askep typus abdomenalis
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
1/17
ASKEP TIPHUS ABDOMINALIS
Ditulis pada Maret 27, 2008 oleh Maria melisa valentino
Pengertian
Typhus Abdominalis adalah :
a.Penyakit infeksi akut usus halus (Juwono Rachmat, 1996).
b.Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
(Suriadi, Yuliani Rita, 2001).
c.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella
paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai
dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi
kulit (Soedarto, 1996).
2.Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar
dan tidak berspora (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-tiphus-abdominalis/http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-tiphus-abdominalis/ -
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
2/17
3.Anatomi fisiologi saluran cerna
a.Anatomi
Saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki)yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus.
1)Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding dari cavum
oris mempunyai struktur yang melayani fungsi mastikasi, salivasi, menelan,
kecap dan bercakap. Mulut dibatasi pada kedua sisi pipi yang dibentuk oleh
muskulis businatorius, atapnya adalah palatum yang memisahkannya dari
hidung dan bagian atas dari faring, lidah membentuk bagian terbesar dari
dasar mulut.
Terdapat tiga pasang glandula salivarius (parotid, mandibular dan sublingual).
Glandula salivarius mensekresikan saliva via duktus ke dalam mulut. Glandulla
diinervasi baik oleh saraf parasimpatis dan simpatis (Rosa M. Sacharin,
1993).
Dalam rongga mulut terdapat :
a)Lidah
Lidah menempati kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis
dalam laring.
b)Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan
yang berbeda-beda. Set pertama adalah gigi primer atau susu yang bersifat
sementara dan tumbuh melalui gusi selama satu tahun pertama dan kedua.
Set kedua atau set permanen menggantikan gigi primer dan ini mulai tumbuh
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
3/17
pada sekitar umur 6 tahun. Terdapat 20 gigi susu dan 32 gigi permanen (Rosa
M. Sacharin, 1993).
2)Esofagus
Terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung
dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini,
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila makanan
melewatinya (Smeltzer Suzanne C, 2001).
3)Lambung
Lambung ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah
tubuh, tepat di bawah diafragma kiri.
Lambung dapat dibagi dalam empat bagian anatomis : kardia (jalan masuk),
fundus, korpus dan pilorus (outler). Otot halus sirkuler di dinding pilorus
membentuk sfingter piloris dan mengontrol lubang diantara lambung dan usus
halus (Smeltzer Suzanne C, 2001).
Kapasitas lambung adalah antara 30 dan 35 ml saat lahir dan meningkat
sampai sekitar 75 ml pada kehidupan minggu kedua. Pada akhir bulan pertama
ini sekitar 10 ml, sementara kapasitas lambung rata-rata orang dewasa adalah
1000 ml (Rosa M. Sacharin, 1993).
4)Usus halus
Adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
4/17
membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area
permukaan untuk sekresi dan absorbsi.
Usus halus dibagi 3 bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian
tengah disebut yeyunum dan bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara
usus halus dan usus besar terletak di bagian bawah kanan duodenum ini
disebut sekum
Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol
pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam
usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis.
Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum
yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada
sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian kolon
sigmoid dan rektum. Rektum berlanjut pada anus. Jalan keluar anal di atur
oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
b.Fisiologi
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah, dimana makanan
dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan
enzim pencernaan. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan
makanan.
Menelan mulai sebagai aktifitas volunter yang di atur oleh pusat
menelan di medulla oblongata dari sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan,
epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan karenanya mencegah aspirasi
makanan ke dalam paru-paru. Menelan, mengakibatkan bolus makanan berjalan
ke dalam esofagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas refleks, otot halus di
dinding esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari esofagus ke arah
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
5/17
lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses
peristaltik esofagus ini, sfingter esofagus bawah rileks dan memungkinkan
bolus makanan masuk lambung. Akhirnya, sfingter esofagus menutup dengan
rapat untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus.
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau
sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Cairan ini yang dapat
mempunyai pH serendah 1, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida
yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam ini dua kali lipat
:
1)Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat diabsorbsi.
2)Untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.
Lambung dapat menghasilkan sekresi kira-kira 2, 4 L/hari. Sekresi lambung
juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai pencernaan
protein. Faktor instrinsik juga disekresi oleh mukosa gaster. Kontraksi
peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah pilorus.
Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati sfingter pilorus, partikel
ini diaduk kembali ke korpus lambung. Makanan tetap berada di lambung
selama waktu yang bervariasi, dari setengah jam sampai beberapa jam
tergantung pada ukuran partikel makanan, komposisi makanan dan faktor lain.
Peristaltik di dalam lambung dan kontraksi sfingter pilorus memungkinkan
makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus (Smeltzer Suzanne C,
2001).
Proses pencernaan berlanjut ke duodenum, sekresi di dalam
duodenum datang dari pankreas, hepar dan kelenjar di dinding usus itu
sendiri. Karakteristik utama dari sekresi ini adalah kandungan enzim
pencernaan yang tinggi. Sekresi pankreas mempunyai pH alkalin karena
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
6/17
konsentrasi bikarbonatnya yang tinggi. Ini menetralisir asam yang memasuki
duodenum dari lambung. Pankreas juga mensekresi enzim pencernaan,
termasuk tripsin, yang membantu dalam pencernaan protein, amilase yang
membantu dalam pencernaan zat pati dan lipase yang membantu dalam
pencernaan lemak. Empedu (disekresi oleh hepar dan disimpan di dalam
kandung empedu) membantu mengemulsi lemak yang dicerna.
Sekresi kelenjar usus terdiri daru mukus, yang menyelimuti sel-sel
dan melindungi mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida, hormon,
elektrolit dan enzim. Hormon, neuroregulator dan regulator lokal ditemukan
di dalam sekresi usus, berfungsi mengontrol laju sekresi usus dan
mempengaruhi motilitas gastrointestinal.
Sekresi usus total kira-kira getah pankreas 1 L/hari, empedu 0.5
L/hari dan kelenjar usus halus 3 L/hari. Ada 2 tipe kontraksi yang terjadi
secara teratur di usus halus :
1)Kontraksi segmental yang menghasilkan campuran gelombang yang
menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan dalam gerakan mengaduk.
2)Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.
Karbohidrat dipecahkan menjadi disakarida dan monosakarida. Protein
dipecahkan menjadi asam amino dan peptida. Lemak dicerna diemulsifikasi
menjadi monogliserida dan asam lemak.
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum
terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup
ileusekal. Populasi bakteri adalah komponen utama dari isi usus besar. Bakteri
membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam empedu.
Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan
sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi efisien
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
7/17
terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan
mengembangkan anus, biasanya dalam kira-kira 12 jam sebanyak seperempat
dari materi sisa makanan mungkin tetap berada direktum 3 hari setelah
makanan dicerna.
Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot-ototnya
dan merilekskan sfinger anal internal yang biasanya tertutup. Sfingter
internal dikontrol oleh sistem saraf otonom, sfringter eksternal di bawah
kontrol sadar dari kortektes serebral.
Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali sehari,
tetapi frekuensi bervariasi diantara individu, faeces terdiri dari bahan
makanan yang tidak tercerna, materi anorganik, air dan bakteri, Bahan kekal
kira-kira 75 % materi cair dan 25 materi padat (Smeltzer Suzanne C, 2001).
4.Patofisiologi
a.Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian
distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk ke peredarahan darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.
b.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula
endotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan
bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa
jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
8/17
c.Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
d.Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, Yuliani Rita,
2001).
Bagan/skema patofisiologi
5.Gambaran klinik
Gambaran klinik demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas : 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama
30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,
nafsu makan kurang. Menyusul gambaran klinik yang biasa ditemukan ialah :
a.Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi
pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
9/17
keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
b.Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan
keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai
nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat
diare atau normal.
c.Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Di samping itu gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lain yaitu pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola,
yaitu bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang daapt
ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang ditemukan bradikardia dan
epistaksis pada anak besar (Ngastiyah ,1997).
6.Relaps
Relaps ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil
dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
10/17
zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil
bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis (Ngastiyah ,1997).
7.Komplikasi
Pada usus halus :
a. Perdarahan usus, bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan
tinja dengan benzidin, jika perdarahan banyak terjadi metena.
b. Perforasi usus, timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan
terjadi pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis, ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat
dinding abdomen tegang dan nyeri tekan (Ngastiyah ,1997).
8.Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan daerah tepi : leukopenia, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia.
b. Pemeriksaan sumsum tulang : menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang.
c. Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhopsa pada urine dan tinja.
Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urine dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul
sembuh.
d. Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau
lebih sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak
bermakna untuk menengakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
11/17
setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh. (Suriadi,
Yuliani Rita, 2001).
9.Penatalaksanaan
a.Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
b.Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
c.Istirahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk. Jika tidak panas lagi boleh berdiri
kemudian berjalan di ruangan.
d.Diet makanan yang mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan
tidak menimbulkan gas.
e.Obat pilihan adalah kloramfenikal dosis tinggi yaitu 100 mg / kg BB/hari
(maksimum 2 gram perhari) diberikan 4x sehari peroral atau intravena.
f.Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila
terjadi demam hidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan
sebagainya. (Ngastiyah, 1997).
10.Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya
pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6 % dan pada orang dewasa
7,4 % rata-rata 5,7 % (Juwono Rachmat, 1996).
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
12/17
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Menurut Yura (1983) proses keperawatan adalah tindakan yang
berurutan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah pasien,
membuat perencanaan untuk mengatasi, melaksanakan dan mengevaluasi
keberhasilan efektif akan masalah yang akan diatasinya.
Proses keperawatan terdiri dari tahap pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian sistem gastrointestinal meliputi riwayat kesehatan serta
pemeriksaan fisik komprehensif dimulai dari rongga mulut, abdomen, rektum
dan anus pasien. Tujuan tindakan ini untuk mengumpulkan riwayat, pengkajian
fisik dan tes diagnostik untuk mengidentifikasi dan mengatasi diagnosa
keperawatan dan medis klien. (Monica Ester, 2001).
Pada pengkajian penderita dengan kasus typhus abdominalis yang perlu
dikaji :
a.Riwayat keperawatan
b.Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis,
penurunan kesadaran (Suriadi, dkk 2001).
Diagnosa Keperawatan
a.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
ada nafsu makan, mual dan kembung.
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
13/17
b.Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan dan peningkatan suhu tubuh.
c.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
d.Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
e.Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi (Suriadi, dkk, 2001).
2.Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan
mencegah masalah keperawatan klien.
a.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
ada nafsu makan, mual dan kembung.
Tujuan : - Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Intervensi :
5)Nilai status nutrisi anak.
6)Izinkan anak untuk makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
7)Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi.
8)Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi
kecil tetapi sering.
9)Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala
yang sama.
10)Pertahankan kebersihan mulut anak.
11)Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
14/17
penyakit.
12)Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral. Jika pemberian
makann melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
b.Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan dan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : - Mencegah kurangnya volume cairan.
Intervensi :
1)Observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh ) paling sedikit setiap empat jam.
2)Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak
elastis, ubun-ubun cekung, produksi urine menurun, membran mukosa kering,
bibir pecah-pecah.
3)Observasi dan catat intake dan output dan mempertahankan intake dan
output yang adekuat.
4)Monitor dan catat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala
yang sama.
5)Monitor pemberian cairan intravena melalui intravena setiap jam.
6)Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL)
dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge.
7)Berikan antibiotik sesuai program.
c.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Tujuan : - Mempertahankan fungsi persepsi sensori.
Intervensi :
1)Kaji status neurologis
2)Istirahkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil.
3)Hindari aktivitas yang berlebihan.
4)Pantau tanda-tanda vital.
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
15/17
d.Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
Tujuan : - Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
Intervensi :1)Kaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangan
anak.
2)Jelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat
dilakukan hingga demam berangsur-angsur turun .
3)Bantu memenuhi kebutuhan dasar anak.
4)Libatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.
e.Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : - Mempertahankan suhu dalam batas normal.
Intervensi :
1)Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia.
2)Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.
(Suriadi dkk, 2001).
3. Pelaksanaan / Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai
berikut :
a.Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b.Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat.
c.Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
16/17
d.Dokumentasi intervensi dan respons klien.
(Keliat, Anna Budi, 1999).
4.Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua
tahap proses keperawatan (diagnosa, tujuan, intervensi ) harus dievaluasi.
Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi adalah :
a.Anak menunjukkan tanda tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.
b.Anak menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
c.Anak tidak menunjukkan tanda tanda penurunan kesadaran yang lebih
lanjut.
d.Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat
perkembangan anak.
e.Anak akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal.
(Suriadi, dkk 1999).
-
7/28/2019 askep TYPUS ABDOMENALIS
17/17
Sumber:
1.Engel, Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.2.Ester, Monica, 2002, Keperawatan Medikal Bedah ; Pendekatan Sistem
Gastrointestinal, EGC, Jakarta.
3.Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
4.Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
5.Prabu, B. D. R, 1996, Penyakit Penyakit Infeksi Umum, Jilid I, Widya
Medika, Jakarta.
6.Rosa, M. Sacharin, 1993, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 EGC,
Jakarta.
7.Soedarto, 1996, Penyakit Penyakit Infeksi di Indonesia, Widya Medika,
Jakarta.
8.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak,
Infomedika, Jakarta.
9.Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV. Sagung,
Jakarta.
10.Tambayong, Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
11.Tambunan, Gani W, 1994, Patologi Gastroenterologi, EGC, Jakarta.