lp atresia ani

25
ATRESIA ANI 1. Definisi Atresia Ani Atresia ani berasal dari dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, atresia artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubuler secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain, tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya atau buntunya saluran atau rongga tubuh. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya anus. Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal. Atresia ani adalah kondisi dimana rektal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan. 2. Klasifikasi Atresia Ani 2.1 Secara Fungsional a. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula recto-vagina atau recto-fourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adekuat sementara waktu. b. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon,

Upload: uiidy-ssi-mignon

Post on 13-Apr-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Atresia Ani

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Atresia Ani

ATRESIA ANI

1. Definisi Atresia AniAtresia ani berasal dari dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, atresia artinya

nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan

tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubuler secara

kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain, tidak adanya lubang di tempat

yang seharusnya atau buntunya saluran atau rongga tubuh. Hal ini bisa terjadi karena

bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai

saluran itu.

Atresia ani yaitu tidak berlubangnya anus. Atresia ani adalah tidak lengkapnya

perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal.

Atresia ani adalah kondisi dimana rektal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama

pertumbuhan dalam kandungan.

2. Klasifikasi Atresia Ani2.1 Secara Fungsionala. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus gastrointestinalis dicapai

melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutama melibatkan bayi

perempuan dengan fistula recto-vagina atau recto-fourchette yang relatif besar,

dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan

dekompresi usus yang adekuat sementara waktu.

b. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja.

Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi

spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera.

2.2 Berdasarkan Letaka. Anomali rendah

Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis,

terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi

normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.

b. Anomali intermediet

Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis; lesung anal

dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

c. Anomali tinggi

Ujung rektum di atas otot puborektalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini

biasanya berhubungan dengan fistuls genitourinarius-retrouretral (pria) atau

Page 2: Lp Atresia Ani

rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rektum sampai kulit perineum

lebih dari 1 cm.

2.3 Klasifikasi Wingspread2.3.1 Jenis Kelamin Laki-lakiGolongan Ia. Kelainan fistel urin

Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra,

mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis

menentukan letak fistel adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter

terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak uretra karena fistel tertutup kateter.

Bila dengan kateter urin mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila

evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera.

b. Atresia rektum

Pada atresia rektum tindakannya sama pada perempuan. Pada atresia

rektum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur jari tidak dapat

masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera

dilakukan kolostomi.

c. Perineum datar

Tidak ada keterangan lebih lanjut.

d. Fistel tidak ada

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka

perlu segera dilakukan kolostomi.

Golongan IIa. Kelainan fistel perineum

Fistel perineum sama dengan pada perempuan, lubangnya terletak lebih

anterior dari letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu menimbulkan

obstipasi..

c. Membran anal

Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah

selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit secepat

mungkin.

d. Stenosis anus

Pada stenosis anus, sama dengan perempuan. Pada stenosis anus, lubang

anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak

lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi definitif.

Page 3: Lp Atresia Ani

e. Fistel tidak ada

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka

perlu segera dilakukan kolostomi.

2.3.2 Jenis Kelamin PerempuanGolongan Ia. Kelainan kloaka

Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus

genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu

cepat dilakukan kolostomi.

b. Fistel vagina

Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces menjadi

tidak lancar sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi.

c. Fistel rektovestibular

Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat di vulva. Umumnya evakuasi

feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai terhambat saat

penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila

penderita dalam keadaan optimal.

d. Atresia rektum

Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur

jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga

perlu segera dilakukan kolostomi.

e. Fistel tidak ada

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu

segera dilakukan kolostomi.

Golongan IIa. Kelainan fistel perineum

Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus

normal, tetapi tanda timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi.

b. Stenosis anus

Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat

sempit. Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan

terapi definitif.

c. Fistel tidak ada

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu

segera dilakukan kolostomi.

Page 4: Lp Atresia Ani

3. Etiologi Atresia Ania. Faktor penyebab

- Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi

lahir tanpa lubang dubur.

- Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3

bulan.

- Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus,

rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke-4

hingga ke-6 usia kehamilan.

- Berkaitan dengan Sindrom Down

- Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

- Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan

pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik

b. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya atresia ani dapat disebabkan oleh kelainan

kongenital saat lahir seperti:

- Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal,

jantung, trachea, esofagus, ginjal, dan kelenjar limfe).

- Kelainan sistem pencernaan.

- Kelainan sistem pekemihan.

- Kelainan tulang belakang.

4. Patofisiologi Atresia AniAtresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada

kehidupan embrional.  Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.

Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal

genitourinarius dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya

penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia ani karena tidak ada kelengkapan

migrasi dan perkembangan struktur kolon antara minggu ke-7 dan ke-10 dalam

perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga dapat terjadi karena kegagalan

dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak adanya

pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan

sehingga intestinal mengalami obstruksi.

Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi

ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala

akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan

Page 5: Lp Atresia Ani

diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses yang mengalir ke

arah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang.  Pada keadaan ini biasanya

akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90%

kasus atresia ani dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum

(rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke

vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika). Pada letak rendah, fistula menuju ke

uretra (rektouretralis).

5. Manifestasi Klinik Atresia Ani- Mekonium tidak keluar dalam 24-48 jam pertama setelah kelahiran.

- Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.

- Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya (vagina

atau uretra)

- Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada

fistula).

- Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

- Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

- Perut kembung.

- Tidak bisa buang air besar

- Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula

- Pada atresia ani letak rendah distensi perut, muntah, gangguan cairan

elektrolit dan asam basa.

6. Studi Diagnostik Spesifik Atresia Ania. Pemeriksaan fisik rektum

Pemeriksaan colok dubur dan inspeksi visual adalah pemeriksaan

diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini. Kepatenan rektal dapat

dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.

b. Pemeriksaan radiologi

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk

mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya. Pemeriksaan

sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya

kumpulan udara dalam ujung rektum yang buntu. Juga bisa digunakan untuk

mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius. Pada

pemeriksaan radiologis dapat ditemukan:

- Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi

Page 6: Lp Atresia Ani

- Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bayi baru lahir dan

gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia ani / anus imperforata.

Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon / rektum.

- Dibuat foto anter-posterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala

dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga foto

daerah antara benda radio-opak dengan bayangan udara trtinggi dapat diukur.

c. USG abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system

pencernaan dan mencari adanya faktor reversibel seperti obstruksi oleh karena

massa tumor. USG dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rektal.

d. CT scan, Digunakan untuk menentukan lesi.

e. Aspirasi jarum

Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rektal dengan menusukan jarum

tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum

sudah masuk 1,5 cm, defek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

f. Pieolgrafi intravena, Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

g. Pemeriksaan urine, Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya

sel-sel epitel mekonium.

7. Penatalaksanaan Atresia Ani7.1 Penanganan secara preventif- Ibu hamil hingga usia usia gestasi tiga bulan dianjurkan untuk berhati-hati terhadap

obat-obatan, makanan awetan, dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani.

- Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika

sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat

berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.

- Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari

konstipasi.

7.2 Rehabilitasi dan pengobatan-Melakukan pemeriksaan colok dubur.

- Melakukan pemeriksaan radiologik.

Pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha menentukan letak

ujung rektum yang buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam

keadaan posisi terbalik selama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit

ekstensi lalu dibuat foto pandangan antero-posterior dan lateral setelah petanda

diletakkan pada daerah lekukan anus.

Page 7: Lp Atresia Ani

- Melakukan tindakan kolostomi neonatus, tindakan ini harus segera diambil jika

tidak ada evakuasi mekonium.

- Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setiap hari dengan kateter uretra,

dilatasi hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat

melakukan dilatasi sendiri di rumah dengan jari tangan yang dilakukan selama 6

bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai normal.

- Melakukan operasi anapelasti perineum kemudian dilanjutkan dengan dilatasi

pada anus yang baru pada kelainan adanya membran tipis yang menutupi anus.

- Pada kelainan anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu suatu

kantung yang buntu dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui ano-proktoplasti

pada masa neonatus.

- Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain:

Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun).

Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-12 bulan)

Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)

- Penanganan pada saluran anus dan rektum bagian bawah yang membentuk suatu

kantung buntu yang terpisah dilakukan dengan kolostomi, kemudian dilanjutkan

dengan operasi "abdominalpull-through". Manfaat kolostomi a.L:

Mengatasi obstruksi usus.

Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan

operasi yang bersih.

Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap

dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan

kelainan bawaan yang lain.

7.3 Prosedur operasiTeknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano

Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong

pasien. Teknik ini merupakan pengganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli

Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka

dinding perut.

a. Teknik Operasi

-Dilakukan dengan general anestesi, dengan endotrakeal intubasi, dengan posisi

pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan.

-Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal

dimple.

- Insisi bagian tengah sakrum ke arah bawah melewati pusat spingter dan berhenti 2

Page 8: Lp Atresia Ani

cm di depannya.

-Dibelah jaringan subkutis, lemak, parasagital fiber dan muscle complex. Os

Coxigeus dibelah sampai tampak muskulus levator, dan muskulus levator

dibelah tampak dinding belakang rektum.

-Rektum dibebaskan dari jaringan sekitarnya.

-Rektum ditarik melewati levator, muscle complex dan parasagital fiber.

-Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai ada tension.

b. Perawatan Pasca Operasi   PSARP

-Antibiotik intravena diberikan selama 3 hari, salep antibiotik diberikan selama  8-10

hari.

- 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation,  2x sehari

dan tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator yang dinaikkan

sampai mencapai ukuran yang sesuai dengan umurnya.

-Businasi dihentikan bila busi nomor 13-14 mudah masuk.

c. Skoring Klotz

Penilaian hasil skoring: nilai scoring 7 – 21

< 7 = Sangat baik

8-10 = Baik

11-13 = Cukup

> 14 = Kurang

No. Variabel Kondisi Skor1. Defekasi 1-2 kali sehari

2  hari sekali3 – 5 kali sehari3  hari sekali> 4 hari sekali

11223

2. Kembung Tidak pernahKadang-kadangTerus-menerus

123

3. Konsistensi NormalLembekEncer

123

4. Perasaan ingin BAB TerasaTidak terasa

13

5. Soiling Tidak pernahTerjadi bersama flatusTerus-menerus

123

6. Kemampuan menahan feses yang akan keluar

> 1 menit< 1 menitTidak bisa menahan

123

7. Komplikasi Tidak ada 1

Page 9: Lp Atresia Ani

Komplikasi minorKomplikasi mayor 2

3

8. Komplikasi Pasien dengan Atresia Ania. Asidosis hiperkioremia.

b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).

d. Komplikasi jangka panjang.

- Eversi mukosa anal

- Stenosis (akibat konstriksi jaringan perut di-anastomosis)

e. Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet training.

f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).

g. Prolaps mukosa anorektal.

h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

Page 10: Lp Atresia Ani

ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Persepsi kesehatan: pola manajemen kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga untuk melanjutkan perawatan di

rumah.

b. Pola nutrisi: metabolik

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umum terjadi pada pasien dengan

atresia ani post-kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh

mual dan muntah sebagai dampak dari anestesi.

c. Pola eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka

tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk

buangan. Pada atresia ani tidak terdapat lubang pada anus sehingga pasien akan

mengalami kesulitan dalam defekasi.

d. Pola aktivitas dan latihan

Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menghindari adanya

kelemahan otot.

e. Pola persepsi kognitif

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya

ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

Page 11: Lp Atresia Ani

f. Pola tidur dan istirahat

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada

luka inisisi.

g. Konsep diri dan persepsi diri

Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body

comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan

operasi.

h. Peran dan pola hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah

sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik

untuk melaksanakan peran.

i. Pola pertahanan diri, stress dan toleransi

Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.

j. Pola keyakinan dan nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama

yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan

perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya

pelaksanaan ibadah.

k. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan yang didapatkan: anus tampak merah, usus melebar,

kadang-kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus

tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium

dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina.

2. Diagnosa Keperawatan1. Inkontinensia alvi berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus.

2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan,

distensi abdomen.

3. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, muntah.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan, aliran feses

ke traktus urinarius.

5. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

(distensi abdomen).

6. Ketidakseimbangan asam-basa berhubungan dengan perubahan aliran urine

ke rektum.

Page 12: Lp Atresia Ani

7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.

8. Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur pembedahan dan kondisi

bayi.

9. Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan dengan kebutuhan perawatan di

rumah.

3. Rencana Intervensi KeperawatanDx. Inkontinensia alvi b.d tidak lengkapnya pembentukan anus.

Tujuan:

- Terjadi peningkatan fungsi usus

Kriteria hasil:

- Pasien menunjukkan konsistensi tinja lembek, terbentuknya tinja, tidak ada

nyeri saat defekasi, tidak terjadi perdarahan.

Intervensi – Mandiri:

- Dilatasikan anal sesuai program.

Rasional: Mencapai ukuran anus yang sesuai dengan usia anak.

- Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi IV sampai fungsi usus normal.

Rasional: Menurunkan resiko iritasi mukosa.

- Lakukan enema atau irigasi rektal sesuai order

Rasional: Evaluasi bowel meningkatkan kenyamanan pada anak.

- Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam.

Rasional: Meyakinkan berfungsinya usus.

- Ukur lingkar abdomen

Rasional: Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya

distensi

Dx.Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d trauma saraf jaringan, distensi abdomen.Tujuan:

- Pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, akan tampak rileks.

Kriteria hasil:

- Ekspresi wajah pasien relaks, TTV normal.

Intervensi – Mandiri:

- Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien.

Rasional: Membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan.

- Tanyakan pada pasien tentang nyeri.

Rasional: Menurunkan ansietas / takut dapat meningkatkan kenyamanan.

Page 13: Lp Atresia Ani

- Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian.

Rasional: Menurunkan ansietas / takut dapat meningkatkan kenyamanan.

- Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi, distraksi.

Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif sehingga menurunkan

nyeri dan ketidaknyamanan.

- Berikan posisi yang nyaman pada pasien.

Rasional: Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan

meningkatkan kemampuan koping.

Intervensi – Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan, meningkatkan

penyembuhan.

Dx.Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, muntah.Tujuan:

- Kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi.

Kriteria hasil:

- Menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas tanda

malnutrisi.

Intervensi – Mandiri:

- Pantau masukan dan pengeluaran makanan / cairan.

Rasional: Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan untuk membantu memilih

intervensi.

- Kaji makanan kesukaan anak.

Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan jumlah intake makanan.

- Beri makan sedikit tapi sering.

Rasional: Mencegah muntah sehingga meningkatkan intake nutrisi.

- Pantau berat badan secara periodik.

Rasional: Mengidentifikasi status nutrisi dan memastikan kebutuhan metabolik.

- Libatkan orang tua, misal membawa makanan dari rumah, membujuk anak

untuk makan.

Rasional: Mendorong keinginan pasien untuk makan, menurunkan anoreksia.

- Beri perawatan mulut sebelum makan.

Rasional: Memperbaiki kemampuan lidah untuk merasakan makanan,

meningkatkan nafsu makan.

- Berikan isirahat yang adekuat.

Page 14: Lp Atresia Ani

Rasional: Menurunkan resiko muntah setelah makan, menurunkan kebutuhan

energi.

Intervensi – Kolaborasi:

- Pemberian nutrisi secara parenteral.

Rasional: Mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program diet.

Dx.Resiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan, aliran feses ke traktus urinarius.Tujuan:

- Tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil:

- Tidak ada tanda-tanda infeksi.

- TTV normal.

- Lekosit normal.

Intervensi – Mandiri:

- Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine.

Rasional: Adanya feses pada urine menunjukkan adanya fistel urine yang

dapat menyebabkan infeksi berulang.

- Selidiki keluhan kandung kemih penuh.

Rasional: Adanya retensi urine dapat meningkatkan resiko infeksi pada traktus

urinarius.

- Pertahankan teknik septik dan aseptik secara ketat pada prosedur medis atau

perawatan.

Rasional: Menurunkan resiko infeksi silang, mempercepat proses

penyembuhan.

- Amati lokasi invasif terhadap tanda-tanda infeksi.

Rasional: Adanya tanda kemerahan, bengkak, nyeri, eksudat / pus

menunjukkan adanya infeksi.

- Pantau suhu tubuh.

Rasional: Peningkatan suhu tubuh menunjukkan adanya infeksi.

- Pantau dan batasi pengunjung, beri isolasi jika memungkinkan.

Rasional: Menurunkan resiko infeksi silang, meningkatkan istirahat pasien

sehingga daya tahan tubuh adekuat.

Intervensi – Kolaborasi:

- Awasi / observasi hasil laboratorium (sel darah putih).

Rasional: Adanya peningkatan sel darah putih menunjukkan adanya infeksi.

Page 15: Lp Atresia Ani

- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (misal: antibiotik).

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan, meminimalkan resiko

komplikasi. Pemberian antibiotik dapat menghilangkan agen

penyebab infeksi.

Dx.Pola pernapasan tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (distensi abdomen).Tujuan:

- Pola pernapasan efektif sesuai pola pernapasan normal.

Kriteria hasil:

- Pasien mempertahankan ventilasi adekuat.

- Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain, dengan GDA dalam

rentang normal.

Intervensi – Mandiri:

- Awasi kecepatan / kedalaman pernapasan.

Rasional: Adanya suara stridor menandakan adanya penurunan ventilasi dan

dapat mengakibatkan hipoksia.

- Auskultasi bunyi napas.

Rasional: Adanya suara tambahan menunjukkan penurunan ventilasi paru.

- Tinggikan kepala tempat tidur 30o.

Rasional: Mendorong pengembangan diafragma atau ekspansi paru optimal,

meminimalkan tekanan isi abdomen pd rongga toraks.

- Ubah posisi secara periodik.

Rasional: Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru.

- Hindari penggunaan pengikat abdomen (misal: gurita, baju ketat).

Rasional: Dapat membatasi ekspansi paru.

Intervensi – Kolaborasi:

- Berikan oksigen tambahan.

Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran dan penurunan

kerja napas.

Dx.Ketidakseimbangan asam-basa b.d perubahan aliran urine ke rektum.Tujuan:

- Keseimbangan asam-basa membaik.

- Bebas komplikasi.

Kriteria hasil:

- Nilai elektrolit dalam batas normal.

Intervensi – Mandiri:

Page 16: Lp Atresia Ani

- Kaji tingkat kesadaran dan perhatikan kemajuan perubahan pada status

neuromuskuler (misal: kekuatan, tonus, gerakan).

Rasional: Asidosis dapat menyebabkan perubahan status mental karena

penurunan pH cairan SSP.

- Pantau frekuensi / irama jantung.

Rasional: Asidemia dapat dimanifestasikan oleh perubahan pada konfigurasi

EKG dan adanya taki-disritmia atau bradi-disritmia serta

peningkatan iritabilitas ventrikel.

- Kaji suhu kulit, warna, dan pengisian kapiler.

Rasional: Mengevaluasi status sirkulasi, perfusi jaringan, efek hipotensi.

- Auskultasi bising usus, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.

Rasional: Menandakan adanya distress GIT.

- Tes / pantau pH urine.

Rasional: Menandakan kompensasi asidosis dengan mengekskresi kelebihan

hidrogen dalam bentuk asam lemah.

Intervensi – Kolaborasi:

- Bantu dengan identifikasi / pengobatan penyebab dasar.

Rasional: Pengobatan faktor penyebab dapat mengembalikan pH menjadi

normal.

- Ganti cairan sesuai indikasi.

Rasional: Mengurangi asidosis.

- Beri obat sesuai indikasi (misal: natrium bikarbonat, kalium klorida, fosfat,

kalsium).

Rasional: Membantu mengembalikan keseimbangan asam-basa pasien.

Dx.Gangguan integritas kulit b.d kolostomi.Tujuan:

- Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

Kriteria hasil:

- Mempertahankan integritas kulit.

- Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.

- Mengindentifisikasi faktor resiko individu.

Intervensi – Mandiri:

- Lihat stoma / area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong.

Rasional: Adanya tanda kemerahan, bengkak, nyeri, eksudat / pus

menunjukkan adanya infeksi.

- Ukur stoma secara periodik misalnya tiap perubahan kantong.

Page 17: Lp Atresia Ani

Rasional: Pelebaran stoma menunjukkan adanya gangguan / keterlambatan

penyembuhan luka.

- Berikan perlindungan efektif pada kulit.

Rasional: Mempertahankan kulit tetap bersih, meminimalkan kerusakan pada

kulit.

- Kosongkan irigasi dan bersihkan dengan rutin.

Rasional: Mencegah terjadinya komplikasi infeksi akibat adanya timbunan sisa

pencernaan.

- Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma.

Rasional: Adanya rasa gatal merupakan gejala infeksi.

Intervensi – Kolaborasi:

- Kolaborasi dengan ahli terapi.

Rasional: Memberikan terapi yang sesuai dengan masalah kesehatan yang

sedang dihadapi.

Dx.Kecemasan keluarga b.d prosedur pembedahan dan kondisi bayi.Tujuan:

- Memberi dukungan emosional pada keluarga.

Kriteria hasil:

- Keluarga akan mengekspresikan perasaan dan pemahaman terhadap

kebutuhan intervensi perawatan dan pengobatan.

Intervensi – Mandiri:

- Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan.

Rasional: Mengidentifikasi rasa takut sebagai antisipasi terhadap prosedur

pembedahan.

- Ajarkan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien.

Rasional: Meningkatkan pemahaman terhadap kondisi anak sehingga dapat

mengurangi kecemasan.

- Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan

fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alat, media dan gambar.

Rasional: Agar orang tua mengerti kondisi klien.

- Beri jadwal studi diagnosa, jadwal operasi, identifikasi pasien, dan informed

consent dengan orang tua.

Rasional: Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan

kecemasan karena mengurangi rasa takut akan kesalahan prosedur.

- Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi

Rasional: Membantu mengurangi kecemasan klien

Page 18: Lp Atresia Ani

Dx.Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kebutuhan perawatan di rumah.Tujuan:

- Pasien dan keluarga memahami perawatan di rumah.

Kriteria hasil:

- Keluarga menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawatan bayi di

rumah.

Intervensi – Mandiri:

- Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai mereka

dapat melakukan perawatan.

Rasional: Meningkatkan pelaksanaan perilaku positif, menurunkan resiko

ketidaktepatan perawatan bedah atau perkembangan komplikasi.

- Ajarkan untuk mengenal tanda-tanda dan gejala yang perlu dilaporkan pada

perawat.

Rasional: Pengenalan awal dan pengobatan perkembangan komplikasi dapat

mencegah perkembangan ke arah situasi yang lebih serius

(membahayakan jiwa).

- Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan

dilatasi pada anal secara tepat.

Rasional: Membantu mencapai ukuran anus yang sesuai dengan usia anak.

- Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.

Rasional: Meningkatkan kompetensi perawatan diri dan meningkatkan

kemandirian.

- Latih pasien untuk kebiasaan defekasi.

Rasional: Mengembalikan fungsi anus sesuai dengan kondisi normal.

- Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diet (misalnya serat).

Rasional: Menurunkan resiko obstruksi usus, membantu memperlancar BAB,

meningkatkan kontrol usus lebih baik.

4. Evaluasi1. Inkontinensia alvi tidak terjadi.

2. Nyeri berkurang atau hilang.

3. Nutrisi adekuat.

4. Infeksi tidak terjadi.

5. Pola pernapasan efektif.

6. Keseimbangan asam-basa adekuat.

7. Integritas kulit baik.

8. Kecemasan keluarga berkurang atau tidak ada.

Page 19: Lp Atresia Ani

9. Pengetahuan keluarga adekuat.

Buku Sumber:Suriadi dan Yuliani, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi I. Jakarta:

Fajar Interpratama