askep kwasiorkor

Upload: dwi-jayanti-meiana-dewi

Post on 16-Jul-2015

329 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manusia memerlukan makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan

perkembangan. Makanan bergizi adalah makanan yang cukup mengandung hidrat arang, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Kebutuhan kandungan makanan ini harus seimbang. Ketidak seimbangan kandungan makanan akan berdampak pada kesehatan salah satunya adalah kekurangan protein. Kekurangan protein menyebabkan manusia menderita penyakit yang disebut kwashiorkor atau busung lapar. Kwarshiorkor kembali mencuri perhatian sebagian besar masyarakat pada Juni 2005 lalu. Penyakit yang menyerang sebagian besar anak-anak itu, banyak ditemukan di beberapa provinsi di tanah air. Sebagian besar terhenyak, kaget, tidak percaya, negeri yang sudah hampir 60 tahun merdeka ini masih banyak calon generasi penerusnya yang kekurangan gizi. Berbagai kritikan hingga kutukan dialamatkan kepada sebagian pemimpin dan mantan pemimpin negeri ini. Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Kalori Protein (KKP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi Kurang Kalori Protein (KKP) dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KKP berat/gizi buruk akan bertambah. Fenomena busung lapar ibarat fenomena gunung es. Bisa jadi kasus yang sebenarnya lebih banyak dibandingkan kasus yang diangkat oleh media. Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, enam persen atau sekira 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di bawah 1

usia lima tahun (balita), Depkes juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukkan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang (Depkes RI 2005). I.2 Tujuan Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah lebih mengetahui tentang kwarshiorkor Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah 1. Mengetahui definisi kwarshiorkor 2. Mengetahui etiologi dari kwarshiorkor 3. Mengetahui patofisiologi dari kwarshiorkor 4. Mengetahui tanda dan gejala dari kwarshiorkor 5. Mengeahui pengobatan yang tepat untuk mengatasi kwarshiorkor 6. Mengetahui komplikasi yang diakibatkan oleh kwarshiorkor 7. Mengetahui prognosis dari kwarshiorkor

BAB II TINJAUAN MEDIS 1. Definisi 2

KKP ( Kurang Kalori Protein) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KKP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KKP. Terdapat tiga jenis KKP, yaitu: 1. KKP Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi 2. KKP Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan 3. KKP Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP kering dan KKP basah. KKP kering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI. Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh. Hampir selalu disertai terjadinya infeksi. Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal. KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa Afrika berarti 'anak pertamaanak kedua. Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI, sehingga tidak tumbuh dan berkembang. KKP menengah disebut marasmik-kwashiorkor. Anak-anak yang menderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus. (http://www.indonesiaindonesia.com/f/11160malnutrisi/)

3

Kwashiorkor atau biasa lebih dikenal busung lapar", pertama kali diperkenalkan oleh Dr Cecile Williams pada tahun 1933 sewaktu ia berada di Gold Coast, Afrika. Saat itu, Dr Cecile Williams banyak menemui anak-anak mengalami gejala busung lapar atau kwashiorkor. Istilah kwashiorkor itu sendiri berasal dari bahasa setempat yang berarti penyakit anak pertama yang timbul begitu anak kedua muncul". Makna dari kata-kata ini intinya adalah menggambarkan suatu penyakit yang timbul pada anak pertama akibat anak tersebut tertelantarkan oleh orangtua akibat adanya adik yang baru lahir. Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara. (http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news_id=112) Kwashiorkor adalah salah satu bentuk dari gangguan gizi yang dikenal sebagai Kurang Energi dan Protein (KKP) , ada juga yang mendefinisikan bahwa kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang berat. Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan.. 1. Etiologi Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: Asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi); Penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh; Kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang berlebihan. Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KKP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KKP timbul pada anggota keluarga rumahtangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian. Bentuk berat dari KKP di beberapa daerah di Jawa pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem). 4

Kwashiorkor terjadi karena adanya defisiensi protein pada anak karena kandungan karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah. Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan. Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara. Orang-orang yang memiliki resiko mengalami kekurangan gizi: 1. Bayi dan anak kecil yang nafsu makannya jelek 2. Remaja dalam masa pertumbuhan yang pesat 3. Wanita hamil dan wanita menyusui 4. Orang tua terutama jika terjadi penurunan berat badan sampai 10-15% 6. Orang yang menjalani diet untuk jangka panjang 7. Vegetarian 8. Penderita ketergantungan obat atau alkohol yang tidak cukup makan 9. Penderita AIDS 10. Pemakaian obat yang mempengaruhi nafsu makan, penyerapan atau pengeluaran zat gizi 11. Penderita anoreksia nervosa 12. Penderita demam lama, hipertiroid, luka bakar atau kanker. 1. Patofisiologi 5. Penderita penyakit menahun pada saluran pencernaan, hati atau ginjal,

5

Penderita kwashiorkor itu mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia masih menerima zat gizi sumber energi (sumber kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang / karbohidrat (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya), maka yang terjadi adalah gejala kwashiorkor. Protein adalah sesuatu yang vital dalam kehidupan manusia begitu banyak peran protein bagi tubuh. Protein berperan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, mengganti dan memperbaiki sel yang rusak, mengatur keseimbangan asam basa, membentuk hormon dan enzim yang diperlukan dalam berbagai proses kimia tubuh. Selain itu protein juga sebagai sumber energi cadangan jika kebutuhan karbohidrat atau lemak tubuh tidak tercukupi. Kelebihan atau kekurangan protein tidak baik untuk kesehatan. Kelebihan protein dapat mengganggu metabolisme protein yang berada di hati. Ginjal akan terganggu karena harus membuang hasil metabolisme protein yang berlebihan dan tidak terpakai oleh tubuh. Kekurangan protein juga akan membuat tubuh mudah lelah. Tekanan darah dan daya tahan terhadap infeksi pun dapat menurun. Pada anak-anak, selain mudah terserang penyakit kwashiorkor atau busung lapar, juga pertumbuhan dan tingkat kecerdasannya akan terganggu. Tubuh menyerap protein dan makanan yang mengandung protein dalam bentuk asam amino. Asam amino harus diperoleh dari makanan sebab tubuh tidak bisa membuat asam amino. Berbagai jenis asam amino adalah isoleusin, leusin, lisin, methionin, femialanin, threonin, triptofan, dan valin. Patofisiologi KKP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KKP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan 6

nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/decompensated malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim. Anak dengan kwashiorkor akan mengalami edema (penumpukkan cairan di jaringan bawah kulit; umumnya di ujung-ujung tungkai bawah) dan adanya akumulasi cairan di rongga usus. Bagian tubuh yang menderita edema akan menjadi bengkak, bagian tersebut bila dipencet memberikan suatu cekungan . Terjadi pula penimbunan cairan di rongga perut yang menyebabkan perut si anak menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar). Terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar albumin serum. Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan tubuh. Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel, diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar. Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi. Apabila keadaan menjadi lebih berat, kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas, rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut, anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

7

2. Tanda dan Gejala Gejala Klinis Balita Penderita Kwashiorkor: 1. Edema, umunya seluruh tubuh terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) 2. Wajah membulat dan sembab 3. Pandangan mata sayu 4. Rambut tipis. Kemerahan seperti warna jagung, mudah di cabut tanpa rasa sakit, rontok 5. Perubahan status mental, apatis, rewel 6. Pembesaran Hati 7. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau duduk 8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) 9. Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut; anemia; dan diare 1. Pengobatan dan Penatalaksanaan Dalam mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi secara bertahap. Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali. Kalau anak sudah agak besar, bisa mulai dengan makanan encer, kemudian makanan lunak (bubur) dan bila keadaan membaik, maka baru diberikan makanan padat biasa. Dalam melaksanakan hal di atas ini, selalu diberikan pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita. Bila keadaan kesehatan dan gizi sudah mencapai normal, perlu diteruskan dengan imunisasi. lmumsasi pada bayi atau anak dengan keadaan kurang gizi berat (seperti kwashiorkor) tidak akan memberi hasil yang positif. Status gizi (khususnya status protein) sangat mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Kesemua ini tentunya harus bersamaan masyarakat. 8 dengan dilakukannya penyuluhan/pendidikan masyarakat, upaya pengentasan kemiskinan, serta upaya lainnya yang dapat meningkatkan keberdayaan

Agar tubuh dapat terpenuhi kebutuhan protein yang lengkap maka mengkonsumsi sumber protein harus dikombinasikan antara sumber protein hewani dan sumber protein nabati sehingga saling melengkapi jumlah protein yang harus dikonsumsi seseorang setiap hari tergantung dari umur seseorang, berat badan, jenis kelamin, mutu protein yang dikonsumsi, serta keadaan tertentu, misalnya sedang sakit atau baru sembuh dari sakit, yang mengharuskan orang untuk mengkonsumsi protein dalam jumlah yang lebih besar. Umumnya tingkat kebutuhan protein dalam keadaan sehat normal orang membutuhkan sekitar 40-60 gram protein tiap hari. Ada pula yang menyebut 1 gram per kilogram berat badan perhari. Namun, harus tetap dicatat bahwa mengkombinasikan beragam sumber protein baik nabati maupun hewani dapat memberi hasil yang maksimal bagi kesehatan. Tata laksana diet pada balita KKP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.

I. Pemberian diet balita KKP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu. e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100 ml/Kg bb/hari f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering

9

h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat i. Terus memberikan ASI j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap. II. Evaluasi dan Pemantauan Pemberian Diet: 1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik, kaji penyebabnya (asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis). 2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera. 3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah tepung-tepungan. 4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu: a. Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin b. Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan). Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita. c. LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan), Mengukur ketebalan lipatan kulit. d. Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh

10

e. Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi. 1. Komplikasi Anak-anak yang mengalami kurang energi dan protein itu, akan mudah terserang infeksi seperti diare, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), TBC, polio, dan lainlain. Kwashiorkor yang tidak cepat di atasi akan mengakibatkan marasmus bahkan marasmus-kwashiorkor. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit KKP lain yang disebut marasmus. Istilah Marasmus berasal dari bahasa Yunani, yang berarti kurus-kering. Sebaliknya, walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang / karbohidrat (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya), maka yang terjadi adalah gejala kwashiorkor. Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering. Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi. 2. Prognosis Lebih dari 40% anak-anak yang menderita KKP meninggal. Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh: 1. gangguan elektrolit 2. infeksi 3. hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah) 4. kegagalan jantung. Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk.

11

Pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema dan bertambahnya nafsu makan. Penyembuhan pada kwashiorkor berlangsung lebih cepat. Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Jika anak-anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami gangguan. Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita malnutrisi, beratnya malnutrisi dan usia anak pada saat menderita malnutrisi. Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

PATOFISIOLOGI

Ekonomi dan pendidikan

Kurangnya asupan nutrisi

Kebutuhan nutrisi meningkat

Mobilisasi cadangan makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) u/ menghasilkan kalori

Defisiensi protein

Kebutuhan protein meningkat

Stress katabolic

Kadar albumin serum

Sistem Imun

Penyusutan jaringan

Akumulasi cairan di rongga usus

Tekanan osmotic darah Wajah membulat Edema dan sembab

Komplikasi

Kulit kusam dan mudah terkelupas Rambut tipis dan mudah rapuh

Hilangnya lemak subkutan

12 BusungHipotrofi Kelemahan

Dehidrasi

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian Keperawatan 3.1.1 Identitas Klien Pengkajian identitas klien meliputi: a. Nama; nama berisi tentang identitas klien berupa nama lengkap klien. b. Umur; Pada umumnya kwashiorkor menyerang bayi dan balita pada rentang usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun karena pada kurun waktu itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan. Pengganti ASI maupun makanan sapihan seringkali memiliki kandungan karbohidrat tinggi tetapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah.c. Tempat tinggal; Keadaan gizi balita yang tinggal di pedesaan cenderung lebih

buruk dibanding balita yang tinggal di perkotaan.

13

d. Jenis kelamin; keadaan gizi balita perempuan relatif lebih baik dibanding balita laki-laki. 3.1.2 Riwayat Kesehatan Di sini perawat mengkaji riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga. a. Riwayat kesehatan saat ini berisi tentang apa yang menyebabkan klien sampai dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit atau instansi kesehatan terkait. Pada umumnya keluhan utama yang disampaikan oleh keluarga atau klien adalah odem pada wajah dan perut menjadi busung. b. Riwayat kesehatan dahulu berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh klien c. Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang riwayat penyakit yang pernah di derita oleh keluarga atau orang terdekat klien; misalnya orang tua klien pernah menderita TBC maka kemungkinan besar si anak akan menderita TBC juga karena sistem imun anak yang menderita kwarshiorkor akan menurun. 3.1.3 Pengkajian Saat Ini a. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan: Pengetahuan tentang penyakit dan perawatan: pada umumnya pasien yang menderita kwarshiorkor berasal dari keluarga yang rendah pendidikan dan sosial ekonominya. Klien dan keluarga datang ke rumah sakit biasanya klien sudah mengalami komplikasi berupa odem pada wajah, perut busung, dan telah terjadi infeksi pada si anak. b. Pola nutrisi/metabolik: Biasanya anak yang menderita kwarshiorkor sulit untuk makan. Intake makanan: makanan yang dikonsumsi si anak harus rendah karbohidrat dan lemak tetapi tinggi protein, dengan kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari dan kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap.

14

Intake cairan: Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100 ml/Kg bb/hari. c. Pola eleminasi Buang Air Besar (BAB): pola buang air besar pasien yang menderita kwarshiorkor biasanya sama dengan anak normal tetapi berbeda konsistensinya, biasanya konsistensinya encer, warna agak pucat. Buang Air Kecil (BAK): perawat harus menghitung jumlah cairan yang dikelurkan anak melalui urin, jumlah cairan yang dikeluarkan harus sama dengan intake cairan. d. Pola aktivitas dan latihan Pada umumnya klien bersifat apatis e. Pola tidur dan Istirahat Pola tidur dan istrirahat klien biasanya terganggu keran si anak rewel dan merasa tidak nyaman dengan kondisinya.

f. Pola perseptual Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan sensasi g. Pola Persepsi Diri Klien sering rewel dan menangis h. Pengkajian Fisik Pengkajian fisik diakukan menggunakan prinsip head to toe : KepalaKardiovaskular

: warna rambut merah dan mudah rontok, wajah nampakmembulat dan sembab, pandangan mata sayu. : TD rendah; RR menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis), imobilisasi karena adanya hipotrofi otot, odem di tungkai bawah

Muskuloskeletal : kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

Abdomen

: Tampak busung karena adanya penumpukan cairan di rongga usus, adanya pembesaran hati (palpasi), suara timpani di abdomen (perkusi), peningkatan gerakan peristaltik usus (auskultasi), BAB konsistensinya encer (diare), BAK sedikit,

15

i.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi:

Laboratorik : Tes darah, dari tes darah akan ditemukan hasil: Protein total < 5,0-8,0 g/dl Elektroforesis protein : 1. Albumin < 3.2-5.2 g/dl 2. Alfa -1 < 0,6-1,0 3. Alfa -2 < 0,6-1,0 4. Beta < 0,6-1,2 5. Gama < 0,6-1,2

Kadar kalium dalam darah:1. Kalium plasma < 3,1-4,3 mq/dl

2. Kalium serum < 3,5-5,2 mq/dl Foto rontgen: Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi. 3.2 Diagnosa Keperawatan No Diagnosa Keperawatan

16

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d factor ekonomi Ketidakseimbangan volume cairan b/d mekanisme pengaturan cairan dalam tubuh melemah Gangguan pola tidur b/d factor psikologis: cemas Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status nutrisi Hambatan mobilisasi fisik b/d penurunan massa otot, dan kekuatan otot Keterlambatan tumbuh kembang b/d kelalaian (kurangnya masukan nutrisi yang adekuat) Cemas b/d perubahan status kesehatan Deficit knowledge b/d keterbatasan kognisi Kekurangan volume cairan b/d kegagalan dalam mekanisme pengaturan

3.2 Intervensi Keperawatan

17

No. Diagnosa 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh b/d factor ekonomi

Out Comes (NOC Status nutrisi dengan 1. Masukan makanan dan cairan normal 2. Berat badan dalam rentang normal 3. Masukan protein, vitmin C, dan zat besi adekuat

Intervensi Terapi nutrisi: 1. Monitor nutrisi 2. Peningkatkan masukan 3. Sediakan makanan protein minuman sesuai protein karbohidrat) 4. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan memberitahukan jenis dan jumlah nutrisi yang dibutuhkan. Manajemen cairan: 1. Timbang BB setiap hari memonitor kebiasaan 2. Pantau 3. Monitor nutrisi4. Menjaga

dari kriteria hasil:

masukan

protein, pasien tinggi dan yang dengan rendah

zat besi, dan vit C

anjuran (diet tinggi

2.

Ketidakseimbangan volume cairan mekanisme pengaturan cairan dalam tubuh melemah

Keseimbangan cairan 1. Tidak tampak asites 2. Tidak tampak edema perifer 3. Kelembaban kulit dalam rentang normal

b/d dengan criteria hasil:

dan

masukan status

dan keluaran cairan

keakuratan masukan 3. Gangguan pola tidur Cemas terkontrol dengan keluaran cairan Terapi relaksasi: 18 dan

1.3 Implementasi

19

No 1.

Diagnosa Keperawatan Implementasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang Terapi nutrisi: dari kebutuhan tubuh b/d factor ekonomi dan pendidikan 1. Memonitor masukan nutrisi pasien dengan memastikan makanan yang di konsumsi klien sesuai dengan kebutuhan tubuh klien, yaitu makanan dengan tinggi protein dan rendah kalori, Kebutuhan energi mulai 100200 kal/Kgbb/hari dan kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari 2. Meningkatkan masukan protein, zat besi dan viatamin kepada klien peroral, IV, maupun NGT 3. Menyediakan pasien makanan tinggi protein dan minuman sesuai dengan anjuran (gizi/diet) 4. Berkolaborasi dengan ahli gizi dengan memberitahukan jenis nutrisi yang dibutuhkan mengandung lele, tempe, dll Ketidakseimbangan volume cairan Manajemen Cairan: b/d mekanisme pengaturan cairan dalam tubuh melemah 1. Menimbang BB setiap hari, memastikan bahwa jumlah cairan 130200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100 ml/Kg bb/hari2. Memantau

yaitu

makanan

yang protein

kandungan

protein yang tinggi. Misal: telor, ikan 2.

masukan dan keluaran

cairan, jumlah cairan yang masuk harus sama dengan cairan yang keluar, jumlah cairan 130-200ml/kgBB/hari; bila ada edema di-kurangi menjadi100ml/Kg/BB /hari 3. Memonitor status nutrisi si anak dengan teknik anthropometrik 20

PATHWAYSDeficit knowledge

Ekonomi dan pendidikan

Kurangnya asupan nutrisi

Kebutuhan nutrisi meningkat

Keterlambatan tumbuh kembang

Ketidakseimbangan nutrisi

Mobilisasi cadangan makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) u/ menghasilkan kalori

Defisiensi protein

Kebutuhan protein meningkat

Stress katabolic

Kadar albumin serum

Sistem Imun

Penyusutan jaringan

Akumulasi cairan di rongga usus

Tekanan osmotic darah Ketidak seimbangan vol cairan

Hilangnya lemak subkutan Kulit kusam dan mudah terkelupas Rambut tipis dan mudah rapuh

Busung

Edema

Dehidrasi Hipotrofi Kekurangan Vol Cairan

Wajah membulat dan sembab

Komplikasi (ISPA, TBC, dll) Kerusakan integritas kulit Apatis, rewel, perubahan status mental

Hambatan mobilisasi fisik Cemas

Kelemahan

Gangguan Pola Tidur

cemas

21

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan Kwashiorkor adalah salah satu bentuk dari gangguan gizi yang dikenal sebagai Kurang Energi dan Protein (KKP) , ada juga yang mendefinisikan bahwa kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang berat. Tanda dan gejala yang umum pada anak yang menderita kwarshiorkor adalah adanya odem daerah wajah, perut, dan tungkai kaki. Penanganan klien dengan kwarshiorkor adalah memberikan diet tinggi protein dan rendah karbohidrat dengan memperhatikan asupan cairan berhubungan dengan terjadinya odem. 1.2 Saran Saran dari penulis adalah seharusnya penulisan makalah yang berjudul kwarshiokor ini menjadi satu dengan makalah yang berjudul marasmus sebab marasmus dan kwarshiorkor adalah sebuah sindrom yang sama-sama berasal dari Kekurangan Kalori Protein (KKP).

Daftar Pustaka 22

.2007.http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp? mid=2&id=138269&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=190. 6 November 2007. . 2005. http://www.portalinfaq.org/p01_program_view.php? program_id=218. 6 November 2007 . 2006. http://beta.tnial.mil.id/cakrad.php3?id=381. 6 November 2007 . 2006. http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news_id=112. November 2007 6

. 2005. http://www.dpu-online.com/index.php?artikel/detail/600/245/artikel245.html. 6 November 2007 2006. http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/032006/20/09lapsus02.htm. 6 November 2007 .2005.http://209.85.175.104/search? q=cache:1KshBaOwxfQJ:www.promosikesehatan.com/%3Fact%3Ddownload %26id%3D190%26f %3D636f642e626577206b74755f726170616c20676e75737542%26type %3Darticles+kwashiorkor&hl=id&ct=clnk&cd=14&gl=id&client=firefox-a. 6 November 2007 . 2006. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmgizi-evawany.pdf. November 2007. .2007.http://209.85.175.104/search? q=cache:ReZ6YMUy1fYJ:www.gizi.net/pedoman-gizi/download/ped-tatakurang-protein-pkm-rt.doc+kwashiorkor&hl=id&ct=clnk&cd=19&gl=id&client=firefox-a. 6 November 2007. . 2006. http://www.indonesiaindonesia.com/f/11160-malnutrisi/. 6 November 2007 . 2005. http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2005/10/9/ink4.html. 6 November 2007 6

LAMPIRAN 23

tanda dan gejala umum penderita kwarshioror

tampak adanya odem pada wajah moon full face

24