asuhan keperawatan atresia ani
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI
A. PengertianAtresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998).Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus2. Membran anus menetap3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntuPada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang rektoperineal.
Sponsored Link
B. Pathofisiologi
C. Ganbaran KlinikPada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:1. Tidak adanya apertura anal2. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal3. Muntah dengan abdomen yang kembung4. Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosisUntuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.artikel disini :http://blog.ilmukeperawatan.com D. Pemeriksaan Penunjang1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium
E. Penatalaksanaan? Medik:1. Eksisi membran anal2. Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sememtara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus? KeperawatanKepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.
F. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria2. Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal, Dysuria3. Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia5. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma jaringan post operasi6. Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi7. Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
G. Path Ways
G. IntervensiDP Tujuan IntervensiGangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, Dysuria
Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d vistel rektovaginal, Dysuria
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
Nyeri b.d trauma jaringan post operasi (Kolostomi)
Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH:? Pasien dapat BAK dengan normal? idak ada perubahan pada jumlah urine
Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:? Nyeri berkurang? Pasien merasa tenang
Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH :? Pasien tidak mengalami penurunan berat badan? Turgor pasien baik? Pasien tidak mual, muntah
? Nafsu makan bertambahNyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pertama dengan KH:? Nyeri berkurang? Pasien merasa tenang? Tidak ada perubahan tanda vital
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setalah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam pertama dengan KH:? Mempertahankan integritas kulit? Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit? Mengindentifisikasi faktor resiko individu • Kaji pola eliminasi BAK pasien• Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine• Selidiki keluhan kandung kemih penuh• Awasi/observasi hasil laborat• Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
• kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien• Ajarkan teknik relaksasi distraksi• Berikan posisi yang nyaman pada pasien• Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian• Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
• Kaji KU pasien• Timbang berat badan pasien• Catat frekuensi mual, muntah pasien• Catat masukan nutrisi pasien• Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi• Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu• Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien• Berikan penjelasan pada pasien tentang nyeri yang terjadi• Berikan tindakan kenyamanan, yakinkan pada pasien bahwa perubahan posisi tidak menciderai stoma• Ajarkan teknik relaksasi, distraksi• Bantu melakukan latihan rentang gerak• Awasi adanya kekakuan otot abdominal• Kolaborasi pemberian analgetik
• Lihat stoma/area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong• Ukur stoma secara periodik misalnya tia perubahan kantong• Berikan perlindungan kulit yang efektif• Kosongkan irigasi dan kebersihan dengan rutin• Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma• Kolaborasi dengan ahli terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC. Jakarta.Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25. Jakarta: EGCPrince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. USA: CV Mosby[ad#tak-usah-bingung]
KONSEP DASAR
1. Pengertian Atresia Ani
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber
Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
2. Etiologi
Penyebab atresia ani belum diketahui secara pasti tetap ini merupakan
penyakit anomaly kongenital (Bets. Ed tahun 2002)
3.
Fotus berusia 4 minggu
Telah terbentuk kloaka
Bagian ventral septum urorectal
Bagian dorsal rektum
Lipatan laternal kloaka
Terjadinya pemisahan antara sistem urinarius & rektal
Deferensiasi
Genitaurinarilis anterior dan anorectal posterior
Bila terjadi gangguan
Terjadi migrasi yang tidak lengkap dari anorectal ke posisi normal
Terjadi Atresia Ani
(sumber Purwoto, 2001 RSCM)
Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung.
(Betz. Ed 7. 2002)
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
a. Asidosis hiperkioremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang.
- Eversi mukosa anal
- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
(Ngustiyah, 1997 : 248)
6. Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani :
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum (Wong, Whaley. 1985).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal
yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan
pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan
dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-
otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah
berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan
menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila
ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan
yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel
b. Pengobatan
1. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
(Staf Pengajar FKUI. 205)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.
b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang
mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah
masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
f. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
- Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah
tersebut.
- Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus,
pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah
sigmoid, kolon/rectum.
- Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah
antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat
diukur.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI
1. Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat keperawatan
- Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan masa lalu
c. Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
d. Riwayat tumbuh kembang
BB lahir abnormal
Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
mengalami trauma saat sakit
Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
e. Riwayat sosial
Hubungan sosial
f. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
Dx Post Operasi
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
b. Risti infeksi berhungan dengan kolostomi.
c. Gangguan body image berhubungan dengan kolostomi.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan do rumah.
e. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan, trauma, pembedahan.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operasi
Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil :
- Penurunan distensi abdomen.
- Meningkatnya kenyamanan.
Intervensi :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
R/ Meyakinkan berfungsinya usus
3. Ukur lingkar abdomen
R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi
Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
- Output urin 1-2 ml/kg/jam
- Capillary refill 3-5 detik
- Turgor kulit baik
- Membrane mukosa lembab
Intervensi :
1. Monitor intake – output cairan
R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
R/ Mencegah dehidrasi
3. Pantau TTV
R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
Dx 3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
dan prosedur perawatan.
Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang
Kriteria Hasil :
- Klien tidak lemas
Intervensi :
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan
fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay, media dan gambar
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan
3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
R/ Membantu mengurangi kecemasan klien
b. Diagnosa Post Operasi
Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
Intervensi :
1. Gunakan kantong kolostomi yang baik
2. Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong
3. Lakukan perawatan luka sesuai order dokter
Dx 4 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
Tujuan : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan di
rumah.
Intervensi :
1. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori
tinggi protein.
2. Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.
4. Evaluasi
Pre Operasi Post operasi
1. Tidak terjadi konstipasi
2. Defisit volume cairan tidak
terjadi
3. Lemas berkurang
1. Kerusakan integritas kulit tidak
terjadi
2. Infeksi tidak terjadi
3. Klien memiliki pengetahuan
perawatan di rumah
4. Nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed),
Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
Pengertian Atresia Ani
Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara kongenital (Dorland, 1998).
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia Ani
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya
Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus2. Membran anus menetap3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak
dari peritoneum4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang rektoperineal
Etiologi Atresia Ani
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
.
Patofisiologi Atresia Ani
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down
5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
Terdapat tiga macam letak
Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm.Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineumPada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
Gambaran Klinik Atresia Ani
Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
1. Tidak adanya apertura anal
2. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
3. Muntah dengan abdomen yang kembung
4. Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani
1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu
sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius
3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium
Penatalaksanaan Atresia Ani
Medik:
1. Eksisi membran anal
2. Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus
Keperawatan :
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.
Diagnosa Keperawatan Atresia Ani
1. Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria
2. Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal, Dysuria
3. Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
5. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma jaringan post operasi
6. Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
7. Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
Path Ways
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Atresia Ani
1. Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, dysuria
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria evaluasi: Pasien dapat BAK dengan normal, tidak ada perubahan pada jumlah urine.
Intervensi :
Kaji pola eliminasi BAK pasien Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine Selidiki keluhan kandung kemih penuh Awasi/observasi hasil laboratorium Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d vistel rektovaginal, dysuria
Tujuan :
Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:
Nyeri berkurang Pasien merasa tenang
Intervensi :
kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien Ajarkan teknik relaksasi distraksi Berikan posisi yang nyaman pada pasien Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH :
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan Turgor pasien baik Pasien tidak mual, muntah Nafsu makan bertambah
Intervensi :
Kaji KU pasien Timbang berat badan pasien Catat frekuensi mual, muntah pasien Catat masukan nutrisi pasien Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu
4. Nyeri b.d trauma jaringan post operasi (Kolostomi)
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pertama dengan KH:
Nyeri berkurang Pasien merasa tenang Tidak ada perubahan tanda vital
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien Berikan penjelasan pada pasien tentang nyeri yang terjadi Berikan tindakan kenyamanan, yakinkan pada pasien bahwa perubahan posisi tidak
menciderai stoma Ajarkan teknik relaksasi, distraksi Bantu melakukan latihan rentang gerak Awasi adanya kekakuan otot abdominal Kolaborasi pemberian analgetik
5. Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setalah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam pertama dengan KH:
Mempertahankan integritas kulit Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit Mengindentifisikasi faktor resiko individu
Intervensi :
Lihat stoma/area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong Ukur stoma secara periodik misalnya tiap perubahan kantong Berikan perlindungan kulit yang efektif Kosongkan irigasi dan kebersihan dengan rutin Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma Kolaborasi dengan ahli terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25. Jakarta: EGC
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.
Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. USA: CV Mosby