askep typus abdomenalis

Upload: kharisma-amsirahk

Post on 03-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    1/17

    ASKEP TIPHUS ABDOMINALIS

    Ditulis pada Maret 27, 2008 oleh Maria melisa valentino

    Pengertian

    Typhus Abdominalis adalah :

    a.Penyakit infeksi akut usus halus (Juwono Rachmat, 1996).

    b.Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan

    gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran.

    (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

    c.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella

    paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa

    perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai

    dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi

    kulit (Soedarto, 1996).

    2.Etiologi

    Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar

    dan tidak berspora (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

    http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-tiphus-abdominalis/http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-tiphus-abdominalis/
  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    2/17

    3.Anatomi fisiologi saluran cerna

    a.Anatomi

    Saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki)yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus.

    1)Mulut

    Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding dari cavum

    oris mempunyai struktur yang melayani fungsi mastikasi, salivasi, menelan,

    kecap dan bercakap. Mulut dibatasi pada kedua sisi pipi yang dibentuk oleh

    muskulis businatorius, atapnya adalah palatum yang memisahkannya dari

    hidung dan bagian atas dari faring, lidah membentuk bagian terbesar dari

    dasar mulut.

    Terdapat tiga pasang glandula salivarius (parotid, mandibular dan sublingual).

    Glandula salivarius mensekresikan saliva via duktus ke dalam mulut. Glandulla

    diinervasi baik oleh saraf parasimpatis dan simpatis (Rosa M. Sacharin,

    1993).

    Dalam rongga mulut terdapat :

    a)Lidah

    Lidah menempati kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis

    dalam laring.

    b)Gigi

    Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan

    yang berbeda-beda. Set pertama adalah gigi primer atau susu yang bersifat

    sementara dan tumbuh melalui gusi selama satu tahun pertama dan kedua.

    Set kedua atau set permanen menggantikan gigi primer dan ini mulai tumbuh

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    3/17

    pada sekitar umur 6 tahun. Terdapat 20 gigi susu dan 32 gigi permanen (Rosa

    M. Sacharin, 1993).

    2)Esofagus

    Terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung

    dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini,

    panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila makanan

    melewatinya (Smeltzer Suzanne C, 2001).

    3)Lambung

    Lambung ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah

    tubuh, tepat di bawah diafragma kiri.

    Lambung dapat dibagi dalam empat bagian anatomis : kardia (jalan masuk),

    fundus, korpus dan pilorus (outler). Otot halus sirkuler di dinding pilorus

    membentuk sfingter piloris dan mengontrol lubang diantara lambung dan usus

    halus (Smeltzer Suzanne C, 2001).

    Kapasitas lambung adalah antara 30 dan 35 ml saat lahir dan meningkat

    sampai sekitar 75 ml pada kehidupan minggu kedua. Pada akhir bulan pertama

    ini sekitar 10 ml, sementara kapasitas lambung rata-rata orang dewasa adalah

    1000 ml (Rosa M. Sacharin, 1993).

    4)Usus halus

    Adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah

    panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    4/17

    membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area

    permukaan untuk sekresi dan absorbsi.

    Usus halus dibagi 3 bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian

    tengah disebut yeyunum dan bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara

    usus halus dan usus besar terletak di bagian bawah kanan duodenum ini

    disebut sekum

    Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol

    pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam

    usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis.

    Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum

    yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada

    sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian kolon

    sigmoid dan rektum. Rektum berlanjut pada anus. Jalan keluar anal di atur

    oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.

    b.Fisiologi

    Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah, dimana makanan

    dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan

    enzim pencernaan. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan

    makanan.

    Menelan mulai sebagai aktifitas volunter yang di atur oleh pusat

    menelan di medulla oblongata dari sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan,

    epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan karenanya mencegah aspirasi

    makanan ke dalam paru-paru. Menelan, mengakibatkan bolus makanan berjalan

    ke dalam esofagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas refleks, otot halus di

    dinding esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari esofagus ke arah

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    5/17

    lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses

    peristaltik esofagus ini, sfingter esofagus bawah rileks dan memungkinkan

    bolus makanan masuk lambung. Akhirnya, sfingter esofagus menutup dengan

    rapat untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus.

    Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau

    sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Cairan ini yang dapat

    mempunyai pH serendah 1, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida

    yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam ini dua kali lipat

    :

    1)Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat diabsorbsi.

    2)Untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.

    Lambung dapat menghasilkan sekresi kira-kira 2, 4 L/hari. Sekresi lambung

    juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai pencernaan

    protein. Faktor instrinsik juga disekresi oleh mukosa gaster. Kontraksi

    peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah pilorus.

    Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati sfingter pilorus, partikel

    ini diaduk kembali ke korpus lambung. Makanan tetap berada di lambung

    selama waktu yang bervariasi, dari setengah jam sampai beberapa jam

    tergantung pada ukuran partikel makanan, komposisi makanan dan faktor lain.

    Peristaltik di dalam lambung dan kontraksi sfingter pilorus memungkinkan

    makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus (Smeltzer Suzanne C,

    2001).

    Proses pencernaan berlanjut ke duodenum, sekresi di dalam

    duodenum datang dari pankreas, hepar dan kelenjar di dinding usus itu

    sendiri. Karakteristik utama dari sekresi ini adalah kandungan enzim

    pencernaan yang tinggi. Sekresi pankreas mempunyai pH alkalin karena

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    6/17

    konsentrasi bikarbonatnya yang tinggi. Ini menetralisir asam yang memasuki

    duodenum dari lambung. Pankreas juga mensekresi enzim pencernaan,

    termasuk tripsin, yang membantu dalam pencernaan protein, amilase yang

    membantu dalam pencernaan zat pati dan lipase yang membantu dalam

    pencernaan lemak. Empedu (disekresi oleh hepar dan disimpan di dalam

    kandung empedu) membantu mengemulsi lemak yang dicerna.

    Sekresi kelenjar usus terdiri daru mukus, yang menyelimuti sel-sel

    dan melindungi mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida, hormon,

    elektrolit dan enzim. Hormon, neuroregulator dan regulator lokal ditemukan

    di dalam sekresi usus, berfungsi mengontrol laju sekresi usus dan

    mempengaruhi motilitas gastrointestinal.

    Sekresi usus total kira-kira getah pankreas 1 L/hari, empedu 0.5

    L/hari dan kelenjar usus halus 3 L/hari. Ada 2 tipe kontraksi yang terjadi

    secara teratur di usus halus :

    1)Kontraksi segmental yang menghasilkan campuran gelombang yang

    menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan dalam gerakan mengaduk.

    2)Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.

    Karbohidrat dipecahkan menjadi disakarida dan monosakarida. Protein

    dipecahkan menjadi asam amino dan peptida. Lemak dicerna diemulsifikasi

    menjadi monogliserida dan asam lemak.

    Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum

    terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup

    ileusekal. Populasi bakteri adalah komponen utama dari isi usus besar. Bakteri

    membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam empedu.

    Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan

    sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi efisien

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    7/17

    terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan

    mengembangkan anus, biasanya dalam kira-kira 12 jam sebanyak seperempat

    dari materi sisa makanan mungkin tetap berada direktum 3 hari setelah

    makanan dicerna.

    Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot-ototnya

    dan merilekskan sfinger anal internal yang biasanya tertutup. Sfingter

    internal dikontrol oleh sistem saraf otonom, sfringter eksternal di bawah

    kontrol sadar dari kortektes serebral.

    Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali sehari,

    tetapi frekuensi bervariasi diantara individu, faeces terdiri dari bahan

    makanan yang tidak tercerna, materi anorganik, air dan bakteri, Bahan kekal

    kira-kira 75 % materi cair dan 25 materi padat (Smeltzer Suzanne C, 2001).

    4.Patofisiologi

    a.Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam

    lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian

    distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus

    kemudian kuman masuk ke peredarahan darah (bakterimia primer), dan

    mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.

    b.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula

    endotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan

    bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa

    jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    8/17

    c.Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi

    pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada

    minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi

    penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat

    menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,

    kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.

    d.Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran

    pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, Yuliani Rita,

    2001).

    Bagan/skema patofisiologi

    5.Gambaran klinik

    Gambaran klinik demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan

    daripada orang dewasa. Masa tunas : 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari jika

    infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama

    30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu

    perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,

    nafsu makan kurang. Menyusul gambaran klinik yang biasa ditemukan ialah :

    a.Demam

    Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten

    dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-

    angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi

    pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    9/17

    keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali

    pada akhir minggu ketiga.

    b.Gangguan pada saluran pencernaan

    Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah

    (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan

    tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan

    keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai

    nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat

    diare atau normal.

    c.Gangguan kesadaran

    Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu

    apatis sampai somnolen. Di samping itu gejala tersebut mungkin terdapat

    gejala lain yaitu pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola,

    yaitu bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang daapt

    ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang ditemukan bradikardia dan

    epistaksis pada anak besar (Ngastiyah ,1997).

    6.Relaps

    Relaps ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi

    berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu

    badan normal kembali. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil

    dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    10/17

    zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil

    bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis (Ngastiyah ,1997).

    7.Komplikasi

    Pada usus halus :

    a. Perdarahan usus, bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan

    tinja dengan benzidin, jika perdarahan banyak terjadi metena.

    b. Perforasi usus, timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan

    terjadi pada bagian distal ileum.

    c. Peritonitis, ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat

    dinding abdomen tegang dan nyeri tekan (Ngastiyah ,1997).

    8.Pemeriksaan Diagnostik

    a. Pemeriksaan daerah tepi : leukopenia, aneosinofilia, anemia,

    trombositopenia.

    b. Pemeriksaan sumsum tulang : menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum

    tulang.

    c. Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhopsa pada urine dan tinja.

    Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil

    salmonella typhosa pada urine dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul

    sembuh.

    d. Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau

    lebih sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak

    bermakna untuk menengakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    11/17

    setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh. (Suriadi,

    Yuliani Rita, 2001).

    9.Penatalaksanaan

    a.Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.

    b.Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang

    lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.

    c.Istirahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali

    (istirahat total), kemudian boleh duduk. Jika tidak panas lagi boleh berdiri

    kemudian berjalan di ruangan.

    d.Diet makanan yang mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.

    Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan

    tidak menimbulkan gas.

    e.Obat pilihan adalah kloramfenikal dosis tinggi yaitu 100 mg / kg BB/hari

    (maksimum 2 gram perhari) diberikan 4x sehari peroral atau intravena.

    f.Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila

    terjadi demam hidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan

    sebagainya. (Ngastiyah, 1997).

    10.Prognosis

    Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat

    kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya

    pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6 % dan pada orang dewasa

    7,4 % rata-rata 5,7 % (Juwono Rachmat, 1996).

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    12/17

    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    Menurut Yura (1983) proses keperawatan adalah tindakan yang

    berurutan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah pasien,

    membuat perencanaan untuk mengatasi, melaksanakan dan mengevaluasi

    keberhasilan efektif akan masalah yang akan diatasinya.

    Proses keperawatan terdiri dari tahap pengkajian, perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi.

    1.Pengkajian

    Pengkajian sistem gastrointestinal meliputi riwayat kesehatan serta

    pemeriksaan fisik komprehensif dimulai dari rongga mulut, abdomen, rektum

    dan anus pasien. Tujuan tindakan ini untuk mengumpulkan riwayat, pengkajian

    fisik dan tes diagnostik untuk mengidentifikasi dan mengatasi diagnosa

    keperawatan dan medis klien. (Monica Ester, 2001).

    Pada pengkajian penderita dengan kasus typhus abdominalis yang perlu

    dikaji :

    a.Riwayat keperawatan

    b.Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada

    malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis,

    penurunan kesadaran (Suriadi, dkk 2001).

    Diagnosa Keperawatan

    a.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

    ada nafsu makan, mual dan kembung.

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    13/17

    b.Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake

    cairan dan peningkatan suhu tubuh.

    c.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.

    d.Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

    e.Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi (Suriadi, dkk, 2001).

    2.Perencanaan Keperawatan

    Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi dan aktivitas

    keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan

    mencegah masalah keperawatan klien.

    a.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

    ada nafsu makan, mual dan kembung.

    Tujuan : - Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.

    Intervensi :

    5)Nilai status nutrisi anak.

    6)Izinkan anak untuk makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk

    memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

    7)Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan

    kualitas intake nutrisi.

    8)Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi

    kecil tetapi sering.

    9)Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala

    yang sama.

    10)Pertahankan kebersihan mulut anak.

    11)Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    14/17

    penyakit.

    12)Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral. Jika pemberian

    makann melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak

    b.Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake

    cairan dan peningkatan suhu tubuh.

    Tujuan : - Mencegah kurangnya volume cairan.

    Intervensi :

    1)Observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh ) paling sedikit setiap empat jam.

    2)Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak

    elastis, ubun-ubun cekung, produksi urine menurun, membran mukosa kering,

    bibir pecah-pecah.

    3)Observasi dan catat intake dan output dan mempertahankan intake dan

    output yang adekuat.

    4)Monitor dan catat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala

    yang sama.

    5)Monitor pemberian cairan intravena melalui intravena setiap jam.

    6)Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL)

    dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge.

    7)Berikan antibiotik sesuai program.

    c.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.

    Tujuan : - Mempertahankan fungsi persepsi sensori.

    Intervensi :

    1)Kaji status neurologis

    2)Istirahkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil.

    3)Hindari aktivitas yang berlebihan.

    4)Pantau tanda-tanda vital.

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    15/17

    d.Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

    Tujuan : - Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.

    Intervensi :1)Kaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangan

    anak.

    2)Jelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat

    dilakukan hingga demam berangsur-angsur turun .

    3)Bantu memenuhi kebutuhan dasar anak.

    4)Libatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.

    e.Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi.

    Tujuan : - Mempertahankan suhu dalam batas normal.

    Intervensi :

    1)Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia.

    2)Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.

    (Suriadi dkk, 2001).

    3. Pelaksanaan / Implementasi

    Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh

    perawat dan klien. Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai

    berikut :

    a.Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.

    b.Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat

    dan efisien pada situasi yang tepat.

    c.Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    16/17

    d.Dokumentasi intervensi dan respons klien.

    (Keliat, Anna Budi, 1999).

    4.Evaluasi Keperawatan.

    Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua

    tahap proses keperawatan (diagnosa, tujuan, intervensi ) harus dievaluasi.

    Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi adalah :

    a.Anak menunjukkan tanda tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.

    b.Anak menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.

    c.Anak tidak menunjukkan tanda tanda penurunan kesadaran yang lebih

    lanjut.

    d.Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat

    perkembangan anak.

    e.Anak akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal.

    (Suriadi, dkk 1999).

  • 7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS

    17/17

    Sumber:

    1.Engel, Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.2.Ester, Monica, 2002, Keperawatan Medikal Bedah ; Pendekatan Sistem

    Gastrointestinal, EGC, Jakarta.

    3.Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

    4.Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit

    Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

    5.Prabu, B. D. R, 1996, Penyakit Penyakit Infeksi Umum, Jilid I, Widya

    Medika, Jakarta.

    6.Rosa, M. Sacharin, 1993, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 EGC,

    Jakarta.

    7.Soedarto, 1996, Penyakit Penyakit Infeksi di Indonesia, Widya Medika,

    Jakarta.

    8.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak,

    Infomedika, Jakarta.

    9.Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV. Sagung,

    Jakarta.

    10.Tambayong, Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

    11.Tambunan, Gani W, 1994, Patologi Gastroenterologi, EGC, Jakarta.