askep post partum.docx

28
ASKEP POST PARTUM (PNC) A. Konsep Dasar Medik Masa Nifas 1. Pengertian Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu ( Hanifa , dalam Ilmu Kebidanan, 1995). Istilah puerperium ( berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan ) menunjukkan periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil ( Reeder, dalam Maternity Nursing, 1987) Periode masa nifas adalah waktu penyembuhan dan perubahan waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga (Mitayani, 2009, Hal : 122 ). Pengertian lainnya, masa nifas ( puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal, 2006). 1. Periode Masa Nifas Pembagian Masa Nifas

Upload: hardian-sullivan

Post on 26-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP POST PARTUM.docx

ASKEP POST PARTUM (PNC)

A. Konsep Dasar Medik Masa Nifas

1.    Pengertian

         Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu ( Hanifa , dalam  Ilmu Kebidanan, 1995). Istilah

puerperium  ( berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan ) 

menunjukkan periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke

kondisi normal seperti sebelum hamil ( Reeder, dalam Maternity Nursing, 1987)

         Periode masa nifas adalah waktu penyembuhan dan perubahan waktu kembali

pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga

(Mitayani, 2009, Hal : 122 ).

         Pengertian lainnya, masa nifas ( puerperium) adalah masa yang dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Buku

Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal, 2006).

1.    Periode Masa Nifas

Pembagian Masa Nifas

a.    Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan.

b.    Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya

6-8 minggu.

c.    Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

2.    Tahap  Perkembangan  Peran pada Masa Nifas

a.    Dependent Behavior

Page 2: ASKEP POST PARTUM.docx

1)    Memerlukan energi fisik untuk merawat bayi

2)    Tugas rutin ditunda / diserahkan pada orang lain

3)    Gangguan rasa nyaman nyeri, akibat episiotomy, hemoroid, lecet pada puting susu

b.    Independent behavior

1)    Mulai  ada hasrat untuk merawat bayinya

2)    Mulai memperhatikan tugas lain, seperti urusan rumah tangga

3)    Peran orang tua perlu dipelajari

c.    Interdependent Behavior

1)    Interaksi antar anggota keluarga

2)    Ayah bekerja, lebih banyak menghabiskan waktu di luar

3)    Ibu khusus merawat bayi dan bekerja, kebutuhan interest berbeda akan membuat

renggang hubungan suami istri.

3.    Perubahan pada Masa Nifas

Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu.

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana

proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat

energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta

dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan,

maupun perawat ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa nifas

ini. Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan

keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki

pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa

nifas ini dengan baik.

Perubahan Fisiologis pada sistem Reproduksi

a)    Uterus

Page 3: ASKEP POST PARTUM.docx

(1)  Proses Involusi

         Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke

keadaan sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu peristiwa penting

dalam masa nifas, disamping proses laktasi                      ( pengeluaran ASI). Uterus

ibu yang baru melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus uteri

kira-kira 1 jari dari pusat, sedangkan beratnya  lebih kurang 1 kg. Hal ini disebabkan

oleh banyaknya darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh-pembuluh

darah yang membesar dan setelah itu berangsur-angsur menjadi kecil.

(2)  Kontraksi

          Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang

diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauteri yang

sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar , ini

menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan antara plasenta sehingga jaringan

perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas.

         Upaya untuk mepertahankan kontraksi uterus selama masa awal nifas ini

penting sekali, maka biasanya suntikan oksitosin ( pitosin ) secara intravena atau

intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir (Bobak 2005). Inisiasi

menyususi dini ( IMD ) dimana membiarkan bayi di payudara ibu segera setelah lahir

dalam masa ini penting juga   dilakukan, karena isapan bayi pada payudara dapat

merangsang pelepasan oksitosin.

(3)  Afterpains

        Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu mengalami kram /

mulas pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali dengan kram waktu

periode menstruasi, keadaan ini disebut afterpains, yang ditimbulkan oleh karena

Page 4: ASKEP POST PARTUM.docx

kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang

terkumpul didalam uterus.

(4)  Tempat Plasenta

        Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi

tempat / situs plasenta akan menjadi nekrotik ( layu / mati ). Desidua yang mati akan

keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan

lokia yang menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik tadi adalah karena

pertumbuhan endometrium .

(4)  Lokia

        Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas.

Lokia mempunyai reaksi   basa / alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat daripada vagina normal. Lokia mempunyai bau amis

( anyir), meskipun tidak terlalu menyengat, dan volumenya berbeda-beda pada

setiap ibu, lokia mengalami perubahan karena proses involusi.

(a)  Lochea rubra (cruenta), berwarna merah berisi darah segar bercampur  sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2

hari post partum.

(b)  Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari 3-7

post partum.

(c)  Lochea serosa, berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14 post

partum.

(d)  Lochea alba, cairan putih selama 2 minggu (Wiknjosastro. H, 2005, hal : 241).

b)    Serviks Uteri

        Involusi serviks dan segmen bawah uterus / eksterna setelah persalinan

berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil. Muara serviks eksterna /

Page 5: ASKEP POST PARTUM.docx

katalis servikalis tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum  melahirkan ( pada

multipara ), tetapi terlihat memanjang seperti celah atau garis horisontal agak lebar ,

sering disebut mulut ikan atau porous serviks.

        Serviks akan menjadi lunak segera setelah melahirkan. Dalam waktu sekitar 20

jam setelah persalinan, serviks memendek dengan konsistensi lebih padat dan

kembali ke bentuk semula dalam masa involusi.

c)    Vagina

        Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rudae kembali. Vagina

yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum

hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan. Rugae akan terlihat

kembali pada minggu ke-3 atau ke-4. Estrogen setelah melahirkan sangat berperan

dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali

d)    Perineum

        Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan,

perineum menjadi agak bengkak/edema/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas

robekan atau episiotomy, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. Proses

penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan tanda-

tanda infeksi pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak, atau keluar

cairan  tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah

melahirkan.

e)    Organ Otot Panggul

        Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama

waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan

dengan pemajangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang

menopang uterus, dinding vagina, rektum, uretra, dan kandung kemih.

Page 6: ASKEP POST PARTUM.docx

        Latihan Kegel dapat direkomendasikan setelah persalinan untuk membantu

memperbaiki tonus dan fungsi otot vagina dan panggul.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam

melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan masyarakat yang

berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon klien terhadap

penyakitnya.   

Pada dasarnya proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

secara sistematis dan menggunakan pemikiran. Proses keperawatan juga

merupakan kegiatan yang didasarkan pada ilmiahserta metode pendekatan yang

dilakukan oleh tenaga perawatan dalam membantu pemecahan masalah klien.

Dalam proses keperawatan ada lima tahap, dimana tahap-tahap tersebut tidak dapat

dipisahkan, dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama

membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu yaitu tahap pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan / tindakan keperawatan dan

evaluasi.

1.    Pengkajian

Menurut Doenges ( 2001 ) hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan 4 jam post

partum yaitu :

a.    Aktivitas / istirahat

Insomnia mungkin teramati

b.    Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari

c.    Integritas ego

Page 7: ASKEP POST PARTUM.docx

Peka rangsang, takut menangis ( ”postpartum blues” sering terlihat kira-kira 3 hari

setelah melahirkan

d.    Eliminasi

Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5

e.    Makanan /  cairan

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluarkan kira-kira hari ke-3

f.     Nyeri / ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 

pasca partum

g.    Seksualitas

Uterus 1 cm di atas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira

selebar jari setiap harinya. Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut

menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi ( missal, rekumben

versus ambulasi berdiri ) dan aktivitas ( mis. Menyusui ). Payudara : produksi

kolostrum 48 jam diagnosa pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari

ke- 3, mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.

2.    Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Doenges ( 2001 ) pada ibu post partum lebih dari 4

jam sampai 3 hari pasca partum yaitu :

a.    Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau

distensi, efek-efek hormonal.

b.    Ketidakpuasan dengan pengalaman menyusui berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur

/ karakteristik fisik payudara ibu.

Page 8: ASKEP POST PARTUM.docx

c.    Risiko tinggi cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator ( mis, hipotensi

ortostatik, trejadinya HKK atau eklamsia), efek-efek anastesia, tromboembolisme,

profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh ).

d.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakan kulit,

penurunan Hb, prosedur invasive dan/ atau peningkatan pemajanan lingkungan,

rupture ketuban lama, malnutrisi.

e.    Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek hormonal ( perpindahan

cairan / peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efek-

efek anastesia.

f.     Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan belebihan ( muntah,

diaphoresis, peningkatan haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata meningkat,

hemoragi)

g.    Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan

volume cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek-

efek infus oksitosin adanya HKK.

h.    Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis rektil), efek-efek

progesterone, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anastesia, diare persalinan,

kurang masukan, nyeri perineal/rektal .

i.      Risiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang

dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan /

atau tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri /

bayi/pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien /

pasangan, adanya stressor ( mis, finansial, rumah tangga pekerjaan)

Page 9: ASKEP POST PARTUM.docx

j.      Risiko koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis maturasional dari

kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua ( atau

melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem

pendukung, persepsi tidak realistis.

k.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis ( sangat

gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri /ketidaknyamanan, proses persalinan dan

kelahiran melelahkan.

l.      Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan

dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan  interpretasi, tidak mengenal

sumber-sumber. Potensi terhadap pertumbuhan berhubungan dengan kecukupan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif, memungkinkan

tujuan aktualisasi diri muncul kepermukaan.

m.  Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas adaptif, memungkinkan

tujuanaktualisasi diri.

3.    Rencana Asuhan Keperawatan

        Menurut Doenges intervensi / perencanaan pada ibu postpartumlebih dari 4 jam

sampai 3 hari pascapartum adalah :

a.    Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau

distensi, efek-efek hormonal

Tujuan :

1)    Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan

dengan tepat. Mengungkapkan berku-rangnya ketidaknyamanan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Page 10: ASKEP POST PARTUM.docx

1.    Tentukan adanya lokasi dan sifat

ketidaknyamanan. Tinjau ulang

persalinan dan catatan kelahiran.

2.    Inspeksi perbaikan perineum dan

episiotomy. Perhatikan edema,

ekimosis, nyeri tekan local, eksudat

purulent, atau kehi-langan perlekatan

jahitan. (rujuk pada DK : infeksi,

risiko tinggi terhadap. )

3.    Berikan kompres es pada perineum,

khususnya selama 24 jam pertama

setelah kelahiran.

4.    Berikan kompres panas lembab

( mis , rendam duduk / bak mandi )

diantara 100 0 F dan 1050F ( 380C –

480 C setelah 24 jam pertama.

5.    Anjurkan duduk dengan otot gluteal

terkontraksi di atas perbaikan

episiotomi

6.    Kaji nyeri tekan uterus, tentukan

adanya dan frekuensi / intesitas after

pains. Perhatikan faktor-faktor

pemberat

1.    Mengidentifikasi kebutuhan-

kebutuhan khusus dan intervensi

yang tepat.

2.    Dapat menunjukkan trauma

berlebihan pada jaringan perineal

dan/ atau terjadinya komplikasi yang

memerlukan evaluasi / intervensi

lanjut

3.    Memberi anastesia local, mening-

katkan vasokonstriksi, dan me-

ngurangi edema dan vasodilatasi

4.    Meningkatkan sirkulasi pada

perineum, meningkatakan oksi-

genasi dan nutrisi pada jaringan,

menurunkan edema dan mening-

katkan penyembuhan.

5.    Penggunaann pengencangan glu-teal

saat duduk menurunkan stres dan

tekanan langsung pada perineum

6.    Selama 12 jam pertama pasca

partum, kontraksi uterus kuat dan

regular, dan ini berlanjut selama 2-3

hari selanjutnya, meskipun

frekuensinya dan intesitasnya

Page 11: ASKEP POST PARTUM.docx

7.    Inspeksi payudara dan jaringan

puting, kaji pembesaran dan /atau

puting pecah-pecah.

berkurang. Faktor-faktor yang

memperberat afterpain meliputi

multipara, overdistensi uterus,

menyusui, dan pemberian pre-parat

ergot dan oksitosin.

7.    Pada 24 jam pasca partum, payudara

harus lunak dan tidak perih, dn puting

harus bebas dari pecah-pecah atau

area keme-rahan. Pembesaran

payudara, nyeri tekan puting, atau

adanya pecah-pecah padaputing 

( bila klien menyusui ) dapat terjadi

hari ke-2 sampai ke-3 pasca partum.

b.  Ketidakpuasan dengan pengalaman menyusui berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur

/ karakteristik fisik payudara ibu.

Tujuan  :

1)    Mengungkapkan pemahaman atau proses situasi menyusui

2)    Mendemonstrasikan teknik efektif dalam menyusui

3)    Menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan

setelah menyusui

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1.    Kaji pengetahuan dan penga-1.    Membantu dalam mengiden-tifikasi

Page 12: ASKEP POST PARTUM.docx

laman klien tentang menyusui

sebelumnya.

2.    Tentukan sistem pendukung yang

tersedia pada klien, dan sikap

pasangan / keluarga

3.    Berikan informasi verbal dan

tertulis, mengenai fisiologi dan

keuntungan menyusui, pera-watan

puting dan payudara, kebutuhan

diet khusus, dan faktor-faktor yang

memu-dahkan atau mengganggu

keberhasilan menyusui.

4.    Demonstrasikan dan tinjau ulang

teknik-teknik menyusui. Perhatikan

posisi bayi selama menyusu  dan

lama menyusu.

5.    Kaji puting klien, anjurkan klien

melihat puting setiap habis

kebutuhan saat ini dan

mengembangkan rencana pe-

rawatan.

2.    Mempunyai dukungan yang cukup

meningkatkan ke-sempatan untuk

pengalaman menyusui dengan

berhasil. Sikap dan komentar yang

negative mempengaruhi upaya-

upaya dan data menye-babkan

klien menolak menco-ba untuk

menyusui

3.    Membantu menjamin suplai susu

adekuat, mencegah puting pecah

dan luka, memberikan

kenyamanan, dan membuat peran

ibu menyusul. Pamphlet dan buku-

buku menyediakan sumber yang

dapat dirujuk klien sesuai

kebutuhan

4.    Posisi yang tepat biasanya

mencegah luka puting tanpa

memperhatikan lamanya me-

nyusui.

5.    Identifikasi dan intervensi dini

dapat mencegah / membatasi

Page 13: ASKEP POST PARTUM.docx

menyusui

6.    Anjurkan klien untuk menge-

ringkan puting dengan udara

selama 20-30 menit setelah

menyusui dan memberikan

preparat lanolin setelah menyusui,

atau menggunakan lampu

pemanas dengan lampu 40-watt

ditempatkan 18 inci dari payudara,

selama 20 menit. Instruksikan klien

menghindari penggunaan sabun

atau penggunaan bantalan bra

berlapis plastic, dan mengganti

pembalut bila basah atau lembab.

7.    Instruksikan klien untuk

menghindari penggunaan

pelindung puting kecuali secara

khusus diindikasikan

terjadinya luka atau pecah puting,

yang dapat merusak proses

menyusui.

6.    Pemajanan pada udara atau panas

membantu mengen-cangkan

puting, sedangkan sabun dapat

menyebabkan kering.

Mempertahankan pu-ting dalam

media lembab meningkatkan

pertumbuhan bakteri dan

kerusakan kulit ( catatan: Studi

menunjukkan mengoleskan sedikit

ASI pada area puting dapat

bermanfaat untuk mengatasi

puting pecah dengan

mempertahankan area lunak dan

lembut.

7.    Ini telah diketahui menambah

kegagalan laktasi. Pelindung

mencegah mulut bayi menga-rah

untuk kotak dengan puting ibu,

yang mana perlu untuk

melanjutkan pelepasan prolac-tin

(meningkatkan produksi susu) dan

dapat mengganggu atau

Page 14: ASKEP POST PARTUM.docx

8.    Berikan pelindung puting payudara

khusus mis : pelindung

Eschmann ) untuk klien menyusui

dengan puting masuk atau datar.

Anjurkan penggunaan kompres es

sebelum menyusui dan latihan

puting dengan memutar diantara

ibu jari dan jari tengah dan

menggunakan teknik Hoffman

Kolaborasi

9.    Rujuk klien pada kelompok

pendukung : mis , posyandu.

10. Identifikasi sumber-sumber yang

tersedia dimasyarakat sesuai

indikasi : misal program kesehatan

ibu dan anak ( KIA )

mencegah tersedianya. Suplai

susu yang adekuat. (catatan :

pelindung yang digunakan

sementara dapat menguntungkan

pada kondisi puting pecah yang

berat.)

8.    Mangkuk laktasi / pelindung

payudara, latihan, dan kom-pres

es membantu membuat puting

lebih ereksi, teknik Hoffman

melepaskan perleng-ketan, yang

menyebabkan in-versi puting .

9.    Memberikan bantuan terus

menerus untuk meningkatkan

kesuksesan hasil.

10. Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendi-dikan klien dan nutrisional.

Page 15: ASKEP POST PARTUM.docx

c.  Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakan kulit,

penurunan Hb, prosedur invasive dan/ atau peningkatan pemajanan lingkungan,

rupture ketuban lama, malnutrisi.

Tujuan :

1)    Klien dapat mendemonstrasikan tekhnik-tekhnik untuk menurunkan resiko /

meningkatkan penyembuhan

2)    Menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen

3)    Bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1.    Kaji catatan prenatal dan

intrapranatal, perhatikan frekuensi

pemeriksaan vagina dan

komplikasi seperti ketuban pecah

dini ( KPD ), persalinan lama,

laserasi, hemoragi, dan

tertahannya plasenta.

2.    Pantau suhu dan nadi dengan rutin

I dan sesuai indikasi, catat tanda-

tanda menggigil, anoreksia atau

malaise.

3.    Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus,

perhatikan perubahan involusional

atau adanya nyeri tekan uterus

1.    Membantu mengidentifikasi faktor-

faktor resiko yang dapat

mengganggu penyembuhan dan

/atau kemunduran pertumbuhan

epitel jaringan endometrium dan

memberi kecendrungan klien

terkena infeksi.

2.    Peningkatan suhu sampai 38 0C

dalam  24 jam pertama sangat

menandakan infeksi, peningkatan

sampai 38 0C pada 2 dari 10 hari

pertama adalah bermakna.

3.    Fundus yang pada awalnya 2 cm

di bawah umbilicus, meningkat 1-2

cm / hari ( satu buku jari perhari ).

Page 16: ASKEP POST PARTUM.docx

eksterm.

4.    Catat jumlah dan bau rabas

lokheal atau perubahan pada

kemajuan normal dari rubra

menjadi serosa.

5.    Evaluasi kondisi puting, perhatikan

adanya pecah-pecah, kemerahan

atau nyeri tekan. Anjurkan

pemeriksaan rutin payudara.

Tinjau perawatan yang tepat dan

teknik pemberian makan bayi   

( rujuk pada DK : nyeri akut /

ketidaknyamanan )

Kegagalan myometrium untuk

involusi pada kecepatan ini, atau

terjadinya nyeri tekan eksterm,

menandakan kemungkinan

tertahannya jaringan plasenta atau

infeksi. ( catatan : ukuran uterus

dipengaruhi oleh ukuran bayi yang

baru dilahirkan.) ( rujuk pada NIK :

infeksi puerperal )

4.    Lokheal secara normal mempunyai

bau amis / daging, namun pada

endometrius, rabas mungkin

purulent dan bau busuk, mungkin

gagal untuk menunjukkan

kemajuan normal dari rubra

menjadi serosa sampai alba.

5.    Terjadinya fisura / pecah-pecah

pada puting menimbulkan

potensial risiko mastitis.

6.    Diagnosis dini dari infeksi local

Page 17: ASKEP POST PARTUM.docx

6.    Inspeksi sisi perbaikan episitomi

setiap 8 jam. Perhatikan nyeri

tekan berlebihan, kemerahan,

eksu-dat purulent, edema sekatan

pada garis sutura ( kehilangan

perlekatan ) atau adanya leserasi.

7.    Perhatikan frekuensi / jumlah

berkemih.

8.    Anjurkan perawatan perineal

dengan menggunakan botol atau

rendam duduk 3 sampai 4 kali

sehari atau setelah berkemih /

defekasi . anjurkan klien mandi

setiap hari diganti pembalut

perineal sedikitnya setiap 4 jam,

dari depan ke belakang.

9. Anjurkan dan gunakan teknik

mencuci tangan cermat dan

pembuangan pembalut yang kotor,

pembalut perineal dan linen

terkontaminasi dengan tepat.

Diskusikan dengan klien

pentingnya kontinuitas tindakan ini

setelah pulang.

dapat mencegah penyebaran pada

jaringan uterus . ( catatan : adanya

laserasi derajat ketiga sampai

keempat meningkatkan risiko

terkena infeksi).

7.    Stasis urinarius meningkatkan

risiko terhadap infeksi.

8.    Pembersihan sering dari kedepan

ke belakang ( simfisis pubis ke

area anal ) membantu mencegah

kontaminasi rektal mamasuki

vagina atau uretra. Mandi rendam

duduk ataupun rendam

merangsang sirkulasi perineal dan

meningkatkan pemulihan

9. Membantu mencegah atau

menghalangi penyebaran in-feksi.

Page 18: ASKEP POST PARTUM.docx

 

C. Konsep Dasar Ruptur Perineum

1.    Pengertian

         Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum yang biasanya

umum terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir

terlalu cepat (Wiknjosastro, 2005, hal. 665).Ruptur perineum terdiri dari beberapa

tingkatan :

a.    Ruptur perineum derajat I

Ruptur terjadi hanya pada selaput lendir dan kulit perineum.

b.    Ruptur perineum derajat II

Ruptur yang terjadi pada selaput lendir, kulit dan juga otot perineum.

c.    Ruptur perineum derajat III

Ruptur yang mengenai selaput lendir, kulit, otot-otot perineum dan spingter ani

rusak.

d.    Ruptur perineum derajat IV

Ruptur terjadi pada perineum sampai dengan otot spingter ani dan mukosa rectum

(Wiknjosastro, 2005, hal. 665).

2.    Etiologi

Terjadinya ruptur perineum dapat di sebabkan oleh beberapa hal :

a.    Kepala anak terlalu cepat lahir.

b.    Anak besar.

c.    Vagina sempit.

d.    Persalinan buatan

e.    Panggul sempit (Mochtar,R, 1998, hal. 292).

3.    Insiden

Page 19: ASKEP POST PARTUM.docx

           Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutya, robekan ini dapat di hindarkan atau di kurangi

dengan menjadi sampai dasar panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat,

sebaliknya kepala janin yang akan lahir, janin ditahan terlampau kuat dan karena

dapat menyebabkan perdarahan dalam tengkorak janin dan terjadinya asfiksia,

robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila

janin terlalu cepat di sudut, anus lebih kecil dari biasanya, kepala janin melewati

pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih dari pada sirkumferensia suboksipito

brehmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vagina (Wiknjosastro, 2005,

hal.665).

4.    Patofisiologi

           Terjadinya Ruptur Perineum yaitu karena desakan tiba- tiba dan terlalu cepat

kepala janin keluar dan karena pergerakan pada vulva membuat integritas kulit

menjadi rusak dan lebih jauh kontuinitas jaringan dan pembuluh darah terpisah dan

kadang menimbulkan perdarahan (Wiknjosastro, 2002, hal 665)

5.    Manifestasi klinik

a.    Gelisah

b.    Nadi cepat

c.    Pernapasan

d.    Pucat

e.    Segmen bawah uterus menegang

f.     Pendarahan pervaginam (Wiknjosastro, 2005, hal 668-669).

6.    Penatalaksanaan Medik

a.    Menjahit luka

b.    Anastesi

Page 20: ASKEP POST PARTUM.docx

c.    Pemberian analgetik

d.    Pemberian vitamin

e.    Pemberian antibiotic

f.     Merawat luka perineum

Diposkan oleh Ners Q.ky di 15.47