asuhan keperawatan bayi berat badan lahir rendah

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang.Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat).Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. 1

Upload: husnazahraa

Post on 16-Sep-2015

82 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

askep BBLR

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang.Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat).Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akanmemperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa pengertian dari BBLR?2. Apa penyebab timbulnya BBLR?3. Bagaimana proses terjadinya BBLR?4. Bagaimana tanda dan gejala yang timbul dari BBLR?5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus BBLR?6. Bagaimana penatalaksanaan BBLR?7. Bagaimanakah pencegahan agar tidak terjadi BBLR?8. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus di lakukan pada bayi dengan BBLR?C. TUJUAN1. Mahasiswa dapat menegtahui konsep teori dari BBLR2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada BBLR

BAB IIPEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI1. DefinisiBayi berat badan lahir rendah atau BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram atau lebih rendah pada saat lahir.Klasifikasi BBLR :Menurut masa gestasinya : Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB SMK).Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intruterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

2. EtiologiFaktor ibu :a. Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik dll)b. Komplikasi pada kehamilanKomplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.c. Faktor usiad. Kebiasaan Ibu: Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.Faktor janin :a. Hidramnionb. Kehamilan multigravida/ gandac. Kelainan janinFaktor Lingkungan :a. Tempat tinggal didataran tinggib. Sosial Ekonomic. Radiasid. Zat-zat beracun

3. PatofisiologiSecara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderitapanemia.Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

PATWAY

4. Manisfetasi Klinisa. Pada Bayi prematur1) Berat badan < 2500 gram2) Panjang badan < 45 cm3) Lingkar dada < 35 cm,lingkar kepala < dari 33 cm4) Masa gestasi < 37 minggu5) Kepala relative lebih besar daripada badan.6) Kulit tipis transparan,lanugo banyak,lemak subkutan kurang.7) Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun ubun dan sutura lebar.8) Genetalia im matur,desensus testikulorum biasanya belum sempurna.dan labia minora belum tertutup sempurnaoleh labia mayora9) Rambut biasanya tipis,halus dan teranyam,sehingga sulit terlihat satu persatu10) Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga elastisitas daun telinga masih kurang11) Tangis lemah12) Pernafasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnue13) Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki fleksi dan kepala menghadap kesatu jurusan14) Tonic neck reflks biasanya lemah, refleks moro (+), refleks mengisap dan menelan belum sempurna demikian pula refleks batuk.15) Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

5. Pemeriksaan Penunjanga. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal). c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ). d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. g. Pemeriksaan Analisa gas darah.

6. Komplikasia. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialinb. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 mingguc. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otakd. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darahe. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)f. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

7. Penatalaksanaana. Penatalaksaan bayi prematur1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLRBayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

2) Makanan bayi prematureAlat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan 3) Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

b. Penatalaksanaan dismaturitas1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.2) Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. 3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 4) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. 5) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.

8. Pencegahan BBLR:Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamilB. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Aktivitas/IstirahatBayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, tidur sehari rata-rata 20 jam. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.b. Riwayat kehamilan1) Mulai HPHT umur kehamilan < 37 minggu2) Ibu menderita : hipertensi( toksemia gravidarum ), kelainan jantung, DM, penyakit menular3) Riwayat obstetric kurang baik4) Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun5) Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun6) Nutrisi ibu kurang7) Pemeriksaan/ pengawasan antenatal tidak teraturc. Penentuan usia kehamilanUsia kehamilan < 37 minggu , dengan pemeriksaan:1) K epala relative lebih besar dari pada badan2) Kulit tipis transparan,lanugo dan verniks caseosa banyak,lemak subkutan kurang3) Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun ubun dan sututra lebar4) Tulang rawan dan daun telinga belum matur sehingga kurang elastis5) Gusi : makroglosia6) Jaringan mamae belum sempurna,demikian pula putting susu belum terbentuk dengan baik7) Posisi masih posisi fetal ( dekubitus lateral )8) Lipatanbawah kaki lebih sedikit.9) Pergerakan kurang dan masih lemah ( tonus otot kurang )10) Desensus testikulorumBayi laki-laki 11) klitoris dan labia minora belum tertutup labia mayora.Bayi perempuan d. Pemeriksaan fisikAntropometri: Berat badan < 2500 gr,panjang badan < 45 cm,lingkar dada < 30 cm,lingkar kepala < 33 cm.SuhuSuhu tubuh bayi hipotermi. Penyebabnya adalah : a) Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna. b) Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu. c) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurange. Neurosensori Pemeriksaan Refleks1) Tubuh panjang,kurus,lemah dengan perut agak gendur2) Ukuran kepala besar dengan hubungannya dengan tubuh,sutura mungkin mudah digerakkan,fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.3) Edema kelopak mata umum terjadi ,mungkin merapat ( tergantung usis gestasi )4) Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke 28,komponen kedua fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar yang tampak pada usia gestasi minggu ke 32.5) Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 37 minggu.6) Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu,koordinasi refleks untuk mengisap,menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 327) Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputerf. Sistem pernafasan1) Frekuensi pernafasan bervariasi/ belum teratur terutama pada hari hari pertama,pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic ( 40 60x/m)2) Sering terjadi apnue3) Refleks batuk lemah4) Mengorok ,pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal atausubsternal atau berbagai derajat sianosis mungkin ada5) Adanya bunyi ampeles pada auskultasi , menandakan Respirasi Distress Syndrome ( RDS )g. Sirkulasi1) Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai perubahan posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 48 jam2) Kulit tampak mengkilat dan licin3) Pembuluh darah kulit banyak terlihath. Makanan / cairan1) Refleks menelan masih lemah (kurang )2) Refleks mengisap masih lemah3) Kesulitan menyusuii. Eliminasi1) Urine Pada bayi 24 jam I < 15 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi pemekatan urine lemah)2) Mekonium ( + )j. IntegumenKulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

NoDx KeperawatanTUJUANPERENCANAANRASIONAL

1Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan, ketidakseimbangan metabolik Pola nafas efektif . Dengan Kriteria Hasil :RR 30-60 x/mntSianosis(-)Sesak (-)Ronchi (-)Whezing (-) Mandiri:1. Kaji frekwensi pernafasan dan pola pernafasan..

2. Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.3. Pertahankan suhu tubuh optimal

4. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi.

Kolaborasi:1. Pantau pemeriksaan laboratory (GDA, glukosa serum, elektrolit ).2. Berikan oksigen sesuai indikasi1. Membantu dalam membedakan priode perputaran pernafasan yang normal2. Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan nafas. 3. Hanya sedikit peningkatan atau penurunan suhu lingkungan dapat menimbulkan apnea.4. Posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan menurunkan episode apnoe, khususnya adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea .

1. Hipoksia,asidosis metabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipopkalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apnoe.2. Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernafasan.

2Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.Suhu tubuh kembali normal.Kriteria Hasil :Suhu 36-37 C.Kulit hangat.Sianosis(-)Ekstremitas hangatMandiri1. Observasi tanda-tanda vital.2. Tempatkan bayi padainkubator.

3. Ganti pakaian setiap basah

Kolaborasi1. Kolaborasi pemberian D-10 W dan ekspander volume secara intra vena bila diperlukan.2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi fenobarbital, natrium bikarbonat1. Hiopotermia membuat bayi cenderung pada stress.2. Mempertahankan lingkungan termo netral membantu mencegah stress dingin.3. Mencegah kehilangan cairan melalui evavorasi.

1. Pemberian dextrose mungkin perlu untuk memperbaiki hipoglikemia,hipotensi karena vasodilatasi perifer

2. Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan oleh hipertermia, memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.

3Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur Infeksi tidak terjadi.Kriteria Hasil :Suhu 36-37 CTidak ada tanda-tanda infeksiLeukosit 5.00010.000 Mandiri 1. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orang tua dan pekerja lain.2. Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit. 3. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi atau perubahan perilaku. 4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai kit.

5. Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia.

KolaborasiBerikan antibiotika sesuai indikasi1. Mencuci tangan adalah praktik yang penting untuk mencegah kontaminasi.

2. Penularan penyakit pada neonatus dari pengunjung dapat terjadi secara langsung.3. Bermanfaat dalam mendiagnosa infeksi.

4. Penggunaan dye dapat membantu mencegah kolonisasi.

5. ASI mengandung Ig. A, makrofag, limfosit dan netropil yang memberikan beberapa perlindungan dari infeksi.

Mengatasi infeksi pernafasan atau sepsis.

4Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)Nutrisi terpenuhi setelahKriteria hasil :Reflek hisap dan menelan baikMuntah (-)Kembung(-)BAB lancarBerat badan meningkat 15 gr/hrTurgor elastis.Mandiri 1. Timbang berat badan bayi saat menerima di ruangan perawatan dan setelah itu setiap hari.

Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen, dan perilaku menghisap.

3. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril, kemudian dextrose dan air sesuai protokol rumah sakit.

Kolaborasi Berikan glukosa dengan segera peroral atau intravena bila kadar dextrostik kurang dari 45 mg/dl.1. Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan sesuai dengan BB dasar yang sesuai/ normal turun sebanyak 5%-10 % dalam 3-4 hari pertama dari kehidupan karena keterbatasan masukan oral. 2. Indikator yang menunjukkan neonatus lapar.

3.

Pemberian makanan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan

Bayi mungkin memerlukan suplemen glukosa untuk meningkatkan kadar serum.

BAB IITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI K DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUHDENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLRDI RUANG NICU RSUD KOTA MATARAM TANGGAL 17 APRIL-21 APRIL 2015

A. PENGAJIAN

I. IDENTITAS / BIODATA :- Nama bayi : By K- Umur : 4 hari- Tanggal dan jam lahir : 14 april 2015 jam 01.45 WITA - Jenis kelamin : perempuan- Nama Ibu : Ny Z- Umur : 28 tahun- Golongan darah : A B AB O- Suku / bangsa : sasak/indonesia- Agama : Islam- Pekerjaan : IRT- Alamat Rumah : Pagutan- Telepon : -- Alamat Kantor: -- Telepon : --Tanggal Pengkajian: jumat 17 April 2015

II.RIWAYAT PRENATAL ( ANC )- G.....1.........P......0........A......0........H 2- HPHT : 20 Agustus 2014- Kanikan berat badan selama hamil : 17 KG- Tempat kunjungan : bidan dan puskesmas- Pendidikan kesehatan yang diperoleh : -- Riwayat penyakit kehamilan

Perdarahan

PE

Eklampsia

Penyakit kelamin

Tidak ada

- Kebiasaan waktu hamil

Makanan : makan berbagai jenis makanan

Merokok .................

Obat-obat / jamu .................

Lain-lain sebutkan .......................

- Pemeriksaan kehamilan (Maternal Screeening)

Rubella

Hepatitis

Clamidia

VDRL

GO

Herpes

HIV / AIDS

III.RIWAYAT PERSALINAN Riwayat kelahiran yang lalu NoThn KelahiranSexBB LahirKeadaan BayiKomplikasiJenis PersalinanKet.

1.2.3.4.

----

Riwayat Kelahiran / persalinan saat ini - BB / TB ibu : 60 kg / 156 cm- Keadaan umum ibu : baik- Tanda vital - Jenis persalinan : normal Ditolong oleh : bidan - Tempat persalinan : ruang bersalin RSUD Kota Mataram- Lama Persalinan Kala I : .................. Jam .................. Menit Kala II : .................. Jam .................. Menit-Ketuban pecah : spontan Ammiotomi-Kondisi ketuban :Bau

Tidak bau

Lain-lain sebutkan :

-Lamanya keluhan pecah :-Komplikasi persalinan # Ibu : tidak ada# Bayi : tidak ada

IV.RIWAYAT POSNATAL Keadaan bayi baru lahir :- Lahir tanggal : 14 april 2015 Jam 01.45 Sex : perempuan-Kelahiran : Tunggal Gemelli -Nilai APGAR :-Usaha napas : dengan bantuan 02 1 Lpm tanpa bantuan -Obat-obat yang diberikan

V. PEMERIKSAAN FISIK BAYI - Umur : Hari : 4 hari Jam : 09.00 wita- Keadaan umum : sedang- Berat badan : 1800gram BBL : 1900 gram- Panjang badan : 45cm- Lingkar kepala : 30cm- Lingkar perut : -cm-Lingkar dada: 28 cm-Lingkar Lengan: 9cm

KEPALABentuk : Bulat Lain-lain sebutkan Cephalohematoma - Fontanel anterior : Lunak

Tegas

Datar

Menonjol

Cekung

Lain-lain sebutkan

-Sutura Sagitalis Rapat

Terpisah

Menjauh

Lain-lain sebutkan

-Gambar Wajah Simetris

Asimetris ...................

Lain-lain sebutkan

-Mata :Posisi : Simetris Asimetris Kebersihan : Sekresi Lain-lain sebutkan : tampak bersih-Konjungtiva : tampak merah muda-Sklera : tampak putih

TELINGA - TELINGA Lunak

Tegas

-HIDUNG Obstruksi

Cuping hidung

Lain-lain sebutkan : simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen

-MULUTSimetris Asimetris

Palatum mole

Palatum durum

Lain-lain sebutkan: terpasang OGT, tampak adanya sisa susu di bibir

-LEHER Pergerakan Leher

Lain-lain sebutkan : tidak ada pembesaran vena jugularis

- TORAK Simetris Asimetris

Retraksi

Bunyi nafas

Bunyi jantung

HR : 124 x / menit

RR : 46 x / menit

Lain-lain sebutkan

- ABDOMEN Lembek

Kembung

Benjolan

Bising usus : 6 x / menit

Lain-lain sebutkan : adanya tali pusat

- HEPARTeraba 2-3 cm dibawah tepi kanan costal

Teraba lebih 2-3 cm dibawah tepi kanan costal

Teraba kurang 2-3 cm costal margin

Lain-lain sebutkan : tidak teraba

GENETALIA DAN ANAL- Laki Perempuan Miksi ...............Miksi 3-4 x / 3 jam

Uretra terbuka Labia & clitoris edema

Testis dapat dipalpasi Labia minora lebih besar dari labia mayora

Scrotum membesar Neatus uretra dibelakang clitoris

Scrotum edema Hymenal tag

Penduluos Vernic caseosa diantara labia

Smegma Pseudomenstruasi

Scrotum bewarna gelap Pembesaran clitoris dengan meatus uretral at tip

Uretra ditutup oleh purposium Labia menyatu vagina tidak terbuka

Scrotum kecil Fekal keluar dari vagina

Hernia inguinalis Lain-lain sebutkan : tampak adanya sedikit cairan putih di vagina

Fimosis

Hydrocele

Testis dapat dipalpasi dalam kanalis inguinalis

Hypospadia

Epispadia

Testis tidak dapat dipalpasi dalam

Scrotum dan canalis inguinalis

Epithelial pearls

Erection or priapism

Lain-lain sebutkan

- ANALPaten

Imperforata

Mekonium

Lain-lain sebutkan : tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tampak bersih

- PUNGGUNG Simetris

Asimetris

Pilomidal dimple

Spina bifida

Lain-lain sebutkan : tidak ada lesi, tidak ada benjolan

- Kulit : Warna Pink Lanugo

Pucar Vernix caseosa

Jaundice Lain-lain sebutkan

Rash / kemerahan

Tanda lahir

- Extremitas - Jari Tangan Kalianan tidak ada

- Jari Kaki Kalianan tidak ada

- Kuku Pink

Sianosis

Kuning

Lain-lain sebutkan: terpasang infus pada kaki kanan

- Suhu :a) - Lingkungan - Penghangatan radian : Pengaturan suhu :InkubatorBox terbukaSuhu ruang b)Suhu kulit : 36,6 0C Axila RectalLain-lain sebutkan

- REFLEX Moro

Rooting

Megisap / sucking

Grasping

Tonic neck

Lain-lain sebutkan

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PENUNJANG1. WBC: 10.7 103/Lnormal: 5.00-10.00 103/L2. RBC: 5.21 106/ Lnormal: 4.50-5.50 106/ L3. HGB: 17.7 g/dlnormal: 14.0-17.4 g/dl4. PLT: 269 103/Lnormal: 150-400 103/L5. GDS: 79 mg/dl normal: 80-120 mg/dl

TERAPITanggal 17 april 20151. Injeksi cefodroxil 1 amp 2x12. Infuse D 10 8 tpm

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Analisa DataData Etiologi Problem

DS:-DO:1. BB : 1800 gr2. PB : 45 cm3. LK : 30 cm4. LD : 28 cm5. LL : 9 cm6. Tidak ada reflek rooting7. Tidak ada reflex hisap

DS: -DO : 1. Suhu aksila 36,60c2. Klien ditempatkan di dalam inkubator3. Jaringan lemak tampak tipisKetidak mampuan menelan

Belum terbentuknya jaringan lemakGangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko hipotermi

2. Rumusan Diagnosa1) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan menelan ditandai dengan berat badan 1800 gr, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 28 cm, lingkar lengan 9 cm, tidak ada reflek rooting , tidak ada reflek hisap.2) Resiko hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya jaringan lemak pada kulit ditandai dengan suhu 36,60c, klien ditempatkan di dalam inkubator, jaringan lemak tampak tipis.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN1. Prioritas Masalah1) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.2) Resiko hipotermi.2. Intervensi1) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan ketidak mampuan menelanTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil :a. Berat badan meningkat > 2500 gramb. Adanya reflek hisapc. Tidak ada muntah ataupun residuIntervensi :1. Kaji status nutrisi klien.R/untuk dapat menentukan intervensi selanjutnya2. Pantau berat badan klien setiap hari.R/penurunan dan penambahan berat badan sebagai indicator nutrisi terpenuhi atau tidak3. Observasi adanya muntah atau residu.R/dapat mengobservasi kemampuan lambung untuk mencerna4. Berikan susu melalui selang OGTMemenuhi kebutuhan nutrisi melalui enteral5. Observasi intake dan outputR/Menegtahui balance cairan6. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral.R/Memenuhi kebutuhan nutrisi klien2) Resiko hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya jaringan lemak pada kulit.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan tidak terjadi hipotermi dengan kriteria hasil:a. Suhu dalam batas normal 36,5-37,50c.b. Badan terasa hangat.

Intervensi :1. Kaji keadan umum klienR/mengetahui keadaan umum klien2. Observasi ttv (suhu) setiap 6 jam R/ Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia3. Seka bayi dengan air hangatR/penggunaan air dingin meningkatkan resiko terjadinya hipotermi4. Bedong bayi dengan kain keringR/mencegah kehilangan panas dan memberikan kehangatan5. Letakkan bayi pada incubatorR/ Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat

D. IMPLEMENTASI

Hari / tanggalJamDxImplementasiRespon hasilParaf

Jumat 17 april 2015

09.00WITA

09.05WITA

09.10WITA

09.15WITA

09.30WITA

09.45WITA

10.00WITA

10.15WITA

10.45WITA

11.00WITA

1

21. Mengkaji status nutrisi klien2. Menimbang berat badan klien3. Mengobservasi adanya muntah dan residu4. Memberikan ASI/PASI melalui selang OGT per 3 jam5. Melaksanakan delegasi pemberian nutrisi parenteral (mengatur tetesan infus pump)1. Mengkaji keadaan umum klien2. Mengkaji TTV

3. Menyeka bayi dengan air hangat

4. Membedong bayi dengan kain5. Mengatur suhu inkubator

1. klien tidak ada reflek hisap, 2. BB klien = 1800 gram

3. Tidak ada muntah dan tidak ada residu4. Diberikan susu sebanyak 7,5 cc

5. Diberikan infus D 10 dengan 8 Tpm

1. Keadaan umum klien sedang2. HR=124x/menitRR= 46 x/menitS = 36,6 0C3. Klien telah di seka dengan air hangat, klien tampak teng dan bersih4. Klien tampak tenang5. Suhu inkubator 34,50C

Sabtu 18 april 201509.00WITA

09.05WITA

09.10WITA

09.15WITA

09.30WITA

09.45WITA

10.00WITA

10.15WITA

11.00WITA

1

21. Mengkaji status nutrisi klien2. Menimbang berat badan klien3. Mengobservasi adanya muntah dan residu4. Memberikan ASI/PASI melalui selang OGT per 3 jam5. Melaksanakan delegasi pemberian nutrisi parenteral (mengatur tetesan infus pump)

1. Mengkaji keadaan umum klien

2. Mengkaji TTV

3. Menyeka bayi dengan air hangat

4. Membedong bayi dengan kain

1. Klien dengan status nutrisi dibawah normal

2. BB klien 1700 gram

3. Tidak ada muntah dan residu

4. Diberikan PASI 10,5 cc

5. Tetasan infuse di berikan D 10 dengan tetesan 8 Tpm

1. Keadaan umum klien sedang

2. HR: 140x/menit

RR: 46x/menitS : 36,50C

3. Klien telah di seka dengan air hangat, klien tampak teng dan bersih

4. Klien tampak tenang

Minggu 19 april 201509.00WITA

09.05WITA

9.10WITA

09.15WITA

09.30WITA

09.45WITA

10.00WITA

10.15WITA

10.45WITA

11.00WITA

1

2

1. Mengkaji status nutrisi klien

2. Menimbang berat badan klien3. Mengobservasi adanya muntah dan residu4. Memberikan ASI/PASI melalui selang OGT per 3 jam5. Melaksanakan delegasi pemberian nutrisi parenteral (mengatur tetesan infus pump)

1. Mengkaji keadaan umum klien

2. Mengkaji TTV

3. Menyeka bayi dengan air hangat4. Membedong bayi dengan kain5. Mengatur suhu inkubator1. Klien dengan keadaan nutrisi dibawah rentang normal

2. BB klien 1700 gram

3. Tidak ada muntah dan adanya residu 1,5 cc

4. Diberikan ASI 10,5 cc

5. Infuse D 10 Tpm

1. Keadaan umum sedang

2. HR:130x/menitRR:44x/menitS : 36,70C3. Klien tampak bersih dan tenang

4. Klien tampak tenang

5. Suhu incubator 34,50C

E. EVALUASI KEPERAWATANHari/TGLJAMDXCatatan PerkembanganParaf

minggu, 20 april 201513.00WITA1S : -O : Berat Badan Klien 1700 gram Tidak ada reflek hisap Tidak ada muntah dan residuA : Masalah Belum teratasiP : Intervensi Dilanjutkan1) Timbang Berat Badan Setiap Hari2) Observasi residu atau muntah klien3) Berikan ASI/PASI melalui OGT per 3 Jam

Minggu 20 april 201513.30WITA2S : -O : tubuh klien terasa hangat Klien tampak tenang TTV : HR : 130x/menit RR : 44 x/menit S : 36, 70CA : masalah teratasiP : intervensi di hentikan

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANMasa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. SARANMahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan yang baik dan benar, khususnya dalam menerapkan ilmu tentang ausuhan keperawatan pada Bayi dengan BBLR ini karna ini merupakan salah satu kompetensi yang harus dapat dikuasai oleh seorang mahasiswa untuk menjadi bekal didunia kerja nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Rudi. 2012. Askep BBLR. http://perawatku.blog.unsoed.ac.id/2012/05/10/askep-bblr/, diunduh 18 Mei 2012.

Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Sowden Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.

K, Deswani. 2012.Panduan Praktik Klinis dan Laboratotium Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

30