askep kegawatdaruratan cedera kepala

8
ASKEP KEGAWATDARURATAN CEDERA KEPALA Nama Kelompok : 1. Andriansyah 2. Aneka Melda 3. Fitra Perliansyah 4. Helda Tsani Savitri 5. Ririn Apriani 6. Vila Tri Wahyuni

Upload: helda1403

Post on 22-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

GADAR cedera Kepala

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

ASKEP KEGAWATDARURATAN CEDERA KEPALA

Nama Kelompok :1. Andriansyah2. Aneka Melda3. Fitra Perliansyah4. Helda Tsani Savitri5. Ririn Apriani6. Vila Tri Wahyuni

Page 2: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

A. DEFINISI Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera

otak adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Deficit neurologist terjadi karena robeknya substansi alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemoragik, serta edema serebral disekitar jaringan otak. (Batticaca. FB. 2008).

Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Cedera otak primer merupakan kerusakan yang terjadi pada otak segera setelah trauma. Cedera otak sekunder merupakan kerusakan yang berkembang kemudia sebagai komplikasi. (Grace, Piere A. 2006).

Page 3: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

B. ETIOLOGI

Penyebab trauma kepala menurut Dwi Widyaningrum. Et all. 2008 antara lain :

1.      Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.

2.      Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.

3.      Cedera akibat kekerasan. 4.      Trauma benda tumpul dan benda tajam

(Brunner & Suddarth, 2002).

Page 4: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

C. PATOFISIOLOGI

Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.( Hudak, Carolyn. 1996)

Page 5: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari trauma kepala yang mungkin muncul menurut Gunawan. 2008 antara lain :

1.      Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih 2.      Kebingungan 3.      Iritabel 4.      Pucat 5.      Peningkatan TIK 6.      Edema otak 7.      Herniasi 8.      Mual dan muntah 9.      Pusing / nyeri kepala 10.  Terdapat hematoma 11.  Kecemasan 12.  Sukar untuk dibangunkan 13.  Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang

keluar dari hidung (rhinorrhea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

Page 6: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada trauma kepala menurutBatticaca. FB. 2008 :

1.      Angkat klien dengan papan datar untuk mempertahankan kepala dan leher sejajar. 2.      Traksi ringan pada kepala 3.      Kolar servikal

4.      Terapi untuk mempertahankan homeostatik otak dan mencegah kerusakan otak sekunder seperti stabilitas sistem kardiovaskuler dan fungsi pernapasan untuk mempertahankan perfusi serebral yang adekuat. Kontrol perdarahan, perbaiki hipovolemi, dan evaluasi gas darah arteri.

5.      Tindakan terhadap peningkatan TIK dengan melakukan pemantauan TIK. Bila terjadi peningkatan TIK, pertahankan oksigenasi yang adekuat, pemberian manitol untuk mengurang edema kepala dengan dehidrasi osmotik, hiperventilasi, penggunaan steroid, meninggikan posisi kepala ditempat tidur, kolaborasi bedah neuro untuk mengangkat bekuan darah, dan jahitan terhadap laserasi di kepala. Pasang alat pemantau TIK selama pembedahan atau dengan teknik aseptik di tempat tidur. Rawat klien di ICU.

6.      Tindakan perawatan pendukung yang lain yaitu, pemantauan ventilasi dan pencegahan kejang serta pemantauan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi. Lakukan intubasi dan ventilasi mekanik bila klien koma berat untuk mengontrol jalan nafas. Hiperventilasi terkontrol mencakup hipokapnia, pencegahan vasodilatasi, penurunan volume darah serebral, dan penurunan TIK. Pemberian terapi antikonvulsan untuk mencegah kejang setelah trauma kepala yang menyebabkan kerusakan otak sekunder karena hipoksia (klorpromazin tanpa tingkat kesadaran). Pasang NGT bila terjadi motilitas lambung dan peristaltik terbalik akibat cedera kepala.

Page 7: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada trauma kepala menurutGrace, Piere A. 2006:

1.      Rontgen tengkorak : AP, lateral dan posisi Towne

2.      CT Scan / MRI : menunjukkan kontusio, hematoma, hidrosefalus, edema serebral.

3.      Pengkajian neurologis (Batticaca. FB. 2008)

4.      GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.

5.      Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.

6.      EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.

7.      Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).

Page 8: Askep Kegawatdaruratan Cedera Kepala

TERIMA KASIH