askep laringektomi

58
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulannnya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri karsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT, sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Menurt data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip oleh Batsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinoma laring. Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yang dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 % yang mewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada laki-laki dibanding wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70 tahun. Setiap tahun di Amerika Serikat sekitar 11 sampai 600 kasus baru ditemukan dari 4030 individu menderita kanker laring akan mati. (American Canser Society 995).

Upload: luluk-badriyah

Post on 17-Feb-2016

103 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Tugas Respirasi

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Laringektomi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan

dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena

penanggulannnya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri

karsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT,

sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketiga

setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.

Menurt data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip oleh

Batsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinoma

laring.

Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yang

dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang

yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai

dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 % yang

mewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada laki-laki dibanding

wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70 tahun.

Setiap tahun di Amerika Serikat sekitar 11 sampai 600 kasus baru ditemukan dari 4030

individu menderita kanker laring akan mati. (American Canser Society 995).

Beberapa karsinogen : tembakau (berasap atau tidak), alkkohol dan efek kombinasinya,

pemajanan terhadap asbestos, gas mustab, kayu, kulit, dan logam.

Faktor penunjang lainnya : berteriak keras, laringitis kronis, defisiensi nutrisi

(riboflavin), dan predisposisi.

2. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :

Setelah penyusunan laporan ini Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan

yang aman dan efektif sesuai dengan standar keperawatan dan etika keperawatan pada

klien usia dewasa yang mengalami masalah kesehatan pada Sisitem Pernafasan.

Tujuan khusus :

Setelah penyusunan Asuhan Keperawatan Ini diharapkan mahasiswa mampu :

a. Mengkaji data –data secara holistik yang didapatkan melalui wawancara, pemeriksaan

fisik, catatan medis dan keperawatan, yang digunakan dilahan praktek.

Page 2: Askep Laringektomi

b. Membedakan data – data patologis dan data-data normal.

c. Mengelompokan data-data patololgis dan data-data normal.

d. Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian.

e. Menentukan rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah dan diagnosa.

f. Mengimplementasikan rencana keperawatan

g. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan yang diberikan.

3. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan laporan ini adalah

metode studi kasus, studi dokumentasi, dan studi pustaka dengan menggunakan proses

keperawatan yang meliputi wawancara, observasi langsung dan observasi tidak

langsung.

4. Sisitematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

2. Tujuan Penulisan

3. Metode Penulisan

4. Sisitematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORI

1. Pengertian karsinoma Laring

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem dan Organ

3. Patofisiologi karsinoma Laring

4. Penyebab karsinoma Laring

5. Tanda dan Gejala karsinoma Laring

6. Menejemen Medik karsinoma Laring

7. Proses Keperawatan karsinoma Laring

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan

3. Perencanaan

4. Implementasi

5. Evaluasi

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

2. Saran

Page 3: Askep Laringektomi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. PENGERTIAN

a. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak

normal, cepat, dan tidak terkendali.

b. Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari

sel epitel atau pertumbuhan jaringan yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre

Itichlitt).

c. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang

dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Laring terletak didepan bagian

terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring

sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trachea dibawahnya.

d. Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan

epitel yang menggangu jaringan suara yang terletak diantara larynx atau di ujung

prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran . Dr. Heidra T. Kaksman). Kanker laring adalah

keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring ( Boeis, 1997).

e. Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang

meliputi bagian supraglotik, glotis, dan subglotis. (Suddart and Brunner).

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi dan Fisiologi Sistem pernafasan

Pernafasasn (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung

oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2.

sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan

menghembuskan disebut ekspirasi.

Fungsi pernafasan

Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah seluruh tubuh (sel – selnya)

untuk mengadakan pembakaran.

Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sias adari pembakaran ,

kemudian di abewa oleh garah ke paru – paru untuk dibuang

Menghangatkan dan melembabkan udara

Page 4: Askep Laringektomi

Organ – organ pernafasan

Saluran pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, broncus, broncheolus dan

alveolus.Saluran pernafasan dari hidung sampai bronchiolus dilapisi oleh membrane

mukosa yang bersilia.Ketika udara masuk kdalam rongga hidung disaring, dihangatkan dan

dilembabkan, Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri

dari epitel torax bertinglat, bersilia da bersel goblet.( lihat gambar A).

Hidung

Bekerja sebagai saluran udara pernafasan

Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu – bulu hidung

Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa

Membunuh kuman – kuman yang masuk, bersama – samaudara pernafasan oleh lekosit

yang terdapat dalam selaput lender (mukosa atau hidung).

Faring

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasr tengkorak sampai persambungannya

dengan esophagus pada ketinggian kartilago krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung

(nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laringofaring )fungsi

faring adalah Mengalirkan udara dari hidung ke laring.

Laring

Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengan

dung pita suara. Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari

kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

kedalam trachea dibawahnya.

Trakea

Page 5: Askep Laringektomi

Trakea disokong oleh cicncin tulang rawan yang berbentuk sepeti sepatu kuda yang

panjangnya kurang lebih 5 inchi/9 cm.

Bronchus

Bronchus utama kiri dan kanan tidak simetris ( lihat gambar).Bronchus kanan lebih pendek

dan lebih lebar dan merupalkan kelanjutan dari trakea yang arahnya lebih

vertical .Sebaliknya , bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan

kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.

Alveolus

Merupakan inti dari fungsi pernafasan ,karena pada alveolus terjadi pertukaran oksigen

dengan kapiler darah.

Fisiologi pernafasan :

4 proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmonary :

1. Ventilasi pulmonal atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan

udara luar.

2. Arus darah melalui paru-paru.

3. Distribusi arus udara dan arus darah sesemikian sehingga jumlah tepat dari setiap udara

dapat mencapai semua bagian tubuh

4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih nudah

berdifusi dari pada O2.

Anatomi dan Fisiologi Laring

Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan antara

faring dan trakea. Laring juga sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

Epiglotis : Daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan.

Glotis : Ostium antara pita suara dalam laring.

Kartilago tiroid : Kartilago terbesar pada trakea, sebagian darai kartilago ini

memebentuk jakun ( Adam ‘s Apple).

Kartilago krikoid : satu – satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak

di baewah kartilago tiroid).

Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.

Pita Suara : Ligamen yang dikontrol oleh otot yang menghasilkan bunyi suara, pita

suara melekat pada lumen laring.

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara .Diantara pita suara terdapat

ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glottis. Glotis

Page 6: Askep Laringektomi

merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah .Meskipun laring

terutama dianggap berhubungan dengan fonasi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung

jauh lebih penting. Pada waktu menelan gerakan laring ke atas,penutupan glottis, dan

fungsi seerti laring pada aditus laring dari epiglottis yang berbentuk daun, berperan untuk

engarahkan makanan dan cairan mauk ke dalam esophagus, namun jika benda asing bisa

masuk melampaui glottis, maka laring yang mempnyai fungsi batuk akan membantu

menghalau benda dan secret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah.

Stuktur penyangga Laring

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang yaitu tulang hyoid dan beberapa

tulang rawan.

1. Tulang hyoid

a. Tulang hioid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak di

antara laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya beberapa

otot mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia. 

b. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan

prosesus brevis bagian depan.

c. Tulang hioid dapat dipalpasi atau diraba di leher depan dan lewat mulut pada

dinding faring lateral. Pada permukaan atas tulang hioid dihubungkan dengan lidah,

mandibula dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Sewaktu menelan kontraksi

otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik keatas, sedangkan bila laring diam,

maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan menggerakan lidah.

2. Tulang rawan (kartilago)

Page 7: Askep Laringektomi

Tulang rawan yang menyusun laring adalah : kartilago epiglotis, kartilago tiroid,

kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan

kartilago tritisea.

a. Kartilago krikoid (Cartilago cricoidea)

Merupakan kartilago yang berbentuk cincin utuh, terletak di belakang kartilago

tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Kartilago ini

mempunyai arcus anterior yang sempit dan lamina posterior yang lebar.  Pada

bagian lateral nya ada facies articularis sirkular yang akan bersendi dengan cornu

inferior  kartilago tiroid. Sedangkan di bagian atasnya terdapat facies articularis

yang akan bersendi dengan basis  kartilago aritenoid. Di setiap sisi tulang rawan

krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian

belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.

b. Kartilago  tiroid (Cartilago thyroidea)

Kartilago  tiroid dihubungkan dengan  kartilago krikoid oleh ligamentum

krikotyroid. Merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina

yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang. Kartilago tiroid

terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid, biasanya di sebut dengan jakun.

Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormon

yang di ekskresi saat pubertas.

c. Kartilago epiglotis

Epiglotis atau kartilago epiglotis adalah katub kartilago elastis yang merupakan

lipatan tulang rawan berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah

yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Kartilago ini merupakan

kartilago yang paling atas pada laring, yang keseluruhannya di lapisi oleh membran

mukosa. Epiglotis adalah tulang rawan yang berfungsi sebagai katup pada pita

suara (laring) dan tabung udara (trakea), yang akan menutup selama proses menelan

berlangsung. Pada saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring

yaitu menutup dan mengangkat jakun keatas untuk mencegah masuknya makanan

dan cairan, sehingga tidak mengganggu pernapasan kita karena masuknya makanan

atau cairan tersebut. Epiglotis akan terus terbuka ketika kita bernapas.

Page 8: Askep Laringektomi

d. Kartilago aritenoid (Cartilago arytenoidea)

Merupakan  Kartilago kecil  yang terdiri dari dua buah dan berbentuk pyramid

yang terletak di belakang dari laring pada pinggir atas lamina kartilago krikoid. 

Kartilago aritenoid membentuk persendian dengan kartilgo krikoid disebut

artikulasi krikoaritenoid, sehingga dapat terjadi gerakan meluncur dari medial ke

lateral dan rotasi. Kartilago aritenoid bertanggung jawab terutama untuk membuka

dan menutupnya laring.

e. Kartilago kornikulata (Cartilago corniculata)

Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago  aritenoid  dan

kartilago ini berjumlah dua buah (sepasang). Dua buah kartilago ini bersendi

dengan apex cartilaginis arytenoidea dan merupakan tempat lekat plica

aryepiglottica sehingga menyebabkan pinggir atas plica aryepiglottica dextra et

sinistra agak meninggi.

f. Kartilago kuneiformis (Cartilago cuneiformis)

Merupakan kartilago kecil yang berjumlah sepasang dan berbentuk batang yang

terdapat di dalam plica aryepiglottica yang berfungsi untuk menyokong plica

tersebut. Kartilago ini berlokasi di lateral dan superior dari kartilago kornikulata

yaitu di dalam plica aryepiglottica dan merupakan potongan memanjang dari

kartilago elastis kecil berwarna kuning.

Proses Pembentukan Suara

Terbentuknya suara merupakan hasil kerja sama antara rongga mulut, rongga hidung,

laring, lidah dan bibir.Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara

ini tidakadapat bergetra, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara

maka kartilago tiroid dan kartilago aritenoid diputar, akibatnya pita suara daoat menjadi

kencang dan mengendor, dengan demikian sela udara menjadi sempit dan menjadi luas.

Pergerakan ini dibantu pula oleh otot- otot laring, udara yang dari paru – paru dihembuskan

dan menggetarkan pita suara, getran ini diteruskan melalui udara yang keluar masuk.

Perbedaan suara seseorang tergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria

lebih panjang dan tebal dari pada pita suara wanita.

3. ETIOLOGI

Page 9: Askep Laringektomi

Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa

perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang – orang dengan resiko tinggi

terhadap terjadinya kanker laring. Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal

yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan

oleh sinar radioaktif.

4. KLASIFIKASI

Tumor Ganas Laring

1. Glotis

Tis Karsinoma insitu

a. T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih

baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.

b. T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat

bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).

c. T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.

d. T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari

laring.

2. Subglotis

Tis karsinoma insitu

a. T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis

b. T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah

terfiksir.

c. T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.

d. T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring

atau dua-duanya.

3. Metastasis Jauh (M)

a. Mx Tidak terdapat/ terdeteksi

b. M0 Tidak ada metastasis jauh

c. M1 Terdapat metastasis jauh.

4. Stadium

a. ST1 T1 N0 M0

Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih

baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior. Tumor

terbatas pada daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh

b. ST II T2 N0 M0

Page 10: Askep Laringektomi

Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat

bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke pita, pita

suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh

c. STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0

Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh

d. STIV T4 N0/N1 M0

Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari

laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring

atau dua-duanya

e. T1/T2/T3/T4 N2/N3

f. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1

5. TANDA DAN GEJALA

Suara serak dalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada

daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara .Suara

mungkin parau yang puncaknya suara rendah.

Nyeri dan rasa terbakar saat minum air hangat atau minum jus jerik adalah tanda dini

kanker subglotis atau supra glottis.

Teraba massa di belakang leher.

Batuk yang kadang – kadang dengan reak yang bercampur darah dikarenakan adanya

ulserai pada tumor tersebut.

Disfagia, kesulitan bernafas dan nafas bau merupakan gejala tahap lanjut.

Pembesaran nodus limfa servikal, penurunan berat badan dan status kelelahan umum

dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama metastase.

6. PATOFISIOLOGI

Page 11: Askep Laringektomi

WOC

Faktor predisposisi(alkohol, rokok, radiasi)

Proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

CA Laring

Metastase supraglotik

Obstruksi lumen oesophagus

Disfagia progresif

Intake kurang

BB turun

KetidakseimbanganNutrisi kurang dari

kebutuhan

Plica Vocalis

Suara parau

Afonia

Suara parau

Hambatan komunikasi verbal

Menekan/ mengiritasi

serabut saraf

Nyeri tekan

Gangguan rasa nyaman: nyeri

Obstruksi jalan Nafas

Mengiritasi sel laring

Infeksi sel mukosa

Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas

Risiko Infeksi

Sesak nafas

Ketidakefektifan pola nafas

Page 12: Askep Laringektomi

7. KOMPLIKASI

Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk

1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)

2. Hemoragi

3. Infeksi

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Laringoskop

Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.

b. Foto thoraks

Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.

c. CT-Scan

Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah

pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.

d. Biopsi laring

Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak

adalah karsinoma sel skuamosa

e. Pemeriksaan hematologi yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel- sel tumor pada

peredaran darah dengan sendi mental dan setri fugis darah

f. Laringografi yaitu dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah

dan nodul limfe

9. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi.

Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan

untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi

diatasi, jika mungkin sebelum dilakukan pembedahan. Jika pembedahan akan dilakukan,

tim yang terdiri atas multidisiplin ilmu mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga untuk

mengembangkan suatu rencana keperawatan yang berhasil.

a. Terapi Radiasi

Page 13: Askep Laringektomi

Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang

hanya mengalami 1 pita suara yang ssakit dan normalnya dapat digerakan (bergerak

saat fonasi), selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa

mungkin mengalami kondritis (inflamasi cartilage) atau stenosis. Terapi radiasi juga

dapat digunakan secara praoperatif untuk mengurangi ukuran tumor.

b. Operasi : laringektomi

1. Laringektomi Parsial (laringofisura-tirotomi )

Dilakukan pada kanker area glottis tahap dini ketika hanya 1 pita suara yang

terkena. Tindakan ini mempunyai kesembuhan sangat tinggi. Dalam operasi ini 1

pita suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan

akan menjadi parau. Jalan nafas tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki

kesulitan menelan.

2. Laringektomi Supraglotis ( horizontal )

Laringektomi supra glottis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.

Tulang hyoid, glottis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago krikoid dan

trachea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang

sakit. Selang trakheostomi dipasang dalam trachea sampai jalan nafas glottis pulih.

Selang trakheostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan

menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan

dan tidak ada lagi bahaya aspirasi.

Pascaoperatif, klien kemungkinan akan mengalami disfagia selama 2 minggu

pertama.

Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti

biasa, masalah utama adalah kanker tersebut akan kambuh. Karenanya pasien harus

dengan sangat cermat dipilih untuk menjalani tindakan ini.

3. Laringektomi Hemivertikal

Laringektomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi

perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis.

Dalam prosedur ini kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan

bagian pita suara (1 pita suara sejati 1 pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor

diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakheostomi dan selang nasogastrik

setelah operasi. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit

tenggorok) dan proyeksi. Jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh. Pasien beresiko

mengalami aspirasi pascaoperasi.

Page 14: Askep Laringektomi

4. Laringektomi Total

Laringektomi total dilakuukan ketika kanker meluas dipita suara. Lebih jauh

ketulang hyoid, epoglotis, kartilago krikoid, dan 2 atau 3 cincin trachea diangkat.

Lidah, dinding faringela dan trachea ditinggalkan. Banyak ahli bedah yang

menganjurkan dilakukannya diseksi leher pada sisi yang sama dengan lesi bahkan

jika tidak teraba nodus limpe sekalipun. Rasional untuk tindakan ini adalah metastase

kenodus limfe servikal sering terjadi. Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai

struktur garis tengah atau kedua pita suara.

Dengan atau tampa diseksi leher, laringektomi total memerlukan stoma tracheal

permanent. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan kedalam saluran

pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan spingter tidak ada

lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal.

Laringektomi total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan

berbicara.

Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi,

staium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan

rekontruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk radiasi.

Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial, tergantung lokasi dan

penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke

kelenjar limfaa leher. Di bagian THT RSCM tersering dilakukan laringektomi totalis,

karena beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena

tehnik sulit umtuk menentukan batas tumor.

Page 15: Askep Laringektomi

10. PROSES KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. Anamnesa

Pada anamnesa biasanya didapatkan keluahan suara paru yang diderita sudah

cukup lama, tidak bersifat hilang timbul meskipun sudah diobati dan bertendens

semakin lama semakin berat. Klien juga kadang mengleuh sakitsakit tenggorok,

disfagia atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok.

Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat yang juga kadang-kadang

adalah seseorang yang banyak memakai suara berlebihan dan salah ( vocal abuse ),

peminum alcohol atau seorang yang sering /pernah terpapar sinar rasioaktif,

misalnya pernah diradiasi didaerah yang lain. Pada anamnesa juga kadang – kadang

didapatkan hemoptisis yang bisa tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru ,

sebab banyak penderita menjelang tua dan dari social ekonomi lemah.

2. Pemeriksaan Fisik

Yang pertama sering didapatkan tidak ada tanda yang khas dari luar, terutama

pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar kekelenjar limpe

leher, terlihat perubahan kontur leher dan hilangnya krepitasi kartilago laring. Pada

saat dipalpasi mungkin erdapat pembengkakan. Perawat melihat sifat dari

pembedahan sehingga dapat merencnakan asuhan yang sesuai. Kaji kemampuan

pasien untuk mendengar, melihat, membaca dan menulis. Kerusakan visual dan

buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan dengan komunikasi

dan membutuhkan pendekatan kreatif untuk memastikan pasien dapat

mengkomunikasikan semua kebutuhannya.

3. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara

langsung maupun tak langsung dengan menggunakan laringoskopi untuk menilai

lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat dan kemudian melakukan biopsy.

Laringoskopi tidak langsung dilakukan untuk mengevaluasi secara visual keluasan

tumor. Uji diagnostic, termasuk sinar X jaringan lunak, tomogram, serogram,

pemeriksaan kontras, dan pencitraan resonansi magnetic (M R I) dilakukan sebagai

bagian dari pemeriksaan diagnostic untuk menentukan keluasan pertumbuhan

Page 16: Askep Laringektomi

tumor. Bagaimanapun, pemeriksaan laringoskopi langsung dibawah anastesi u

mum, adalah metode primer untuk mengevaluasi laring.

Mobilitas pita suara dikaji, jika gerakan normalnya terbatas maka pertumbuhan

tumor mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain dan bahkan jlan nafas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada semua data pengkajian , diagnosa keperawatan utama pasien dapat

mencakup yang berikut :

i. Defisit pengetahuan tentang prospembedahan dan perjalanan pasca

operatif

ii. Ansietaas yang berhubungan dengan diagnosisi kanker dan pembedahan

yang akan dijalani

iii. Ketidak efektifan bersiahan jalan nafas berhubungan dengan perubahan

dalam jalan nafas

iv. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengangkatan

laring dan terhadap edema

v. Perubahan nutrisi : Kurang darai kebutuhatubuh, yang berhubungan

dengan kesulitan menelan

vi. Gangguan citra tubuh, konsep diri, harga diri yang berhubungan dengan

operai leher mayor

vii. Defisit perwatan diri yang berhubungan dengan perawatan pasca

operatif

viii. Potensial ketidakpatuhan terhadap program rehabilitatif dan

penatalaksanaan pemeliharan di rumah

Masalah kolaboratif / potensial komplikasi

Berdasarkan data pengkajian , potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk ;

1. Distres pernafasan ( hipoksia, obstruksi jalan nafas, edem atrakea)

2. Hemoragi

3. Infeksi

PERENCANAAN

1. Tujuan

o Tujuan utama untuk pasien dapat mencakup

o pencapaian tingkat pengetahuan yang cukup ,

o reduksi ansietas,

Page 17: Askep Laringektomi

o pemeliharaan patensi jalan nafas (Pasien mampu untuk mengatasi sekresinya

sendiri),

o perbaikan komunikasi dengan mneggunakan metode alternative,

o pencapaian tingkat nutrisi dan hidrasi yang optimal ,

o perbaikin citra tubuh dan harga diri ,

o patuh terhadap program rehabilitasi,

o penatalaksanaan pemeliharan di rumah

o dan pencegahan komplikasi.

2. Intervensi

Intervensi Keperawatan Pra operatif

Penyuluhan :

Jika dilakukan laringektomi komplit, pasien harus mengetahui bahwa suaranya

akan hilang, tetapi palatihan khusus akan memberikan suatau cara untuk

melakukan percakapan yang cukup normal.Namun kemampuan untuk

bernyanyi , tertawa atau bersiul akan hilang.Sampai tiba waktunya pelatihan ini

pasien harus mengetahua bahwa komunikasi masih memungkinkan melalui

lampu pemanggil dan dengan tulisan.

Menurunkan ansietas dan depresi

ix. berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaa dan

berbagi persepsi

x. jawab pertanyaan seringkas dan selengkap mungkin

xi. datangkan orang yang pernah menjalani laringektomi selama pra and

pasca operasi yang dapat membantu untuk menyampaikan bahwa ada oarng-

orang yang dapat dan mau membantu pasien dan rehabbilitasi yang

berhasil merupakan hal yang tidak mustahi.

Intrvensi pasca operatif

Mempertahankan jalan nafas yang paten

1. posisikan pasien dalam posisi fowler/ ½ fowler setelah pemulihan dari

ansestesi

2. amati pasien terhadap kegelisahan pernafasan labored, aprehensi, dan

peningkatan frekuensi nadi. Rasional : tanda-tanda ini menunjukan masalah

pernafasan atau sirkulasi

3. ambulasi dini jika dianjurkan. Rasional : mencegah atelektasis dan pulmoni

Page 18: Askep Laringektomi

4. jika dilakukan laringektomi total, perawatan untuk selanng ini sama dengan

perawatan untukj selang trakheostomi. Bersihkan stoma setiap hari dengan

larutan salin atau larutan lain yang diresepkan, oleskan salep antibiotic yang

mungkin diresepkan dsekitar stoma dan garis jahitan

5. Amati drainase ukur dan catat. Jika drainase kurang dari 50-60 mml/hari,

dokter biasanya melepaskan drain

6. Lepaskan selang laringektomi jika stoma telah sembuh dengan baik,

biasanya dalam 3-6 minggu setelah pembedahan

7. Ajarkan pasien cara membersihkan dan mengganti selang laringektomi

8. Ajarkan bagaimana cara membersihkan sekresi jalan nafas

Meningkatkan komunikasi dan rehabilitasi bicara

1. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga tentang bentuk alternative

komunikasi meliputi : magic slet, bel pemanggil

2. Anjurkan klien untuk bicara melalui esophagus (trakheoesofagal pungtur )

Meningkatkan nutrisi yang adekuat

1. Pada pascaoperatif pasien tidak diizinkan makan dan minum selama 10-14

hari

2. Berikan nutrisi dan hidrasi yang cukup melalui intravena, NGT, dan nutrisi

parenteral total.

3. Bila pasien telah siap untuk makan peroral, jelaskan pada pasien bahwa

cairan kental seperti ensure dan gelatin akan digunakan pertama kali karena

cairan ini mudah ditelan.

4. Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang manis. Rasional :

makanan yang dapat meningkatkan saliva dan menekan nafsu makan

5. Berikan makanan padat sesuai toleransi pasien

6. instruksikan pasien untuk membilas mulut dengan cairan hangat atau mouth

wash dan menyikat gigi dengan tratur.

Peningkatan nutrisi

1. Lakukan pendekatan yang positif saat merawat pasien yaitu dengan

memperhatikan perawatan diri meliputi perawatan selang balutan dan

drain yang tepasang setelah pembedahan

2. Motivasi klien untuk mengekspresikan setiap perasaan negative tentang

perubahan yang disebabkan oleh pembedahan

Page 19: Askep Laringektomi

3. Dengarkan dan dukung setiap keluahan yang diungkapkan oleh pasien dan

keluarga

4. Rujukan pada kelompok pendukung (jika ada) rasional : dapat

membantupasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan hidup

EVALUASI

xii. Mendapatkan tingkat pengetahuan yang memadai :

Mengungkapkan pengertian tentang prosedur pembedahan dan

melakukan perawatan diri secara adekuat

xiii. Menunjukan penurunan ansietas dan depresi :

1. Mengekspresikan adanya harapan ,

2. Bertemu dengan seseworang yang memiliki masalah serupa.

xiv. Mempertahankan jalan nafas yang bersih dan dapat mengatasi sekresi

sendiri

Memperagakan tehnik yang tepat dan praktis yang mencakup

pembersiahan dan penanganan selang laringektomi

xv. Mendapatkan tehnik komunikasi yang efektif

Menggunakan lat batu untuk komunikasi ( magic slate, bel pemanggil,

papan gambar,bahasa isarat, membaca gerak bibir, bantuan komputer)

xvi. Mempertahankan nutrisi yang seimbang dan adekuat.

xvii. Menunujukan perbaikan citra diri

1. Mengekspresikan perasan dan kekawatiran

2. Ikut serta dalam perawatan diri dan pembuatan keputusan

3. Menerima informasi tentang kelompok pendukung

xviii. Patuh terhadapa program rehabilitasi dan perawatan di rumah

1. Mempraktikan terapi wicara yang dianjurkan

2. Memperagakan metode yang tepat dalam merawat stoma dan selang

laringektomi ( Jika terpasang)

3. Mengungkapkan pengertian tentang gejala yang membutuhkan perhatian

medis

4. Menyebutkan tindakan keamanan yang harus dilakukan dalam keadaan

darurat

Page 20: Askep Laringektomi

xix. Menunjukan tidak terjadi komplikasi :

1. Tanda vital( tekanan darah , suhu tubuh, frekuensi adi dan pernafasan)

normal

2. Tidak terdapat kemerahan

3. Nyeri tekan atau drainase purulen pada tempat pembedahan

4. Menunjukan jalan nafas yang paten dan pernafasan yang sesuai tidak

terdapat perdarahan dari tempat operasi dan perdarahan minimal drai

drain.

Page 21: Askep Laringektomi

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

A. Pengumpulan data

1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama : Tn.U

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status marital : Kawin

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai Koperasi

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Tanggal masuk RS : 1 September 2015

Tanggal Pengkajiaan : 4 September 2015

No Medrec : 04090466

Diagnosa Medis : Suspect Carsinoma Laring + Post Tracheostomi

Alamat : Kampung Sukasari Rt 03 / 03 Kecamatan Tegal Munjul,

Purwakarta

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.U

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Pekerjaan : Pegawai Koperasi

Alamat : Kampung Sukasari Rt 03 / 03 Kecamatan Tegal Munjul,

Purwakarta

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Page 22: Askep Laringektomi

1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Sejak 3 bulan yang lalu klien mengeluh sesak nafas yang dirasakan

bertambaha berat disertai dengan suara sakit. Klien bisa makan dan minum

termasuk memakan makanan padat, keluhan disertai batuk, klien juga

mengeluh ada benjolan di leher sebelah kirinya 5 hari yang lalu klien

berobat ke POLI THT RS B, dan dilakukan tracheostomi untuk

memudahkan bernafas. Klien dinyatakan tumor laring dan dianjurkan

dirawat. Klien dibawa ke RS A pada tanggal 1 September 2015 dan

dinyatakan Suspect Carsinoma Laring dengan post Tracheostomi.

2) Keluhan utama saat dikaji

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 4 September 2015 pukul 08.00

klien mengeluh batuk disertai secret berwarna putih dan encer. Batuk

dirasakan ketika tenggorokannya terasa gatal dan banyak secret, batuk

berhenti bila dilakukan suctioning, batuk tidak dapat dikontrol dan hilang

timbul.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Kurang lebih 1 tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk – batuk dan

radang tenggorokan, walaupun sudah berobat ke Dokter radang tenggorokan

klien tidak sembuh, walaupun sembuh tapi timbul lagi, klien merokok dari usia

20 tahun, 1 hari rata-rata menghabiskan 1 bungkus rokok, baru berhenti 3 bulan

yang lalu.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan klien dan keluarganya, tidak ada yang mempunyai penyakit

yang serupa dengan klien. Tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti

DM, jantung, hipertensi, asma, tidak ada yang sedang atau pernah menderita

penyakit infeksi.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pernapasan cuping

hidung, tidak ada cyanosis, tidak ada secret pada hidung, tidak ada deviasi

septum, pada leher terpasang tracheostomi, balutan tracheostomi kotor,

terdapat secret yang kering pada kasa balutan. Terdapat benjolan pada leher

sebelah kiri, pada saat diraba mempunyai ukuran lebih kurang sebesar

kelereng, benjolan teraba keras dan sulit digerakan. Pergerakan dada simetris,

Page 23: Askep Laringektomi

tidak ada deviasi trakea, tidak ada retraksi interkostalis,. Suara nafas stridor.

Pada saat diperkusi suara paru terdengar resonan, frekuensi nafas 22 x/menit

b. Sistem Cardiovaskuler

Konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada peningkatan JVP, akral teraba

hangat tidak ada cyanosis pada ujung-ujung ekstrimitas, tidak terdapat

clubbing finger, CRT kembali dalam 3 detik, tidak ada pembesaran KGB,

KGB kiri sulit diraba karena ada masa. Bunyi jantung murni dan regular,

point of maksimal impuls antara ICS 4 dan 5 Mid klavikula kiri. Nadi 84 x/

menit tekanan darah 100/70 mmHg.

c. Sistem Pencernaan

Sklera putih, mata tidak cekung, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab,

tidak terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengka, tidak terpasang gigi

palsu, tidak terdapat caries, warna gigi kuning kecoklatan, bentuk lidah

simetris. Abdomen tampak cekung pada saat klien terlentang, bising usus 8-12

x/menit, pada saat diperkusi terdengar timpani, pada saat dipalpasi tidak ada

nyeri tekan dan nyeri lepas, klien mengeluh tidak ada nafsu makan, berat

badan sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg. Klien mengatakan

pada tanggal 1 September 2015 BAB 10x dengan konsistensi cair, sedangkan

pada saat dikaji tanggal 4 September 2015 pada jam 10.00 klien BAB sudah

3 kali dengan konsistensi cair.

d. Sistem Perkemihan

Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan. Pada saat diraba blass

teraba kosong, klien dapat BAK kekamar mandi klien mengatakan tidak ada

keluhan saat BAK

e. SistemMuskuloskeletal

Bentuk tulang sesuai dengan struktur, tidak ada pembengkakan pada sendi,

tidak ada kontraktur, reflek bisep ++/++, reflek trisep ++/++, reflek patella +

+/++ reflek babinski --/--ekstrimitas atas dan bawah dapat digerakan secara

bebas kekuatan otot 5 5

f. SistemIntegumen

Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket, distribusi rambut merata,

tidak mudah dicabut. Kuku tangan dan kaki pendek dan bersih, badan segar

dan bersih, suhu 36,5 0. Turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu

waktu 3 detik.

Page 24: Askep Laringektomi

g. Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid tidak dapat dipalpasi karena terpasang trakheostomi, klien

tidak ada keluhan polipagi, polidipsi dan poliuri.

h. Sistem Persarafan

1. Tes Fungsi Cerebral

Tingkat Kesadaran

Kualitas : compos mentis klien dapat berespon dengan tepat

terhadap stimulus yang diberikan melalui suara, taktil dan visual

Kuantitas ; GCS 15 E = 5, M = 6, V= 4

Status mental

Orientasi klien terhadap orang waktu dan tempat baik terbukti

dengan klien mampu menjawab dimana dia berada, kapan masuk RS

dan siapa yang menemaninya.

Daya ingat : klien mampu menjawab kapan terakhir kali dia merokok

2. Tes Fungsi kranial

N I ( olfaktorius )

Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi

N II ( optikus)

Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak kurang lebih 30

cm denga mengunakan kaca mata

N III,IV,VI (okulomotoris, trokhealis, abdusen )

Respon cahaya terhadap pupil + Bola mata dapat digerakan kesegala

arah , tidak terdapat nistagmus atau diplopia

N V (trigeminus )

Mata klien berkedip pada saat pilinan kapas diusapkan pada kelopak

mata, klien merasakan sentuhan saat kapas diusapkan kemaksila dengan

mata tertutup

N VII ( Fasialis )

Klien dapat membedakan rasa manis dan asin, klien dapat mengerutkan

dahi, wajah klien tampak simetris saat klien tersenyum.

N VIII (auditorius )

Kien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik tanpa harus

diulang

N IX, X ( glosofaringeus, vagus )

Page 25: Askep Laringektomi

Uvula bergetar simetris saat kien mengatakan “Ah”, reflek menelan

bagus,

N XI (asesorius )

Klien dapat menoleh kekanan dan kekiri

N XII ( hipoglosus )

Lidah klien dapat digerakan secara bebas kesegala arah

3. Fungsi Motorik

Tidak terdapat kontraktur pada ekstrimitas atas dan bawah, tonus otot

cukup baik untukmenahan gravitasi, reflek bisep ++/++, reflek trisep +

+/++, reflek patella ++/++ reflek babinski --/--

4. Fungsi Sensorik

Klien dapat membedakan sensai tumpul dan tajam.

4. Pola Aktivitas Sehari-hari

NO AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SETELAH SAKIT

1 Nutrisi

a. Makan

Frekuensi

Nafsu makan

Jenis

b. Minum

Jenis

Jumlah

2 x/hari

Baik, 1 porsi habis

Nasi,lauk pauk, sayuran

Air putih dan air the

7-8 gelas/hari

3x/hari

kurang, klien tidak suka diit yang

diberikan, habis ¼ porsi

bubur, sayur, lauk-pauk

Air putih dan air teh

5-6 gelas

2 Eliminasi

a. BAB

Frekuensi

Konsistensi

Warna

b. BAK

Frekuensi

Warna

1 x/hari

Lembek

Kuning

3-4 x/hari

Kuning jernih

3 x/hari

cair

Kuning

3-4x/hari

Kunng jernih

3 Istirahat tidur

a. Siang Tidak/jarang tidur siang Jam 13.00-15.00

Page 26: Askep Laringektomi

b. Malam 21.00-05.00 20.00-05.00

4 Personal hygine

a. Mandi

b. Keramas

c. Gosok gigi

2 x/ hari

3x / minggu

2 x / hari

2x/hari diseka

baru 1 x

2x/hari

5 Aktivitas Klien bekerja di koperasi Klien dapat beraktivitas dengan

sedikit bantuan

5. Data Psikologis

a. Status Emosi

Klien tampak tenang, ekspresi wajah ceria

b. Konsep Diri

1) Gambaran Diri

Klien mengatakan bahwa dirinya tidak malu dengan benjolan disebelah kiri

lehernya karena itu merupakan suatu penyakit yang akan ditangani oleh

tenaga kesehatan yang lebih ahli.

2) Identitas Diri

Klien adalah seorang dari 4 orang anak. Klien bekerja di koprasi didaerah

tempat tinggalnya.

3) Peran

Klien berperan sebagai seorang suami dari satu orang istri dan sebagai

kepala keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah untuk diri dan

keluarganya.

4) Ideal Diri

Klien berharap penyakitnya cepat sembuh dan segera dioperasi dan berharap

ingin cepat pulang agar dapat melakukan kegiatannya seperti biasanya.

5) Harga Diri

Klien sadar sebagai manusia biasa klien memiliki banyak kekurangan dan

sadar bahwa semuanya ini merupakan cobaan dari tuhan

c. Gaya komunukasi

Pada waktu diajak berkomunikasi Klien mennjawab dengan spontan dengan

menggunakan bahasa non verbal ( mengangguk, menggerakan bibir)

d. Pola Interaksi

Page 27: Askep Laringektomi

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain, tim kesehatan dengan menggunakan

bahasa non verbal( bahasa tubuh dan tulisan )

e. Koping

Menurut klien jika jika ada masalah kien suka menceritakan pada istrinya dan

merasa lega setelah bercerita dengan istrinya

6. Data Sosial

Klien bekerja sebagai pegawai koperasi sehigga sering berinteraksi dengan banyak

orang beritu juga ketika klien sakit dan dirawat di RS klien rajin berinteraksi

dengan keluarga dank lien lainnya.

7. Data Spiritual

Klien beragama isalam, dalam kondisinya sekarang ibadah solat klien tergangu.

Klien meyakini sakitnya adalah cobaan dari Alloh. Sebagai manusia biasa klien

hanya bisa berusaha dan berdo’a

8. Data Penunjang

Pemeriksaan labolatorium tanggal 4 September 2015

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

Hematologi

Hemoglobin 13,6 13-18 gr/dl

Leukosit 13.200 3,8-10 rb /mm 3

Hematokrit 42 40-52 %

Trombosit 246.000 150.000-440.000 /mm 3

Kimia klinik

Albumin 3,3 3,5-5

Labolatorium tanggal 8 September 2015

Hematology

LED 25/46 0-10

Kimia klinik

SGOT (Lk) 27 s.d37 U/L 37 0C

SGPT 33 s.d 40 U/L 37 0C

Ureum 36 15-50 Mg/dl

Kreatinin 0,7 0,6-11 Mg/dl

Glukosa puasa 71 70-110 Mg/dl

Glukosa 2 jam pp 114 < 140 Mg/dl

Page 28: Askep Laringektomi

Natrium 133 135-145 MEq/L

Kalium 3,7 3,6-5,5 MEq/L

Urin

Urin rutin

BJ 1,025 1,01-1,025 Mg/dl

PH 6,5 4,8-7,5 Mg/dl

Protein Neg Neg Mg/dl

Glukosa urin Neg Neg Mg/dl

Bilirubin Neg

Urobilinogen Normal

Nitrit Neg Neg

Keton Neg Neg /lpb

Eri Neg <1 /lpb

Leuko 2-3 <6 /lpk

Epitel 2-3

Ca oksalat Pos

Terapi

Analgesik 3x1

New Diatab diminum setiap kali klien BAB Clindamycin 300 mg 3x1

Hasil biopsi tanggal 11 September 2015

Page 29: Askep Laringektomi

B. Analisa Data

NO DATA KEMUNGKINAN PEYEBAB

DAN DAMPAK

MASALAH

1

2

DS Klien mengeluh batuk

disertai secret berwarna putih dan encer. Batuk dirasakan ketika tenggorokannya terasa gatal dan banyak secret, batuk berhenti bila dilakukan suctioning, batuk tidak dapat dikontrol dan hilang timbul.

DO Klien terpasang kanul

trakheostomi sejak di RS B pada tanggal 26 Austus 2015

Frekuensi nafas 22 x/mnt

Klien tampak sering batuk disertai secret putih dan encer

Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri

DS : -DO : Klien berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa tubuh (menggerakan bibir, tangan, dan anggukan kepala )

Klien terpasang kanul trakheostomi sejak di RS B pada tanggal 26

Suspek Ca Laring

Tindakan medis (trakheostomi)

Canul trachea merupakan benda asing bagi tubuh

Merangsang sel goblet

Mengeluarkan secret berlebihan

Secret terakumulasi dijalan nafas termasuk dilubang trakheostomi

Ventilasi terganggu

Tindakan trakheostomi

Klien bernafas melalui stoma

Plika vokal suara tidak berkontrasi

Suara tidak keluar

Gangguan oksigenasi : ventilasi

Gangguan komuniksai verbal

Page 30: Askep Laringektomi

3

4

September 2015

DS: Klien mengeluh nafsu

makan berkurang Klien mengatakan

makan habis ¼ porsi Klien tidak suka

memakan bubur/ diit yang diberikan

DO : Makanan habis ¼

porsi Klien tampak kurang

nafsu makanan BB sebelum sakit 53

kg BB setelah sakit 49 kg Albumin 3,3 ( n : 3,5-

5)

DS : Klien mengatakan

perban trakheostominya belum diganti

DO : Tampak adanya stoma

trakheostomi Balutan tracheostomi

kotor

Klien tidak dapat berkomunikasi secara verbal

Suspek Ca Laring

Adanya proses pertumbuhan kanker

Menyebabkan penurunan enzim pencernaan, abnormalitas dalam

metabolisme glukosa dan trigliserid

Stimulus sekresi enzim dan hormone gastrin

Merangsang sekresi asam lambung

Stimulus reseptor volume lambung berkepanjangan yang menunjukan

perasaan kenyang

Penurunan nafsu makan

Intake nutrisi kurang

Invasi mikroorganisme kedalam tubuh

Masuk melalui aliran darah secara sistemik

Terjadinya peningkatan leukosit sebagai kompensasi tubuh untuk memfagosit kuman yang masuk

Asupan Nutrisi kurang dari kebutuhan

Resiko Perluasan Infeksi

Page 31: Askep Laringektomi

5

Terdapat secret yang kering pada kasa balutan

leukosit : 13.200 /mm3

( N 3,8-10 rb )

DS : klien mengatakan

BAB sudah 3 kali dengan konsistensi encer

DO:Turgor kulit baik,

bila dicubit kembali

dalam waktu waktu 3

detik.

Natrium 133 meq/l (135-145)

BJ plasma 1,025 (N 1,010-1,025)mg/dl

Mata tidak cekung Selaput mukosa

basah Urin normal

Jika tubuh tidak mampu melawan kuman yangmasuk

Terjadi perluasan infeksi

Diare

Cairan dan elektrolit dikeluarkan melebihi batas normal

Terjadi dehidrasi

Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Page 32: Askep Laringektomi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEMUKAN DIPECAHKAN

TANGGAL PARAF TANGGAL PARAF

1

2

3

4

5

Ganguan oksigenasi : ventilasi b.d

akumulasi secret dijalan nafas

Gangguan komunikasi verbal b.d

plika vokal suara tidak berkontraksi

Asupan nutrisi kurang dari

kebutuhan b.d penurunan nafsu

makan

Resiko gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit b.d diare

Resiko terjadinya perluasan infeksi

s.d invasi mikroorganisme

4-09-2015

4-09-2015

4-09-2015

4-09-2015

4-09-2015

Kel 5

Kel 5

Kel 5

Kel 5

Kel 5

Page 33: Askep Laringektomi

IV. IMPLEMENTASI

NO TANGGAL/JAM NO DP IMPLEMENTASI,EVALUASI PARAF1

2

4 September 2015

4 September 2015

DP 1

DP 2

1. Mengobservasi pernafasan klien : tanda dan gejala distress pernafasan

2. Menganjurkan klien dengan posisi fowler

3. Menganjurkan klien dan keluarga untuk melakukan penghisapan bila klien batuk

4. Mengauskultasi bunyi nafas sebelum dan sesudah penghisapan

Evaluasi 1. Tidak ada tanda dan gejala distress

pernafasan : tidak ada retrasksi muskulo ICS dan penggunaan otot-otot Bantu pernafasan tidak ada PCH, tidak ada sianosis, fekuensi nafas 20 x/menit

2. Posisi klien duduk dan terlihat pernafasan klien maksimal

3. Klien melakukan penghisapan pada saat batuk secara mandiri atapun oleh keluarga

4. Bunyi nafas stridor sebelum di suction, setelah di suction bunyi nafas bersih

1. Memebrikan pilihan cara komunikasi yaitu dengan mengunakan kertas dan pensil dan bahas tubuh

2. Membantu komunikasi dengan latihan untuk meningkatkan kekuatan, rentang gerak, koordinasi dan kekuatan otot lidah

3. Memberikan waktu yang cukup untuk berkomunikasi

4. Memberikan sentuhan yang terapeutik saat berkomunikasi dengan klien

Evaluasi 1. Klien mau berkomunikasi dengan

menggunakan kertas, pensil dan bahasa tubuh

2. Klien tetap berkomunikasi dengan menggunakan bibirnya walaupun tidak mengeluarkan suara

3. Klien berusaha untuk menjawab tiap

Page 34: Askep Laringektomi

3

4

4 September

2015

4 September 2015

DP 3

DP 4

pertanyaan 4. Klien tampak lebih nyaman ketika

diberikan sentuhan teraputik

1. Menganjurkan kien untuk menghindari pandangan dalam makanan, bau-bauan yang tidak menyenangkan didalam lingkungan selama waktu makan

2. Menyarankan klien untuk mengkonsumsi makanan yang disukai dan mengandung TKTP

3. Menganjurkan klien untuk banyak minum 10 gelas perhari

4. Membatasi cairan ketika makan 5. Menciptakan lingkungan yang rileks

dan tenang selama waktu makan 6. Menganjurkan klien untuk makan

sedikit demi sedikit tapi sering 7. Menganjurkan klien untuk menjaga

kebersihan mulutEvaluasi 1. Klien menghindarai pandangan yang

tidak menyenangkan ketika makan: menghindari melihat secret orang lain yang batuk

2. Klien mau makan nasi yang asalnya diberi bubur, dengan makan habis ½ porsi

3. Klien mengatakan akan banyak minum minimal 2 aqua besar

4. Klien menghindari banyak minum ketika makan

5. Lingkungan sekitar kjlien tampak bersih dan rapih

6. Klien makan sedikit demi sedikit tapi sering

7. Klien menggosok gigi tiap kali sesudah makan

1. Menginspeksi daerah sekitar stoma terhadap tanda-tanda infeksi

2. Menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka

3. Menggunakan alat-alat sterile dalam perawatan trakheostomi

4. Melakukan perawatan trakheostomi bila kotot

5. Mecuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

Evaluasi:1. Tidak ada tanda-tanda infeksi

Page 35: Askep Laringektomi

5

6

7

4 September 2015

5 September 2015

5 September 2015

DP 5

DP 1

DP 2

2. Alat-alat yang digunakan steril3. Menggunakan prinsip steril dalam

perawatan steril : 2 pinset untuk 1 orang4. Balutan tracheostomi bersih, tidak ada

secret yang mongering yang menempel dikasa.

1. Menginformasikan kepada klien dan keluarga akibat jika suctioning tidak sesuai ketentuan

2. Memberikan informasi baqgaimana suctioning sesuai dengan prosedur

3. Melakukan suctioning dalam waktu 10 detik atau 5-10 detik

4. Memasukan ujung kateter kedalam air steril atau cairan rubrikan sebelum suctioning

5. Melakukan suctioning dengan teknik steril

Evaluasi :1. Klien dan keluarga mengerti bagaimana

akibat jika suctioning tidak sesuai tidak sesuai dengan ketentuan yaitu bisa menyebabkan iritasi mukosa trakea dan tubuh kekurangan oksigen.

2. Klien memahami bagaimana suctioning yang sesuai dengan prosedur

3. Klien dan keluarhga mampu melakukan suctioning yang sesuai prosedur

1. Mengobservasi pernafasan klien : tanda dan gejala distress pernafasan

2. Mengauskultasi bunyi nafas sebelum dan sesudah penghisapan

Evaluasi :1. Tidak ada tanda gejala distress

pernapasan, frekuensi napas 20 kali/menit

2. Bunyi nafas stidor

1. Memebrikan pilihan cara komunikasi yaitu dengan mengunakan kertas dan pensil dan bahas tubuh

2. Memberikan waktu yang cukup untuk berkomunikasi

3. Memberikan sentuhan yang terapeutik saat berkomunikasi dengan klien Evaluasi :

1. Klien berkomunokasi dengan menggunakan bahasa tubuh

2. Klien menjawab pertanyaan dengan

Page 36: Askep Laringektomi

8 5 September 2015

DP 4

spontan3. Klien tidak keberatan disentuh oleh

perawat saat berkomunikasi

1. Menginspeksi daerah sekitar stoma terhadap tanda-tanda infeksi

2. Menggunakan teknik septik aseptic dalam perawatan luka

3. Menggunakan alat-alat sterile dalam perawatan trakheostomi

4. Melakukan perawatan trakheostomi bila kotot

5. Mecuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

Evaluasi ;1. Tidak ada tanda-tanda infeksi2. Alat-alat yang digunakan steril3. Menggunakan prinsip steril dalam

perawatan steril : 2 pinset untuk 1 orang4. Balutan tracheostomi bersih, tidak ada

secret yang mongering yang menempel dikasa.

Page 37: Askep Laringektomi

CATATAN PERKEMBANGAN

NO TANGGAL/JAM NO DP CATATAN PERKEMBANGAN PARAF1.

2

5 September 201507.30

5 September 201513.30

DP Baru

DP 1

S :- Klien mengatakan belum diseka- Klien mengatan belum mandi karena

dingin dan disekanya nanti saja- Klien mengatakan belum gosok gigi

O :- Tanpak klien kusut dan tidak rapih - Tercium bau- Rambut klien tidak teratur

A :- Kurangnya pemenuhan personal hygiene

s.d kurangnya motivasi P :1. Jelaskan pada klien pentingnya mandi

pagi2. Seka klien dengan menggunakan air

hangat 3. Anjurkan klien untuk menggosok gigi4. Fasilitasi klien untuk merpaikan dirinya

I : 1. Menjelaskan pada klien pentingnya

mandi pagi2. Menyeka klien dengan menggunakan air

hangat 3. Menganjurkan klien untuk menggosok

gigi4. Memfasilitasi klien untuk merpaikan

dirinya E :1. Klien mengerti tentang pentingnya mandi

pagi 2. tampak bersih segar dan nyaman - Tercium wangi 3. klien tampak rapi

S :- Klien mengatakan tidak ada sesak- Batuk berkurang- Klien mengatakan dengan posisi duduk

Page 38: Askep Laringektomi

3

4

5

6

5 September 2015

5 September 201513.45

3 Des 200413.50

3 Des 200413.55

DP 2

DP 3

Dp 4

DP 5

bernafas lebih maksimalO :- Bunyi nafas stridor- Sekret putuh dan encer- R = 20 x/menit

A :- Masalah teratasi

S :- Klien mengungkapkan lebih enak

komunokasi dengan bahas tubuh kecuali kalau orang lain masih tidak mengerti baru ditulis

O :- Tampak klien berkomunikasi dengan

bahasa tubuh, isyarat kadang dengan tulisan

A :- Masalah teratasi

S :- Klien mengatakan nafsu makannya

meningkat bila makan nasiO :- Makan habis 1\2 porsi

A :- Masalah teratasi

S : -O : - TTV : TD : 100/70 mmHg- N : 84x/menit - R: 20x/menit- S : 36,7 0

- tidak ada anda-tanda infeksi - Balutan trakheostomi bersih dan tidak ada

secret yang menempel A : - Masalah teratasi

S : - klien dan keluarga mengatakan faham

bagaimana teknik suctioning yang sesuai dengan prosedur

O : - klien dan keluarga mendemonstrasikan

suctioning sesuai dengan prosedur- tidak ada iritasi pada mukosa trachea

A : - masalah tratasi

Page 39: Askep Laringektomi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada laring. Penyebab kanker laring

belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum

alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker

laring. Penelitian epidemiologi menggambarkan beberapa hala yang diduga menyebabkan

kanker laring yang kuat yaitu rokok, alkohol dan oleh sinar radioaktif. Terbanyak

didapatkan pada klien berusia 50-60 th.

Penatalaksanaan keganassan dilaring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi

belumlah lengkap. Pengobatan untuk konisi ini bervariasi sejalan dnegan keluasan

malognansi. Pengobatan pilihan termasuk pembedahan dan terapi radiasi. Yang terpenting

penanggulangan pada karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan atau tindakan

yang tepat dan kuratif karena tumor masih terisolasi dan dapat diangkat secara radikal.

Tujuan utama yaitu mengerluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan

memperhatikan fungsi respirasi, fungsi fonasi serta fungsi spingter laring.

B. SARAN

a. Penulis sudah mampu mengkaji data –data secara holistik yang didapatkan melalui

wawancara, pemeriksaan fisik, catatan medis dan keperawatan, yang digunakan dilahan

praktek.

b. Penulis sudah mampu membedakan data – data patologis dan data-data normal.

c. Penulis sudah mampu mengelompokan data-data patololgis dan data-data normal.

d. Penulis sudah mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian.

e. Penulis sudah mampu menentukan rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah

dan diagnosa.

f. Penulis sudah mampu mengimplementasikan rencana keperawatan

g. Penulis sudah mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan yang diberikan.

Page 40: Askep Laringektomi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :

EGC

Erfansah. (2010). Asuhan Keperawatan Kanker Laring.

Adams, Boies Higler. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1. Jakarta : EGC.

Pearce, Evelyn C. 1979. anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edis 4. Jakarta

: EGC.

Soepardi, Efiaty Assyad dkk. Telinga Hidung Tenggorok edisi 3. Jakarta. Balai Penerbit

FKUI.

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa Perawat edisi 2. Jakarta : EGC.