.

Tindakan Keperawatan

6.1. Anjurkan keluarga melakukan kontak dengan klien dengan sikap empati dan apa adanya.6.2. Anjurkan keluarga untuk mengkritik yang tidak bersifat negative.

6.3. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan yang dapat meningkatkan harga diri klien dengan reinforcement atas hal yang dicapai klien.

6.4. Anjurkan pada keluarga untuk memotivasi klien bila ada masalah :

Bersikap terbuka.

Membiarakan dengan orang lain.

Meminta bantuan bila tidak mau menghadapi sendiri.

6.5. Anjurkan keluarga untuk menginformasikan pada klien bahwa semua orang pasti ada kelebihan dan kekurangan.

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPRESI

A. MASALAH UTAMA

Gangguan alam perasaan : Depresi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

Depresi merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui itensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social. Depresi merupakan reaksi yang normal jika berlangsung dalam waktu yang pendek dengan faktor pencetus yang jelas dan lama maupun. Bila keadaan kesedihan ini berlangsung dalam waktu yang lama maka individu yang bersangkutan dapat berkembang ke depresi. Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun

Respons

Respons

Adaptif

Maladaptif

Responsif Reaksi kehilangan Supresi Reaksi kehilangan Depresi

yang wajar

yang memanjang

Keterangan :

Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.

Responsif adalah respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaaanya.

Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normall dialami individu yang mengalami kehilangan.

Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya sedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama.

Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresi

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Genetik

Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garid keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote.

2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.

3) Teori Kehilangan

Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. 4) Teori Kepribadian

Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi. 5) Teori Kognitif

Mengemukakan bahwa depresi merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.

6) Model Belajar Ketidakberdayaan

Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.

7) Model Perilaku

Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

8) Model Biologis

Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.

b. Faktor Presipitasi

Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.

1) Faktor Biologis

Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolisme.

2) Faktor Psikologis

Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri. 3) Faktor Sosial Budaya

Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan. 2. Prilaku dan mekanisme koping

a. Perilaku

Perilaku yang berhubungan dengan depresi :

1) Afektif

Sedih, cemas, apatis, murung

Kebencian, kekesalan, marah

Persaan ditolak, perasaan bersalah.

Merasa tidak berdaya, putus asa.

Merasa sendirian

Merasa rendah diri

Merasa tidak berharga

2) Kognitif

Ambivalensi, ragu-ragu, buingung.

Tidak mampu berkonsentrasi

Hilang perhatian dan motivasi

Menyalahkan diri sendiri

Pikiran merusak diri

Rasa tidak menentu

Pesimis.

3) Fisik

Sakit perut, anoreksia, mual, muntah

Gangguan pencernaan, konstipasi

Lemah, lesu, nyeri kepala, pusing

Insomnia, nyeri dada, overakting

Perubahan berat badan, gangguan selera makan

Gangguan menstruasi, impoten

Tidak berespon terhadap seksual 4) Tingkah Laku

Agresif, agitasi, tidak toleran

Gangguan tingkat aktifitas

Kemunduran psikomotor

Menarik diri, isolasi sosial.

Iritabel (mudah marah, nangis, tersinggung)

Berkesan menyedihkan

Kurang spontan

Gangguan kebersihan

b. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan, mekanisme koping yang digunakan aalah represi, supresi, denial, dan disosiasi. C. POHON MASALAHIsolasi sosial : Menarik Diri

Depresi

Berduka disfungsional

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Depresi.

Isolasi sosial : menarik diri

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa : Depresi

Tujuan :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengenal penyebab depresinya

3. Klien dapat mengontrol alam perasaannya

4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol alam perasaannya

5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan Keperawatan :

TUK 1 :

1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, waktu berbicara, dan tempat berbicara).

2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati

TUK 2 :

1. Lakukan kontak sering dan singkat (untuk mengurangi kontak klien dengan halusinasinya).

2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri/ke kanan/ke depan seolah-olah ada teman bicara.

3. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya :

Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan : Apakah ada suara yang didengar?

Jika klien menjawab : ada, lanjutkan : Apa yang dikatakan?

Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh/menghakimi).

Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien

Katakan bahwa perawat akan membantu klien

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

I. Masalah Utama

Perilaku Kekerasan

II. Proses Terjadinya Masalah

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien di ikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya keluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagi ancaman (Stuart dan Sundeen, 1995). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.

Respons

Respons

Adaptif

Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar : Rentang respons marah

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respons melawan dan menantang. Respons melawan dan menantang merupakan respons yang maladaptif yaitu agresif-kekerasan. Perilaku yang ditampakkan mulai dari yang rendah sampai tinggi, yaitu :

Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tampa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.

Kekerasan : Sering juga disebut gaduh-gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai serta melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai, merusak secara serius. Klien mampu mengendalikan diri.

Faktor predisposisi

Sebagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :

1. Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif/amuk. Masa kanak-kanak yang yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.

2. Perilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi kekerasan.

3. Sosial Budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasanakan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).

4. Bioneurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temforal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicinyai / pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang alin. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

Tanda dan Gejala

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan pertama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara :

Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak senang.

Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dilakukan klien.

III. Pohon Masalah

Risiko menciderai orang lain/lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri : harga diri rendah

IV. Diagnosa Keperawatan

Perilaku kekerasan

Harga diri rendah.

V. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa : Perilaku kekerasan.

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

5. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan.

6. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol

7. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku

8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan Keperawatan :

TUK 1 :

1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, waktu berbicara, dan tempat berbicara).

2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

3. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab (orang lain, situasi, diri sendiri)

TUK 2 :

1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel / kesal : tanda-tanda, agresif, kekerasan.

2. Observasi tanda perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien

3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

TUK 3 :

1. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien

2. Bantu klien unyuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan (yang tidak membahayakan).

3. Bicarakan dengan klien : apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.TUK 4 :

1. Bicarakan akibat, kerugian cara yang digunakan klien

2. Bersama klien menyimpulkan cara yang digunakan klien

3. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?

TUK 5 :

1. Tanyakan pada klien apakah ia mengetahui cara lain yang sehat?

2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

Secara fisik : tarik napas jika sedang kesal atau memukul bantal atau olah raga, atau pekerjaan yang memerluka tenaga.

Secara verbal : Katakan bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel : saya kesal anda berkata seperti itu : saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya

Secara sosial : Latihan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat : latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan (MPK).

Secara spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah lain : meminta pada tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada tuhan kekesalan / kejengkelan. (diskusi ini dapat dilakukan dalam beberapa kali pertemuan).

TUK 6 :

1. Bantu klien memilih cara yang disukai / cocok untuk klien

2. Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari pada saat klien jengkel / kesal.

3. Diskusikan dengan klien manfaat cara yang telah digunakan

4. Beri pujian terhadap keberhasilan klien

TUK 7 :

1. Buat kontrak dengan keluarga pada saat membawa klien dirawat di rumah sakit

Pertemuan rutin dengan perawat

Pertemuan keluarga-keluarga

2. Bantu keluarga mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Siapa yang dapat merawat klien

Fasilitas yang dimiliki keluarga di rumah

3. Jelaskan cara-cara merawat klien pada keluarga

4. Latih keluarga cara-cara merawat klien di rumah termasuk obat

TUK 8 :

1. Jelaskan dan tunjukkan obat yang harus diminum klien pada klien dan keluarga

2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti obat tanpa izin dokter

3. Jelaskan prinsip benar minum obat dengan prinsip 5 (lima) benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu).

4. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu

5. Anjurkan klien melapor pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.

6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.