askep kolelitiasis

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolelitiasis atau batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material yang menyerupai batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya. Batu empedu biasanya terbentuk dalam kantung empedu dari konstituen padat empedu dan sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan komposisi. Batu empedu jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi sering terjadi setelah usia 40 tahun, yang mempengaruhi 30% sampai 40% dari populasi pada usia 80 tahun. Obstruksi duktus empedu di ikuti oleh kolesistitis akut yang mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iskemia di kandung empedu atau iritasi kimia dari organ yang di sebabkan oleh pemajanan jangka panjang terhadap konsentrat empedu. Infeksi bakteri utama dapat menyebabkan kolesistitis, tetapi sampai dengan 80% kasus, terjadi batu obstruktif dalam saluran empedu. Kolesistitis akut dapat menyebabkan komplikasi dengan abses dan atau perforasi kandung empedu. Kolesistitis kronis biasanya di hubungkan dengan batu di dalam duktus bilier dan di manifestasikan oleh intoleran terhadap makanan berlemak, mual dan muntah, dan nyeri setelah makan. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi kolelitiasis? 2. Bagaimana patofisiolgi kolelitiasis? 3. Bagaimana etiologi kolelitiasis? 4. Bagiamana factor resiko kolelitiasis? 5. Bagaimana manifestasi klinis kolelitiasis? 6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik kolelitiasis? 7. Bagaimana penatalaksanaan kolelitiasis? 1

Upload: tiya-m-khusna

Post on 28-Dec-2015

148 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Kolelitiasis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKolelitiasis atau batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang

membentuk suatu material yang menyerupai batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya. Batu empedu biasanya terbentuk dalam kantung empedu dari konstituen padat empedu dan sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan komposisi. Batu empedu jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi sering terjadi setelah usia 40 tahun, yang mempengaruhi 30% sampai 40% dari populasi pada usia 80 tahun.

Obstruksi duktus empedu di ikuti oleh kolesistitis akut yang mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iskemia di kandung empedu atau iritasi kimia dari organ yang di sebabkan oleh pemajanan jangka panjang terhadap konsentrat empedu. Infeksi bakteri utama dapat menyebabkan kolesistitis, tetapi sampai dengan 80% kasus, terjadi batu obstruktif dalam saluran empedu. Kolesistitis akut dapat menyebabkan komplikasi dengan abses dan atau perforasi kandung empedu. Kolesistitis kronis biasanya di hubungkan dengan batu di dalam duktus bilier dan di manifestasikan oleh intoleran terhadap makanan berlemak, mual dan muntah, dan nyeri setelah makan.  

B. Rumusan Masalah1. Apa definisi kolelitiasis?2. Bagaimana patofisiolgi kolelitiasis?3. Bagaimana etiologi kolelitiasis?4. Bagiamana factor resiko kolelitiasis?5. Bagaimana manifestasi klinis kolelitiasis?6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik kolelitiasis?7. Bagaimana penatalaksanaan kolelitiasis?8. Bagaimana asuhan keperawatan kolelitiasis?

C. Tujuan1. Menjelaskan pengertian kolelitiasis2. Menjelaskan patofisiologi kolelitiasis3. Menjelaskan etiologi kolelitiasis4. Menjelaskan faktor resiko kolelitiasis5. Menjelaskan manifestasi klinis kolelitiasis6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik kolelitiasis7. Menjelaskan penatalaksanaa kolelitiasis8. Menjelaskan asuhan keperawatan kolelitiasis

1

Page 2: Askep Kolelitiasis

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiKolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam

kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner & Suddarth, 2001).

Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson, 2005).

Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. (Williams, 2003)

Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat atau campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu (Marlyn E Doengoes, 2000).

Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Betu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi (Smeltzer, 2002).

Batu empedu adalah batu yang berbentuk lingkaran dan oval yang di temukan pada saluran empedu. Batu empedu ini mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium bilirubinat atau gabungan dari elemen-elemen tersebut. (Grace, Pierce. dkk, 2006, hlm 121).

Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat di dalam kandung empedu atau saluran empedu (duktus koledukus) atau keduanya. (Arif Muttaqin, 2011)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kolelitiais atau batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material yang menyerupai batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam sluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua – duanya.

B. PatofisiologiBatu ginjal terjadi karena adanya zat tertentu dalam empedu yang hadir dalam

konsentrasi yang mendekati batas kelarutan mereka. Bila empedu terkonsentrasi di kandung empedu, larutan akan menjadi jenuh dengan bahan – bahan tersebut, kemudian endapan dari larutan akan membentuk kristal mikroskopis. Kristal terperangkat dalam mukosa bilier, akan menghasilkan suatu endapan. Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu menghasilkan komplikasi penyakit batu empedu. Pada kondisi normal kolesterol tidak mengendap di empedu karena mengandung garam empedu terkonjugasi dan fosfatidikolin ( lesitin ) dalam jumlah cukup agar kolesterol berada di dalam larutan misel. Jika rasio konsentrasi kolesterol berbanding garam empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati memproduksi kolesterol dalam bentuk konsentrasi tinggi. At ini kemudian mengendap pada lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol. Kristal ini merupakan prekursor batu empedu.

2

Page 3: Askep Kolelitiasis

Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme, secara aktif disekresi ke dalam empedu oleh sel hati. Sebagian besar bilirubin dalam empedu adalah berada dalam bentuk konjugat glukuronida yang larut dalam air dan stabil, tetapi sebagian kecil terdiri atas bilirubin tak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi, seperti asam lemak, fosfat, karbonat dan anion lain, cenderung untuk membentuk presipitat tak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu secara pasif bersama dengan elektrolit lain. Dalam situasi pergantian heme tinggi, seperti hemolisis kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi mungkin berada dalam empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya. Kalsium bilirubinate mungkin kemudian mengkristal dari larutan dan akhirnya membentuk batu. Seiring waktu, berbagai oksidasi menyebabkan bilirubin presipitat untuk mengambil zat warna hitam. Batu yang dibentuk dengan cara ini yang disebut batu pigmen hitam.

Empedu biasanya steril, tetapi dalam beberapa kondisi yang tidak biasa (misalnya di atas striktur bilier), mungkin terkolonisasi dengan bakteri. Bakteri menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dan hasi peningkatan bilirubin tak terkonjugasi dapat menyebabkan presipitasi terbentuknya kristal kalsium bilirubinate. Bakteri hidrolisis lesitin menyebabkan pelepasan asam lemak yang kompleks dengan kalsium dan endapan dari larutan. Konkresi yang dihasikan memiliki konsistensi disebut batu pigmen cokelat. Tidak seperti kolesterol atau pigmen hitam batu, yang membentuk hampir secara eksklusif di kandung empedu, batu pigmen cokelat sering bentuk de novo dalam saluran empedu.

Batu empedu kolesterol dapat terkoloni dengan bakteri dan dapat menimbulkan peradangan mukosa kandung empedu. Enzim dari bakteri dan leukosit menghidrolisis bilirubin konjugasi dan asam lemak. Akibatnya, dari waktu ke waktu, batu kolesterol bisa mengumpulkan proporsi kalsium bilirubinate dan garam kalsium, lalu menghasilkan campuran batu empedu.

Kondisi batu kandung empedu memberikan berbagai menifestasi keluhan pada pasien dan menimbulkan berbagai masalah keperawatan. Jika terdapat batu yang menyumbat duktus sistikus atau duktus biliaris komunis untuk sementara waktu, tekanan di duktus biliaris akan meningkat dan peningkatan kontraksi peristaltik di tempat penyumbatan mengakibatkan nyeri visera di daerah epigastrium, mungkin dengan penjalaran ke punggung. Keluhan muntah dapat memberikan masalah keperawatan nyeri dan risiko ketidakseimbangan cairan. Respons nyeri dan gangguan gastrointestinal akan meningkatkan penurunan intake nutrisi, sedangkan anoreksia memberikan masalah keperawatan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari krbutuhan.

Respons komplikasi akut dengan peradangan akan memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh. Respons kolik bilier secara kronis akan meningkatkan kebutuhan metabolisme sehingga pasien cenderung mengalami kelelehan memberikan masalah intoleransi aktivitas. Respons adanya batu akan dilakukan intervensi medis pembadahan, intervensi litotripsi, atau intervensi endoskopik memberikan respons psikologis kecemasan dan pemenuhan informasi.

3

Page 4: Askep Kolelitiasis

pathway

C. Etiologi

4

Obesitas, Makanan, usia, jenis kelamin, genetik, infeksi kuman, statis cairan empedu

Batu empedu

ikterus

Okulsi dan obstuksi dari batu

Tekanan di duktus biliaris akan meningkat dan peningkatan kontraksi peristaltik

Intake nutrisi dan cairan tidak adekuat

Obstruksi duktus sitikus atau duktus biliaris

Respon saraf lokal

Gangguan gastrointestinal

nyeri

Mual, muntah, anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Penurunan cairan tubuh

Intervensi bedahIntervensi litotripsiIntervensi endoskopik

Respon psikologis misinterpretasi perawatan dan penatalaksanaan pengobatan

Port de entrée pascabedah

KecemasanPemenuhan informasi

pascaoperatifpreoperatif

Resiko infeksi

Page 5: Askep Kolelitiasis

Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolestrol, kalsium bilirubinat atau campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjadi pada duktus koledukus, duktus hepatica, dan duktus pancreas.Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita (Doenges, 1999).1. Statis cairan empedu2. Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).3. Iskemik dinding kandung empedu.4. Kepekatan cairan empedu.5. Kolesterol.6. Lisolesitin.7. Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti

reaksi supurasi dan inflamasi.

D. Faktor ResikoKolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa factor resiko .namun, semakin banyak

faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk terjadinya koletiasis.Faktor resiko tersebut antara lain:1. Genetik

Batu empedu melihatkan variasi genetik. Kecenderungan membentuk batu empedu bisa berjalan dalam keluarga 10. Di Negara barat penyakit ini sering dijumpai, di USA 10-20% laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu.Batu empedu lebih sering ditemukan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam.Batu empedu juga sering ditemukan di Negara lain selain USA, Chili dan Swedia.

2. Umur Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu dengan semakin bertambahnya usia semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia 90 tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga orang.

3. Jenis kelaminBatu empedu lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan perbandingan4 : 1. Di USA 10 – 20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu, sementara di Italia 20 % wanita dan 14 % laki-laki.Sementara di Indonesia jumlah penderita wanita lebih banyak daripada laki-laki.

4. ObesitasPada orang yang mengalami obesitas dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi makan kadar kolesterol dalam kandung empedu sangat tinggi sehingga akan menurunkan garam empedu dan mengurangi kontraksi atau pengosongan kandung empedu.

5. Makanan

5

Page 6: Askep Kolelitiasis

Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia empedudan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

6. Aktifitas fisikKurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis.

7. Riwayat keluargaOrang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar.

8. Nutrisi intravena jangka lamaNutrisi IV dalam jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan / minuman yang melewati intestinal.Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.

E. KlasifikasiAdapun klasifikasi dari batu empedu menurut Suratun, dkk (2010, hlm. 201)

adalah sebagai berikut :1. Batu Kolesterol

Biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna kuning pucat dan sering kali mengandung kalsium dan pigmen. Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati.

2. Batu PigmenTerdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion (bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang). Batu-batu ini cenderung berukuran kecil, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan. Batu pigmen bewarna coklat berkaitan dengan hemolisis kronis.Batu berwarna coklat berkaitan dengan infeksi empedu kronis (batu semacam ini lebih jarang di jumpai). Batu pigmen akan terbentuk bila pigmen tidak terkonjugasi dalam empedu dan terjadi proses presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan bilier.

3. Batu CampuranBatu ini merupakan TERBENTUK BILA TERJADI campuran antara batu kolesterol dengan batu pigmen atau dengan substansi lain (kalsium karbonat, fosfat, garam empedu, dan palmitat), dan biasanya berwarna coklat tua.

F. Manifestasi KlinisMenurut Price (2005, hlm 503) “Sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu

tidak memperlihatkan gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran empedu, yang seringkali terjadi karena batu yang kecil melewati ke dalam duktus koledokus”.  Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau kronis.

6

Page 7: Askep Kolelitiasis

1. Gejala Akut a. Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas,

nyeri dapat  menyebar ke punggung dan bahu kanan. b. Penderita dapat berkeringat banyak dan Gelisahc. Nausea dan muntah sering terjadi. d. Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan

persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa bewarna kuning. Keadaan ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.

e. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat.

2. Gejala kronisGejala kolelitiasis kronis mirip dengan gejala kolelitiasis akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata.Pasien sering memiliki riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung lama.Menurut Reeves ( 2001) tanda dan gejala yang biasanya terjadi adalah:a. Nyeri di daerah epigastrium kuadran kanan atasb. Pucat biasanya dikarenakan kurangnya fungsi empeduc. Pusing akibat racun yang tidak dapat diuraikand. Demame. Urine yang berwarna gelap seperti warna tehf. Dispepsia yang kadang disertai intoleransi terhadap makanan-makanan

berlemakg. Nausea dan muntahh. Berkeringat banyak dan gelisahi. Nausea dan muntah-muntahj. Defisiensi Vitamin A,D,E,K

G. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada klien kolelitiasis:a. Obstruksi duktus sitikusb. Kolik bilierc. Kolesistitis akut dan kronisd. Perikolesistitise. Peradangan pankreasf. Perforasig. Hydrops (oedema) kandung empeduh. Emplema kandung empedui. Fistel kolesistoenterik

7

Page 8: Askep Kolelitiasis

j. Batu empedu sekunder (pada 2-6% klien, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagi)

k. Ileus batu empedu

H. Penatalaksanaan1. Bedah

Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan untuk menguragi gejala yang sudah berlangsung lama untuk menghilangkan kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut.Pembedahan dapat efektif bila gejala yang dirasakan pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bila mana kondisi pasien mengharuskannya. Tindakan operasi  meliputi :a. Minikolesistektomi

Prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu melalui   luka incisi selebar 4 cm. Kontroversi prosedur  ini  timbul karena ukuran insisi membatasi pajanansemua struktur bilier yang terlibat.

b. KolesistektomiProsedur beddah dimana kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligali.Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu dalam kassa absorben.

c. Kolesistektomi laparoscopi (endoscopi)Dilakukan lewat luka insisi yang kecil  atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus.

d. Kolesistotomi perkutanDilakukan dalam penaanganan dan penegakan diagnosis pada pasien-pasien yang berisiko jika harus menjalani tindakan pembedahan atau anestesi umum yaitu pasien-pasien penderita sepsis atau gagal jantung yang berat dan gagal ginjal, paru atau hati.

2. Non Bedaha. Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (monooktanoin atau metil  tertier

eter/MTBE)b. Selang atau kateter dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu

melalui saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan saat pembedahan,melalui endoscopy ERCP.

c. Pengambilan batu non bedah. Digunakan untuk batu yang belum terangkat pada saat kolesistektomi atau terjepit dalam duktus koledukus, melalui prosedur ERCP.

d. Prosedur ESWL (Extracorporeal  Shock Wave Litrotipsi)Prosedur non infasif menggunakan gelombang kejut berulang yang diarahkan kepada batu  empedu  didalam kandung empedu atau duktus atau duktus koledukus dengan maksud untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen.

3. Diet dan penatalaksanaan pendukungDalam kondisi inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.Intervensi bedah ditunda

8

Page 9: Askep Kolelitiasis

sampai gejala akut mereda kecuali jika kondisi pasien memburuk. Manajemen terapi :a. Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi proteinb. Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi abdomenc. Pemberian terapi intravena, infus cairan dan elektrolit, untuk  mencegah

terjadinya syok.d. Pemberian antibiotik sistemik, vitamin K, analgesik.

I. Pemeriksaan Diagnostik1. Radiologi

Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostic pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan icterus.Di samping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadaan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkankembali.Pemeriksaan USG mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.

2. Radiografi : kolesistografiKolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG meragukan.Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi (Smeltzer, 2002).

3. SonogramSonogram dapat mendeteksi batu serta memnentukan apakah kandung empedu telah tebal (Williams, 2003).

4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopanereatografi)Pemeriksaan ini menungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optic yang fleksibel ke dalam esophagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier (Smeltzer, 2002).

5. Pemeriksaan daraha. Kenaikan serum kolestrolb. Kenaikan fosfolipidc. Penurunan ester kolestrold. Kenaikan protrombin serum timee. Kenaikan bilirubin total, transaminasef. Penurunan urobilirubin

9

Page 10: Askep Kolelitiasis

J. PencegahanKarena komposisi terbesar batu empedu adalah kolestrol, sebaiknya menghindari

makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak hewani.

10

Page 11: Askep Kolelitiasis

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KOLESISTITIS

I. PengkajianData yang dikumpulkan meliputi :a. Identitas

1) Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2) Identitas penanggung jawabIdentitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan1) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.

2) Riwayat kesehatan sekarangMerupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.

3) Riwayat kesehatan yang laluPerlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.

4) Riwayat kesehatan keluargaMengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis.

c. Pemeriksaan fisik1) Keadaan Umum

a) Penampilan Umum : mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klienb) Kesadaran : kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan

klien.c) Tanda-tanda Vital : mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan

respirasi (TPRS)2) Sistem endokrin

Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada kandung empedu.

d. Pola aktivitas

11

Page 12: Askep Kolelitiasis

1) Nutrisi : kaji tentang porsi makan, nafsu makan2) Aktivitas : kaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan

anjuran bedrest3) Aspek Psikologis : kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan

suasana hati4) Aspek penunjang :

a) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum meningkat)b) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter.

II. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan

yang kurang adekuat3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan jaringan (luka

operasi) 4. Resiko tinggi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

muntah berlebihan.5. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit,rencana pembedahan.

III. IntervensiNo Diagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi

1 Nyeri akut b/d agen injuri fisik

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan 24 jam tingkat kenyamanan klien meningkat dengan kriteria hasil :- Klien melaporkan nyeri

berkurang dg scala 2-3- Ekspresi wajah tenang- klien dapat istirahat dan

tidur

Manajemen nyeri :- Kaji tingkat nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

- Observasi  reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.

- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

- Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.

- Kurangi faktor presipitasi nyeri.- Pilih dan lakukan penanganan

nyeri (farmakologis/non farmakologis).

- Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.

- Berikan analgetik untuk

12

Page 13: Askep Kolelitiasis

mengurangi nyeri.- Evaluasi tindakan pengurang

nyeri/kontrol nyeri.- Kolaborasi dengan dokter bila ada

komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang kurang adekuat

Setelah dilakukan asuhan keperawata selama 3x24  jam klien menunjukan status nutrisi adekuat dengan kriteria hasil:- BB stabil,- Nilai laboratorium terkait

normal,- tingkat energi adekuatmasukan nutrisi adekuat

Manajemen Nutrisi- kaji status nutrisi pasien, turgor

kulit, berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah, dan diare.

- Kaji pengetahuan pasien tentang intake nutrisi

- Beri diet sesuai kondisi klinik atau tingkat toleransi

- Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang

- Monitor perkembangan berat badan- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat

3 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan jaringan (luka operasi) 

Setelah dilakukan asuhan keperawata 3x24 jam klien menunjukkan kontrol infeksi selama dalam perawatan dengan kriteria hasil :- Tdk ada tanda-tanda

infeksi- Mendemonstrasikan

tindakan hygienes seperti mencuci tangan

Konrol infeksi :- Bersihkan lingkungan setelah

dipakai pasien lain.- Intruksikan kepada pengunjung

untuk mencuci tangan saat berkunjung dan sesudahnya.

- Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.

- Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. 

- Atur pemberian antibiotik. n. Ajarkan kepada keluarga tanda-tanda infeksi.

- Lakukan perawatn drain setiap hari dengan teknik steril 

- Laporan adanya dugaan infeksi pada pasien. 

4 Resiko tinggi ketidakseimbangan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24

Self Care Assistence- pertahankan masukan dan haluaran

13

Page 14: Askep Kolelitiasis

cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah berlebihan.

jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :- klien mengatakan sudah

tidak muntah lagi- membran mukosa

lembab- turgor kulit elastis- pengisian kapiler baik.

akurat, awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya muntah

- hindarkan dari lingkungan yang berbau

- lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut

- sarankan untuk minum banyak kurang lebih 8 gelas/hari

- berikan obat antiemetik sesuai program.

5 Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit,rencana pembedahan.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien menunjukkan kontrol terhadap kecemasan denagn kriteria hasil :- Dapat mengidentifikasi,

verbalisasi, dan mendemonstrasikan teknik menurunkan kecemasan. 

- Menunjukkan postur, ekspresi wajah, perilaku, tingkat aktivitas yang menggambarkan kecemasan menurun.

- Mampu mengidentifikasi dan verbalisasi penyebab cemas. 

Reduksi kecemasan - Kaji tingkat kecemasan dan respon

fisiknya. - Gali reaksi personal dan ekspresi

cemas.- Gunakan empati untuk mendukung

pasien dan keluarga. - Anjurkan untuk berfikir positif.- Intervensi terhadap sumber cemas.- Bantu pasien mendefinisikan

tingkat kecemasan.- Ajarkan teknik manajemen cemas. 

IV. EvaluasiHasil yang duharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :- Nyeri terkontrol dan teradaptasi- Intake nutrisi adekuat- Tidak terjadi infeksi- Cairan dan elektrolit seimbang- Kecemasan berkurang atau teradaptasi

14

Page 15: Askep Kolelitiasis

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDalam bab penutup penulis mengambil beberapa kesimpulan kolelitiasis /

koledokolelitiasi merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu. Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) dari unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kandung empedu pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.

B. SaranSebagai perawat profesional diharapkan mampu melakukan tindakan Asuhan

Keperawatan yang tepat dan sesuai prosedur. Selain itu pasien juga diharapkan dapat mengetahui labih lanjut tentang penyakit kolelitiasis dan dapat menghindari makanan yang dapat menyebabkan penyakit. Misalnya enggan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.

15

Page 16: Askep Kolelitiasis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Vol 2.Jakarta:EGCDoengoes,E.Marilyn,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3 Jakarta:EGCMansjoer,Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jilid 2 Jakarta:EGCPrice A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses

penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGCMuttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba MedikaWilliams, L.S., Hopper, P.D, 2003, Understanding Medical Surgical Nursing, Second

edition, F.A Davis Company, Philadelphia

16