askep komunitas pada balita

10
A. Alasan Mengapa Memilih Kelompok Rentan Balita Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004). Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak memperhatikan bahaya (Nursalam, 2005). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada

Upload: muhammadimronrosadi

Post on 12-Dec-2015

379 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Komunitas Pada Balita

A. Alasan Mengapa Memilih Kelompok Rentan Balita

Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima

tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.

Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda

dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke

dalam golongan yang dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan

mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan

pertumbuhan  badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga

mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus

disesuaikan dengan keadaannya Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal

dengan Batita merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal

sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004). Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun),

pertumbuhan fisik anak lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi

perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan

nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai  berjalan jalan.

Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak memperhatikan  bahaya

(Nursalam, 2005). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua

untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain

masih terbatas. Masa balita merupakan  periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa

tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan

pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

B. Masalah Kesehatan pada Kelompok Balita di Indonesia

Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun (balita) adalah kelompok

yang rentan terhadap  berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka

Page 2: Askep Komunitas Pada Balita

belum terbangun sempurna. Pada usia ini, anak rawan dengan berbagai gangguan

kesehatan, baik jasmani maupun rohani.

C. Gizi kurang dan Gizi buruk 

  Hampir lebih dari 2 juta anak anak balita mengalami gizi buruk

(Atmaria, 2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk

gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9.Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh

gizi buruk yang banyak dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah

penghambatan pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium,

defisiensi vitamin A, anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005). Anak-

anak yang mengalami defisiensi gizi, berat badan lahir rendah dan penghambatan

pertumbuhan akan tumbuh menjadi remaja dan juga orang dewasa yang mengalami

malnutrisi (Atmaria, 2005). Masalah malnutrisi dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan pada anak anak dan remaja. Penyebab gizi kurang

dan gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan perilaku serta

kebiasaan makan, penyakit infeksi, ketersediaan pangan. Tingginya AKB dan

masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan cara pemberian Air Susu

Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, risiko kematian bayi

bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif dan menyusui sampai 2

tahun. Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan

gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap  penyakit infeksi. Manfaat

lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah hemat dan mudah dalam

pemberiannya serta manfaat jangka panjang adalah meningkatkan kualitas generasi

penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional anak.

A. Tumbuh Kembang Balita

  Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya

senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

Page 3: Askep Komunitas Pada Balita

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal ). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan

berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.

2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan

lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia

mampu meraih benda dengan jari.

3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-

keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain. Menurut

Sigmun Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari lima fase, yaitu fase oral,

fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase ini, tiga fase awal

yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat masa balita. (Wong, 2009)

Page 4: Askep Komunitas Pada Balita

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA BALITA

1.1 Pengkajian Asuhan

Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan

masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional yang

didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat.

Model community as partner  terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian

komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri

1. inti komunitas(the community core ),

2. subsistem komunitas (the community subsystems), dan

3. persepsi (perception).

Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan

praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk  berpartisipasi penuh

dalam meningkatkan kesehatannya.

1.2 Data inti

a. Demografi Variabel

Hal-hal yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun perempuan.

Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan tahunan atau

rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.

b. Vital Statistik

Hal-hal yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka kematian balita.

Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik

dari Puskesmas atau Kelurahan.

c. Variabel karakteristik penduduk meliputi :

Fisik :

jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat

mengobservasi ketika ada program posyandu.

Psikologis :

Page 5: Askep Komunitas Pada Balita

efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa kesedihan

karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya

dan pertumbuhan anak pun akan terhambat atau sulit untuk  berkembang.

Sosial :

sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan tidak

memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk

ditimbang.

Perlaku :

seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi  penyebab anak

mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya, terlebih  banyak orang tua

yang kurang mampu dalam hal ekonomi.

1.2 Sub sistem 

a. Lingkungan fisik:

Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap

penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, selain faktor

untuk menjamin mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu

kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko

peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut. Sistem kesehatan Jarak antara

desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa tersebut

memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan  program kerja yang

dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersedian  posbindu belum ada.

b. Ekonomi

Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya yang

berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.

c. Keamanan dan transportasi

Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi  bantuan untuk

dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk

mempermudah akses mendapatkan layanan kesehatan. Variabel keamanan

Page 6: Askep Komunitas Pada Balita

meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan dan

keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.

d. Kebijakan dan pemerintahan

Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang

sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan  pelayanan

kesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat dalam.

e. Komunikasi

Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan  penduduk,

khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan dalam keluarga.

Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian informasi kesehatan

gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.

f. Pendidikan

Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk tentang

pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan dampaknya, cara

mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara mencegahnya. Mayoritas

penduduk berpendidikan rendah yaitu SD bahkan tidak sekolah.

g. Rekreasi

Hal-hal yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat

partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan dari

sarana rekreasi yang ada.

h. Layanan Kesehatan dan Sosial

Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau

memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas

pelayanan kesehatan.

Page 7: Askep Komunitas Pada Balita

Daftar Pustaka

Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang

anak, Fakultas Kedokteran UI

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013.  Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan

Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba medika

 Nursalam. 2005.  Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul.2008.Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika