askepitp

63
www.masiyo.com BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.000 – 450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa. Oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal, diproduksi 150.000-450.000 sel trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal, meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL. (Sudoyo,dkk, 2006) Trombositopenia dapat bersifat congenital ataupun didapat, dan dapat terjadi akibat penuruna reproduksi trombosit, seperti anemia aplastik, myelofibrosis, terapi radiasi atau leukemia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu: toksisitas obat, atau koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC), distribusi abnormal atau sekuestrasi pada limpa, atau trombositopenia delusional setelah hemoragia atau tranfusi sel darh merah. (Sandara, 2003) 1

Upload: dyach-trisna-dewi

Post on 10-Dec-2014

125 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askepITP

TRANSCRIPT

Page 1: askepITP

www.masiyo.com

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari

pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara

150.000 – 450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di

dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa. Oleh karena itu untuk

mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal, diproduksi 150.000-450.000 sel

trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan

abnormal, meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang

dari 10.000/mL. (Sudoyo,dkk, 2006)

Trombositopenia dapat bersifat congenital ataupun didapat, dan dapat terjadi akibat

penuruna reproduksi trombosit, seperti anemia aplastik, myelofibrosis, terapi radiasi atau

leukemia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu: toksisitas obat,

atau koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC), distribusi abnormal atau sekuestrasi pada

limpa, atau trombositopenia delusional setelah hemoragia atau tranfusi sel darh merah.

(Sandara, 2003)

Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80.000/mm3) paling sering disebabkan oleh

perdarahan abnormal karena produksi platelet menurun, ataupun peninggian sekuestrasi atau

destruksi yang bertambah. Penyebab peninggian destruksi platelet diantaranya

trombositopenia purpura idiopatik (autoimun), trombositopenia sekunder atau yang diinduksi

obat-obatan, sindroma uremik hemolitik dan vaskulitis. Penurunan produksi trombosit

(platelets) dibuktikan dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Dimana akan dijumpai pada

segala kondisi yang mengganggu atau yang menghambat fungsi sumsum tulang. Kondisi ini

meliputi anemia aplastik, mielofibrosis (penggantian unsur-unsur sumsum tulang dengan

jaringan fibrosa), leukemia akut, dan karsinoma metastatic lain yang menggganti unsure-

unsur sumsum normal. Keadaan trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya

disebabkan oleh penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan.

1

Page 2: askepITP

www.masiyo.com

Trombosit dapat dihancurkan oleh produksi antibody yang diinduksi oleh obat seperti

yang ditemukan pada quidinin, atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan

jaringannya sendiri). Antibodi - antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus

eritematosus, leukemia limfositik kronis, limfoma tertentu dan ITP.

ITP terutama ditemukan pada wanita muda, bermanifestasi sebagai trombositopenia yang

mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari 10.000/mm3. Antibodi

IgG yang ditemukan pada membrane trombosit dan meningkatnya pembuangan dan

penghancuran trombosit oleh system makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006)

Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan darah atau

perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap

tahun. Dengan pasien anak hampir separuh dari bilangan tersebut. Kejadian kasus ITP

diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-anak dan 2 kasus per 100.000 pada dewasa. Kasus

ITP pada umumnya terjadi pada anak-anak yang kurang mendapat perhatian medis.

1.2. TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum

Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secar garis besar

tentang kasus pasien ITP secara menyeluruh

1.2.2. Tujuan KHusus

1.2.2.1. Mengetahui pengertian ITP

1.2.2.2. Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis

1.2.2.3. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ITP

1.2.2.4. Mengetahui konsep keperawatan pada pasien ITP

2

Page 3: askepITP

www.masiyo.com

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. PENGERTIAN

ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiophatic berarti tidak

diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping

darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).

ITP merupakan kelainan autoimun dimana autoantibody IgG dibentuk untuk mengikat

trombosit. Insiden tersering pada usia 20-50 tahun dan lebih sering pada wanita disbanding

pria (2:1). (Arief Mansjoer, dkk). ITP juga bisa dikatakan kelainan pada sel pembekuan darah

yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan

pada umumnya terjadi pada permukaan kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan.

Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya, kecuali keping darah berada

dalam jumlah yang normal. Keeping darah (platelets) adalah sel-sel yang sangat kecil yang

menutupi area tubuh pasca luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian membentuk

bekuan darah. Seseorang dengan keeping darah yang terlalu sedikit dalam tubuhnya akan

sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan dalam periode

cukup lama setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil merah (petechiae)

muncul pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah keeping darah atau trombosit sangat

rendah, penderita ITP bisa juga mengalami mimisan yang sukar berhanti, atau mengalami

perdarahan dalam organ ususnya.

2.2. ETIOLOGI

Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti. Mekanisme yang terjadi melalui

pembentukan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.

(Imran, 2008)

Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibody

yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibody adalah respon tubuh

yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita

ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keeping darah tubuhnya sendiri.

3

Page 4: askepITP

www.masiyo.com

ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan,

obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan

(malnutrisi), DIC (mis: DSS, leukemia) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP terutama yang

menahun merupakan penyakit autoimun.

2.3. EPIDEMIOLOGI

ITP dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah

waktu, jika dibawah 6 bulan di sebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut

ITP sering terjadi pada anak-anak, biasanya anak-anak dengan usia 2-4 tahun. Sedangkan

kronik ITP sering terjadi pada dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tetapi dapat

terjadi pada siapa saja. Dan ITP bukanlah penyakit keturunan.

2.4. PATOFISIOLOGI

Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang

terdapat pada membrane trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti

antibody, hal tersebut dilakukan oleh makrifag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo

endothelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP.

Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan

maturasi dari trombosit mengalami penuruna yang berarti, terutama pada ITP kronis.

Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut dan kronis,

menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombositopenia

diantara keduanya. Pada ITP akut, penghancuran trombosit meningkat karena adanya

antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau virus atau pada

imunisasi, yang bereaksi silang ddengan antigen dari trombosit. Sedangkan pada ITP kronik

mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi system imun seperti pada penyakit autoimun

lainnya yang berakibat terbentuknya antibody spesifik terhadap antibody. Namun bagaimana

antibody antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pastipatofisiologi ITP akut dan

kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui secara pasti.

4

Page 5: askepITP

www.masiyo.com

Gambaran klinis ITP:

a. Onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa, berupa: petechie, ekimosis,

menorrhagia, epistaksis, atau perdarahan gusi.

b. Perdarah SSP (jarang terjadi, tetapi berakibat patal)

c. Splenomegali pada < 10% kasus.

5

Page 6: askepITP

www.masiyo.com

PATHWAY

Idiopathic, infeksi virus, hipersplenisme

Antigen (makrofag) menyerang trombosit

Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibody)

Pembentukan neoantigen

Splenomegali Trombositopenia

perdarahan

anemia

Nafsu makan menurun mudah lelah kadar Hb menurun purpura

6

Nyeri

Ggn integritas kulit

Ggn pemenuhan kebutuhan O2Ggn perfusi jaringan

Intoleransi aktivitas Ggn kebutuhan nutrisi

Page 7: askepITP

www.masiyo.com

2.5. PENCEGAHAN

2.5.1. ITP tidak dapat dicegah, tetapi yang dapat dicegah komplikasinya.

2.5.2. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan meningkatkan resiko perdarahan.

2.5.3. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau perdarahan. Lakukan terapi dengan benar untuk mencegah infeksi berkembang

2.5.4. konsultasi ke dokter jika ada gejal infeksi, seperti demam, terutam untuk pasien ITP yang sudah tidak memiliki limpa

2.6. GEJALA DAN TANDA

2.6.1. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama daerah kaki), seringnya bergerombol menyerupai rash (petechiae).

2.6.2. Memar atau kebiruan pada kulit dan membrane mukosa (seperti dibawah mulut) disebabkan perdarahan dibawah kulit tanpa alasan yang jelas (purpura). Pada perdarahn yang lebih sering dapat membentuk massa tiga dimensi yang disebut hematoma.

2.6.3. Hidung mengeluarkan darah atau perdarahan gusi, ada darah pada urine dan faeses, menstruasi yang berkepanjangan, perdarahan pada otak (jarang terjadi) menunjukkan tingkat keparahan penyakit.

2.6.4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatique, dan sulit berkonsentrasi.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.7.1. Hitung darah lengkap, menunjukkan penurunan jumlah Hemoglobin, Hematokrit, dan trombosit.

2.7.2. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom

2.7.3. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.

2.7.4. sumsum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah dengan maturion arrest pada stadium megakariosit

2.7.5. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, RL test (+)

7

Page 8: askepITP

www.masiyo.com

2.8. TERAPI

Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga agar jumlah trombosit dalam kisaran aman

sehingga mencegah terjadinya perdarahan mayor. Terapi untuk anak-anak dan dewasa

hamper sama. Kortikosteroid (mis: prednisone) sering digunakan untuk terapi ITP. Dosis

awalnya 0,5 – 1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi kortikosteroid terjadi

dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi pada minggu pertama, bila respon membaik

dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian dilakukan tapering. Kortikosteroid meningkatkan

jumlah platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas system imun. Pasien yang

mengalami perdarahan parah membutuhkan tranfusi platelet dan dirawat di rumah sakit.

2.9. DAMPAK HOSPITALISASI

2.9.1. Pada Anak

Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orangtuanya

sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Respon terhadap

nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak

dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2.9.2. Pada Orangtua

Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan dampak bagi anak, tetapi juga

bagi orangtuanya. Untuk itu, perasaan orangtua tidak boleh diabaikan, karena apabila

orangtua merasa stress maka ddalam merawat anaknya menjadi kurang baik dan akan

menyebabkan anak menjadi stress pula.

Reaksi orangtua terhadap perawatan anak di rumah sakit dan latar belakang yang

menyebabkan stress, yaitu:

a. Perasaan cemas dan takut

Perasaan cemas dan takut dapat muncul ketika orangtua melihat anaknya mendapat

prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah, pemasangan infus, injeksi, pungsi

lumbal dan prosedur invasive lainnya. Seringkali orangtua tidak tega bahkan

8

Page 9: askepITP

www.masiyo.com

menangis melihatnya. Pada kondisi ini, perawat harus bijaksana bersikap pada anak

dan orangtua.

b. Perasaan sedih

Perasaan ini sering muncul pada saat anak berada pada kondisi terminal dan

orangtua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Bahkan,

pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan

dialami orangtua. Pada kondisi ini orangtua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak

mau didekati oleh orang lain, bahkan bersikap tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan.

c. Perasaan frustasi

Pada kondisi anak yang sudah dirawat terlalu lama tetapi tidak mengalami

perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orangtua baik

dari keluarga maupun kerabat lainnya, maka orang tua akan merasa putus asa,

bahkan frustasi. Oleh karena itu sering kali orangtua menunjukkan perilaku tidak

kooperatif, putus asa, menolak tindakan bahkan menginginkan pulang paksa.

2.10. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ITP

2.10.1. PENGKAJIAN

a. Keluhan utama : memar, bintik pada kulit, keluar darah pada hidung dan gusi.

b. RPS : pasien dengan ITP biasanya mengalami memar, bintik merah

pada kulit, keluar darah dari hidung dan ada perdarahan gusi

c. RPD : kemungkinan ada kelainan hematologi dan penyakit HIV AIDS

dari orangtuanya

d. Riwayat lingkungan : kondisi lingkungan yang kurang baik atau kumuh, karena

penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri dan vaksinasi dengan virus aktif

e. Aktivitas/ istirahat : keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap latihan

rendah

f. Sirkulasi : riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI kronis,

menstruasi berat

9

Page 10: askepITP

www.masiyo.com

g. Integritas ego : keyakinan agama/ budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,

penolakan transfusi darah

h. Eliminasi : hematemesis, faeses dengan darah segar, melena, diare,

konstipasi

i. Makanan/ cairan : penurunan masukan diet, mual dan muntah

j. Neurosensori : sakit kepala, pusing, kelemahan, penurunan penglihatan

k. Nyeri/ kenyamanan : nyeri abdomen, sakit kepala

l. Pernafasan : nafas pendek pada saat istirahat dan aktivitas

m. Keamanan : penyembuhan luka buruk, sering infeksi, riwayat transfusi darah

sebelumnya

2.10.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia

b. Nyeri akut b.d cedera agen

c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

d. Resiko gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis

e. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk

pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel

f. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b.d penurunan kapasitas pembawa oksigen

darah

10

Page 11: askepITP

www.masiyo.com

2.10.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1 1. Tupan: setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

kebutuhan nutrisi

klien terpenuhi

2. Tupen: mual dan

muntah hilang atau

berkurang

3. KH: BB stabil, makan

habis sesuai porsi

1. beri makan dalam porsi

kecil tapi sering

2. pantau intake dan

timbang BB setiap hari

3. kolaborasi dengan ahli

diet

4. kolaborasi pemberian

antiemetik

5. libatkan keluarga dalam

perencanaan diet sesuai

program

1. porsi kecil dapat

meningkatkan masukan

sesuai kebutuhan

2. intake kurang dapat

mengakibatkan

penurunan BB

3. untuk penyesuaian dan

penghitungan program

diet

4. antiemetik dapat

mengurangi keluhan

mual dan muntah

5. rasa keterlibatan

keluarga akan

memberikan pemahaman

keluarga akan program

diet

2 1. Tupan: setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

klien dapat

melaporkan dan

mengontrol nyerinya

2. Tupen: nyeri yang

dirasakan klien

berkurang

1. Tentukan riwayat nyeri,

lokasi, durasi dan

intensitas

2. Evaluasi therapy:

pembedahan, radiasi,

khemotherapi

3. Berikan pengalihan

seperti reposisi dan

aktivitas menyenangkan

1. Memberikan informasi

yang diperlukan untuk

merencanakan asuhan

2. Untuk mengetahui

therapy yang dilakukan

sesuai atau tidak

3. Meningkatkan

kenyamanan dengan

mengalihkan perhatian

klien dari rasa nyeri

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi

11

Page 12: askepITP

www.masiyo.com

3. KH: ekpresi wajah

rileks

4. Ajarkan tehnik relaksasi

5. Evaluasi nyeri, berikan

pengobatan bila perlu

6. Diskusikan rencana

penanganan nyeri

dengan dokter dan klien

7. Kolaborasi pemberian

analgetik

4. Meningkatkan kontrol

diri atas efek samping

dengan menurunkan

stress dan ansietas

5. Untuk mengetahui

efektivitas penanganan

nyeri, tingkat nyeri dan

untuk mengetahui

kebutuhan klien akan

obat analgetik

6. Agar terapi yang

diberikan tepat sasaran

7. Analgetik untuk

mengatasi nyeri

3 1. Tupan: setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan klien

dapat melakukan

aktivitas sendiri tanpa

bantuan orang lain

2. Tupen: klien dapat

berpartisipasi dalam

setiap aktivitas

3. KH: klien

menunjukkan

peningkatan toleransi

aktivitas

1. Kaji kemampuan klien

untuk aktivitas normal,

catat adanya kelemahan

dan keletihan

2. Awasi TTV

3. Berikan lingkungan

yang tenang

4. Ubah posisi pasien

dengan perlahan dan

1. Untuk menentukan

pilihan intervensi

2. Peningkatan nilai TTV

menunjukkan adanya

upaya jantung dan paru

untuk membawa oksigen

ke jaringan

3. Lingkungan yang tenang

klien dapat beristirahat

untuk menurunkan

kebutuhan oksigen tubuh

4. Hipotensi postural

menyebabkan pusing,

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi

12

Page 13: askepITP

www.masiyo.com

pantau adanya pusing berdenyut dan

meningkatkan resiko

cedera

4 1. Tupan: setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

kerusakan kulit bisa

berkurang

2. Tupen: klien dapat

berpartisipasi dalam

pencegahan

komplikasi kerusakan

jaringan kulit

3. KH: jaringan kulit

tetap utuh, tidak ada

luka, tidak ada infeksi

1. Kaji integritas kulit

2. Anjurkan klien untuk

tidak menggaruk dengan

keras bagian yang gatal

3. Ubah posisi secara

teratur

4. Anjurkan klien untuk

menghindari pemakaian

cream kulit tanpa

rekomendasi dokter

1. Memberikan informasi

untuk menentukan

rencana asuhan

2. Menghindari perlukaan

yang dapat menimbulkan

infeksi

3. Menghindari penekanan

pada lokasi yang sama

secara terus menerus

4. Mencegah trauma

berlanjut pada kulit

5 1. Tupan: setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

gangguan perfusi

jaringan teratasi

2. Tupen: hasil TTV

stabil

3. KH: TD 120/80, CRT

< 3 dtk,

1. Awasi TTV, kaji

pengisian kapiler

2. Atur posisi semifowler

sesuai toleransi

3. Kaji adanya respon

verbal melambat, mudah

1. Memberika informasi

tentang keadekuatan

perfusi jaringan dan

membantu menentukan

intervensi

2. Meningkatkan ekspansi

paru dan

memaksimalkan

oksigenasi untuk

kebutuhan seluler

3. Mengidentifikasi adanya

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi

13

Page 14: askepITP

www.masiyo.com

terangsang

4. Awasi upaya pernafasan.

Auskultasi bunyi nafas

gangguan serebral

karena hipoksia

4. Adanya dispnoe

menunjukkan regangan

jantung yang

lama/peningkatan

kompensasi jantung

6 1. Tupan: setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

kebutuhan oksigen

terpenuhi

2. Tupen: kengurangi

distress pernafasan

3. KH: RR normal

1. Kaji frekuensi,

kedalaman dan irama

pernafasan

2. Tempatkan klien dalam

lingkungan yang

nyaman

3. Atur posisi tidur yang

nyaman

4. Bantu tehnik nafas

dalam

1. Perubahan pada

pernafasan menunjukkan

kebutuhan upaya

intervensi

2. Lingkungan yang

nyaman dapat

memaksimalkan dalam

pemenuhan kebutuhan

oksigen

3. Memaksimalkan

ekspansi paru,

menurunkan kerja

pernafasan, menurunkan

resiko aspirasi

4. Membantu

meningkatkan difusi gas

dan ekspansi jalan nafas

14

Page 15: askepITP

www.masiyo.com

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Mas Iyo

Tempat praktek : Paviliun Kenanga

Tanggal pengkajian : 14 – 17 Desember 2011

I. DATA IDENTITAS

Nama : An L

Usia : 2 tahun 6 bulan

Med Rec : 04 64 61 61

Nama Ayah : Tn B

Pekerjaan : buruh

Pendidikan : SMP

Nama Ibu : Ny. R

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Alamat : jln Sukamulya 3 no 34 Rt 03/05 Kel. Sukasari Tangerang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda / Indonesia

II. KELUHAN UTAMA

Keluarga klien mengatakan klien demam dan bintik merah di badan sejak 2 hari

SMRS

III. RIWAYAT MASA LAMPAU

Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di RSU Tangerang selama satu

minggu karena sakit paru-paru, tetapi orangtua (ayah) klien lupa waktu perawatannya.

15

Page 16: askepITP

www.masiyo.com

Menurut ayah klien, klien mendapatkan therapy untuk sakit paru-parunya. Tetapi

setelah selesai pengobatan 6 bulan orangtua klien tidak pernah membawa klien untuk

kontrol ulang.

IV. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

HT, DM

Ket:

: perempuan

: laki-laki

: hubungan keluarga

: tinggal serumah

16

an.

Page 17: askepITP

www.masiyo.com

V. RIWAYAT SOSIAL

An L adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. An L saat ini berumur 2 tahun 6 bulan, dan

diasuh oleh kedua orangtuanya. An L merupakan anak kandung dari ibu R dan bpk B.

An L suka bermain dengan temannya. An L memiliki sifat yang sedikit pendiam dan

agak pemalu jika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Lingkungan tempat An L

tinggal merupakan pemukiman padat penduduk yang mayoritas warganya suka

merokok dan jauh dari pabrik.

VI. KEBUTUHAN DASAR

1. a. makanan yang disukai : mie goreng, jajanan warung

b. makanan yang tidak disukai: klien kurang suka sayuran

c. minum 100 cc setiap kali minum

d. alat makan yang digunakan: piring dan sendok, kadang memakai tangan

2. Pola tidur : 8-10 jam perhari

3. Mandi : 2x sehari

4. Bermain : klien suka bermain boneka dengan ayahnya (selama

dirawat)

5. Eliminasi : BAK: 5-6 kali perhari, warna kuning jernih

BAB: 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

1. Diagnosa medis : ITP

2. Tindakan operasi : tidak ada

3. Status nutrisi : Klien hanya makan 4 - 6 sendok setiap kali makan

selama 3 hari SMRS, minum air putih sebanyak ± 100 cc setiap kali minum

(± 8-10x/ hari)

4. Status cairan : RL 10 tts/mnt

17

Page 18: askepITP

www.masiyo.com

5. Obat-obatan : a. Ranitidine 2x10 mg/ IV

b. PCT 3x100 mg/ PO

c. prednisone 3x/hari (7,5 mg - 7,5 mg - 5 mg)/ PO

d. Tranfusi Trombosit 1x 3 unit

6. Aktivitas : fatique, hanya istirahat di tempat tidur

7. Tindakan keperawatan: injeksi IV tangan kanan

8. Hasil lab tanggal 14 Desember 2011:

a. Hemoglobin : 9,9 gr/dL (N: 10 - 15 gr/dL)

b. Leukosit : 7000 µL (N: 600 - 17.000µL)

c. Hematokrit : 29 % (N: 29% - 40%)

d. Trombosit : 32.000 µL (N: 150.000 – 400.000 µL)

e. Eritrosit : 4,20 juta/µL (N: 3,8 – 5,5 juta/µL)

nilai rata-rata eritrosit :

MCV : 70 cuu (N: 82 – 92 cuu)

MCH : 26 pg (N: 27 – 31 pg)

MCHC : 36 % (N: 32% - 36%)

9. Hasil Rontgen : tidak ada

10. Data tambahan : tidak ada

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Compos mentis

2. PB/BB : 75 cm / 10 kg.

3. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

4. Hidung : simetris, mukosa tidak pucat, hidung tampak bersih

5. Mulut : simetris, mukosa bibir kering, perdarahan dari gusi,

rongga mulut tampak agak kotor karena darah dari gusi

6. Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan dan keluaran serumen

7. Dada : simetris, ekspansi dada positif, tidak ada retraksi dada

8. Jantung : bj1 bj2 positif , Murmur positif, Gallop negatif

9. Paru-paru : vesikuler di kedua lapang paru, Wheezing negatif,

Ronchi negatif

18

Page 19: askepITP

www.masiyo.com

10. Abdomen : tidak buncit, lemas saat di palpasi, BU 10x/ mnt, hepar

dan limpa tak teraba

11. Genitalia : bentuk normal, tidak ada keputihan dan bersih

12. Punggung : simetris, tidak ada skoliosis dan lordosis

13. Ekstremitas : tonus otot baik, kekuatan otot baik (nilai 5 untuk semua

ekstremitas), klien mampu bergerak bebas

14. Kulit : turgor normal, kulit elastis, bintik merah kehitaman di

seluruh permukaan kulit

15. TTV : N 108x/ mnt, S 39OC, RR 30x / mnt

IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

1. Kemandirian : An L tidak bisa memakai baju sendiri, makan masih

Dibantu orangtuanya

2. Bergaul : An L sudah bisa bermain dengan teman sebayanya

walaupun dengan di gendong ayahnya

3. Motorik halus : An L bisa menggambar garis dengan kertas yang

dan bisa melepaskan bando

4. Kognitif dan bahasa : An L sudah bisa mengucapkan kalimat pendek. An L

sudah tahu anggota tubuh dan bisa menunjukkan lokasinya

5. Motorik kasar : An. L sudah bisa berjalan

X. INFORMASI LAIN

Klien belum pernah transfusi sebelumnya.

XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

Klien masuk ruang perawatan sejak tanggal 14 Desember 2011 dengan keluhan sejak

2 hari SMRS, klien demam, gusi berdarah dan timbul bintik merah kehitaman. Sudah

3 hari juga klien tidak mau makan, tapi untuk minum menurut ayah klien masih

cukup, ± 100 cc setiap kali minum. Saat ini keadaan umum klien tampak lemah,

kesadaran composmentis, tampak perdarahan di gusi dan bintik merah kehitaman di

seluruh tubuhnya.

19

Page 20: askepITP

www.masiyo.com

XII. ANALISA DATA

NO DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN

1 DS:

orangtua klien mengatakan

klien sudah 3 hari hanya

mau makan 4-6 sendok saja

DO:

- Klien tampak lemah

- BB: 10 kg

(N: 10-11 kg)

Idiopathic

Antigen menyerang

trombosit

Destruksi trombosit

Trombositopenia

Perdarahan

Anemia

Nafsu makan menurun

Intake tidak adequat

Gangguan kebutuhan

nutrisi

Gangguan

kebutuhan nutrisi

2 DS:

Orang tua klien mengatakan

klien demam sejak 2 hari

SMRS

DO:

- S: 390C

- N: 108x/mnt

- Mukosa bibir kering

Idiopathic

Antigen menyerang

trombosit

Destruksi trombosit

Trombositopenia

Hypertermi

NO DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH

20

Page 21: askepITP

www.masiyo.com

KEPERAWATAN

Proses peradangan

Hypertemi

3 DS:

orangtua klien mengatakan

klien lemas

DO:

- Keadaan umum

tampak lemah

- Klien hanya

berbaring saja

- Aktivitas klien

dibantu orangtuanya

- Hb: 9,9 gr/dl

Idiopathic

Antigen menyerang

trombosit

Destruksi trombosit

Trombositopenia

Perdarahan

Anemia

Mudah lelah

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

4 DS:

Orang tua klien mengatakan

klien timbul bintik merah

kehitaman sejak 2 hari

SMRS

DO:

- Tampak bintik

merah kehitaman di

Idiopathic

Antigen menyerang

trombosit

Destruksi trombosit

Trombositopenia

Gangguan

integritas kulit

NO DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN

21

Page 22: askepITP

www.masiyo.com

seluruh permukaan

kulit klien

Perdarahan

Anemia

Purpura

Gangguan integritas kulit

5 DS:

Orang tua klien mengatakan

klien timbul bintik merah

kehitaman dan perdarahan

di gusi sejak 2 hari SMRS

DO:

- Tampak bintik merah

kehitaman di seluruh

permukaan kulit klien

- Gusi tampak berdarah

- Intake air putih ± 100 cc

tiap kali minum

- Trombosit 32.000/ ul

Idiopathic

Antigen menyerang

trombosit

Destruksi trombosit

Trombositopenia

Perdarahan

Resiko syok hipovolemik

Resiko syok

hipovolemik

6 DS:

Orang tua klien mengatakan

tidak tahu mengenai

penyakit anaknya

DO:

- Orangtua bertanya

tentang kondisi anaknya

- Klien belum pernah

transfusi

Kurang informasi

Klien belum pernah

transfusi

Orangtua bertanya tentang

penyakit anaknya

Resiko cedera

Resiko cedera

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

22

Page 23: askepITP

www.masiyo.com

1. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia

2. Hipertermi b.d proses inflamasi

3. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan

4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

5. Gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis\

6. Resiko cedera b.d kurang pengetahuan orangtua tentang proses penyakit

XIV. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d proses inflamasi

2. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan

3. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d anoreksia

4. Gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis

5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

6. Resiko cedera b.d kurang pengetahuan orangtua tentang proses penyakit

XV. INTERVENSI KEPERAWATAN

23

Page 24: askepITP

www.masiyo.com

N

O

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Hipertermi b.d

proses inflamasi

DS:

Orang tua klien

mengatakan klien

demam sejak 2

hari SMRS

DO:

- S: 390C

- N: 108x/mnt

- Mukosa bibir

kering

Tupan:

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

1x 24 jam

diharapkan tidak

terjadi

peningkatan suhu

tubuh

Tupen:

Suhu tubuh

normal

KH:

1. Suhu tubuh

dalam rentang

normal,

36,50C- 37,50C

2. Nadi: 70-

200x/mnt

3. Mukosa bibir

lembab

1. observasi

suhu tubuh

2. beri kompres

hangat pada

daerah

lipatan tubuh

(axilla, paha)

3. anjurkan

keluarga

untuk

memakaikan

klien baju

dari bahan

katun

4. kolaborasi

pemberian

antipiretik

1. untuk

mengetahui

perubahan suhu

tubuh klien

2. air hangat

membantu

stimulasi pada

hipothalamus

sebagai

pengatur suhu

tubuh

3. pakaian katun

membantu

menyerap

keringat

4. antipiretik

membantu

menurunkan

suhu tubuh

2 Resiko syok

hipovolemik b.d

perdarahan

DS:

Tupan:

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

1. Observasi

TTV

1. penurunan nilai

TTV

mengindikasik

an adanya syok

N DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

24

Page 25: askepITP

www.masiyo.com

O

- Orangtua klien

mengatakan

klien timbul

bintik merah

kehitaman dan

perdarahan di

gusi sejak 2

hari SMRS

DO:

- tampak bintik

merah

kehitaman

diseluruh

permukaan

kulit

- gusi tampak

berdarah

- intake air putih

± 100cc setiap

kali minum

- S: 390C

- N: 108x/mnt

1x 24 jam

diharapkan tidak

terjadi syok

hipovolemik

Tupen:

Tidak ada tanda-

tanda syok

hipovolemik

KH:

- TTV dalam

batas normal:

TD: 95/65

mmHg,

- N:

70-110x/mnt,

- S: 36,5OC -

37,5OC

- Kesadaran

composmentis

- Tidak ada

tanda-tanda

perdarahan

- Intake cairan

cukup, 1000-

1500 cc/hr

2. Observasi

tanda-tanda

syok

3. observasi

intake dan

output

4. anjurkan

orangtua

untuk

memberikan

klien minum

sedikit tapi

sering

5. kolaborasi

pemberian

cairan

parenteral

2. mengetahui

adanya syok

sedini mungkin

3. intake dan

output yang

seimbang

mencegah

terjadinya syok

4. intake cukup

mencegah syok

5. cairan

parenteral

membantu

mencegah syok

25

Page 26: askepITP

www.masiyo.com

N

O

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

3 1. Gangguan

kebutuhan

nutrisi: kurang

dari kebutuhan

b.d anoreksia

DS:

orangtua klien

mengatakan klien

sudah 3 hari hanya

mau makan 4-6

sendok saja

DO:

- Klien tampak

lemah

- Makan ¼

porsi

- BB 10 Kg

Tupan:

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

1x 24 jam

diharapkan tidak

terjadi gangguan

nutrisi

Tupen:

Klien dapat

makan sesuai

porsi yang

disajikan

KH:

- Makan habis 1

porsi

- Selera makan

baik

- Tidak ada

muntah

- Tidak ada

penurunan BB

1. beri makan

dalam porsi

kecil tapi

sering

2. pantau

intake dan

timbang BB

setiap hari

3. kolaborasi

dengan ahli

diet

4. kolaborasi

pemberian

antiemetic

5. libatkan

keluarga

dalam

perencanaan

diet sesuai

program

1. porsi kecil

dapat

meningkatkan

masukan sesuai

kebutuhan

2. intake kurang

dapat

mengakibatkan

penurunan BB

3. untuk

penyesuaian

dan

penghitungan

program diet

4. antiemetic

dapat

mengurangi

keluhan mual

dan muntah

5. rasa

keterlibatan

keluarga akan

memberikan

pemahaman

keluarga akan

program diet

26

Page 27: askepITP

www.masiyo.com

N

O

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

4 DS:

Orang tua klien

mengatakan klien

timbul bintik

merah kehitaman

sejak 2 hari SMRS

DO:

- Tampak bintik

merah

kehitaman di

seluruh

permukaan

kulit klien

Tupan:

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

kerusakan kulit

bisa berkurang

Tupen:

klien dapat

berpartisipasi

dalam

pencegahan

komplikasi

kerusakan

jaringan kulit

KH:

- jaringan kulit

tetap utuh

- tidak ada

perdarahan di

bawah kulit

1. Kaji

integritas

kulit

2. Anjurkan

klien untuk

tidak

menggaruk

dengan keras

bagian yang

gatal

3. Ubah posisi

secara

teratur

4. Anjurkan

klien untuk

menghindari

pemakaian

cream kulit

tanpa

rekomendasi

dokter

1. Memberikan

informasi

untuk

menentukan

rencana asuhan

2. Menghindari

perlukaan yang

dapat

menimbulkan

infeksi

3. Menghindari

penekanan

pada lokasi

yang sama

secara terus

menerus

4. Mencegah

trauma

berlanjut pada

kulit

27

Page 28: askepITP

www.masiyo.com

N

O

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

5 Intoleransi

aktivitas b.d

kelemahan fisik

DS:

orangtua klien

mengatakan klien

lemas

DO:

- Keadaan

umum tampak

lemah

- Klien hanya

berbaring saja

- Aktivitas klien

dibantu

orangtuanya

Tupan:

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

klien dapat

melakukan

aktivitas sendiri

tanpa bantuan

orang lain

Tupen:

klien dapat

berpartisipasi

dalam setiap

aktivitas

KH: klien

menunjukkan

peningkatan

toleransi aktivitas

1. Kaji

kemampuan

klien untuk

aktivitas

normal, catat

adanya

kelemahan

dan keletihan

2. Awasi TTV

3. Berikan

lingkungan

yang tenang

4. Ubah posisi

1. Untuk

menentukan

pilihan

intervensi

2. Peningkatan

nilai TTV

menunjukkan

adanya upaya

jantung dan

paru untuk

membawa

oksigen ke

jaringan

3. Lingkungan

yang tenang

klien dapat

beristirahat

untuk

menurunkan

kebutuhan

oksigen tubuh

4. Hipotensi

postural

28

Page 29: askepITP

www.masiyo.com

pasien

dengan

perlahan dan

menyebabkan

pusing,

berdenyut dan

N

O

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

pantau

adanya

pusing

meningkatkan

resiko cedera

6 Resiko cedera b.d

kurang

pengetahuan

orangtua tentang

prose penyakit

DS:

Orang tua klien

mengatakan tidak

tahu mengenai

penyakit anaknya

DO:

- Orangtua

bertanya

tentang kondisi

anaknya

- Klien belum

pernah

transfusi

Tupan:

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam, diharapkan

tidak terjadi

cedera pada klien

Tupen:

Orangtua klien

mendapatkan

informasi yang

cukup tentang

penyakit anaknya

KH:

- Orangtua klien

mengerti

tentang

penyakit

anaknya

- Tidak ada

komplikasi

1. Kaji tingkat

pendidikan

dan

pengetahuan

orangtua

klien

2. Berikan

informasi

tentang

penyakit

klien dengan

bahasa yang

dimengerti

oleh orangtua

klien

3. Ajukan

kembali

pertanyaan

tentang

penyakit

klien setelah

pemberian

informasi

1. Untuk

menentukan

intervensi

2. Agar orangtua

mendapatkan

informasi yang

benar tentang

penyakit dari

petugas

kesehatan

3. Untuk menilai

penyerapan

orangtua klien

terhadap

informasi yang

diberikan

29

Page 30: askepITP

www.masiyo.com

setelah

transfusi

4. Menanyakan

kepada

orangtua

klien apakah

4. Untuk

mengetahui

apakah ada

informasi lain

N

O

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

informasi

yang

diberikan

sudah cukup

atau belum

5. Perhatikan

reaksi klien

selama

transfusi

6. Perhatikan

masa

kadaluarsa

darah untuk

tranfusi

lagi yang

dibutuhkan

klien

sehubungan

dengan

penyakit

anaknya

5. Untuk

mengetahui

adanya

komplikasi

sedini mungkin

6. Untuk

mencegah

komplikasi

30

Page 31: askepITP

www.masiyo.com

XVI. IMPLEMENTASI

NO

DX

HARI/

TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Kamis,

15/12/1

1

08.00

08.10

08.15

08.15

Mae

Mae

Mae

Mae

1. mengobservasi suhu

tubuh

EF:

S: 39OC, N: 120x/mnt

2. memberikan kompres

hangat pada daerah

lipatan tubuh (axilla,

paha)

3. menganjurkan

keluarga untuk

memakaikan klien

baju dari bahan katun

4. memberikan

antipiretik

paracetamol 1 cth

Kamis, 15/12/11

Jam 13.00 WIB

S:

orangtua

mengatakan klien

masih demam

O:

- S: 38,2OC,

N:120x/mnt

- Mukosa bibir

kering

A:

Masalah

keperawatan

hypertermi belum

teratasi

P:

lanjutkan intervesi

no 1,2,3,4

2 Kamis, 1. mengobservasi TTV Kamis, 15/12/11

31

Page 32: askepITP

www.masiyo.com

15/12/1

1

EF:

S: 39OC, N: 120x/mnt

2. mengobservasi tanda-

tanda syok

EF:

Tidak ada tanda-tanda

Jam 13.00 WIB

S:

orangtua

mengatakan tidak

ada perdarahan di

gusi, bintik merah

NO

DX

HARI/

TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

13.00

13.00

14.00

Mae

Mae

Mae

syok

3. mengobservasi intake

dan output

4. menganjurkan

orangtua untuk

memberikan klien

minum sedikit tapi

sering

5. memberikan cairan

parenteral, RL

10 tpm

berkurang

O:

- S: 38,2OC,

N:120x/mnt

- Tidak tampak

perdarahan di

gusi

A:

Masalah

keperawatan syok

hipovolemik

teratasi sebagian

P:

lanjutkan intervesi

no 1,2,3,4,5

3 Kamis,

15/12/1

1

12.00

10.00

Mae

Mae

1. memberikan makan

sesuai diet

EF:

makan habis ½ porsi

2. menimbang BB setiap

hari

EF: 10 Kg

Kamis,15/12/11

Jam 13.00 WIB

S:

orangtua

mengatakan klien

makan habis ½

porsi

32

Page 33: askepITP

www.masiyo.com

10.05 Mae 3. melibatkan keluarga

dalam perencanaan

diet sesuai program

O:

- makan siang ½

porsi

- Tidakterjadi

penurunan

berat badan

NO

DX

HARI/

TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

A:

Masalah

keperawatan

gangguan nutrisi

teratasi sebagian

P:

lanjutkan intervesi

no 1,2,3,4

4 Kamis,

15/12/1

1

11.00

11.05

11.10

Mae

Mae

Mae

1. mengkaji integritas

kulit

EF:

Bintik merah

berkurang dan tidak

ada perlukaan di kulit

2. menganjurkan klien

untuk tidak

menggaruk dengan

keras bagian yang

gatal

3. menganjurkan

orangtua klien untuk

menghindari

Kamis,15/12/11

Jam 13.00 WIB

S:

orangtua klien

mengatakan bintik

merah sudah

berkurang

O:

- bintik merah

berkurang

- Tidakterjadi

perlukaan di

kulit

A:

33

Page 34: askepITP

www.masiyo.com

pemakaian cream

kulit tanpa

rekomendasi dokter

Masalah

keperawatan

gangguan integritas

kulit teratasi

sebagian

NO

DX

HARI/

TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

P:

lanjutkan intervesi

no 1,2,3

5 Kamis,

15/12/1

1

11.30

08.30

Mae

Mae

1. mengkaji kemampuan

klien untuk aktivitas

normal, catat adanya

kelemahan dan

keletihan

2. mengawasi TTV

EF:

S: 39OC, N: 120x/mnt

Kamis,15/12/11

Jam 13.00 WIB

S:

orangtua

mengatakan klien

sudah lebih aktif

O:

- keadaan umum

sudah lebih

baik

- klien sudah

mampu duduk

dan berdiri di

atas tempat

tidur

A:

Masalah

keperawatan

intoleransi aktivitas

teratasi sebagian

34

Page 35: askepITP

www.masiyo.com

P:

lanjutkan intervesi

no 1,2

NO

DX

HARI/

TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

6 Kamis,

15/12/1

1

08.00

08.05

08.15

Mae

Mae

Mae

1. mengkaji tingkat

pendidikan dan

pengetahuan orangtua

klien

EF: orangtua klien

berpendidikan SMP

2. memberikan

informasi tentang

penyakit klien dengan

bahasa yang

dimengerti oleh

orangtua klien, mis:

tentang perawatan

kulit, pentingnya

intake peroral,

tindakan segera bila

terjadi perdarahan,

menghindari klien

dari benturan, dll.

3. mengajukan kembali

pertanyaan tentang

penyakit klien setelah

pemberian informasi

S:

- Orangtua klien

mengatakan

sudah

mendapatkan

informasi yang

cukup tentang

penyakit

anaknya

- Orangtua klien

mengatakan

klien tidak

mengalami

reaksi selama

proses transfusi

O:

- Orangtua klien

lebih kooperatif

dalam proses

perawatan

- Tidak tampak

reaksi alergi

setelah proses

35

Page 36: askepITP

www.masiyo.com

EF: orangtua klien

dapat menjawab

pertanyaan yang

diajukan walaupun

ada yang salah

transfusi

A:

Masalah

keperawatan resiko

cedera teratasi

P: Stop intervensi

NO

DX

HARI/

TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

08.20

08.30

Mae

Mae

4. Menanyakan kepada

orangtua klien apakah

informasi yang

diberikan sudah

cukup atau belum

EF: orangtua klien

menjawab untuk

sementara

informasinya sudah

cukup

5. Mengkaji reaksi klien

setelah proses

transfuse

EF:

Keluarga mengatakan

klien tidak mengalami

reaksi apapun selama

proses transfusi

36

Page 37: askepITP

www.masiyo.com

XVII. CATATAN PERKEMBANGAN

NO

DX

HARI/

TGL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

1 Jumat,

16/12/11

Mae 14.00 S:

orangtua mengatakan klien sudah tidak demam

O:

- S: 37,2OC, N:112x/mnt

- Mukosa bibir lembab

A:

Masalah keperawatan hypertermi teratasi

P:

Stop intervensi

2 Jumat,

16/12/11

Mae 14.10 S:

orangtua mengatakan tidak ada perdarahan di

gusi, bintik merah berkurang

O:

- S: 37,2OC, N:112x/mnt

- Tidak tampak perdarahan di gusi

- Hasil lab tanggal 16 Desember 2011:

Hb: 10,5 g/dL

L: 10.000 µL

Ht: 31%

Trb: 108.000 µL

37

Page 38: askepITP

www.masiyo.com

A:

Masalah keperawatan syok hipovolemik teratasi

P:

stop intervesi

NO

DX

HARI/

TGL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

3 Jumat,

16/12/11

Mae

Mae

Mae

14.15

17.00

17.30

S:

orangtua mengatakan klien makan siang habis

½ porsi

O:

- makan siang ½ porsi

- Tidak terjadi penurunan berat badan

A:

Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi

sebagian

P:

lanjutkan intervesi no 1,3

I:

1. memberi makan sesuai diet

EF:

makan habis ½ porsi

2. melibatkan keluarga dalam perencanaan diet

sesuai program

E:

S: orangtua mengatakan klien makan sore

habis ½ porsi

O: - makan sore ½ porsi

- klien sudah tidak anoreksia

A: Masalah keperawatan gangguan nutrisi

38

Page 39: askepITP

www.masiyo.com

teratasi sebagian

P: lanjutkan intervesi no 1,3

R: -

NO

DX

HARI/

TGL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

4 Jumat,

16/12/11

Mae

Mae

Mae

Mae

14.20

16.00

16.05

16.10

S:

orangtua klien mengatakan bintik merah sudah

berkurang

O:

- bintik merah berkurang

- Tidak terjadi perlukaan di kulit

A:

Masalah keperawatan gangguan integritas kulit

teratasi sebagian

P:

lanjutkan intervesi no 1,2,3

I:

1. mengkaji integritas kulit

EF: Bintik merah berkurang dan tidak ada

perlukaan di kulit

2. menganjurkan klien untuk tidak menggaruk

dengan keras bagian yang gatal

3. menganjurkan orangtua klien untuk

menghindari pemakaian cream kulit tanpa

rekomendasi dokter

E:

S: orangtua klien mengatakan bintik merah

sudah berkurang

39

Page 40: askepITP

www.masiyo.com

O: - bintik merah berkurang

- Tidakterjadi perlukaan di kulit

A: Masalah keperawatan gangguan

integritas kulit teratasi sebagian

P: lanjutkan intervesi no 1,2,3

R: -

NO

DX

HARI/

TGL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

5 Jumat,

16/12/11

Mae 14.20 S:

orangtua mengatakan klien sudah lebih aktif

O:

- keadaan umum sudah lebih baik

- klien sudah mampu duduk dan berdiri di

atas tempat tidur

A:

Masalah keperawatan intoleransi aktivitas

teratasi

P:

stop intervesi

3 Sabtu,

17/12/11

Mae 14.00 S:

orangtua mengatakan klien makan siang habis

¾ porsi

O:

- makan siang ¾ porsi

- Tidak terjadi penurunan berat badan

A:

Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi

P:

stop intervesi

4 Sabtu, Mae 14.00 S:

40

Page 41: askepITP

www.masiyo.com

1&/12/11 orangtua klien mengatakan bintik merah sudah

berkurang

O:

- bintik merah berkurang

- Tidak terjadi perlukaan di kulit

NO

DX

HARI/

TGL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

A:

Masalah keperawatan gangguan integritas kulit

teratasi

P:

Stop intervesi

41

Page 42: askepITP

www.masiyo.com

BAB 4

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ITP pada an. L selama 3

hari di ruang Kemuning RSU Tangerang, penulis menemukan 6 masalah keperawatan.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, penulis menyimpulkan bahwa

semua masalah keperawatan yang telah teratasi yaitu:

a. Hypertermi

b. Resiko syok hipovolemik

c. Gangguan kebutuhan nutrisi

d. Gangguan integritas kulit

e. Intoleransi aktivitas

f. Resiko cedera

4.2. SARAN

Setelah selesai melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ITP pada an. L

selama 3 hari di ruang Kemuning RSU Tangerang, penulis memberikan sedikit saran

kepada orangtua klien untuk cepat tanggap bila menemukan kasus serupa didalam

keluarganya, sehingga bisa dicegah tingkat kegawatan dari penyakit serupa. Orangtua

juga mau memberikan intake makanan dan minum yang cukup sehingga tidak akan

terjadi gangguan nutrisi dan syok hipovolemik. Orangtua juga mau bertanya jika

informasi yang didapatkan mengenai proses penyakit dirasakan masih kurang, sehingga

keluarga bisa lebih kooperatif dalam proses perawatan.

42

Page 43: askepITP

www.masiyo.com

Untuk petugas di ruangan, dimohon untuk lebih memperhatikan masalah waktu dan

jumlah cairan infus yang dibutuhkan klien, karena biasanya klien anak seringkali

digendong, sehingga tetesan infuse seringkali tidak sesuai dengan program therapy,

mengobservasi tanda-tanda perdarahan dan intake klien, memperhatikan waktu

kadaluarsa darah yang akan dipergunakan untuk transfusi, serta pemberian informasi

yang jelas kepada keluarga pasien, terutama dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan

yang masih kurang sehingga proses perawatan dapat lebih optimal. Dikarenakan orangtua

klien sudah meminta untuk rawat jalan, dimohon kepada petugas di ruangan untuk dapat

memberitahukan tentang program terapi yang harus dilanjutkan di rumah, segera kembali

ke RS jika ada tanda-tanda perdarahan dan waktu kontrol setelah rawat inap untuk

mengevaluasi kondisi kesehatan klien.

43