askep konfusio

41
KONSEP DASAR PENYAKIT KONFUSIO a. Definisi konfusio adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan dengan variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Ini biasa dan menjadi problem serius di RS dan sering tak diketahui pada pasien usila. konfusio biasanya disebabkan banyak faktor; banyak yang dapat dicegah. Ada hubungan terbalik antara daya tahan penderita dan beratnya serangan yang dibutuhkan untuk menginduksi/mendapatkan konfusio. Meskipun sebelumnya konfusio dipercaya sebagai kondisi "self limiting" (sembuh sendiri) daya pulih sempurna adalah perkecualian. Konfusio akut biasanya adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan serta terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya proses disorientasi. Konfusio akut atau delirium dibedakan dengan demensia dalam hal kekronisannya. Delirium memiliki awitan yang tiba – tiba dan biasanya berdurasi kurang dari 1 bulan jika penyebabnya diketahui dan dilakukan pengobatan. Sedangkan demensia mempunyai awitan yang bertahap dengan gejala yang progesif, berlangsung lebih dari 3 bulan, dan dapat bersifat menetap. Tetapi dalam prakteknya kedua kondisi ini sulit untuk dibedakan dan didiagnosis yang dibuat sering tertukar.

Upload: utikdesy

Post on 30-Nov-2015

185 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep KONFUSIO

KONSEP DASAR PENYAKIT KONFUSIO

a. Definisi

konfusio adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan

dengan variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Ini biasa dan menjadi problem serius

di RS dan sering tak diketahui pada pasien usila. konfusio biasanya disebabkan banyak

faktor; banyak yang dapat dicegah. Ada hubungan terbalik antara daya tahan penderita

dan beratnya serangan yang dibutuhkan untuk menginduksi/mendapatkan konfusio.

Meskipun sebelumnya konfusio dipercaya sebagai kondisi "self limiting" (sembuh

sendiri) daya pulih sempurna adalah perkecualian.

Konfusio akut biasanya adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif

yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan

serta terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya proses disorientasi.

Konfusio akut atau delirium dibedakan dengan demensia dalam hal

kekronisannya. Delirium memiliki awitan yang tiba – tiba dan biasanya berdurasi kurang

dari 1 bulan jika penyebabnya diketahui dan dilakukan pengobatan. Sedangkan demensia

mempunyai awitan yang bertahap dengan gejala yang progesif, berlangsung lebih dari 3

bulan, dan dapat bersifat menetap. Tetapi dalam prakteknya kedua kondisi ini sulit untuk

dibedakan dan didiagnosis yang dibuat sering tertukar.

Delirium adalah istilah medis yang benar untuk sekumpulan prilaku yang

mewakili apa yang disebut konfusio akut, dimana dalam hal ini semuanya merujuk pada

sebuah sindrom yang dicirikan pada sebuah kerusakan kognitif global dengan awitan

yang tiba – tiba. Kemampuan lansia untuk memproses stimulus yang datang dengan cara

yang bermakna sudah hilang , kempuan untuk berfikir, mengikuti perintah, berespon

terhadap stimulus dan berkonsentrasi mengalami perubahan. Siklus tidur bagun orang

tersebut terganggu, ingatan tentang hal – hal yang baru saja terjadi juga hilang, dan sering

terjadi prilaku verbal dan motorik yang tidak tepat.

Page 2: askep KONFUSIO

b. Etiologi

Penyebab konfusio pertama mengemukakan sebagai respon terhadap perubahan

metabolisme oksidatif serebral, terdapat penurunan sintesis atau gangguan pelepasan

suatu zat neurotransmiter atau lebih (dopamine otak dan asetilkolin). Ketidak seimbangan

neurotransmiter mempengaruhi pengaturan tidur, bangun, tekanan darah, suhu tubuh,

pembelajaran, dll, hal ini didukung oleh efek menenangkan yang dicapai dengan agnes

sntipsikotik haloperidol, yang melawan efek dopamine pascasinaps dan membantu

kembali keseimbangan kimiawi dari sistem dopamine asetikolin di otak.

Penyebab konfusio yang kedua mengemukakan bahwa konfusi akut merupakan

reaksi stres yang dimediasi oleh peningkatan kortisol plasma dan efeknya pada otak,

berbagai kondisi menghasilkan gejala – gejala konfusio, semua kondisi ini berpotensi

sama menimbulkan gangguan pada keseimbangan yang diperlukan oleh otak lansia agar

dapat berfungsi secara efektif. Litelatur yang lain juga menyebutkan kondisi – kondisi

lingkungan seperti kelebihan beban sensori dan deprivasi sensori sebagai penyebab

konfusio akut . Adams mengemukakan bahwa psikosis akibat sensori adalah akibat dari

kegagalan. Sebagai contoh deprivasi tidur telah dikemukakan sebagai penyebab konfusio

akut. Namun Adam juga mencatat bahwa selain menjadi penyebab kegagalan otak,

deprivasi tidur juga merupakan gejala dari kondisi yang terjadi akibat ketidak seimbangan

antara dopamine otak dan asetilkolin yang mengubah siklus tidur bangun

Meskipun tidak dianggap sebagai penyebab , faktor pribadi dan persepsi merupakan

kontributor penting dalam perkembangan konfusio akut, yang termasuk dalam faktor –

faktor pribadi antara lain adalah konsep eksklusi dan relokasi traumatik. Eksklusi adalah

praktik depersonalisasi lansia oleh pemberi perawatan. Drew menjelaskan eksklusi

sebagai kekurangan kehangatan emosional oleh petugas kesehatan, yang mengambil

sebagai contoh perawat yang cenderung lebih tertarik pada peralatan disamping tempat

tidur bukan pada orang yang berbaring di tempat tidur. Perawatan ini yang sama sekali

tidak berkaitan dengan caring disebut kehalian yang mendalam. Bagi pasien yang

menganggap diri mereka sendiri sebagai orang yang mengganggu perawat, seperti halnya

banyak pasien lansia banyak mengalami hal ini sebagai suatu yang menimbulkan stress,

membutuhkan sumber koping tambahan pada saat tuntutan internalnya tinggi.

Relokasi traumatik adalah kesulitan yang dialami lansia sebagai respons terhadap

masuknya lansia tersebut secara tiba – tiba atau tanpa rencana ke fasilitas perawatan akut

Page 3: askep KONFUSIO

atau perawatan jangka panjang. Sebagian besar orang dewasa terutama lansia

mendapatkan perasaa tentang siapa diri mereka sendiri berdasarkan persepsi mereka

terhadap pencapaian hidupnya. Lansia sering mengisi ruang pribadinya dengan mengingat

seperti foto keluarga dan memori masa lalu. Dipindahkan dari lingkungan dan rutinitas

mereka yang biasa secara mendadak ke tempat yang asing tanpa memperdulikan efek

pribadinya merupakan pengalaman yang menimbulkan disorientasi sehingga

menyebabkan perasaan depersonalisasi dan perubahan konsep diri.

Faktor – faktor persepsi sering meningkatkan perkembangan konfusio akut mencakup

kehilangan pengelihatan dan pendengaran. Tanpa indra – indra penting tersebut, stimulus

yang datang mengalami distorsi atau hilang sekaligus. Kita semua beradaptasi dengan

lingkungan melalui indra – indra kita, dengan menggunakan rasa intelektual kita dan

dengan bergerak di lingkungan sekitar kita. Cara kita membuat kode dan menerima

stimulus yang datang berhasil dipelajari. Bagi lansia pelajaran itu berlangsung lambat dan

membutuhkan lebih banyak pengulangan informasi, pembelajaran lebih efektip jika isinya

berkaitan dengan informasi yang dipelajari sebelumnya, jika stimulus tersebut bersifat

asing dan mengalami disorientasi lansia berupaya untuk mendapatkan informasi baru ini

kedalam konteks yang dipelajari sebelumnya. Akibatnya lansia dapat mengingat orang

yang dicintainya yang telah tiada atau berprilaku seakan – akan ia berada dilingkungan

yang lain.

Berdasarkan informasi ini, pertimbangkan scenario lansia yang menderita penyakit

akut dan dipindahkan ke fasilitas perawatan akut melalui layanan medis gawat darurat.

Lansia tersebut dipindahkan dari lingkungan yang ia kenal secara tergesa – gesa dengan

berbagai layanan seperti gawat darurat dan radiograpi, dan setelah itu dimasukkan ke

ruang perawatan. Ia harus tirah baring tanpa kaca mata dan alat bantu dengar,

mengajukan pertanyaan secara berulang – ulang dan mendapatkan penjelasan yang

terburu – buru. Dalam kondisi ini sangat mengejutkan bahwa tidak semua lansia mengalai

konfusio akut.

Page 4: askep KONFUSIO

Penyebab – penyebab organik konfusio akut

a. Ketidak seimbangan asam – basa

- Dehidrasi

- Gejala putus obat

- Barbiturat

- Hipnotik

- Tranquilizer

- Obat – obatan

- Antikolinergik

- Antikonvulsan

- Antidisritmik

- Antimicrobial

- Obat – obatan anti Parkinson

- Bronkodilator

- Penyekat histamine

- Opiat dan narkotik

- Sintetik

- Salisilat

- Antidepresan trisiklik

Page 5: askep KONFUSIO

b. ketidak seimbangan elektrolit

- disfungis endokrin

- hipoglikemi

- hipotiroid

- hipertiroid

- ensepalopati

- hipotensi

- hipotermi

- hipoksia

- infeksi dan sepsis

- saluran pernafasan atas

- salura kemih

- ketidakseimbangan nutrisi

- hipoproteinnisme

- defisiensi vitamin

c. Manifestasi klinis

Perawat dan dokter sering mengalami kegagalan dalam mengenali petunjuk dini

konfusio akut karena manifestasi prilakunya sering kali samar dan berpariasi , tiga bentuk

konfusio akut telah berhasil dicatat, bentuk yang paling banyak ditemukan adalah bentuk

hiperaktif. Pasien dengan bentuk ini dapat mencabut jalur intravena (IV) dan balutan,

mengambil sesuatu diudara, memanjat penghalang ditempat tidur, dan memanggil nama

orang yang dicintainya yang sudah meninggal. Dapat terlihat respon sistem sarap otonom

takikardia, dilatasi pupil, diaphoresis, dan komplikasi kemerahan.

Berlawanan dengan bentuk hiperaktif, juga terdapat bentuk hipoaktif. Lansia dengan

bentuk konfusio ini mudah terabaikan dan tidak terdiagnosis karena prilaku mereka

Page 6: askep KONFUSIO

tenang, tidak menuntut. Konfusio hipoaktif dicirikan dengan keletihan berlebihan dan

hipersomnolens, yang berkembang menjadi kehilangna kesadaran. Bentuk ini dapat salah

didiagnosis menjadi depresi.

Namun kebanyakan lansia mengalami fluktuasi antara keadaan hiperaktif dan

hipoaktif yang menciptakan bentuk ketiga, konfosio akut campuran. Agitasi dan

halusinasi sering memburuk di malam hari dan terbangun dengan interval yang jelas di

siang hari.

Penatalaksanaan keperawatan

Walaupun tindakan suportif, penatalaksanaan farmakologik konfusio untuk

mengurangi kecemasan dan agitasi mungkin diperlukan untuk meyakinkan keamanan

pasien dan pegawai. Pasien dengan konfusio hipoaktif biasanya tidak membutuhkan

sedasi, meskipun dosis rendah antipsikotik mungkin diperlukan apabila ada bukti distres

halusinasi. Pasien agitasi dan distruptif seringkali terlihat tumpang tindih dengan bangsal

rutin, khusunya pada malam hari, dan mendesak untuk dibuat sedasi.

Meskipun terdapat ada banyak pengobatan yang tersedia untuk pengobatan konfusio,

terdapat beberapa kaidah yang hendaklah diterapkan untuk semua obat. Obat-obat

hendaklah diharapkan diberikan per oral pada dosis rendah, dengan pemberian dosis lebih

besar bila diperlukan. Pasien yang membutuhkan dosis multipel hendaklah diawasi ketat.

Sangat mendasar bahwa pemesanan teratur untuk pengobatan seringkali perlu meninjau

kembali respon pasien, efek samping, dan kelanjutan kebutuhan pengobatan. Haloperidol

populer karena awitan kerjanya cepat, keampuhan dan rendah efek samping, meskipun ia

mungkin tidak cocok untuk pasien dengan kecenderungan gangguan gaya berjalan atau

keseimbangan ekstrapiramidal. Ia mempunyai sedikit toksisitas kardiovaskular tetapi

dapat menyebabkan efek samping ekstrapiramidal (ESEP), akatisia (yang mungkin

meningkatkan agitasi), diskinesia tardif dan sindrom neuroleptik maligna. Efek-efek ini

lebih nyata dengan peningkatan umur, dosis dan lama pengobatan. Puncak awitan kerja

adalah 20 sampai 40 menit setelah suntikan intramuskular dan beberapa menit setelah

dosis oral. Ia mempunyai paruh waktu 10-19 jam dan tidak ada metabolit aktif, meskipun

ESEP dapat secara potensial lebih lama daripada paruh waktu obat. Acuan praktis yang

diterbitkan American Journal of Psychiatry dan Therapeutic Guideline: Psychotropic

menyarakan penggunaan dosis kecil haloperidol oral, seperti 0.25-1.5 mg setiap empat

Page 7: askep KONFUSIO

jam, meskipun yang lebih muda atau pasien lebih agitasi mungkin membutuhkan dosis

lebih tinggi pada interval yang lebih sering. Oleh karena peningkatan potensinya,

intramuskular haloperidol digunakan pada dosis lebih kecil, misalnya 0.125-0.25 mg.

Sudah jelas bahwa dosis 5 mg intramuskular yang seringkali digunakan untuk pasien

lanjut usia pada perawatan di rumah sakit adalah tidak tepat. Pengawasan kardiak adalah

sangat esensial pada kasus yang jarang apabila infus berlanjutan dubutuhkan.

Droperidol merupakan pilihan cadangan untuk pemakaian parenteral. Ia bekerja lebih

cepat, lebih sedatif, mempunyai waktu paruh lebih pendek, dan kemungkinan lebih

ampuh daripada haloperidol dengan lebih sedikit ESEP. Biasanya dosis mulai pada lansia

adalah 2 mg. Tetapi, sedasi mungkin menjadi suatu masalah pada pasien lebih tua, dan

terdapat resiko lebih tinggi hipotensi, khususnya apabila diberikan secara intravena.

Fenotiazin lain, misalnya tioridazin dan klorpromazin, pada dosis awal 12,5-25 mg,

juga telah digunakan karena keampuhan mereka dan khasiat sedatif-nya, meskipun

ketenaran mereka mundur oleh karena kardiotoksis

Pencegahan primer

Pencegahan primer untuk konfusio akut dimulai dengan pemahaman bahwa hal

tersebut bukan konsekuensi normal dari proses menua. Selain iti konfusio akut

mempunyai penyebab yang dapat dicegah. Secara umum pendekatan terhadap

pencegahan primer meliputi mempertahankan keseimbangan homeostasis bagi otak dan

membatasi stresor yang melebihi kemampuan koping lansia .

Program nutrisi dan hidrasi merupakan hal yang esensial bagi otak untuk berfungsi

efektif. Kondisi – kondisi yang menyebabkan konfusio seperti anemia nutrisional,

defisiensi asam folat dan ketidak seimbangan elektrolit (termasuk magnesium) dapat

dicegah melalui diet yang tepat. Dehidrasi banyak terjadi dikalangan lansia karena

perubahan yang terkait usia dalam hal perubahan sensasi haus dan seringnya penggunaan

deuretik, tantangan nyata bagi keperawatan adalah untuk memastikan bahwa semua lansia

mengonsumsi diet yang seimbang kira – kira 8 gelas air putih tiap hari, kecuali dengan

dikontraindikasikan dengan penyakit gagal ginjal dan jantung. Lansia yang berada

dikomunitas dan institusi berisiko mengalami ketidakseimbangan nutrisi dan cairan dan

membutuhkan intervensi keperawatan melalui pengkajian, penyuluhan, dan

pengembangan program.

Page 8: askep KONFUSIO

Tindakan pencegahan primer yang kritis bagi lansia di semua tempat adalah aktivitas

mental dan fisik. Laporan studi kasus menunjukkan bahwa lansia yang tetap sadar secara

mental berorientasi baik sampai usia antara delapan puluh dan Sembilan puluh adalah

mereka yang berminat dan berpartisipasi dalam hidup.

Lingkungan fisik pada lingkungan perawatan akut dan jangka panjang harus diatur

secara baik untuk memfasilitasi aktivitas mental dan fisik. Klien harus memliki akses

pada stimulus sensori seperti radio atau televisi. Program – program seperti filem lama,

siaran berita setempat, dan layanan keagaman yang dipilih dan disukai lansia memiliki

efek yang mengorientasikan mereka. Namun jika stimulus semacam itu berlangsung

terus, hal tersebut juga dapat menjadi sumber disorientasi dan dapat memicu halusinasi,

program yang tidak tepat sepeti kartun, komedi situasi yang kontinu, dan program –

program kekerasan dapat berperan menimbulkan status konfusio pada pasien lansia.

Penggunaan warna yang tepat untuk membantu mata lansia membedakan antara

permukaan – permukaan yang berbeda – beda, penggunaan cahaya yang tidak

menyilaukan, menyingkirkan barang – barang yang berserakan dan membiarkan ruang

untuk berinteraksi sosial akan mendorong lansia untuk berambulasi tetap aktif secara fisik

dan sosial, sekalipun di fasilitas perawatan akut atau perawatan jangka panjang ,

merupakan kunci untuk mempertahankan fungsi kognitif.

Karena banyaknya efisode konfusio akut merupakan bagian dari efek obat, strategi

pencegahan primernya jika memungkinkan adalah menghindari penggunaan obat –

obatan, jika dibutuhkan obat – obatan, obat – obatan tersebut harus dimulai dari dosis

yang serendah mungkin dan ditingkatkan berdasarkan efeknya atau jika satu obat

ditambahkan pada program pengobatan, obat yang lain harus dihentikan

Lansia tidak boleh diinfantilisasikan atau diperlakukan seperti anak – anak sebagai

contoh menyebut pembalut pada pasien inkontinensia sebagai popok, begitu pula dengan

hal pembuatan keputusan bagi lansia, melepaskan mereka dari martabat yang mereka

miliki, dan menimbulkan perasaan inkompeten. Semua lansia harus dianggap mampu

untuk berpartisifasi dalam keputusan yang berkaitan dengan perawatan dan tidak boleh

dipaksa untuk menggantungkan rasa nyaman atau kesejahteraan mereka kepada orang

lain , insidensi konfusio akut lebih tinggi di unit keperawatan yang berorientasi pada

tugas yang di sana aktivitas sehari – hari dilakukan oleh petugas agar selesai tepat waktu.

Page 9: askep KONFUSIO

Pemberi perawatan harus memperlakukan lansia sebagai individu dan menunjukan rasa

peduli dan perhatian untuk menghindari masalah pengasingan .

Tindakan pencegahan primer lainnya telah efektif menurunkan insidensi konfusio

pada lansia yang baru saja mengalami pembedahan. Tindakan – tindakan tersebut antara

lain adalah pemantauan yang kontinu terhadap saturasi oksigen dan tekanan darah,

dengan intervensi yang agresif guna mencegah hipoksia dan efisode hipotensi, dua faktor

yang mempengaruhi metabolisme oksidatif serebri dan menimbulkan konfusio.

Penggunaan penutup kepala termal dan selimut anggota badan serta penggunaan cairan

IV hangat untuk mencegah hipotermi telah berhasil menurunkan insidensi konfusio

pascaoperasi.

Pencegahan sekunder

Pengkajian

Pengkajian dini dan akurat terhadap perubahan – perubahan status mental berguna

untuk mencegah konsekuensi yang berlebihan dari konfusio akut, untuk mendapatkan

pengkajian yang akurat pemberi perawatan harus mengunakan pendekatan yang

sistematis dan meluangkan cukup waktu bagi orang tersebut untuk berespon. Latar

blakang budaya lansia dan tingkat pensisikannya harus dipertimbangkan dalam

megevaluasi prilaku, kemampuan berfikir dan pemahaman terhadap situasi sekarang.

Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan pasien menjadi dasar untuk evaluasi

kemampuan kognitif ini menurut Wolanin.

Informasi dasar merupakan hal yang penting dan harus dikumpulkan pada saat

penerimaan pasien, bukan setelah prilaku aneh yang muncul sebagai masalah. Banyaknya

perawat yang terus bergantung sepenuhnya pada komponen – komponen orientasi orang,

tempat, dan waktu untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan status mental.

Namun menurut penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa unsur – unsur ini

merupakan penanda konfusio yang paling tidak sensitif. Aspek kognitif dari perhatian dan

konsentrasi dianggap sebagai tanda awal disfungsi otak. Area – area ini mudah dikaji.

Menanyakan pertanyaan yang sama secara berulang – ulang, mengganti topik, atau

mengunakan sarkasme saat mengucapkan kata – kata lucu dapat menandakan adanya

kesalahan memori. Gelisah atau somnolen berlebihan dapat menjadi tanda – tanda

peringatan awal. Kempuan yang tidak konsisten untuk melakukan AKS merupakan

Page 10: askep KONFUSIO

indikator dini konfusio akut lainya yang dapat terjadi. Namun agitasi merupakan tanda

konfusio akut yang lambat dan terjadi pada kurang dari 30% kasus.

d. Prognosis Penyakit

Meskipun secara tradisional dianggap sebagi keadaan yang hilang sendiri, sekarang

jelas diketahui bahwa terdapat banyak keluaran yang menyimpang yang berhubungan

dengan perkembangan konfusio. Selama masuk di rumah sakit penyakit ini menunjukkan

bertanggung jawab terhadap penurunan fungsional, peningkatan resiko komplikasi

dapatan rumah sakit seperti jatuh, luka tekanan dan inkontinensia urinari dan tinggal di

rumah sakit yang lama. Pada pemberhentian, peneltian menunjukkan terdapat

peningkatan resiko penurunan fungsional pada aktifitas hidup sehari-hari, peningkatan

pendaftaran masuk fasilitas perawatan jangka lama, dan peningkatan resiko masuk

kembali. Jauh dari hidup singkat yang tak menyenangkan yang sebelumnya telah

dipertimbangkan, banyak penelitian yang mempertunjukkan konfusio menetap pasca

pemberhentian. Menurut Levkoff dkk. menunjukkan bahwa dari 125 pasien lansia

konfusio, hanya 4% yang resolusi lengkap pada saat pemeberhentian, dan kurang dari

25% resolusi dari seluruh gejala baru pada 3 dan 6 bulan setelah pemberhentian. konfusio

juga mempunyai hubungan dengan peningkatan mortalitas, meskipun ini tidak jelas

apakah ini karena dasar penyakit medisnya dan ko-morbiditasnya atau karena konfusio itu

sendiri. Keseluruhan mortalitas konfusio mendekati 30%, dengan mortalitas 12-bulanan

35-40% dan mortalitas 5-tahunan 50%.

Page 11: askep KONFUSIO

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN

DENGAN KONFUSIO

1.Pengkajian

1. Identitas

Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang

kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut

klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun secara mendadak.

3. Faktor predisposisi

Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta

menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian yang

mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang

terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah

itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala

tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan

psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas

kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa

yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak.

Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang

terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak,

tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus,

endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).

4. Pemeriksaan fisik

Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun,

takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau

makan.

Page 12: askep KONFUSIO

5. Psikososial

a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi

pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot .

b. Konsep diri

Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri

karena proses patologik penyakit.

Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara

satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman

aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan

sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.

Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan

kemampuan yang ada.

Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien

merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.

c. Hubungan social

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau

kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat

seperti delusi dan halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial

khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika

hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal.

Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan

individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain,

akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat

dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa

ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.

d. Spiritual

Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat tetapi tidak

Page 13: askep KONFUSIO

atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan

kepercayaannya.

6. Status mental

o Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri.

o Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

o Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya

peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis,

steriotipi.

o Alam perasaan. Klien nampak ketakutan dan putus asa.

o Afek dan emosi. Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak

dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaa tersebut

dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang

digunakan klien untukj melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn

memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari

lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan

tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan

afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.

o Interaksi selama wawancara. Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng

kooperatif, kontak mata kurang.

o Persepsi. Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional

terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh

panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan

pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau

berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah

halusinasi.

o Proses berpikir. Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,

tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas

yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penilaian realitas

secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan

Page 14: askep KONFUSIO

dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien

tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan

proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya

asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik

(memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi

dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.

o Tingkat kesadaran. Kesadran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu,

tempat dan orang.

o Memori. Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa

jam atau hari yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian

beberapa tahun yang lalu).

o Tingkat konsentrasi. Klien tidak mampu berkonsentrasi

o Kemampuan penilaian. Gangguan ringan dalam penilaian atau keputusan.

7. Kebutuhan klien sehari-hari

o Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan

gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali.

Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar

di pagi hari.

o Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya

sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa

terjadi penurunan berat badan.

o Eliminasi

Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari

biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi,

akibat terganggu pola makan.

8. Mekanisme koping

Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir,

mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping

Page 15: askep KONFUSIO

mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor

penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang

digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata,

memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

9. Dampak masalah

o Individu

Perilaku, klien muningkin mengbaikan atau mendapat kesulitan dalam

melakukan kegiatas sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak

mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti pakaian.

Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri,

harga diri rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa

sehingga klien perlu diisolasi.

Kemadirian , klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan

pada keluarga atau orang yang merawat cukup tinggi, sehingga

menimbulkan stres fisik.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah dan

O2 ke otak.

2. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung

yang tidak adequat.

3. Ansietas berhubungan dengan pendukung yang tidak adequat.

4. Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan kehilangan

tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat berkemih.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 :

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah dan O2 ke

otak.

Page 16: askep KONFUSIO

a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan

akibatnya

R/ Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan

b) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

R/ Untuk mencegah perdarahan ulang

c) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan

R/ Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi

perdarahan ulang

d) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

R/ Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat

total dan ketenangan mingkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan

dalam kasus stroke hemoragik /perdarahan lainnya

e) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

R/ Memperbaiki sel yang masih viabel

Diagnosa Keperawatan 2 :

Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang

tidak adequat.

1. Ciptakan lingkungan terapeutik :

o bina hubungan saling percaya ((menyapa klien dengan rama memanggil nama

klien, jujur , tepat janji, empati dan menghargai).

o tunjukkan perawat yang bertanggung jawab

o tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap

2. Perlihatkan penguatan positif pada klien.Temani klien untuk memperlihatkan

dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin mnerupakan hal yang sukar bagi

klien.

3. Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang.

4. Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi.

Diagnosa Keperawatan 3:

Ansietas berhubungan dengan sistem penbdukung yang tidak adequat.

Page 17: askep KONFUSIO

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Ciptakan lingkungan saling percaya

dengan mendengarkan penuh perhatian, dan

selalu ada untuk pasien.

Bekerja dengan pasien dalam menata

tujuan belajar yang diharapkan.

Pilih berbagai strategi belajar, seperti

teknik demonstrasi yang memerlukan

keterampilan dan biarkan pasien

mendemonstrasikan ulang, gabungkan

keterampilan baru ini kedalam rutinitas rumah

sakit sehari-hari.

Rekomendasikan untuk tidak

menggunakan obat-obat yang dijual bebas tanpa

konsultasi dengan tenaga kesehatan/dokter atau

tidak boleh menggunakan obat tanpa resep.

Diskusikan pentingnya untuk

melakukan evaluasi secara teratur dan jawab

pertanyaan pasien atau orang terdekat.

Menanggapi dan memperhatikan perlu

diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil

bagian dalam proses belajar.

Partisipasi dalam perencanaan

meningkatkan antusias dan kerja sama pasien

dengan prinsip-prinsip yang dipelajari.

Penggunaan cara yang berbeda tentang

mengakses informasi meningkatkan pencerapan

pada individu yang belajar.

Membantu untuk mengontrol proses

penyakit dengan lebih ketat dan mencegah ke

prognosis yang buruk, menurunkan

perkembangan komplikasi sistemik.

Intervensi segeral dapat mencegah

perkembangan komplikasiyang lebih serius atau

komplikasi yang mengancam kehidupan.

Page 18: askep KONFUSIO

Demonstrasikan teknik penanganan stres,

seperti latihan napas dalam, bimbingan

imajinasi, mengalihkan perhatian.

Identifikasi sumber-sumber yang ada di

masyarakat, bila ada.

Mengendalikan relaksasi dan

pengendalian terhadap respons stres yang dapat

membantu untuk memberikan ketenangan

Dukungan kontinu biasanya penting

untuk menopang perubahan gaya hidup dan

meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.

Diagnosa Keperawatan 4

Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan kehilangan tonus

kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat berkemih.

Tujuan & K.H;

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama .. x .. jam diharapkan Klien mampu

mengontrol eliminasi urinnya dgn Kriteria hasil :

- Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia

- Tidak ada distensi bladder

Intervensi & Rasional

a) Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih yang teratur .

R/Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang

berlebih

b) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari

R/Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah enuresis

Page 19: askep KONFUSIO

c) Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus

dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal)

R/Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih

d) Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal

yang telah direncanakan

R/Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine

sehingga memerlukan untuk lebih sering berkemih

e) Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per

hari bila tidak ada kontraindikasi)

R/Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.

4. Implementasi

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan keperawatan.

5. Evaluasi

Dx 1: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah dan

O2 ke otak tidak terjadi pada lansia.

Dx 2: Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung

yang tidak adequate tidak terjadi pada lansia.

Dx 3: Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi dapat teratasi, klien sudah mulai

tidur dengan tenang

Dx 4: Klien mampu mengontrol eliminasi urinnya

Page 20: askep KONFUSIO

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. RIWAYAT KESEHATAN

Data Biografi :

Nama :

Alamat :

Telepon :

Tempat/Tanggal Lahir :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Masuk Ke RS/Panthi Werdha :

Orang Yang Paling Dekat Dihubungi :

Alamat :

Page 21: askep KONFUSIO

Telepon :

B. RIWAYAT KELUARGA

C. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

D. RIWAYAT REKREASI

E. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN

F. DESKRIPSI HARI KHUSUS

G. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

H. TINJAUAN SISTEM ( Jelaskan sistem-sistem di bawah ini yang terdapat pada klien)

Keadaan Umum

Integumen

Kepala

Mata

Telinga

Hidung dan sinus

Mulut dan tenggorokan

Leher

Payudara

Pernafasan

Kardiovaskular

Gastrointestinal

Perkemihan

Page 22: askep KONFUSIO

Genitourinaria

Muskuloskeletal

Sistem saraf pusat

Sistem endokrin

I. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL

1. Psikososial

Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain,

harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi!

2. Identifikasi Masalah Emosional

Pertanyaan tahap 1

Apakah klien mengalami kesulitan tidur

Apakah klien sering merasa gelisah

Apakah klien sering murung dan menangis sendiri

Apakah klien sering was-was atau kuatir

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”.

Pertanyaan tahap 2

Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?

Ada atau banyak pikiran?

Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain?

Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

Cenderung mengurung diri?

Bila lebih dari atau sama 1 jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)

3. Spiritual

Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyakinan klien tentang kematian, harapan-

harapan klien, dll.

J. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN

Page 23: askep KONFUSIO

1. INDEKS KATZ

Termasuk katagori manakah klien?

A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan

pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi

B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas

C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain

D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas

E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi

yang lain

F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu

fungsi yang lain

G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas

Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain,

seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan

fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

2. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS

Termasuk yang manakah klien?

NO. KRITERIA DENGAN

BANTUAN

MANDIRI KETERANGAN

1 Makan 5 10 Frekuensi :

Jumlah :

Jenis :

2 Minum 5 10 Frekuensi :

Jumlah :

Jenis :

3 Berpindah dari kursi

roda ke tempat tidur

5-10 15

Page 24: askep KONFUSIO

/sebaliknya

4 Personal toilet ( cuci

muka,menyisir rambut,

menggosok gigi)

0 5 Frekuensi :

5 Keluar masuk toilet

( mencuci pakaian,

menyeka tubuh,

menyiram)

5 10

6 Mandi 5 15

7 Jalan di permukaan

datar

0 5 Frekuensi :

8 Naik turun tangga 5 10

9 Menggunakan pakaian 5 10

10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :

Konsistensi :

11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :

Warna :

Page 25: askep KONFUSIO

K. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK

1. Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status questioner

(SPSMQ).

Instruksi:

Ajukan pertanyaan 1- 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.

Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan.

NO PERTANYAAN BENAR SALAH

1 Tanggal berapa hari ini

2 Hari apa sekarang

3 Apa nama tempat ini

4 Alamat anda?

5 Berapa umur anda?

6 Kapan anda lahir(minimal tahun lahir)

7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

9 Siapa nama ibu anda?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap

pengurangan 3 dari setiap angka

baru ,semua secara menurun

JUMLAH

Page 26: askep KONFUSIO

Interpretasi hasil:

a. Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh

b. Salah 4 – 5 : kerusakan intelektual ringan

c. Salah 6 – 8 : kerusakan intelektual sedang

d. Salah 9 – 10 :L kerusakan intelektual berat.

2. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (nini

mental status exam)

NO ASPEK

KOGNITIF

NILAI

MAKS

MILAI

KLIEN

KRITERIA

1. ORIENTASI 5 Menyebutkan dengan benar:

Tahun

Musim

Tanggal

Hari

bulan

2. ORIENTASI 5 Diamana kita sekarang ?

Negara Indonesia

Provinsi….

Kota…..

Panti werda…..

Wisma….

3. REGISTRASI 3 Sebutkan 3 objek (oleh pemeriksa ) 1

detik untuk mengatakan masing –

masing objek,kemudian tanyakan

kepada klien ketiga objek tadi(untuk

disebutkan )

Objek………

Objek………

Page 27: askep KONFUSIO

Objek………

4. PERHATIAN

DAN

KALKULASI

5 Minta klien untuk memulai dari

angka 100 kemudian dikurangi 7

sampai 5 kali

93

86

79

72

65

5. MENGINGAT 3 Minta klien untuk mengurangi ke 3

objek pada nomer 2 (registrasi) tadi,

bila benar 1 poin untuk masing –

masing objek.

6. BAHASA 9 Tunjukkan pada klien suatu benda

dan tanyakan namannya pada klien

(misal jam tangan atau pensil)

Minta kepada klien untuk mengulang

kata berikut “ tak ada jika ,dan ,

atau,tetapi” bila benar, nilai 1 poin.

Pernyataan benar 2 buah : tidak ada

tetapi.

Minta klien untuk mengikuti perintah

berikut ini yang terdiri dari 3

langkah: “ ambil kertas di tangan

anda ,lipat 2 dan taruh di lantai “.

Ambil kertas

Page 28: askep KONFUSIO

Lipat dua

Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal

berikut ( bila aktivitas sesuai

perintah nilai 1 poin)

Tutup mata anda.

Perintah pada klien untuk menulis

satu kalimat dan menyalin gambar

Tulis satu kalimat

Menyalin gambar.

TOTAL NILAI

Interpretasi hasil

>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik

18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan

<17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Daftar Pustaka

Mickey & Patricia (2007) Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Ika Syamsul Huda MZ, MD, 2010. Konfusio Pada Pasien Geriatri Yang Dirawat, (online),

http :// www.scribd.com/doc/26497552/Konfusio Pada Pasien Geriatri Yang Dirawat, diakses

tanggal 18 Oktober 2010

Page 29: askep KONFUSIO

Blog Partner, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Konfusio,

(onlie)http://www.umm.edu/ency/article/000740trt.htm, diakses tanggal18 Oktober 2010

http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2009/05/delirium-pada-lansia.html, diakses

tanggal 20 Oktober 2010

http://wiwik-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-

dengan.html, diakses tanggal 20 Oktober 2010

http://www.geocities.ws/geriatriindonesia/, diakses tanggal 20 Oktober 2010