assessment dalam psikologi pendidikan

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asesmen adalah proses mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang mur dan mengambil kesimpulan mengenai pengetahuan dan kemampuan murid tersebut (Ormrod, 2008). Pada intinya, proses asesmen melibatkan perilaku dan sampel y dalam hal ini adalah murid. Di dalam pendidikansendiri, asesmen seharusnyadidasarkan pada pengetahuan mengenai belajar dan bagaimana kompetensi berkembang dalam dalam materi yang diajarkan oleh guru. al ini jelas untuk membuat suatu asesmen di pendidik dapat menggunakannya untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar d mengontrol hasil belajar murid serta !ara mengajar yang kompleks. Dari berbagai ma!am penelitian, ditemukan bah"a para guru mempraktekkan bagaimana mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki untuk tujuan nyata dan Penilaian kinerja dari ja"aban yang relati#e pendek sampai pada proy panjang yang meminta para sis"a untuk memeperagakan hasil kinerjanya membutuhkan peran serta pemikiran tingkat tinggi murid untuk menyatukan kemampuan yang berbeda$beda. Dalam suatusistempenilaian yang lengkap, seharusnya terdapat keseimbangan dalam penilaian kerja. Dalam kegiatan belajar mengajar, asesmen dianggap sangat penting karena selain dapat menge#aluasi hasil belajar peserta didik, juga dapat menjadi mot bagi peserta didik agar dapat men!apai hasil yang maksimal. B. Rumusan Masalah %.Apakah yang dimaksud dengan Asesmen& 2.Apa saja jenis, 'ungsi, dan pengukuran hasil belajar dari asesmen& 1 | A s e s m e n P e n d i d i k a n

Upload: kholifatu-zahro

Post on 06-Oct-2015

601 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

studi kasus bab assessment dalam pendidikan di salah satu SMP swasta di Surabaya

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangAsesmen adalah proses mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang murid dan mengambil kesimpulan mengenai pengetahuan dan kemampuan murid tersebut (Ormrod, 2008). Pada intinya, proses asesmen melibatkan perilaku dan sampel yang dalam hal ini adalah murid. Di dalam pendidikan sendiri, asesmen seharusnya didasarkan pada pengetahuan mengenai belajar dan bagaimana kompetensi berkembang dalam dalam materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini jelas untuk membuat suatu asesmen dimana pendidik dapat menggunakannya untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan mengontrol hasil belajar murid serta cara mengajar yang kompleks.Dari berbagai macam penelitian, ditemukan bahwa para guru mempraktekkan bagaimana mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki untuk tujuan nyata dan jelas. Penilaian kinerja dari jawaban yang relative pendek sampai pada proyek jangka panjang yang meminta para siswa untuk memeperagakan hasil kinerjanya. Hal ini membutuhkan peran serta pemikiran tingkat tinggi murid untuk menyatukan kemampuan yang berbeda-beda. Dalam suatu sistem penilaian yang lengkap, seharusnya terdapat keseimbangan dalam penilaian kerja.Dalam kegiatan belajar mengajar, asesmen dianggap sangat penting karena selain dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik, juga dapat menjadi motivasi bagi peserta didik agar dapat mencapai hasil yang maksimal. B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan Asesmen?

2. Apa saja jenis, fungsi, dan pengukuran hasil belajar dari asesmen?

3. Apa saja yang termasuk di dalam asesmen pendidikan?4. Bagaimana penerapan Asesmen dalam pendidikan?C. Tujuan

1. Memahami definisi Asesmen.2. Memahami jenis, fungsi, dan pengukuran hasil belajar dari asesmen.3. Memahami apa saja yang terdapat dalam asesmen pendidikan.4. Memahami penerapan Asesmen dalam pendidikan.D. Manfaat

Dapat memahami dan menjelaskan Asesmen beserta penerapannya dalam sistem pendidikan.

BAB II

PEMBAHASANEvaluasi dan prestasi belajar menurut (Utami Munandar, 2004)

A. Evaluasi hasil belajar

Definisi evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut pemahaman kami, proses penilaian menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria tata evaluasi yang ada.

Tujuan dan fungsi asesmen adalah agar dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai proses hasil belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya itu.

Fungsi Evaluasi ada lima :

1. Fungsi administratif

Untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku rapor .

2. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.

3. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencakan program remidial teaching.

4. Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan.

5. Sabagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang merupakan perkembangan kurikulum, metode dan alat untuk proses PMB (Proses Mengajar Belajar).Fungsi penilaian dalam proses pendidikan (dalam Suyabrata, Sumadi 2002)Dasar psikologis.Dalam setiap usaha manusia selalu dibutuhkan penilaian usaha-usaha yang dilakukan. Berguna bagi bahan orientasi untuk menghadapi usahanya yang lebih jauh. Secara psikologis orang selalu butuh mengetahui sejauhmana dia menuju ketujuan yang harus dicapai.

1. Dasar dedaktis

Mengenai dasar didaktis dapat ditinjau dari 2 segi yaitu :

Ditinjau dari segi anak didik

Ditinjau dari segi guru

2. Dasar administratif

Menilai hasil-hasil pendidikan yang mempunyai dasar administratif yang berwujud rapor maka dapat dipenuhi berbagai kebutuhannya.Selanjutnya selain memiliki fungsi-fungsi seperti diatas evaluasi juga mengandung fungsi psikologis yang cukup signifikan. Bagi siswa maupun guru dan orang tua. Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat bantu untuk mengatasi kekurang mampuan atau ketidakmampuannya dalam diri sendiri. Dengan mengetahui taraf kemampuan dan kemajuan diri sendiri, siswa memiliki self-consciousness, kesadarannya yang lugas mengenai eksistensi dirinya, dan juga metacognitive, pengetahuan yang benar mengenai batas kemapuan dari akalnya masing-masing.

Sementara itu, bagi para guru hasil evaluasi prestasi tersebut dapat membantu dalam menentukan warna sikap efikasi diri dan efikasi kontekstual Ragam Evaluasi

Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Karena itu, ragamnya bervariasi, dari sederhana sampai yang kompleks.

Pre-Test dan Post-Test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan ditampilkan. Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi.

Evaluasi Prasyarat

Sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk menidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasarimateri yang akan disajikan.

Evaluasi Diagnostik

Dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai.

Evaluasi Formatif

Dapat dipandang sebagai ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajiian satuan pelajaran atau modul.

Evaluasi Sumatif

Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan umum yang dilakukan unutk mengukur kinerja akademik atau prestasi siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.

Ujian Akhir Nasional

Yang disebut juga EBTANAS (dulu) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status dari siswa. Ragam alat evaluasi

Terdiri dari dua bentuk.

1) Objektif , tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Ada 5 macam ( test benar-salah, tes pilihan berganda, tes pencocokan, tes isian, dan tes pelengkapan ).

2) Subyektif, alat pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti, seperti yang digunakan untuk evaluasi obyektif. Syarat Alat Evaluasi

Langkah awal yang perlu ditempuh guru dalam menilai restasi belajar siswa adalah menyusun alat evaluasi yang esuai dengan kebutuhan, dalam arti tidak menyimpang diri indikator dan jenis prestasi yang diharapkan. Evaluasi Berbagai Ranah Psikologis

Alternatif pengukuran keberhasilan baik yang berdimensi ranah cipta, rasa dan karsa. Tekanan khusus pada bagian ini akan diberikan pada pengukuran prestasi ranah rasa mengingat sangat jarang sekali membahas masalah tersebut.

Evaluasi Prestasi Kognitif

Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis maupun lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa, tes lisan dan perbuatan semakin jarang digunakan. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian karena pelaksanaannya face to face. Cara tersebut dapat mendorong penguji untuk bersikap kurang fair terhadap peserta didik tertentu.

Evaluasi Prestasi Afektif

Dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi sesuai yang berdimensi afektif jenis-jenis prestasi internalisasi dan kaakterisasi seyogyanya mendapat perhatian khusus karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa, bentuk tes ranah rasa yang paling populer adalah skala likert yang tujuannya unuk mengidentifikasi kecenderungan atau sikap orang.

Evaluasi Prestasi Psikomotor

Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor. Dalam hal ini dapat diartika sebgai jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku atau fenoena dengan pengamatan langsung, namun observasi harus dibedakan dari eksperimen karena pada umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi. Prestasi Belajar

a. Indikator prestasi belajar

Pada prinsipnya pengukapan hasil belajar ideal meliputi semua ranah psikologis yang berubah seagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa namun, perubahan tingkahlaku ranah rasa murid sangat sulit. Disebabkan karena disebabkan perubahan hasil belajar yang bersifat intangible ( tidak dapat diraba ) oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat menceinkan perubahan sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.b. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar

Ada 2 macam pendekatan dalam mengevaluasi / menilai tingkat keberhasilan yakni : Norm-referencing dan criterion-referencing. Di Indonesia pendekatan-pendekatan ini lazim diseut sebagai penilaian acuan norma dan penilaian acuan kriteria : Penilaian Acuan Norma

Prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-temn sekelas atau sekelompoknya, jadi pemberian skor atau nilai merujuk pada hasil perbandingan yang diperoleh teman-teman sekelompoknya dengan skornya sendiri Penilaian Acuan Kriteria

Penilaian dengan pendekatan ini merupakan proses pengukuran pestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan pelbagai perilaku ranah yang telah ditetapkan sebagai patokan absolut. Karena itu dalam mengimplementasikan penilaian acuan kriteria diperlukan kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus. Nilai atau kelulusan seorang siswa bukan berdasar dengan nilai yang dicapa oleh rekan-rekan sekelomponya tetapi ditetukan oleh penguasannya atas materi pelajaran hingga batas yang sesuai dengan tujuan instruksional.c. Batas Minimal Prestasi Belajar

Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi belajar diatas, guru perlu mengetahui bagaiamana menetapkan batas minimum hasil belajar para siswa. Karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap sukses dalam arti luas bukanlah perkara yang mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa.Ranah-ranah psikologis berkaitan satu sama lain tetapi sukar diungkap jika hanya meihat perubahan dalam satu ranah, contoh :

Seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi agama islam, belum tentu rajin sholat. Sebaliknya yang lain hanya mendapat nilai cukup dalam bidang tersebut justru menunjukan perilaku yang baik dalam beragama.Jadi, nilai hasil evaluasi atau ulangan dalam rapor mungkin secara afektif dan psikomotor menjadi X- dan X+. Inilah tantangan yang harus dihadapi para guru sepanjang masa. Untuk menjawab tantangan ini seyogyanya guru tidak hanya terikat oleh kiat penilaian yang bersifat kognitif tapi juga memperhatikan penilaian afektif dan psikmotor.

Peran Guru

Ada beberapa peran guru dalam ujian standar, yaitu mempersiapkan murid untuk mengerjakan ujian, melaksanakan ujian, memahami dan menginterpretasikan hasil ujian dan menyampaikan hasil tes pada orang tua. Guru juga menggunakan nilai ujian untuk membuat rencana dan meningkatkan instruksi.

Mempersiapkan Murid untuk Mengikuti Tes Standar

Semua murid berhak untuk mengeluarkan apa yang terbaik di dalam diri mereka dengan mengerjakan tes dengan baik.

Menjalankan Tes Standar.

Kebanyakan ujian standar mengungkapkan secara rinci cara tes tersebut dilaksanakan. Misalnya adalah mengatur ruang tes, apa yang dilakukan saat ujian, cara mendistribusikan lembar soal dan jawaban, dan mengatur waktu tes. Saat menjalankan tugas, ruangan harus disesuaikan dengan standar yang ada, misalnya ruang tes cukup terang dan memiliki ventilasi yang baik. Sebisa mungkin tempat duduk diatur sehingga tidak menimbulkan tindakan curang antar peserta ujian . Pastikan menulis waktu awal dan akhir tes di papan tulis. Sehingga murid bisa memulai tes bersamaan dan selesai pada waktu yang bersamaan juga. Setelah semua murid selesai, soal dikumpulkan dan hitung naskah soal dan lembar jawaban. Jangan lupa untuk mencatat setiap insiden yang mungkin bisa menggugurkan hasil tes murid.

Memahami dan Menginterpretasikan Hasil Tes

Memahami dan menginterpretasikan tes berguna jika guru mengadakan pertemuan dengan orangtua murid untuk membahas murid dikelas. Memahami dan menginterpretasikan tes ini memerlukan pengetahuan tentang statistik deskriptif dasar.Mengkomunikasikan hasil tes pada orang tua :Menggunakan Tes Standar untuk Merencanakan dan Meningkatkan Instruksi

Guru dapat menggunakan nilai tes standar dari akhir tahun sebelumnya untuk merencanakan intruksi untuk tahun selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas intruksi setelah isi materi diajarkan. Setiap penggunaan hasil ujian standar harus diiringi dengan informasi dari sumber yang lain. Sebelum intruksi hasil tes standar mungkin menunjukkan kemampuan umum murid dikelas, sehingga guru bisa memilih materi yang tepat untuk pengajaran setahun kedepan. Guru tidak boleh mempunyai ekspektasi tinggi atau rendah terhadap kelas itu, guru harus melihat kondisi kelas yang sebenarnya. Sehingga jika dari tes kesiapan berhitung menunjukkan bahwa kelas secara keseluruhan kurang memiliki keahlian berhitung, maka guru harus lebih berhati-hati dalam memilih materi yang mampu dipahami oleh murid.

Dalam menggunakan tes standar untuk merencanakan dan meningkatkan instruksi, penting untuk tidak hanya melihat dari tes standar ini dalam membuat keputusan, tapi guru juga harus melihat dari komentar guru sebelumnya, observasi, dan penilaian lainnya. Penting juga untuk memastikan bahwa nilai tes murid merefleksikan penilaian yang adil.Isu-isu Dalam Tes StandarTes standar adalah sesuatu yang kontroversial karena menimbulkan perdebatan yang berkenaan dengan: Bagaimana tes standar dibandingkan dengan metode penilaian alternatif (terutama ujian beresiko tinggi), dan apakah tes standar mendiskriminasi etnis minoritas dan murid dari kalangan miskin.Tes Standar, Penilaian Alternatif, dan Tes BeresikoTinggi

Penilaian Alternatif meliputi penilaian kinerja (performance) murid, yang meliputi presentasi lisan, problem dunia nyata, proyek, dan portofolio (kumpulan karya murid yang sistematis dan teratur yang mendemonstrasikan keahlian dan prestasi murid).

Manakah yang lebih baik untuk menilai kemampuan murid? Apakah dengan menggunakan tes standar yang terutama dengan menggunakan pertanyaan pilhan ganda ataukah dengan menggunakan penilaian alternatif?

Pakar penilaian Grant Wiggins (1992) mengatakan bahwa yang dibutuhkan oleh murid adalah tes kemampuan atau kinerja atau bisa dikatakan dengan menggunakan penilaian alternatif, karena dia menyimpulkan bahwa penilaian kinerja itu lebih mendalam, melibatkan keterampilan berpikir yang lebih tinggi, dan lebih sesuai dengan pendidikan saat ini yang menekankan pada pembelajaran kontruktivis dan kontruktivis sosial. Bukan dengan menggunakan tes standar yang terutama dengan menggunakan pertanyaan pilihan ganda karena tes standar hanya merupakan bagian dari penilaian keseluruhan. Akan tetapi di beberapa negara seperti Arizona, California, Kentucky, dan Winconsin telah menarik upayanya untuk memasukkan penilaian alternatif dalam ujian negara, dikarenakan studi awal menunjukkan bahwa penilaian alternatif tidak sekonsisten ujian pilihan ganda, membutuhkan lebih banyak waktu dan biaya daripada tes standar pada umumnya.

Perdebatan pendapat tentang tes standar versus penilaian alternatif disampaikan oleh Blaine Worthen dan Vicki Spandel (1991) dengan menawarkan perspektif bagus untuk debat tes standar ini dengan mengatakan bahwa jika tes standar dipakai secara benar, maka akan berguna untuk memberikan informasi yang lebih baik mengenai pertanyaan gambar besar: Apakah seorang murid telah memiliki kemapuan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Akan tetapi, sebenarnya tes standar ini hanya memberikan sebagian dari gambaran penilaian dan memiliki keterbatasan. Maka dari itu Worthen dan Spandel mendesak para guru untuk menghindari penyalahgunaan tes atau hasil tes. Selain itu keduanya juga mendesak para guru untuk memahami kemampuan dan keterbatsan tes standar, agar mereka tidak mengharapkan lebih dari tujuan tes tersebut. Karena worthen dan Spandel mengatakan bahwa tes standar hanyalah salah satu dari banyak penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi murid. Ronald Hambleton (1996) menyimpulkan bahwa tes standar pilihan ganda tidak mungkin ditinggalkan semuanya, akan tetapi dia memperkirakan bahwa akan lebih banyak keseimbangan dalam penilaian dengan menggunakan tugas menulis, tes kinerja, ujian simulasi komputer, proyek, dan portofolio. Beberapa pakar juga percaya bahwa ujian negara beresiko tinggi harus mencakup penilaian alternatif.

Diversitas dan Tes Standar

Berdasarkan fakta pada kartu laporan dari National Assessment of Educational Progress (Riley, 1997), menyatakan bahwa murid-murid Afrika-Amerika , Latino, dan suku Indian Asli menunjukkan level profisiensi yang rendah diantara semua kelompok murid pada pelajaran matematika, sains, membaca, menulis, sejarah, geografi, dan sastra.

Perhatian khusus adalah pada bias kultural dalam tes dan arti penting dari pembuatan tes yang responsif secara kultural untuk keperluan diagnostik dan instruksional. Bias kultural menjadi perhatian utama dalam tes standar, maka penting untuk menilai murid dengan menggunakan berbagai macam metode. Beberapa pakar penilaian percaya bahwa penilaian kinerja atau portofolio dapat mengurangi ketidakadilan untuk murid minoritas dan miskin.Kelas sebagai konteks penilaianDi dalam kelas sebagai konteks penilaian, akan ditemukan strategi penilaian kontemporer yang ternyata bukan sekedar tes atau ujian.

Proses penilaian adalah proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk menentukan apakah muridnya sudah belajar dengan baik atau belum. Proses penilaian dilakukan terus menerus agar mengetahui apakah pengajaran yang diberikan efektif atau tidak, atau apakah perlu modifikasi atau tidak. Penilaian bukan sekedar memberi ujian atau menentukan grade, tapi juga bisa berupa pertanyaan kepad murid, memonitor murid dan memperhatikan murid saat memberi penjelasan (Santrock, 2004).

Penilaian sebagai bagian integral dari pengajaran

Pakar penilaian James McMilan (1997, dalam Mustaqim 2001) percaya bahwa guru yang kompeten sering mengevaluasi muridnya dalam konteks tujuan pembelajaran dan mengadaptasi instruksinya sesuai dengan evaluasi itu. Penilaian mempengaruhi pembelajaran dan motivasi para murid. Penilaian adalah hasil tersendiri yang diperoleh setelah instruksi selesai, menuju ke konsep integrasi penilaian dengan instruksi atau pengajaran.

Segitiga kerangka integrasi instruksi dan penilaian :

1. Penilaian pra-instruksi (penilaian yang dilakukan pada awal pertemuan untuk mengetahui kemampuan dan kesan murid)

Sebelum ada pengajaran oleh guru, akan dilakukan sebuah tes (pada level tertentu) untuk mengetahui kemampuan para murid sehingga guru dapat mengatahui apakah para murid mampu dalam suatu pelajaran. Hal ini dilakukan untuk menentukan cara pengajaran, apakah dilakukan dibawah level atau di atas level. Dalam penilaian pra-instruksional banyak dilakukan berupa observasi informal (tingkah laku, ekspresi wajah dll pada minggu awal sekolah). Setelah observasi maka interpretasikan hasilnya sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada para murid. Saat anda memahami murid, jangan pernah percaya pada kabar burung, jangan membuat penilaian hanya berdasarkan satu atau dua observasi saja, dan jangan memberi label pada murid.2. Penilaian selama instruksi (penilaian yang dilakukan pada proses belajar mengajar baik itu tentang keselarasan metode pembelajaran dengan penerapannya)

Penilaian formatif adalah penilaian selama jalannya pelajaran atau instruksi, bukan setelah pelajaran selesai. Dalam penilaian tahap kedua harus melihat hasil pada penilaian pra instruksi karena dalam penilaian ini masuk pada proses belajar mengajar sehingga dapat diketahui metode yang sesuai dengan keadaan para murid. Penilaian selama instruksi berlangsung pada saat yang sama ketika guru membuat banyak kepuutusan lain tentang apa yang akan dilakukan, dikatakan, atau ditanyakan, untuk membuat kelas berjalan lancar dan membantu murid belajar aktif.3. Penilaian pasca-instruksi (penilaian akhir yang mengukur kemampuan murid pada materi yang diajarkan)

Penilaian Sumatif (penilaian formal) adalah penilaian setelah instruksi selesai. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui dan mencatat kinerja murid. Penilaian ini menghasilkan informasi tentang hasil pembelajaran murid, seberapa baikkah penguasaan materinya, apakah murid siap untuk mengikuti pelajaran selanjutnya, grade apa yang harus diberikan, komentar apa yang harus dikatakan kepada orangtua, dan bagaimana harus menyesuaikan instruksi yang diberikan.Ringkasan aktivitas guru pada segitiga kerangka integrasi instruksi :Pra-instruksiSelama instruksiPasca-instruksi

Apakah murid saya memiliki prasyarat pengetahuan dan keahlian untuk sukses?Apakah murid saya memerhatikan saya?Berapa banyak materi yang telah dipelajari murid saya?

Apakah saya akan menarik bagi murid saya?Apakah murid saya memahami materi pelajaran?Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?

Apa yang akan memotivasi murid saya?Kepada murid mana pertanyaan harus saya ajukan?Apakah saya perlu mengulas hal-hal yang tidak dipahami kelas saya?

Berapa lama saya harus mengajarkan masing-masing unit materi?Apa tipe pertanyaan yang harus saya ajukan?Berapa grade yang mesti saya beri?

Apa strategi pengajaran yang mesti saya gunakan?Bagaimana saya harus menjawab pertanyaan murid?Apa yang harus saya beritahukan kepada murid?

Bagaimana saya harus menilai murid?Kapan saya harus berhenti menyampaikan pelajaran?Bagaimana saya bisa mengubah pengajaran nanti?

Apa tipe pembelajaran kelompok yang harus saya gunakan?Siapa murid yang butuh bantuan tambahan?Apakah nilai tes benar-benar merefleksikan pengetahuan dan kemempuan murid?

Apa sasaran atau tujuan pembelajaran saya?Murid mana yang mesti dibiarkan sendiri?Apakah ada yang salah dipahami oleh murid?

Membuat penilaian kompatibel dengan pandanagan tentang pembelajaran dan motivasi kontemporer

Dalam melakukan penilaian yang kompatibel, observasi informal dapat menjadi bahan informasi tentang seberapa besar motivasi murid untuk mempelajari suatu mata pelajaran. Susan Brookhart (1997, dalam Sumadi Suryabrata 2002) mengembangkan suatu model cara penilaian kelas yang membantu meningkatkan motivasi. Dia berpendapat bahwa setiap lingkungan kelas merupakan serangkaian penilaian yang terus berulang.

Dalam setiap peristiwa penilaian, guru berkomunikasi dengan murid melalui penugasan, aktivitas dan umpan balik terhadap kinerja. Kesimpulannnya Brookhart menganggap bahwa guru mengevaluasi murid dengan menggunakan berbagai kinerja, terutama kinerja yang bermakna bagi murid. Serta banyak pakar penilaian kelas lain berpendapat bahwa pembelajaran aktif dan penuh motivasi merupakan tujuan instruksi penting.

Menciptakan sasaran pembelajaran yang tepat dan jelasTarget pembelajaran terdiri dari apa-apa yang harus diketahui oleh murid dan mampu dilakukan. Hal itu penting untuk menyusun criteria penilaian tentang apakah murid sudah mencapai target pembelajaran.Di antara tipe-tipe target pembelajaran yang dapat anda gabungkan dalam instruksi dan penilaian anda adalah :

1. Pengetahuan (sesuatu yang perlu diketahui murid agar mampu memecahkan masalah)

2. Penalaran atau pemikiran (murid bukan hanya mendapat pengetahuan tetapi juga mampu berpikir tentang pengetahuan)

3. Produk (hasil kerja murid seperti esai, makalah dll)

4. Perasaan (target efektif adalah emosi, perasaan dan nilai-nilai murid)

Membuat penilaian bermutu tinggi

Salah satu tujuan penting kelas sebagai konteks penilaian adalah menghasilkan penilaian bermutu tinggiberpendapat bahwa penilaian mencapai level mutu tertinggi jika penilaian menghasilkan informasi yang reliabel, valid, dan berguna tentang kinerja murid. Penilaian bermutu tinggi juga harus adil. Terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan dalam membuat penilaian yang bermutu tinggi yaitu validitas, reabilitas dan keadilan.1. Validitas adalah sejauh mana penilaian mengukur apa yang ingin diukur, mencakup seberapa akurat dan bergunakah inferensi guru mengenai penilaian tersebut. Strategi penting untuk validitas di dalam penilaian kelas adalah secara sistematis mengaitkan target pembelajaran, isi, instruksi, dan penilaian.2. Reliabilitas adalah sejauh mana sebuah tes menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Konsistensi tergantung pada situasi dalam pelaksanaan tes dan faktor murid yang bervariasi dari satu tes ke tes lainnya.3. Penilaian kelas yang bermutu tinggi bukan hanya valid dan reliabel, tetapi juga adil (fair). Penilaian dikatakan fair apabila semua murid mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan menunjukkan kemampuan dan pengetahuan mereka.

Tren Dewasa Ini Beberapa tren yang muncul dalam penilaian kelas menurut Hambleton (1996) dan National Research Council (2001) dalam santrock (2004) , antara lain :1. Menggunakan setidaknya beberapa penilaian berbasis kinerja. Contohnya menulis esai, melakukan eksperimen, dan membuat portofolio.

2. Menguji keahlian kognitif level tinggi. Tren dewasa ini mengarah ke evaluasi keahlian dan kognitif tingkat tinggi murid seperti keahliaan memecahkan masalah, berpikir kritis, serta berpikir strategis.

3. Menggunakan lebih dari satu metode penilaian. Tren sekarang adalah menggunakan banyak metode untuk penilaian murid. Guru bisa menggunakan sejumlah metode seperti soal pilihan ganda, soal esai, dan portofolio.Penilaian ini memberi pandangan lebih luas terhadap pembelajaran dan prestasi siswa.

4. Menetapkan standar kinerja yang tinggi. Tren lainnya adalah tuntuta untuk mencapai standar kinerja yang tinggi bahkan kelas dunia.

5. Menggunakan komputer sebagai bagian dari penilaian. Komputer bisa digunakan untuk menyusun dan mengelola ujian dan membuat format penilaian yang berbeda dalam bentuk multimedia.

Tren dalam penilaian kelas ini juga mencakup penilaian keahlian yang di integrasikan, memberikan umpan balik kepada murid, dan menetapakan standar serta kriteria secara terbuka.Ujian TradisionalUjian tradisional adalah ujian yang biasanya menggunakan kertas soal dan jawaban dimana murid mengerjakan soal pilihan, menghitung, memberi jawaban pendek, atau menulis essay. Bahasan kita terrhadap ujian tradisional berfokus pada dua tipe soal utama dalam penilaian ini: (1) soal dengan jawaban memilih; dan (2) soal yang harus dijawab murid1. Soal Jawaban Pilihan Soal jawaban pilihan menggunakan format objektif yang akan mempercepat penilaian hasil jawaban murid. Penilaian untuk jawaban yang benar dibuat dan dapat diaplikasikan oleh penguji atau dengan menggunakan komputer. Bentuk soal yang paling sering ditemui adalah soal benar/salah, soal pilihan ganda, dan soal mencocokkan pertanyaan dengan jawaban. Soal Benar/SalahBentuk soal ini meminta murid untuk menandai apakah sebuah penyataan benar atau salahContoh: Malang adalah salah satu kota yang berada di Jawa TimurBenarSalahBerikut adalah tabel kelebihan dan kekurangan soal benar/salahKelebihanKekurangan

1. Soal cocok untuk pernyataan yang mengandung dua alternatif jawaban saja1. Sulit untuk menulis soal pada level pengetahuan dan pemikiran yang tinggi yang bebas dari ambigiutas

2. Tidak terlalu banyak membutuhkan kemampuan pemahaman bacaan dibanding soal pilihan ganda2. Meskipun jawaban murid benar, tidak menunjukkan bahwa murid tahu jawaban yang benar

3. Dalam periode waktu tertentu, ada relatif banyak soal yang dapat dijawab3. Tidak ada informasi diagnostik yang diberikan oleh jawaban yang salah

4. Penilaianya mudah, objektif, dan reliabel4. Nilai lebih mudah dipengaruhi oleh unsur tebak-tebakan

Teaching Strategies Membuat Soal Benar/Salah Masukkan hanya satu ide utama dalam setiap pernyataan. Memasukkan beberapa ide dalam pernyataan benar/salah harus dihindari karena cenderung membingungkan murid dan jawabannya mungkin akan dipengaruhi oleh kemampuan membaca murid. Buat pernyataan yang pendek, dan gunakan kosakata dan struktur kalimat yang sederhana Susun kata-kata secara tepat sehingga dapat dinilai secara tegas pernyataan benar/salah. Pernyataan yang benar harus benar dalam segala situasi dan tidak mengandung makna barangkali atau kemungkinan. Istilah yang kabur seperti jarang dan sering harus dihindari. Gunakan kata negatif dengan efisien, jangan lebih dari satu Hindari petunjuk berlebihan. Pernyataan yang memuat hal absolut seperti selalu, tidak pernah, semua, tidaksatu pun, dan hanya, akan cenderung salah. Pernyataan dengan kualifikasi seperti biasanya, mungkin, kadang-kadang, cenderung akan benar. Hilangkan petunjuk ini untuk menyeimbangkan soal benar dan salah.2.Soal Pilihan GandaSoal pilihan ganda adalah soal tes objektif yang terdiri dari dua bagian yaitu: soal, dan satu set jawaban yang mungkin. Soal berbentuk pertanyaan atau pernyataan, dan dilengkapi dengan satu set jawaban yang harus dipilih dengan tepat. Jawaban yang salah disebut dengan distractor (pengganggu). Contoh:Berapa jumlah roda sepeda motor?(soal)A. 2

(jawaban benar)B. 4

(distractor)C. 6

(distractor)D. 8

(distractor)Berikut adalah tabel kelebihan dan kekurangan soal pilihan ganda :KelebihanKekurangan

Hasil yang sederhana sekaligus kompleks dapat diukurPenyusunan soal memakan banyak waktu

Tugasnya sangat terstruktur dan jelasSulit untuk menemukan distraktor yang masuk akal

Sampel prestasi yang luas dapat diukurFormat pilihan ganda tidak efektif untuk mengukur beberapa tipe pemecahan masalah dan kemampuan mengorganisasikan dan mengekspresikan ide

Jawaban alternatif yang salah dapat memberikan informasi diagnostikNilai dapat dipengaruhi oleh kemampuan membaca

Nilai tidak terlalu dipengaruhi oleh tebak-tebakan

Penilaiannya mudah, objektif, dan reliabel

Teaching Strategies Membuat Soal Pilihan Ganda Tulis soal dalam bentuk pertanyaan Beri tiga atau empat alternatif yang harus dipilih salah satu Nyatakan soal dan opsi secara positif jika mungkin. Penggunaan kata "tidak" dalam kalimat soal, menggunakan huruf miring atau garis bawah Masukkan item sebanyak mungkin dalam soal, sehingga membuat soal relatif panjang dan alternatif relatif pendek Alternatif jawaban harus sesuai secara gramatikal dengan soal sehingga tidak ada jawaban yang keliru secara gramatikal Tulis soal yang punya jawaban tepat dan dapat dipertahankan atau opsi terbaik Variasikan penempatan jawaban yang benar. Murid yang tidak yakin pada suatu jawaban cenderung memilih opsi tengah dan menghindari opsi ekstrem. Mengurutkan jawaban berdasarkan abjad (berdasar huruf pertama pilihan jawaban soal) akan membantu memvariasikan penempatan opsi yang benar. Berhati-hatilah menggunakan opsi yang panjang karena bisa memberi petunjuk jawaban. Jawaban benar cenderung lebih panjang daripada yang salah karena adanya kebutuhan spesifikasi dan kualifikasi yang membuatnya benar. Jangan sampai murid bisa membuat perbedaan sempit di antara pilihan jawaban Jangan terlalu banyak menggunakan jawaban "tidak satu pun jawaban benar" dan "semua jawaban benar". Juga jangan menggunakan variasi "A dan B" benar atau "C dan D benar kecuali A" Jangan menggunakan kata yang sama dengan yang ada di buku pegangan saat menulis pertanyaan3.Soal PencocokanBentuk soal ini sering dipakai untuk murid muda, di mana murid harus mencocokkan satu kelompok soal secara tepat dengan satu kelompok jawaban (Hambleton, 1996). Pencocokkan terutama sesuai untuk menilai asosiasi atau hubungan antara dua set informasi. Dalam format soal pencocokkan yang lazim, guru meletakkan satu daftar istilah pada sisi kiri halaman dan deskripsi atau definisi istilah itu pada sisi kanan halaman. Dalam format lainnya, disediakan ruang kosong di sebelah masing-masing istilah, tempat murid harus menuliskan angka atau huruf yang mewakili deskripsi yang benar. Saat menggunakan bentuk soal ini, sebaiknya membatasi jumlah soal yang hendak dicocokkan menjadi tidak lebih dari delapan atau sepuluh. Banyak pakar merekomendasikan penggunaan tak lebih dari lima atau enam soal per set (Linden, 1996). Ujian pencocokkan dapat mempermudah guru karena (Pophamn, 2000): (1) bentuknya yang padat tidak membutuhkan banyak tempat, dan karenanya mudah untuk menilai banyak informasi secara efisien; dan (2) dapat dinilai dengan mudah dengan menggunakan template jawaban yang benar.Namun, ujian ini mungkin cenderung menyuruh murid menghubungkan informasi yang tidak penting. Kebanyakan soal pencocokkan mensyaratkan murid untuk menghubungkan informasi yang mereka ingat, walaupun soal itu dapat disusun untuk mengukur keahlian kognitif secara lebih kompleks.Format Penilaian Objektif LainUjian objektif atau jawaban pilihan lainnya dapat menggunakan bentuk audiovisual dan seperangkat probelm. Format audiovisual memudahkan kita untuk membuat dan menunjukkan slide dan rekaman video. Murid diberi problem, dalam bentuk audiovisual dan diminta membuat keputusan tentang apa yang akan terjadi atau bagaimana memecahkan masalah. Murid memilih jawaban dari satu set opsi, seperti dalam soal pilihan ganda bentuk tulisan. Keuntungan utamanya adalah format ini dapat menggambarkan dunia real dan dapat dipakai untuk mengevaluasi keahlian kognitif yang lebih tinggi. Kekurangan utamanya adalah akan memakan banyak biaya dan waktu. Seperangkat problem adalah menyajikan dua atau lebih pilihan ganda atau jawaban pendek-objektif yang mengacu pada satu stimulus, seperti ilustrasi, grafik, atau pesan. Misalnya, untuk pelajaran matematika, sebuah grafik ditampilkan bersama dengan serangkaian soal pilihan ganda. Dalam studi sosial atau sejarah, peta dapat menjadi stimulus untuk beberapa soal. Beberapa murid mengatakan bahwa format problem ini tampak lebih realistis daripada soal yang independen dan diskret.Cara Untuk Mengevaluasi Soal TesSalah satu cara untuk mengevaluasi soal tes adalah melakukan analisis soal tersebut. Salah satu metodenya adalah menghitung tingkat kesulitan tes. Metode lainnya adalah menentukan seberapa baikkah soal itu bisa membedakan antara murid yang mampu dan tidak.Indeks kesulitan soal adalah presentase murid yang mendapatkan jawaban yang benar. Untuk menghitung indeks kesulitan masing-masing soal, terdapat beberapa langkah, yaitu1. Urutkan nilai tes dari yang tertinggi hingga terendah2. Indentifikasi kelompok nilai tinggi dan kelompok nilai rendah. Cara yang baik adalah memilih sepertiga murid dengan nilai tertinggi dan nilai terendah3. Tentukan persentase nilai tertinggi dan rendah dengan menambahkan nol. Misalnya, 8 dari 10 murid dalam kelompok nilai tinggi menjawab soal dengan benar, yang berarti 80 persen; 4 dari 10 murid dari kelompok nilai rendah menjawab dengan benar, yang berarti 40 persen4. Untuk mendapatkan indeks tingkat kesulitan, tambahkan presentase yang benar dari kelompok tinggi dan rendah kemudian bagilah dengan 2. Tambahkan persen pada jawaban. Apabila indeks kesuliatan adalah 75 persen atau lebih tinggi, maka soal ujian diinterprestasikan mudah; jika indeksnya 25 persen atau kurang, soal dikatakan sulit. Jadi, semakin tinggi indeks kesulitannya, semakin mudah soalnya.Indeks diskriminasi soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara individu dengan nilai tinggi dan individu dengan nilai rendah pada seluruh tes. Indek diskriminasi soal ini memiliki poin desimal, dari kisaran 0 hingga 1,00. Jika indeksnya 0 sampai 0,19, hanya ada sedikit atau tidak ada perbedaan antara keommpok nilai tinggi dan rendah; jika indeksnya 0,20 sampai 0,39, soalnya membedakan secara moderat antara kelompok nilai tinggi dan rendah; jika indeksnya 0,40 atau lebih, maka soal itu membedakan dengan jelas antara kelompok nilai tinggi dan rendah. 2. Soal yang Harus DijawabSoal yang harus dijawab adalah soal yang mensyaratkan agar murid menuliskan informasi, bukan memilih dari suatu opsi. Bentuk yang paling lazim adalah soal essay dan jawaban singkat. Soal dengan jawaban pendek adalah format soal-jawab di mana murid diminta untuk menulis jawaban dalam kalimat pendek. Format jawaban pendek ini dapat memberikan penilaian atas pemecahan masalah untuk berbagai macam materi pelajaran. Kekurangan pertanyaan jenis ini adalah pertanyaan ini membutuhkan penilaian dan biasanya hanya mengukur daya ingat. Melengkapi kalimat adalah variasi dari soal dengan jawaban pendek, di mana murid mengekspresikan pengetahuan dan keahlian mereka dengan melengkapi suatu kalimat. Essay. Soal essay memberi lebih banyak kebebasan untuk menjawab pertanyaan, tetapi membutuhkan lebih banyak kalimat daripada format lain. Soal essay sangat baik terutama untuk menilai pemahaman murid mengenai suatu materi, keahlian berpikir level tinggi, kemampuan untuk mengorganisasikan informasi, dan keahlian menulis. Saran untuk menulis soal esai yang baik antara lain : Spesifikasikan batasan. Beri penjelasan mengenai batas panjang jawaban dan bobot nilai untuk masing-masing soal Susun soal dengan baik dan jelaskan tugasnya. Jelaskan apa yang harus murid tulis. Soal essay yang lebih tertata akan membuat murid harus lebih banyak berpikir Ajukan pertanyaan secara langsungKelebihanKekurangan

Level tertinggi dari hasil pembelajaran (analisis, sintesis, evaluasi) dapat diukurPrestasi tidak bisa dibuat sampel secara memadai karena dibutuhkan waktu untuk menjawab masing-masing pertanyaan

Integrasi dan aplikasi ide dapat ditekankanSulit untuk menghubungkan jawaban essay dengan hasil pembelajaran yang diharapkan karena adanya kebebasan untuk memilih, menata dan mengekspresikan gagasan

Waktu persiapan biasanya lebih sedikit ketimbang format soal tipe pilihanNilai bisa naik karena keahlian penulisan atau keindahan tulisan, dan bisa turun karena tulisan tangan yang buruk, salah ejaan dan kesalahan tata bahasa

Penilaian memakan banyak waktu, bersifat subjektif, dan mungkin tidak reliabel

Penilaian AlternatifAda alternatif untuk penilaian tradisional (Gronlund, Linn & Davis, 2000; Popham, 2002), yaitu :1. Tren dalam Penilaian AlternatifSalah satu tren terbaru adalah menyuruh murid untuk memecahkan beberapa tipe masalah autentik atau menyelesaikan suatu proyek dan mendemonstrasikan beberapa keahlian di luar konteks ujian atau essay. Tren yang lainnya adalah menyuruh murid untuk membuat portofolio pembelajaran untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Penilaian alternatif dibutuhkan agar instruksi kompatibel dengan pandangan kontemporer tentang pembelajaran dan motivasi.Penilaian alternatif menawarkan pada murid banyak pilihan daripada ujian tradisional atau esai. Ambil contoh beberapa penilaian alternatif yang dipakai guru bahasa di sekolah menengah. Guru itu memberi murid beberapa pilihan yang mencakup format seperti, buku laporan, karya seni, video, pembuatan model. Masing-masing opsi ini dilengkapi dengan instruksi detail dan pedoman penilaian untuk pengontrolan mutu. Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau kemampuan murid dalam konterks yang mendekati dunia riil atau kehidupan nyata sedekat mungkin. Penilaian tradisional menggunakan tes yang sering kali di luar konteks dunia nyata. Kini berkembang tren untuk menilai murid dengan soal-soal yang mencermikan realitas.Kritik terhadap penilaian autentik adalah penilaian seperti itu tidak selalu lebih baik daripada penilaian tradisional, seperti soal pilihan ganda dan essay. Pendukung penilaian autentik jarang memberikan data untuk mendukung validitas penilaian autentik dan tidak bisa menilai pengetahuan dan keahlian dasar secara memadai.2. Penilaian Berbasis KinerjaBerpindah dari penilaian tradisional dengan tes objektif ke penialain berbasis kinerja telah dideskripsikan sebagai berpindah dari "mengetahui" ke "menunjukkan". Penilaian kinerja mencakup apa yang umumnya dianggap sebagai kinerja aktual murid (bidang tari, musik, pendidikan fisik/olahraga) dan juga paper esai, proyek, presentasi oral, eksperimen, dan portofolio. Beberapa disiplin ilmu, seperti seni, musik, dan pendidikan fisik, sudah menggunakan penilaian kinerja selama bertahun-tahun. Perubahan utama dalam penilaian kinerja adalah diperkenalkannya bentuk penilaian ini ke dalam "area akademik" tradisional.Ciri-ciri Penilaian Berbasis Kinerja. Penilaian berbasis kinerja sering mencakup penekanan pada aktivitas terbuka di mana tidak ada jawaban yang benar dan objektif dan penilaian ini bisa menilai pemikiran level tinggi. Evaluasi kinerja kerap menggunakan metode evaluasi langsung, penilaian diri, penilaian kinerja kelompok dan individual, serta lebih banyak memakan waktu. Penilaian berbasis kinerja didesain untuk mengevaluasi apa yang diketahui dan dapat dilakukan dengan murid. Dalam banyak kasus, tidak ada jawaban benar dan objektif. Banyak penilaian kinerja memberikan banyak kebebasan kepada murid untuk menyusun sendiri jawaban mereka. Walaupun ini menyulitkan penilaian, namun penilaian ini memberi konteks untuk menilai keahlian berpikir level tinggi dari murid, seperti kemampuan berpikir mendalam tentang isu atau topik. Banyak penilaian berbasis kinerja juga realistis dalam pengertian bersifat autentik, walaupun beberapa di antaranya tidak realistis.Beberapa penilaian berbasis kinerja menggunakan metode observasi langsung, seperti mengevaluasi contoh tulisan untuk menilai keahlian menulis dan evaluasi presentasi oral untuk menilai kemampuan berbicara. Mengamati murid yang memberi presentasi oral merupakan penilaian yang lebih langsung daripada penilaian dengan memberi pertanyaan soal tertulis kepada murid tentang keahlian berbicara.Beberapa penilaian kinerja juga mensyaratkan murid untuk mengevaluasi kinerja mereka sendiri. Rubrik adalah alat bantu berguna bagi murid untuk melakukan penilaian diri. Misalnya, murid diminta untuk mengevaluasi tulisan yang telah mereka buat sendiri.Beberapa penilaian berbasis kinerja mengevaluasi seberapa efektifkah kinerja sekelompok murid, bukan hanya bagaimana kinerja murid secara individual. Evaluasi murid dapat berupa evaluasi kontribusi individu dan produk atau hasil kerja kelompok. Penilaian kinerja mungkin dilakukan dalam waktu yang panjang. Dalam penilaian tradisional, penilaian dilakukan dalam satu kerangka waktu saja. Sebaliknya, penilaian kinerja sering ditujukan untuk tugas yang memakan waktu beberapa hari, minggu dan bahkan bulan.Pedoman untuk Penilaian Berbasis Kinerja. Pedoman penggunaan penilaian berbasis kinerja mencakup empat isu umum : (1) menentukan tujuan yang jelas; (2) mengidentifikasi kriteria yang dapat diamati; (3) memberi setting yang tepat; dan (4) menilai kinerja.Pastikan bahwa setiap penilaian kinerja memiliki tujuan yang jelas dan keputusan yang jelas dapat diambil dari penilaian itu. Tujuan itu bisa bermacam-macam: memberi nilai/grade, mengevaluasi kemajuan murid, mengenali langkah-langkah penting dalam kinerja, menghasilkan produk yang dapat dimasukkan dalam portofolio pembelajaran, memberikan contoh konkret dari hasil karya murid untuk pendaftaran ke universitas atau program lain, dan sebagainya.Kriteria kinerja adalah perilaku spesifik yang harus dilakuakn murid secara efektif sebagai bagian dari penilaian. Kriteria kinerja akan membantu guru melampaui deskripsi umum dalam menentukan apa yang perlu dilakukan murid. Kriteria kinerja membantu observasi lebih sistematis dan fokus. Sebagai pedoman, kriteria ini akan mengarahkan observasi. Terakhir adalah memberi nilai kinerja. Rubrik penilaian menggunakan kriteria yang dipakai untuk menilai kinerja, penilaian kualitas kinerja, nilai yang harus diberikan dan apa maknanya, serta bagaimana tingkat kualitas yang berbeda-beda harus dideskripsikan dan dibedakan dari satu murid ke murid lain. Salah satu strategi untuk menyusun rubrik adalah berdasarkan contoh-contoh dari kerja murid. Contoh-contoh ini dapat dianalisis untuk menentukan deskriptor-deskriptor yang membedakannya. Ia juga bisa dipakai sebagai patokan untuk membuat penilaian dan ditujukkan kepada murid untuk mengilustrasikan dimensi-dimensi dari rubrik tersebut. Sebuah "jangkar" atau patokan adalah sampel dari kerja atau kinerja siswa yang dipakai untuk menentukan standar kinerja bagi level rubrik. Jadi, dalam sebuah paragraf yang mendeskripsikan enam level kinerja dalam pelajaran menulis dapat dilampirkan tiga sampel tulisan untuk mengilustrasikan beberapa level :Mengevaluasi Penilaian Berbasis Kinerja. Banyak psikolog pendidikan mendukung penilaian berbasis kinerja. Mereka percaya penilaian berbasis kinerja akan membuat murid lebih aktif dalam pembelajaran dan mendorong pemikiran pada level yang lebih tinggi, mengukur hal-hal yang benar-benar penting dalam kurikulim, dan penilaian dapat dikaitkan dengan pengalaman dunia riil. Walaupun dukungan pada penilaian berbasis kinerja sangat tinggi di banyak kawasan di AS dan Kanada, namun implementasi efektifnya masih menghadapi kendala. Dibanding tes objektif, penilaian kinerja sering membutuhkan banyak waktu dalam penyusunannya, pelaksanaaannya dan penilaiannya. Banyak tes kinerja tidak memenuhi standar validitas dan reliabilitas yang ditetapkan oleh kelompok pendidikan seperti American Educational Research Association, American Psychological Association, dan National Council on Measurement in Education. Tetapi, para pendukung tes tradisional juga mengakui bahwa tes tradisioonal tidak mengukur semua yang dipelajarimurid. Walaupun perencanaan, penyusunan dan penilaian tes kinerja masih sulit, guru harus berusaha keras untuk memasukkan tes kinerja sebagai aspek penting dari pengajaran mereka.3. Penilaian PortofolioSebuah portofolio terdiri dari sekumpulan hasil karya murid yang sistematis dan terorganisir, yang menunjukkan keahlian dan prestasi murid. Sebuah portofolio adalah sekumpulan hasil kerja yang berguna untuk memberi tahu kita tentang kemajuan dan prestasi siswa. Portofolio dapat mencakup banyak tipe karya, seperti contoh tulisan, entri jurnal, rekaman video, catatan komunikasi dengan bahasa asing, penilaian diri, dan prestasi-prestasi lainnya. Portofolio dapat dikumpulkan pada kertas, foto, dan rekaman, video, atau disket, atau harddisk komputer, atau CD-ROM.Empat kelompok bukti yang dapat diletakkan dalam portofolio adalah artifak, reproduksi, kesaksian atau pengesahan karya, dan produksi. Artifak adalah dokumen atau produk, seperti papaer dan pekerjaan rumah siswa, yang dihasilkan selama masa akademik normal di kelas Reproduksi adalah dokumentasi kerja murid di luar kelas, seperti proyek spesial atau wawancara Pengesahan atau atestasi merepresentasikan dokumentasi kemajuan murid yang dibuat oleh guru atau orang berwenang lainnya Produksi adalah dokumen yang dibuat murd terutama untuk portofolioMenggunakan Portofolio Secara Efektif. Penggunaan portofolio secara efektif untuk penilaian membutuhkan 5 hal yaitu:1.Menentukan tujuanPortofolio dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda. Dua tipe tujuan umum adalah mendokumentasikan perkembangan dan menunjukkan karya terbaik. Portofolio PerkembanganPortofolio perkembangan terdiri dari hasil karya/kerja murid dalam kerangka waktu yang panjang untuk menunjukkan kemajuan murid dalam memenuhi target pembelajaran. Portofolio perkembangan sangat membantu untuk memberi bukti konkret dari berapa banyak murid telah berubah atau berapa banyak yang telah dipelajari murid. Saat murid memerika portofoloinya, mereka bisa melihat seberapa banyak kemajuan yang dicapai. Portofolio Karya TerbaikPortofolio yang menunjukkan hasil tugas atau karya murid yang paling baik. Portofolio ini lebih selektif daripada portofolio perkembangan dan sering memasukkan produk terbaru dari murid. Portofolio karya terbaik berguna terutama untuk pertemuan guru-orang tua, guru murid kelak, dan pendaftaran ke universitas2.Melibatkan murid dalam pemilihan materi portofolioBanyak guru membiarkan murid meilih setidaknya beberapa keputusan isi portofolio. Ketika murid diizinka memilih isi portofolio mereka, cara terbaik adalah mendorong refleksi diri mereka dengan menyuruh mereka menulis deskripsi singkat tentang mengapa mereka memilih suatu tugas.3. Mereview bersama muridHal yang penting adalah menjelaskan kepada murid sejak awal tahun ajaran tentang apa itu portofolio dan apa kegunaannya. Guru juga harus mengadakan beberapa pertemuan guru-murid untuk me-review kemajuan murid dan membantu merencanakan tugas selanjutnya untuk dimasukkan dalam portofolio.4.Menentukan kriteria evaluasiKriteria kinerja yang jelas dan sistematis sangat penting dalam rangka menggunakan portofolio secara efektif. Target pembelajaran yang jelas bagi murid akan memudahkan pembuatan kriteria kinerja. Guru harus menentukan pengetahuan dan keahlian apa yang harus dimiliki murid. Ini akan menjadi fokus dari pengajaran dan kriteria kinerja guru.5.PenilaianDibutuhkan waktu untuk menilai portofolio. Guru harus mengevaluasi bukan hanya setiap item tetapi juga portofolio secara keseluruhan. Daftar periksa dan skala rating biasanya digunakan untuk penilaian. Sebagaimana aspek penilaian portofolio lainnya, beberapa guru memberi kesempatan murid untuk mengevaluasi dan mengkritik karya mereka sendiriMengevaluasi Peran Portofolio dalam Penilaian. Kelebihan dari portofolio pembelajaran adalah sifatnya yang kompherensif memuat kompleksitas dan kelengkapan hasil karya dan prestasi murid. Portofolio memberi kesempatan untuk mendorong murid membuat keputusan dan berefleksi diri. Portofolio memotivasi murid untuk berpikir kritis dan mendalam. Dan, portofolio memberi mekanisme yang bagus untuk mengevaluasi kemajuan dan peningkatan murid.Kekurangan dari portofolio adalah membutuhkan waktu dalam pengoordinasikan dan pengevalusiannya. Kompleksitas dan keunikannya membuat sulit untuk dievaluasi, dan reliabilitasnya sering lebih rendah dari ujian tradisiona. Dan, penggunaannya dalam penilaian skala besar berbiaya mahal.Grading dan Pelaporan KinerjaDefinisi grading dalam (Santrock, 2004) pemberian nilai pada hasil informasi atau menerjemahkan informasi penilaian deskriptif dalam format angka atau simbol lain yang merepresentasikan kualitas dari proses belajar dan kerja murid. memberi simbol pada hasil tugas murid atau kinerja untuk memberikan feedback kepada siswa terkait kualitas dari tugas dan kinerja mereka (Educational Psychology, 2000, pg: 460). Pemberian nilai dalam tes atau ujian lalu mengevaluasi dan melaporkan merupakan serangkaian dalam penggunaan data dan tanggungjawab pada asesmen murid.

Dalam penggunaannya, (Airasian, 2001 dalam Santrock, 2004) terdepat beberapa manfaat yang dimiliki sistem grading ini, yaitu :

a. Administratif : Nilai membantu dalam menentukan rangking kelas, standar kelulusan serta untuk pertimbangan kenaikan kelas.

b. Informasional : Nilai juga digunakan untuk menyampaikan dalam bentuk informasi kepada orangtua, siswa ataupun pengawas sekolah tentang hasil belajar dan kinerja yang telah dicapai oleh siswa.c. Motivasional : Terkadang besarnya nilai menjadi motivasi ekstrinsik tersendiri bagi siswa. Mereka akhirnya berusaha untuk memenuhi target-target nilai yang mereka inginkan dengan belajar lebih keras agar mendapatkaan nilai yang baik.

d. Pedoman : Nilai membantu siswa, orang tua, maupun konselor untuk menentukan pilihan kursus lanjutan dalam pendidikan yang tepat bagi siswa tersebut.

Grading merupakan salah satu tuntutan dikebanyakan sekolah yang harus dilakukan oleh guru, biasanya dalam periode bulanan. Para guru harus menilai murid dalam bentuk skor, bisa berupa huruf yang biasanya A, B, C, D, E atau berupa angka mulai dari yang tertinggi yaitu 100 hingga paling rendah 0. Dalam grading akan merepresentasikan pencapaian yang benar secara luas dan objektif, namun guru harus sungguh-sungguh dalam menentukan standar skor yang benar-benar merepresentasikan secara objektif dan tidak subjektif. Guru juga sebaiknya menyampaikan informasi mengenai kriteria pemberian penilaian uang digunakan kepada para murid agar murid mengerti apa yang harus mereka lakukan dan persiapkan.Komponen Sistem GradingSebagai penerjemah informasi penilaian deskriptif dalam bentuk angka atau simbol, terdapat tiga poin utama yang digunakan dalam prosesnya, yaitu : standar perbandingan yang digunakan, aspek kinerja siswa yang digunakan dalam penetapan nilai, dan pemberian bobot jenis bukti yang berbeda dalam penentuan nilai.

Standar Perbandingan, ada tiga acuan yang digunakan :

1. Grading berdasar pada norma (norm-reference)

Grading ini merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara membandingan hasil anara kinerja satu murid dengan murid yang lain dalam satu kelas yang sama atau-pun kelas yang lain. Dalam norma ini dapat menunjukkan prosentasi nilai tertentu. Namun terdapat sisi negatif dalam Grading ini, karena dianggap mengurangi motivasi siswa dan meningkatkan kecemasan siswa. (Airasian, 2001 dalam Santrock, 2004)

Grading dengan acuan norma digunakan apabila didasarkan atas asumsi psikologik, yaitu pandangan yang disadari bahwa tidak semua orang itu mempunyai kesamaan kemampuan dan kemampuan itu beragam. Acuan ini basanya digunakan bila jenis kurikulum bersifat dinamis karena materi selalu berubah mengikuti era zaman dan bertujuan untuk mengembangkan kreativitas. Kriteria grading adalah :

Memberikan skor pada semua murid

Mencari nilai rata-rata kelompok

Mencari besar kecil simpang baku

Membuat pedoman skala yang dikehendaki

Menentukan nilai masing-masing murid sesuai pedoman yang telah dibuat

2. Grading berdasar kriteria

Grading yang didasarkan pada proporsi poin pada level penguasaan yang diharapkan telah dicapai dalam keahlian kinerja sehingga terdapat standar-standar nilai yang telah ditentukan sebelumnya dalam memberikan penilaian. (Airasian, 2001 dalam Santrock, 2004).

Grading ini dapat digunakan pada pendidikan dengan asumsi pedagogik, dengan pertimbangan bahwa keragaman kendala dalam kemampuan murid merupakan hal yang dapat dikurangi. Maka dari itu pendidik seharusnya mampu memacu peserta yang pintar dan membantu yang. Grading ini biasanya juga digunakan dalam kurikulum yang bersifat statis atau tetap yaitu tidak mengalami perubahan.3. Grading berbasis standar

Grading ini merupakan pembaruan dari grading berdasar kriteria. Disini terdapat standar-standar yang memang harus dicapai oleh murid. (Santrock, 2004).

Aspek Kerja Siswa

Dalam proses grading terdapat bermacam-macam alternatif yang dapat digunakan, seperti pekerjaan rumah, tugas kelas, tugas kelompok, ulangan harian, catatan harian, dsb. Hal ini merupakan pembantu para guru dalam membandingkan kemampuan setiap siswa. Tidak sedikit pula guru yang memberi imbuhan pada penilaian mereka berupa penilaian afeksi dan psikomotor. Untuk mengevaluasi siswa yang berhasil dalam psikomotornya adalah dengan observasi, mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain dan pengamatan langsung. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat tingkat validitas dan reliabilitas.

Pertimbangan Jenis Bukti yang Berbeda.

Dalam penilaian ini, guru biasanya membandingkan nilai siswa dalam berbagai bentuk, seperti tugas kelompok, tugas rumah, tugas lapangan, ulangan harian, nilai akan bermacam-macam dan itu akan membantu guru untuk menentukan nilai secara objektif dengan melihat keseluruhan dari hasil belajar siswa. Dengan ata lain pendidik mensintesiskan informasi-informasi dari berbagai aspek untuk menilai siswa.

Melaporkan Kemajuan dan Nilai Siswa ke Orang Tua

Dalam (Santrock, 2004), nilai merupakan metode yang umum dalam menyampaikan informasi pada orang tua siswa tentang kinerja siswa selama proses belajar. Akan tetapi, nilai memberikan informasi yang sangat terbatas pada hal-hal yang diujikan dan dijadikan sebagai standar penilaian sehingga mengakibatkan nilai yang diinformasikan kurang spesifik. Karena hal inilah diperlukan bentuk atau penjelasan lain yang lebih lengkap dan spesifik yang dapat disampaikan kepada orangtua siswa. Kartu laporan,Bentuk laporan kinerja siswa selama proses belajar dalam bentuk kartu yang berisi huruf mulai A hingga F, atau bahkan nilai angka serta dengan imbuhan kolom yang berisi komentar dan saran dari guru pendidik.

Laporan Kemajuan tertulis, Laporan ini biasanya diberikan kepada orangtua dalam waktu setiap 2 minggu atau bulan. Dalam laporan ini juga memuat kinerja siswa dalam ranah afeksi seperti motivasi, kerja sama, dan kepercayaan diri dalam berbicara saat presentasi. Tidak lupa juga pada laporan ini guru memberikan kesan dan pesan kepada orang tua dalam hal bagaiana membantu anak meningkatkan kemampuannya.

Konferensi orang tua-guru, Dalam mengetahui hasil kerja anak, orang tua memiliki hak untuk mengetahui keadaan serta hasil penilaian terhadap anaknya. Konferensi sendiri berguna untuk orang tua terkait bagaimana mereka mampu menjadi rekan dan membantu anak belajar dengan lebih baik dan meningkatkan prestasinya.

BAB IIISTUDI KASUS

Paparan Kasus

Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.

Proses pemantauan evaluasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan pada akhirnya akan dapat membenahi mutu pendidikan. Pembenahan mutu pendidikan dimulai dengan penentuan standar.

Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan, yang dimaksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai kompetensi tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas berfungsi untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut batas kelulusan, kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standard setting.

Manfaat pengaturan standar ujian akhir:

1. Adanya batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi minimum.

2. Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar minimum pencapaian kompetensi.

Adanya UN ini menimbulkan kontroversi antara kaum yang menyetujui diadakannya UN dan kaum yang tidak menyetujui adanya UN.Analisa Kasus

UN dapat dikatakan sebagagai tes beresiko tinggi dimana tes beresiko tinggi menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, mempengaruhi keputusan seperti apakah murid tersebut akan naik kelas atau lulus (Santrock, 2004). Sampai saat ini tes beresiko tinggo seperti UN masih menjadi bahan perdebatan bagi masyarakat. Seperti pada umumnya permasalahan, terdapat dua kubu yang bertolak belakang atas adanya UN atau Ujian Nasional ini. Kubu pro menyetujui adanya UN dengan argumen-argumen tertentu. Namun, kubu kontra pun tidak kalah aksi. Mereka yang berada di kubu kontra juga memiliki alasan-alasan yang kuat mengenai penolakan adanya UN.Sisi Positif

Bila dilihat dari sisi positifnya, ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa UN perlu tetap dipertahankan, antara lain:

Beberapa pasal pada Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang terkait langsung dengan kegiatan ujian atau evaluasi pendidikan adalah pasal 35, pasal 57, pasal 58, dan pasal 59. Berdasarkan pasal-pasal dan ayat-ayatnya serta kaitannya satu sama lain, maka dapat ditarik suatu pemahaman seperti berikut ini.

1) Terhadap hasil belajar peserta didik perlu dilakukan evaluasi oleh pendidik dengan tujuan utama untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (pasal 58, ayat 1).2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidikan, dan program pendidikan untuk memantau (pasal 35, ayat 3) dan/atau menilai (pasal 58, ayat 2) pencapaian standar nasional pendidikan (isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan evaluasi pendidikan) (pasal 35, ayat 1).3) Evaluasi terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidkan, dan program pendidikan untuk memantau atau menilai pencapaian standar nasional dilakukan oleh suatu lembaga mandiri (pasal 58, ayat 2), dapat berupa badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan (pasal 35, ayat 3) dan/atau lembaga yang diselenggarakan oleh masyarakat dan/atau yang diselenggarakan oleh organisasi profesi.4) Pasal 35, 57, dan 58 mengamanatkan bahwa evaluasi perlu dilakukan untuk (a) pengendalian mutu pendidikan secara nasional (pasal 57, ayat 1), dan (b) memantau (pasal 35, ayat 3) dan/atau menilai (pasal 58, ayat 2) pencapaian standar nasional pendidikan.5) Pasal 59 berisi tentang lembaga yang harus melakukan evaluasi dan membentuk lembaga evaluasi yang mandiri disertai beberapa spesifikai tentang apa dan siapa yang dievaluasi, yaitu pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan (pasal 59, ayat 1). Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk melakukan evaluasi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 58 (pasal 59, ayat 2).Selain analisa berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Santrock (2004) memberikan beberapa efek positif dari Ujian Negara atau Ujian Nasional ini, antara lain:

1) Meningkatkan kinerja siswa

2) Lebih banyak waktu untuk mengerjakan pelajaran yang diujikan

3) Ekspektasi tinggi untuk setiap siswa

4) Identifikasi sekolah, guru, dan administrator yang bekerja payah

5) Meningkatkan rasa percaya diri di sekolah setelah nilai ujian naikSisi Negatif

UN di sisi lain juga memiliki nilai negatif yang menjadi dasar argumentasi pihak-pihak yang tidak menyetujui diadakannya UN tersebut sebagai standar kelulusan nasional. Sisi negatifnya antara lain sebagai berikut.

1) Akibat sifat ujiannya nasional, maka bidang kajian yang di-UN-kan dianggap lebih penting daripada pelajaran lain, sehingga sebagian besar upaya sekolah hanya ditujukan untuk mengantarkan peserta didik mencapai keberhasilan dalam UN. Padahal materi UN hanya mencakup aspek intelektual, belum mampu mengukur seluruh aspek pendidikan secara utuh.2) Menurut McMillan (2002 dalam Santrock, 2004), UN dapat menumpulkan kurikulum dengan penekanan yang lebih besar pada hafalan ketimbang pada keahlian berpikir dan memecahkan masalah.

3) Guru dalam mengajar cenderung didasarkan pada mengajar demi ujian (McMillan, 2002 dalam Santrock, 2004). Guru akan mengajarkan pengetahuan dan keahlian yang akan diujikan saja.

4) Tujuan asesmen dalam pendidikan pada dasarnya adalah sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Namun, dengan adanya UN dan konsekuensinya mengakibatkan UN terlihat sebagai sesuatu yang menghukum, bukan hanya pertimbangan peningkatan kualitas. Siswa yang tidak lulus UN dinyatakan gagal hanya karena tidak berhasil mengerjakan soal-soal mata pelajaran yang di UN-kan tanpa mempertimbangkan record nilai mata pelajaran lain yang telah ia dapat selama bersekolah. Sehingga memberi kesan bahwa kesalahan sepenuhnya dibebankan kepada siswa.

5) Karena adanya UN, berdiri banyak lembaga-lembaga belajar di luar sekolah yang menawarkan program sukses UN, sehingga sekolah sudah tidak sepenuhnya menjadi fasilitas pendidikan formal seperti yang seharusnya karena siswa lebih percaya terhadap trik-trik mengerjakan UN yang diberikan oleh lembaga-lembaga belajar tersebut.

6) Siswa cenderung untuk hanya termotivasi untuk lulus dibandingkan memahami mata pelajaran dengan baik. Sehingga timbul perilaku-perilaku mencontek.

Kesimpulan

Dalam materi asesmen ini UN termasuk salah satu ujian beresiko tinggi (high skates testing) karena ujian nasional mengandung konsekuensi penting bagi murid, mempengaruhi keputusan murid lulus atau tidak. Evaluasi pendidikan yang terstandarisasi bagaimanapun tetap dibutuhkan karena Negara harus terus meningkatkan kualitas sistem pendidikannya. Sehingga UN lebih baik tetap diadakan demi kepentingan tersebut. Pemerataan kualitas pendidikan juga dapat direalisasi dengan pertimbangan nilai UN sebagai perbandingan antar satu sekolah dengan sekolah lainnya. Meskipun demikian, efek-efek negatif UN juga harus dipertimbangkan. Sehingga UN lebih baik tetap diadakan dengan pertimbangan bahwa UN bukan satu-satunya bahan pertimbangan kelulusan siswa (seperti yang telah diimplementasikan). Selain itu, peningkatan kualitas UN itu sendiri harus tetap dilaksanakan sampai tercapai UN yang baik dan sesuai dengan tujuan dasarnya tanpa membebani pihak manapun.BAB IV

PENUTUPKesimpulan

Dalam melakukan evaluasi pendidikan, asesmen dibutuhkan. Asesmen tersebut dapat berupa tes yang terstandarisasi maupun penilaian dalam kelas yang juga sesuai dengan sistem standar yang berlaku. Kedua bentuk asesmen ini sama pentingnya. Hanya, hasil evaluasinya saja yang berbeda. Dengan tes standar, hasil evaluasi dapat digunakan untuk pertimbangan peningkatan kualitas sistem pendidikan Negara, maupun sebagai pertimbangan bagi sekolah itu untuk bersaing dengan sekolah lain dalam peningkatan kualitas pendidikannya. Selain tes standar, penilaian dalam sekolah dengan sistem yang sudah terstandarisasi juga diperlukan seperti penilaian melalui ujian tradisional, portofolio dan lain sebagainya. Penilaian dengan cara ini dapat memberi pertimbangan untuk peningkatan pendidikan siswa secara individual sehingga dapat terlihat siswa-siswa yang membutuhkan pembelajaran intesif untuk meningkatkan hasil evaluasinya.1 | Asesmen Pendidikan