askep kis

19
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL KELOMPOK 3 A7-E 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Ni Putu Yuli Wahyuni (10.321.0874) 3. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 4. Ni Wayan Chandra Utami (10.321.0875) 5. Luh Gede Wedawati (10.321.0867) 6. Made Murniasih (10.321.0871)

Upload: tirta-dewi

Post on 25-Sep-2015

18 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENDENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL

KELOMPOK 3 A7-E1. Made Udayati

(10.321.0864)

2. Ni Putu Yuli Wahyuni

(10.321.0874)

3. Kadek Ayu Kesuma W.

(10.321.0858)

4. Ni Wayan Chandra Utami(10.321.0875)

5. Luh Gede Wedawati

(10.321.0867)

6. Made Murniasih

(10.321.0871)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2015KONSEP DASAR PENYAKITA. Pengertian kerusakan interaksi sosialIsolasi sosial adalah rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka menyendiri.Sedangkan menarik diri adalah menunjukkan tingkah laku dan sikap dari isolasi sebagai pembelaan psikologik (WF Maramis, 1997).Isolasi adalah keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk memuat kontak (Carpenito, 1998).Isolasi adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam (Towsend, 1998).Seseorang dengan prilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanisfestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien berasal dari lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kecemasan, dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain terutama dengan tokoh ibu. Dalam situasi lingkungan yang demikian, seorang anak tidak mungkin mempunyai penghayatan diri (self image) rasa percaya diri, menentukan identitas diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain dan mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman (Direktorat Kesehatan Jiwa, 1983).

B. Etiologi

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh factor predisposisi diantaranya perkembangan dan social budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan prilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.

C. Faktor predisposisi dan presipitasi

Faktor predisposisi terjadinya prilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologisseperti berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespon menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).

D. Tanda dan gejala

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

Gangguan hubungan sosial (menarik diri), tidak berkomunikasi, tidak melakukan kontak mata.

Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

Menyendiri dalam ruangan

Sedih, afek datar

Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.

Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.

Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.

Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya

Menggunakan kata yang tidak berarti

E. Pohon MasalahResiko Perubahan Sensori-persepsi :Halusinasi (efek)

Isolasi sosial : menarik diri ( Core Problem)

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (etiologi)(Budi Anna Keliat, 1999)

F. Proses terjadinya masalah

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan di mana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan sebagai usaha melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku.Klien semaki tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru.Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.

Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian

Berikut ini hal yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa (Keliat, 1998).

1) Identitas

Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan No. RM.

2) Keluhan utama

Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke RS, biasanya akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.

3) Faktor Predisposisi

a. Riwayat gangguan jiwa sebelumnya.

b. Riwayat pengobatan sebelumnya.

c. Riwayat keluarga.

d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.

4) Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi)

b. Berat badan dan tinggi badan

c. Keluhan fisik

5) Psikososial

a. Genogram

Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 % skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, dan saudara kandung 7-15 %.b. Konsep diri

Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri klien.

c. Hubungan sosial

Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan berdiam diri.

d. Spiritual

Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.

6) Status Mental

a. Penampilan diri

Klien nampak lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan kancing baju tidak tepat, resleting tidak terkunci, baju tidak diganti, baju terbalik sebagai manisfestasi kemunduran kemauan klien.

b. Pembicaraan

Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.

c. Aktivitas motorik

Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecendrungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri.

d. Emosi

Emosi dangkal

e. Afek

Dangkal, tidak ada ekspresi roman muka.

f. Interaksi selama wawancaraCenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.

g. PersepsiTidak terdapat halusinasi atau waham.

h. Proses berpikirGangguan proses berpikir jarang ditemukan.i. KesadaranKesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).

j. MemoriTidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, dan orang.

k. Kemampuan penilaianTidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan alas an meskipun alas an tidak jelas atau tidak tepat.

l. Tilik diri atau penghayatanMerujuk pada pemahaman klien tentang sifat suatu penyakit atau gangguan, dalam kasus ini tidak ada yang khas pada tilik diri.

7) Kebutuhan Sehari-hariPada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan.Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.

B. Diagnosa keperawatan

a. Isolasi sosial Dibuktikan oleh hal hal berikut ini :

Menyendiri dalam ruangan

Tidak berkomunikasi, mernarik, diri, tidak , melakukan kontak mata

Sedih, afek datar

Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya

Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna

Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.b. Kerusakan komunikasi verbal Dibuktikan oleh hal-hal berikut ini :

Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya

Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)

Menggunakan kata yang tak berarti.

Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara.c. Sindrom kurang perawatan diri b/d menarik diri, regresi

Dibuktikan oleh hal-hal berikut ini :

Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa makanan dari wadah ke mulut

Ketidakmampuan membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh

Kurangnya minat dalam memilih pakaian, kelainan kemampuan dalam berpakaian, dan mempertahankan penampilan yang memuaskan

Tidak adanya kemauan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa bantuan.C. Intervensi

a. Isolasi sosial Tujuan jangka pendek :Pasien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayainya dalam 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.

Kriteria Hasil

1) Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.2) Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh.3) Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai/dapat diterima.Intervensi Keperawatan

1) Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.

R :Sikap menerima dari orang lainakan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.

2) Perlihatkan penguatan positif pada pasien.

R : Pasien merasa menjadi orang yang berguna.

3) Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi pasien.

R :Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman bagi pasien.

4) Jujur dan menepati semua janji.

R : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya

5) Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya.

6) Berhati-hatilah dengan sentuhan.

R : Pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu yang mengancam.

7) Diskusikan denga pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan teknik untuk memutus respons ( latihan relaksasi, berhenti berpikir ).

R : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi peningkatan ansietas.

8) Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

R : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendorong pengulangan perilaku tersebut.

9) Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien.

R : Obat-obat antipsikosis menolong untuk menurunkan gejala psikosis pada seseorang sehingga memudahka interaksi dengan orang lain.b. Kerusakan komunikasi verbal Tujuan jangka pendek :Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1 topik, menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5 menit dengan perawat selama 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara sesuai/dapat diterima.

Kriteria Hasil

1) Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan dietrima orang lain.

2) Pesan nonverbal pasien sesuai dengan verbalnya.

3) Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietas.

Intervensi Keperawatan

1) Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien.

R : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada perawat.

2) Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas.

R : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan dan komunikasi pasien

3) Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam bagaimana perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain.

R : Teknik ini untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien dengan lingkungannya.

4) Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme), gunakan teknik mengatakan secara tidak langsung.

R : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.

5) Antisipasi dan penuhinya kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang memuaskan kembali.

R: Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan.c. Sindrom kurang perawatan Tujuan jangka pendek :Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam satu minggu.

Tujuan jangka panjang:Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.

Kriteria Hasil

1) Pasien makan sendiri tanpa bantuan.

2) Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.

3) Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

Intervensi Keperawatan

1) Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.

R : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan aktivitas akan meningkatkan harga diri.

2) Dukung kemandirian pasien, tetapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan beberapa kegiatan.

R : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan.

3) Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri.

R : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan mendukung pengulangan perilaku yang diharapkan.

4) Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukan kegiatan yang menurut pasien sulit melakukannya.

R : Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.

5) Buat catatan secara rinci tentang makanan dan cairan.

R : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran nutrisi yang adekuat.

6) Berikan makanan kudapan dan cairan di antara waktu makan.

R : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah besar pada saat makan dan membutuhkan penambahan diluar waktu makan.

7) Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membukanya, atau sajikan dalam kekeluargaan.

R : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama.

8) Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar mandi sesuai jadwal, sampai pasien mampu melakukan tanpa bantuan orang lain. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak mampu melakukan beberapa kegiatan.

R : Melatih pasien untuk melakukan ADL (Activity Daily Living) agar mampu melakukan secara mandiri sehingga kebutuhan utama pasien dapat terpenuhi.

D. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan Intervensi yang telah dibuat.E. Evaluasi

a. Isolasi sosial 1) Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.

2) Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh.

3) Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai/dapat diterima.

b. Kerusakan komunikasi verbal1) Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan dietrima orang lain.

2) Pesan nonverbal pasien sesuai dengan verbalnya.

3) Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietas.c. Sindrom kurang perawatan diri1) Pasien makan sendiri tanpa bantuan.

2) Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.

3) Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

DAFTAR PUSTAKAKeliat,Budi Ana; Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1998Caplan ,Harrold I; Sadock Benjamin J; Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Widya Medika,Jakarta, 1998NANDA; Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2001-2002; the NorthAmerican Nursing Diagnosis Association; Philadelphia; USA; 2001Nurjannah, Intansari; Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa: Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien; Mocomedia;Yogyakarta; 2004