askep_demem_typoid

16
TINJAUAN TEORITIS DEMAM TYPHOID A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kumanSalmonella thyposa yang menimbulkan infeksi pada usus halus dengan gejala demamyang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan serta lesu. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. 2. Etiologi Penyebabnya antaralain kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasiyang rendah, pengolahan makanan yang masih rendah, urbanisasi, keadaan sosioekonomi yang masih rendah, pemeliharaan kebersihan pribadi (Personal Hygiene) yang kurang baik, makan makanan yang tidak bersih, air minum yang tidakmemenuhi syarat kesehatan dan tidak dimasak mendidih, serta kebersihan lingkungandan sanitasi lingkungan yang kurang. 3. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 1

Upload: firka-al-furqan

Post on 13-Feb-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: askep_demem_typoid

TINJAUAN TEORITIS

DEMAM TYPHOID

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kumanSalmonella

thyposa yang menimbulkan infeksi pada usus halus dengan gejala demamyang lebih dari

satu minggu, gangguan pada pencernaan serta lesu. Organisme ini masuk melalui

makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang

terinfeksi kuman salmonella.

2. Etiologi

Penyebabnya antaralain kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar

hygiene dan sanitasiyang rendah, pengolahan makanan yang masih rendah, urbanisasi,

keadaan sosioekonomi yang masih rendah, pemeliharaan kebersihan pribadi (Personal

Hygiene) yang kurang baik, makan makanan yang tidak bersih, air minum yang

tidakmemenuhi syarat kesehatan dan tidak dimasak mendidih, serta kebersihan

lingkungandan sanitasi lingkungan yang kurang.

3. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal

dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat),

dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi

kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat

akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang

tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan

limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran

darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian

melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman

selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 1

Page 2: askep_demem_typoid

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia

berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus

halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis

dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

4. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,mual,

muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk danepitaksis.

5. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Demam Typhoid yaitu :

a. Perawatan.

1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah

komplikasi perdarahan usus.

2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada

komplikasi perdarahan.

b. Diet.

1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

c. Obat-obatan.

Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan penyebarankuman

antibiotik yang dapat digunakan.

1) Kloromfenikol : dosis pertama 4 x 250 mg, kedua 4 x 500 mg 

2) Ampisilin / amoksisilin ; dosis 50 – 150 mg/kg BB. Diberikan selama 2 mingu

3) Katrimoksazol ; 2 x 2 tablet

4) Setrafalosporin generasi II dan III

6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium,

yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia

dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada

batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 2

Page 3: askep_demem_typoid

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan

darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan

typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan

pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di

laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin

dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.

7. Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :

1) Komplikasi : intestinal

a. Pendarahan usus 

b. Perparasi usus

c. Ileus pamalitik 

2) Komplikasi ekstraintestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler ; kegagalan sirkulasi perifer (renjatansepsis),

miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis. 

b. Komplikasi darah : Anemia hemolitik, trombositopenia

c. Komplikasi paru : Pneumonia, empiema, dan pleuritis

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis

e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis

f. Komplikasi tulang : osteomielitis

g. Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis, meningismus, delirium.

8. Prognosis

Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan

tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan.

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 3

Page 4: askep_demem_typoid

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 4

Page 5: askep_demem_typoid

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Data Dasar

Data dasar pengkajian pasien demam typhoid yaitu :

a) Aktivitas atau istirahat

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan atau kurang untuk aktif atau melakukan latihan

teratur

Tanda : Bedrest total

b) Sirkulasi

Gejala : Ansietas, gelisah, delirium, stupor

Tanda : Nadi antara 80-100/menit, denyut lemah, tekanan darah turun.

c) Eliminasi

Gejala : Perut terasa kembung.

Tanda : Diare, konstipasi, inkontinensia urin

d) Makanan atau cairan

Gejala : Anoreksia

e) Higiene

Gejala : Lidah kotor, berkerak, berwarna merah di ujung dan di tepinya

Tanda : Mulut berbau tidak sedap

f) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala bagian depan

Tanda : Gangguan pendengaran

g) Nyeri atau kenyamanan

Gejala : Tenggorokan terasa kering dan meradang

Tanda : Nyeri otot

h) Keamanan

Gejala : Hipertermi

Tanda : Peningkatan suhu mencapai 40°C, pernafasan semakin cepat.

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 5

Page 6: askep_demem_typoid

2. Patoflodiagram / Penyimpangan KDM

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 6

Page 7: askep_demem_typoid

3. Diagnosa Keperawatan / Masalah Keperawatan

a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat ditempat tidur/ tirah

baring.

c) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual,

muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

kurang akibat mual, muntah, anoreksia atau output yang berlebihan akibat diare.

e) Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.

f) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.

g) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis

berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.

4. Intervensi

a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.

Intervensi:

1) Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.

Rasional: Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses

inflamasi.

2) Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu klien/ keluarga dalam

melaksanakan upaya tersebut, seperti: dengan memberikan kompres dingin pada

daerah frontal, lipat paha dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah hilangnya

kehangatan tubuh, tingkatkan intake cairan dengan perbanyak minum.

Rasional: Membantu mengurangi demam.

3) Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap 2-3

jam.

Rasional: Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran keadaan umum klien.

4) Monitor penurunan tingkat kesadaran.

Rasional: Menentukan intervensi selanjutnya untuk mencegah komplikasi lebih

lanjut.

5) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien.

Rasional: Untuk mempercepat proses penyembuhan.

6) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik.

Rasional: Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik mengobati

infeksi basil salmonella typhi.

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 7

Page 8: askep_demem_typoid

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur/ tirah

baring.

Intervensi:

1) Berikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berupa makanan,

minuman, ganti baju dan perhatikan kebersihan mulut, rambut, genetalia dan kuku.

Rasional: Pemberian bantuan pada klien dapat menghindari timbulnya komplikasi

yang berhubungan dengan pergerakan yang melanggar program tirah

baring.

2) Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL.

Rasional: Partisipasi keluarga sangat penting untuk mempermudah proses

keperawatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

3) Jelaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses

penyembuhan

Rasional: Istirahat menurunkan mobilitas usus juga menurunkan laju metabolisme

dan infeksi.

c) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual,

muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.

Intervensi:

1) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, turgor kulit, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik) jika diperlukan.

Rasional: Perubahan status hidrasi, membran mukosa, turgor kulit

menggambarkan berat ringannya kekurangan cairan.

2) Monitor tanda-tanda vital

Rasional: Perubahan tanda vital dapat menggambarkan keadaan umum klien.

3) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.

Rasional: Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan.

4) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

Rasional: Keluarga sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan cairan klien.

5) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian cairan IV.

Rasional: Pemberian cairan IV untuk memenuhi kebutuhan cairan.

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat

diare.

Intervensi:

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 8

Page 9: askep_demem_typoid

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 9

Page 10: askep_demem_typoid

1) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.

Rasional: Mengetahui penyebab pemasukan yang kurang sehingga dapat

menentukan intervensi yang sesuai dan efektif.

2) Monitor adanya penurunan berat badan.

Rasional: Kebersihan nutrisi dapat diketahui melalui peningkatan berat badan 500

gr/minggu.

3) Monitor lingkungan selama makan.

Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stress dan lebih kondusif

untuk makan.

4) Monitor mual dan muntah.

Rasional: Mual dan muntah mempengaruhi pemenuhan nutrisi.

5) Libatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien.

Rasional: Meningkatkan peran serta keluarga dalam pemenuhan nutrisi untuk

mempercepat proses penyembuhan.

6) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.

Rasional: Protein dan vitamin C dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.

7) Berikan makanan yang terpilih.

Rasional: Untuk membantu proses dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

Rasional: Membantu dalam proses penyembuhan.

e) Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.

Intervensi:

1) Monitor tanda dan gejala diare.

Rasional: Untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan.

2) Identifikasi faktor penyebab diare.

Rasional: Mengetahui penyebab diare sehingga dapat menentukan intervensi

selanjutnya.

3) Observasi turgor kulit secara rutin.

Rasional: Turgor kulit jelek dapat menggambarkan keadaan klien.

4) Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare.

Rasional: Untuk membantu dalam proses penyembuhan.

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 10

Page 11: askep_demem_typoid

5) Anjurkan pasien untuk makan makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi

kalori jika memungkinkan.

Rasional: Makanan rendah serat dan tinggi protein dapat membantu mengatasi

diare.

6) Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal.

Rasional: Untuk melanjutkan intervensi dan pemberian obat berikutnya.

7) Evaluasi intake makanan yang masuk.

Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan klien.

8) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian cairan IV.

Rasional: Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.

f) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.

Intervensi:

1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, intensitas dan karakteristik nyeri.

Rasional: Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran

penyakit/ terjadi komplikasi.

2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan menurunkan nyeri.

Rasional: Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor yang

memperberat (seperti stress, tidak toleran terhadap makanan) atau

mengidentifikasi terjadinya komplikasi, serta membantu dalam

membuat diagnosis dan kebutuhan terapi.

3) Beri kompres hangat pada daerah nyeri.

Rasional: Untuk menghilang nyeri.

4) Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian obat analgetik.

Rasional: Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri.

g) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan

prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak

adekuat.

Intervensi:

1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya.

Rasional: Mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit demam typoid.

2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien.

Rasional: Agar ibu klien mengetahui tentang penyakit demam typoid, penyebab,

tanda dan gejala, serta perawatan dan pengobatan penyakit demam

typoid.

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 11

Page 12: askep_demem_typoid

3) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.

Rasional: Supaya keluarga lebih memahami tentang penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKABrunner dan Suddart.2002, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.

EGC,Jakarta.

Doenges,Marylin,E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit EGC,Jakarta.

Markel E.K,Vaye M.1981, Medikal Parasitologi. Citra Aditya Bakti.

http://www.scribd.com/doc/54054961/demam-tifoid

DEMAM TYPHOID | KELOMPOK II | 12