aspek kesastraan

29
ASPEK KESASTRAAN : PUISI A. PUISI Diponegoro Karya: Chairil Anwar Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Upload: muhammad-alfin-zuhry

Post on 30-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASPEK KESASTRAAN

ASPEK KESASTRAAN : PUISI

A. PUISI

Diponegoro

Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini

tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Page 2: ASPEK KESASTRAAN

Sekali berarti

Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang

Terjang

B. Puisi

1. Pengertian Puisi

Page 3: ASPEK KESASTRAAN

Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang

dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna.

2. Macam-macam Puisi:

a. Puisi Lama

1) Mantra

Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya

dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya

sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan

kepercayaan.

Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besar

Yang beralun berilir simayang

Mari kecil, kemari

Aku menyanggul rambutmu

Aku membawa sadap gading

Akan membasuh mukam

2) Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil

(India). Ciri-Ciri Gurindam:

a) Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.

b) Berasal dari Tamil (India)

c) Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni

menjelaskan atau menampilkan suatui sebab

akibat.

Contoh :

Kurang pikir kurang siasat (a)

Tentu dirimu akan tersesat (a)

Page 4: ASPEK KESASTRAAN

3) Pantun

Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar

dan membudaya dalam masyarakat. Ciri-ciri pantun :

a) Setiap bait terdiri 4 baris

b) Baris 1 dan 2 sebagai sampiran

c) Baris 3 dan 4 merupakan isi

d) Bersajak a – b – a – b

e) Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata

f) Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :

Ada pepaya ada mentimun (a)

Ada mangga ada salak (b)

Daripada duduk melamun (a)

Mari kita membaca sajak (b)

Macam-macam pantun dilihat dari bentuknya :

a) Pantun biasa

b) Seloka (Pantun berkait)

c) Talibun (Berbaris genap)

d) Karmina (2 baris)

Macam-macam pantun dilihat dari isinya :

a) Pantun anak-anak

b) Pantun remaja

c) Pantun orang tua

d) Pantun jenaka

e) Pantun teka-teki

b. Puisi Baru

Page 5: ASPEK KESASTRAAN

Ciri-ciri Puisi Baru:

1) Bentuknya rapi, simetris;

2) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);

3) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair

meskipun ada pola yang lain;

4) Sebagian besar puisi empat seuntai;

5) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

6) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5

suku kata.

Jenis-jenis puisi baru menurut isinya:

1) Satire

Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal

dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam

terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke

atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)

Contoh:

Aku bertanya

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,

yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi

di sampingnya,

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,

termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.

(WS Rendra)

2) Ode

Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.

Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada

Page 6: ASPEK KESASTRAAN

anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung

baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

Contoh:

Generasi Sekarang

Di atas puncak gunung fantasi

Berdiri aku, dan dari sana

Mandang ke bawah, ke tempat berjuang

Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru

Pantun keindahan Indonesia

Yang jadi kenang-kenangan

Pada zaman dalam dunia

(Asmara Hadi)

3) Epigram

Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.

Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti

unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah

kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

Contoh:

Hari ini tak ada tempat berdiri

Sikap lamban berarti mati

Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan

Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.

(Iqbal)

4) Elegi

Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.

Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau

Page 7: ASPEK KESASTRAAN

keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena

kematian/kepergian seseorang.

Contoh:

Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Chairil Anwar)

5) Himne

Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air,

atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk

menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah

air, atau almamater(Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini,

pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan

sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu

yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang

bernapaskan ketuhanan.

6) Balada

Page 8: ASPEK KESASTRAAN

Puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3

(tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan

skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah

menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama

digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh:

Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada

Matinya Seorang Pemberontak”.

Jenis puisi baru berdasarkan bentuknya:

1) Distikon

Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak

sama.

Contoh :

Berkali kita gagal

Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh

Kembali berdiri jangan mengeluh

2) Terzina

Terzina adalah sajak 3 seuntai.

Contoh :

Dalam ribaan bahagia datang

Tersenyum bagai kencana

Mengharum bagai cendana

Dalam bah’gia cinta tiba melayang

Bersinar bagai matahari

Mewarna bagaikan sari

3) Quatrain

Quatrain adalah sajak 4 seuntai.

Contoh :

Mendatang-datang jua

Page 9: ASPEK KESASTRAAN

Kenangan masa lampau

Menghilang muncul jua

Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua

Adi kanda lama lalu

Membuat hati jua

Layu lipu rindu-sendu

4) Sextet

Sextet adalah sajak 6 seuntai.

Contoh :

Merindu Bagia

Jika hari’lah tengah malam

Angin berhenti dari bernafas

Sukma jiwaku rasa tenggelam

Dalam laut tidak terwatas

Menangis hati diiris sedih

5) Septima

Septima adalah sajak 7 seuntai.

Contoh :

Indonesia Tumpah Darahku

Duduk di pantai tanah yang permai

Tempat gelombang pecah berderai

Berbuih putih di pasir terderai

Tampaklah pulau di lautan hijau

Gunung gemunung bagus rupanya

Ditimpah air mulia tampaknya

Tumpah darahku Indonesia namanya

6) Stanza ( Oktaf)

Octav adalah sanjak 8 seuntai

Contoh :

Awan datang melayang perlahan

Page 10: ASPEK KESASTRAAN

Serasa bermimpi, serasa berangan

Bertambah lama, lupa di diri

Bertambah halus akhirnya seri

Dan bentuk menjadi hilang

Dalam langit biru gemilang

Demikian jiwaku lenyap sekarang

Dalam kehidupan teguh tenang

7) Soneta

Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir

sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance. Ciri-

ciri soneta :

a) Terdiri atas 14 baris

b) Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan

2 terzina

c) Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan

satu kesatuan yang disebut octav.

d) Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu

kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.

e) Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam

f) Sextet berisi curahan atau jawaban atau

kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam

ocvtav , jadi sifatnya subyektif.

g) Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya

antara 9 – 14 suku kata

h) Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c

– d – c, d – c – d

Contoh :

Gembala

Perasaan siapa ta ‘kan nyala

Melihat anak berelagu dendang

Seorang saja di tengah padang

Page 11: ASPEK KESASTRAAN

Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib anak gembala

Berteduh di bawah kayu nan rindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang ke rumah di senja kala

Jauh sedikit sesayup sampai

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alam nan molek permai

Wahai gembala di segara hijau

Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau

Maulah aku menurutkan dikau

C. Analisis Puisi Diponegoro

1. Pembuatan puisi

Puisi yang berjudul Diponegoro ini merupakan puisi karya dari

Chairil Anwar. Pria kelahiran Medan 26 Juli 1922 ini adalah seorang

penyair legendaris Indonesia yang karya-karyanya hidup dalam batin

atau digemari sampai saat ini. Puisi ini muncul sekitar bulan Februari

tahun 1943. Dalam puisi ini Chairil Anwar sebagai pengarang ingin

menumbuhkan jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia, karena itu beliau

memilih Diponegoro sebagai judul dalam puisinya. Semangat

pangeran Diponegoro yang pernah menggerakkan rakyat Jawa Tengah

dan Yogyakarta pada masa itu ingin dihidupkan kembali oleh Chairil

Anwar.

Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan pemerintahan

Belanda di Indonesia dilukiskan oleh Chairil Anwar melalui beberapa

baris dalam bait puisinya. Bahkan keberanian Diponegoro dalam

melawan bangsa Belanda dilukiskan oleh penyair seakan-akan

Diponegoro mengayun-ayunkan pedang di tangan kanan dan

membawa sebilah keris di tangan kirinya. Walaupun bangsa Belanda

menggunakan senjata yang lebih modern, sang Diponegoro yang

Page 12: ASPEK KESASTRAAN

bersenjata serba tradisional itu terus maju dengan semangat yang tak

bisa mati.

Pangeran Diponegoro yang terkenal gigih dan pantang

menyerah terlihat jelas manjadi sebuah inspirasi bagi Chairil Anwar

dalam menulis puisi. Dari puisi yang berjudul Diponegoro terlihat

sekali bahwa Chairil Anwar teramat mengagumi sosok Pangeran

Diponegoro. Beliau tentu saja telah mempelajari sejarah hidup

Pangeran Diponegoro ini dengan baik.

Chairil Anwar mempunyai ciri khas dan lebih bebas dalam

mengolah bahasa puisi sehingga ia dikenal sebagai penyair yang

menjadi tonggak perkembangan sastra Indonesia. Dengan ciri khas

gaya bahasa yang dimilikinya, Chairil Anwar disebut sebagai pelopor

angkatan ‘45. Bahasa yang digunakan Chairil dalam puisi-puisinya

merepresentasi sebagian besar kehidupannya. Chairil menggunakan

bahasa yang berapi-api dalam merepresentasikan kehidupan yang

terjadi pada saat itu, yakni masa perjuangan kemerdekaan termasuk

dalam puisi yang berjudul Diponegoro ini.

2. Struktur Fisik Puisi

a. Diksi

Pada puisi Diponegoro karya Chairil Anwar ini

menggunakan pemilihan kata yang sederhana. Meskipun

sederhata tetapi kata yang digunakan merupakan kata-kata yang

keras dan tergolong kata tegas. Hal itu akan terlihat jika puisi itu

dibacakan. Makna kata yang ada didalam puisi tersebut adalah

sebagai berikut :

Bait 1

(1) Di masa pembangunan ini

(2) Tuan hidup kembali

Page 13: ASPEK KESASTRAAN

Pada kata pembangunan di baris pertama bukan

berarti pembangunan secara fisik seperti membangun

gedung atau tempat lain. Tetapi, kata pembangunan

dalam puisi ini mempunyai makna untuk membangun

semangat meraih kemerdekaan. Karena saat puisi ini

muncul yaitu pada tahun 1943 yang berarti Indonesia

masih belum merdeka. Semangat serta keberanian

Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah saat itu

ingin di ungkapkan oleh Chairil Anwar melalui puisi

tersebut supaya bisa memberi semangat kepada

masyarakat Indonesia untuk segera berjuang dalam

merebut kemerdekaan dari penjajah. Pada kata hidup

mempunyai arti masih terus ada, bergerak, dan bekerja

sebagaimana mestinya. Bukan berarti Pangeran

Diponegoro setelah beliau meninggal kemudian harus

hidup kembali jasadnya, tetapi kata hidup disini bisa

diartikan semangat Pangeran Diponegoro dalam

melawan belanda sebelum beliau meninggal diharapkan

bisa muncul atau hidup kembali kepada masyarakat

Indonesia saat itu.

Bait 2

(3) Dan bara kagum menjadi api

Kata api pada bait kedua baris ketiga bukan

mempunyai arti api pada umumnya yang berupa cahaya

dari sesuatu yang terbakar. Tetapi kata api pada puisi ini

mempunyai makna kekaguman Chairil Anwar kepada

Diponegoro. Hal itu semakin diterlihat ketika pada

sebelumnya ada kata bara kagum, bara masih ada

kaitannya dengan api, bara merupakan arang yang masih

Page 14: ASPEK KESASTRAAN

panas terbakar sebelum menjadi api. Begitupun

kekaguman Chairil Anwar kepada Diponegoro yang

tidak hanya sekadar menjadi bara saja tetapi sudah

menjadi api.

Bait 3

(4) Di depan sekali tuan menanti

(5) Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

(6) Pedang di kanan, keris di kiri

(7) Berselempang semangat yang tak bisa mati

Di depan sekali tuan menanti mempunyai makna

masyarakat Indonesia sudah tidak sabar untuk menunggu

perjuangan supaya Indonesia berhasil menyingkirkan

para penjajah demi meraih kemerdekaan, apalagi kata

menanti yang bisa dikatakan memang mempunyai arti

menunggu. Kata pedang pada bait ketiga baris keenam

bukan mempunyai arti parang panjang atau parang yang

tajam, tetapi kata pedang pada puisi ini mempunyai arti

bantuan kekuatan dari militer yang sudah terlatih

karenan pedang sendiri dibeberapa kebudayaan memiliki

prestise lebih atau paling tinggi dibandingkan senjata

tajam lainnya, begitu juga militer. Sedangkan kata keris

berarti senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan

bermata dua (bilahnya ada yang lurus, ada yang

berkeluk- keluk). Dalam puisi ini kata keris mempunyai

makna bantuan kekuatan doa karena keris dipercaya

identik dengan kekuatan mistis. Keris dipercaya oleh

masyarakat jawa bukan hanya untuk melindungi diri dari

lawan secara fisik, tetapi keris dipercaya mempunyai

Page 15: ASPEK KESASTRAAN

kekuatan mistis sehingga orang yang mempunyai keris

harus di rawat dengan baik seperti di doakan serta

dimandikan pada saat tertentu. Kata Berselempang

semangat bukan berarti semangat disandangkan ke bahu

menyerong dari dada kearah pinggang kanan atau kiri

apalagi semangat tidak ada bentuk nyatanya. Makna dari

kata Berselempang sendiri merupakan sesuatu yang

disandangkan di anggota badan. Kata Berselempang

dalam puisi ini mempunyai makna bertabur semangat

yang sangat besar didalam tubuh yang tidak akan bisa

mati.

Bait 4

(8) MAJU

Kata MAJU dalam puisi ini ditulis dengan huruf

kapital semua. merupakan kata seruan agar segera

memanfaatkan semangat kemerdekaan yang sudah mulai

terbangun untuk melawan penjajah.

Bait 5

(9) Ini barisan tak bergenderang-berpalu

(10) Kepercayaan tanda menyerbu.

Pada kata Ini barisan tak bergenderang-

berpalu baris kesembilan tidak mempunyai makna

pasukan yang membawa gendang besar atau membawa

sejenis alat yang biasanya digunakan untuk memukul

paku saat akan berperang, tetapi tidak membawa senjata

apa-apa selain mengandalkan semangat meraih

kemerdekaan dan saling mempercayai satu sama lain

untuk bersama melawan penjajah. Meskipun tanpa

Page 16: ASPEK KESASTRAAN

berbekal senjata yang lengkap mereka masih punya

tekad semangat serta saling percaya yang kuat untuk

melawan penjajah supaya segera meraih kemerdekaan.

Bait 6

(11) Sekali berarti

(12) Sudah itu mati.

Kata berarti pada baris kesebelas mempunyai

makna mengandung maksud, perbuatan baik tetapi

dalam puisi ini mempunyai makna pengorbanan. Mereka

ingin sebelum meninggal mempunyai jasa dengan ikut

serta melawan penjajah. Mereka tidak peduli meskipun

setelah itu mereka mati. semangat yang sudah terbangun

membuat mereka tidak takut dengan resiko terburuk

yang akan mereka hadapi, karena yang paling penting

adalah Indonesia segera meraih kemerdekaan biarpun

mereka tidak ikut menikmati bagaimana rasanya

merdeka tetapi mereka ikut berjuang serta berkorban

untuk meraih kemerdekaan tersebut.

Bait 7

(13) MAJU

Kata MAJU baris ketiga belas hampir sama

dengan baik keempat, pada bait ketujuh ini juga

merupakan kata seruan untuk semakin menekankan agar

masyarakat Indonesia segera maju dan melawan para

penjajah untuk segera meraih kemerdekaan.

Bait 8

(14) Bagimu negeri

Page 17: ASPEK KESASTRAAN

(15) Menyediakan api.

Kata api pada baris kelima belas ini berbeda

dengan kata api pada baris ketiga bait kedua yang

mempunyai makna kekaguman penulis kepada sosok

Pangeran Diponegoro. Tetapi, kata api pada baris kelima

belas ini mempunyai makna semangat serta berharap

dukungan penuh dari semua pihak supaya Indonesia

segera merdeka. Mereka tidak ingin meminta apa-apa

kepada negeri selain dukungan penuh sebagai penambah

semangat. Mereka ingin segera berjuang untuk

secepatnya meraih kemerdekaan dengan semangat

mereka yang sudah terbangun.

Bait 9

(16) Punah di atas menghamba

(17) Binasa di atas ditinda

Kata punah pada baris keenam belas mempunyai

arti habis semua hingga tidak ada sisanya, benar-benar

binasa musnah, tetapi dalam puisi ini mempunyai makna

berhenti untuk mengabdi kepada para penjajah. Saatnya

bangsa Indonesia untuk merdeka daripada negara ini

rusak karena penjajah. Bangsa Indonesia ingin segera

merasakan kemerdekaan. Segala bentuk penindasan

khususnya yang dilakukan oleh penjajah harus segera di

hilangkan dari negeri ini.

Bait 10

(18) Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

(19) Jika hidup harus merasai

Page 18: ASPEK KESASTRAAN

Pada bait kesepuluh ini mempunyai makna

mereka tidak peduli jika kemerdekaan bangsa Indonesia

baru bisa diraih ketika mereka sudah meninggal atau ajal

menjemput. Itu terlihat pada kata dalam ajal baru

tercapai, maksud dari kata tercapai bukan tercapai pada

kematian tetapi kepada kemerdekaan bangsa Indonesia.

Meskipun seandainya mereka tidak bisa merasakan

bagaimana kemerdekaan itu tetapi yang terpenting

mereka sudah ikut berjuang dengan semangatnya

melawan para penjajah. Mereka sudah pernah merasakan

tidak enaknya saat dijajah jadi mereka berharap jangan

sampai anak cucu mereka merasakan apa yang sudah

mereka alami selama masa penjajahan.

Bait 11

(20) Maju.

(21) Serbu.

(22) Serang.

(23) Terjang.

Pada bait kesebelas memang setiap kata bunyi

berbeda, kata Maju pada baris keduapuluh sebenarnya

mempunyai makna berjalan ke muka atau kedepan. Kata

Serbu pada baris keduapuluh satu mempunyai makna

mendatangi dengan maksud melawan. Kata Serang pada

baris keduapuluh dua juga mempunyai makna

mendatangi untuk melawan. Kata Terjang pada baris

keduapuluh tiga juga mempunyai makna yang

sebenarnya hampir sama dengan serang. Pada bait

Page 19: ASPEK KESASTRAAN

kesebelas ini mempunyai makna bersama yaitu untuk

melawan penjajah.

b. Rima

i-i-i-i-i-i-u-u-u-i-i-u-i-i-a-a-i-i-u-a-n-g

c. Tipografi

----------------------

-----------------

--------------------------

----------------------------

----------------------------------------

------------------------------

---------------------------------------

----

------------------------------------

--------------------------

--------------

--------------

----

-------------

Page 20: ASPEK KESASTRAAN

---------------

-----------------------

-----------------------

-------------------------------------

------------------------

----

-----

------

-------

d. Ritma

Ritma (pemenggalan kata) pada puisi diponegoro ini

dilakukan pada akhir setiap baris.

e. Majas

Majas yang terdapat pada puisi Diponegoro adalah majas

perbandingan, hiperbola. Hal itu dapat dibuktikan dengan

kalimat : Ini barisan tak bergenderang-berpalu.

3. Struktur batin puisi

a. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh

penyair. Tema yang saya tangkap setelah membaca puisi

Diponegoro adalah patriotisme atau kebangsaan, karena setelah

membaca puisi tersebut dapat menumbuhkan semangat

pembaca.

b. Perasaan

Chairil Anwar dalam puisinya Diponegoro mengagumi

pahlawan itu dan bermaksud untuk memberi nasehat kepada

Page 21: ASPEK KESASTRAAN

pembaca agar kepahlawanan Diponegoro menjadi api

pembangunan serta sebagai pelecut semangat perjuangan

melawan penjajah.

c. Nada dan Suasana

Nada revolusioner dan semangat serta suasana

kemerdekaan hendak diungkapkan Chairil Anwar dan itu

berhasil pada semua bait, terlebih pada bait berikut:

Maju

Serbu

Serang

Terjang

d. Amanat

Dari tema patriotisme yang dikemukakan Chairil Anwar

yang dikutip didepan, kiranya dapat ditafsirkan amanat sebagai

berikut “Di masa pembangunan ini” hendaknya kita mencontoh

sifat patriotik beliau yang berjuang tanpa pamrih demi bangsa

Indonesia. Selalu berjuang demi kepentingan bangsa dengan

sekuat tenaga serta ditumbuhi semangat akan kemerdekaan.