askep katarak.doc
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.W
DENGAN PRE OP KATARAK
DI SUSUN OLEH:
BAYU NURWANTORO
A01001334
PRODI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2012
A. Konsep Katarak
1. Pengertian
Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara
2. Etiologi
Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis.
Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh
sinar X atau benda-benda radioaktif.
Penyakit mata seperti Uveitis
Penyakit sistemik seperti DM.
Defek congenital.
3. Fisiologi Lensa Mata
Fungsi lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan refraksi lensa berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat difokuskan pada retina. Perubahan kekuatan retraksi disebut akomodasi.
2 (dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
a. Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih cembung)
b. Kekuatan dari muskulus siliaris.
Bila muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter antara posterior lensa menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang. Sebaliknya bila muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn berkurang, sehingga bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan refraksi bertambah.
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran sesemi permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak.
Terjadinya penumpukan cairan / degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
Trauma Degeneratif Perubahan Kuman
Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Jumlah protein
Keruh Densitas Membentuk massa
Keruh
Katarak
Menghambat jalan cahaya
Penglihatan /Buta
- Gangguan sensori persepsi visual
- Risiko tinggi cidera fisik
Pembedahan
Pre Operasi
- Kecemasan
meningkat
- Kurang
pengetahuan
Post Operasi
- Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
- Resiko tinggi
terjadinya infeksi
- Resiko tinggi
terjadinya injuri :
Peningkatan TIO.
Perdarahan
5. Pembagian katarak
1) Katarak Congenital
Pada umumnya bilateral. Banyak disebabkan oleh virus rubella pada trimester I kehamilan bila pada pemeriksaan positif rubella, maka operasi sebaiknya ditunda sampai umur 2 tahun karena virus masih aktif di dalam lensa. Kalau di operasi akan terjadi endoftalmitis dan mata akan menjadi rusak. Bila kekeruhan bilateral segera lakukan operasi satu mata dulu kurang dari 6 bulan untuk membentuk visus normal. Sedangkan mata satunya dapat dioperasi setelah umur 2 tahun.
2) Katarak Jevenil
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
3) Katarak Senil
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a. Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks nterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test) akan negatif.
b. Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi tidak atau belum mengenal seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c. Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik Lama).
d. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga
mengkerut dan menipis disebut SHRUNKEN KATARAK.
Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak
mengalami perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut
MORGANIAN KATARAK. Operasi pada saat ini kurang
menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.
Katarak senile :
o Paling sering dijumpai
o Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai
umur 40 tahun
o Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang
berbeda. Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar
nucleus.
o Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak
mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu
beberapa tahun.
o Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
6. PEMERIKSAAN
1) Visus menurun bergantung pada :
2) Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
3) Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih
dengan bayangan hitam disebut iris shadow.
4) Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar
orange disebut fundus reflek.
5) Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris
shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).
7. PENGOBATAN KATARAK
Apabila penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan dahulu kacamata. Akan tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat mudah / cepat berubah. Pengobatan yang paling baik dan tepat saat ini adalah operasi.
Indikasi operasi yaitu :
1) Visus yang menurun yang tak dapat dikoreksi dengan kacamata dan
mengganggu aktifitas.
2) Dahulu penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga
(LP+).
Akan tetapi dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi pada stadium apapun, bila penderita sudah terganggu aktivitasnya.
Macam operasi :
1) Intra Capsular :
Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2) Ekstra Capsular :
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.
Pada saat ini dimana kemajuan tehnologi yang sudah tinggi, tehnik ECCE lebih disukai karena komplikasinya lebih kecil dan dapat disertai pemasangan lensa implant intra okuler (IOL = intra okuler lens). Sehingga hasil setelah operasi menjadi lebih baik.
Afakia :
o Mata yang lensanya tidak ada (dioperasi atau sebab lain).
o Visus 1/60
o Menjadi hipermetrop (kira-kira + 10.00 D)
o Kehilangan daya akomodasi
o Untuk membaca memerlukan tambahan + 3.00 D
Pseudofkia :
Mata yang lensanya sudah diambil dan dipasang IOL
Visus lebih baik, bisa sampai 6/6
Kehilangan daya akomodasi
Untuk membaca memerlukan tambahan + 3.00 D
Evaluasi sesudah operasi katarak :
Hari 1 sesudah operasi harus sudah dievaluasi yaitu :
1) Perdarahan dibilik mata depan (hifema).
2) Kamera okuli anterior jernih/keruh :
Bila mata depan keruh (flare/sel positif)
o Bilik mata depan keruh (flare /sel positif)
o Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan
(hipopion).
o Iris miossi disertai sinekia postrior
3) Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :
o Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi
sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat
terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya
sinekia posterior.
o Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler
(glaucoma)
o Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi
korpukasi (korpus viterius keluar).
PENGOBATAN SESUDAH OPERASI KATARAK :
Setelah operasi dapat diberi :
o Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang
lebih sesudah 1,5 bulan post op), sudah tidak ada perubahan refraksi
(3 x refraksi tiap minggu).
o Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak unilateral (satu mata).
o Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :
- Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi,
menggantikan lensa yang diambil (ECCE).
- Letaknya permanen
- Tidak memerlukan perawatan.
- Visus lebih baik daripada kacamata / lensa kontak.
Kerugian :
o Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi / ditolak oleh tubuh.
o Tehnik operasi lebih sukar/canggih.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
8. PENGKAJIAN PRC OPERATIF
Subyektif : keluhan penglihatan
o Kabur secara total
o Hanya melihat baik pada tempat yang redup
o Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja
o Ganda / majemuk pada satu mata.
Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.
Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk :
o Sifat prosedur
o Resiko dan keuntungan
o Obat anestesi
o Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan
lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata
afakia).
Jumlah informasi yang dicari klien.
Obyektif :
o Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak
komplikata yang penyakit intra okulernya masih aktif.
o Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan
yang memutih.
o Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan
kekeruhan yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna
merah.
o Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya
menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal
dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca.
o Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi
katarak, tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena
peningkatan TIO, kelainan lapang pandang.
9. PENGKAJIAN POST OPERASI
a. Data Subyektif
Nyeri
Mual
Diaporesis
Riwayat jatuh sebelumnya
Sistem pendukung, lingkungan rumah.
b. Data Obyektif
Perubahan tanda-tanda vital
Respon yang lazim terhadap nyeri.
Tanda-tanda infeksi
1) Kemerahan
2) Oedema
3) Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol).
4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
5) Zat purulen
6) Peningkatan suhu
7) Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil
pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.
Ketajaman penglihatan masing-masing mata
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. PRE OPERATIF
1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
o Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat
lingkungan semaksimal mungkin.
o Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif
o Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Orientasikan pasien
terhadap lingkungan
aktifitas.
2. Bedakan kemampuan
lapang pandang diantara
kedua mata
3. Observasi tanda
disorientasi dengan tetap
berada di sisi pasien.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sederhana seperti
menonton TV, radio, dll
5. Anjurkan pasien
menggunakan kacamata
katarak, cegah lapang
pandang perifer dan catat
terjadinya bintik buta.
6. Posisi pintu harus tertutup
terbuka, jauhkan
rintangan.
Memperkenalkan pada
pasien tentang lingkungan
dam aktifitas sehingga dapat
meninggalkan stimulus
penglihatan.
Menentukan kemampuan
lapang pandang tiap mata
Mengurangi ketakutan
pasien dan meningkatkan
stimulus.
Meningkatkan input sensori,
dan mempertahankan
perasaan normal, tanpa
meningkatkan stress.
Menurunkan penglihatan
perifer dan gerakan.
Menurunkan penglihatan
perifer dan gerakan.
2) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang akan dijalani.
Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan perawatan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan relaks, berikan
dorongan untuk
verbalisasi dan
mendengarkan dengan
penuh perhatian.
2. Yakinkan klien bahwa
ansietas mempunyai
respon normal dan
diperkirakan terjadi pada
pembedahan katarak yang
akan dijalani.
3. Tunjukkan
kesalahpahaman yang
diekspresikan klien,
berikan informasi yang
akurat.
4. Sajikan informasi
menggunakan metode dan
media instruksional.
5. Jelaskan kepada klien
aktivitas premedikasi yang
diperlukan.
6. Diskusikan tindakan
keperawatan pra operatif
yang diharapkan.
7. Berikan informasi tentang
aktivitas penglihatan dan
suara yang berkaitan
Membantu
mengidentifikasi sumber
ansietas.
Meningkatkan keyakinan
klien
Meningkatkan keyakinan
klien
Meningkatkan proses
belajar dan informasi
tertulis mempunyai sumber
rujukan setelah pulang.
Pengetahuan yang
meningkat akan menambah
kooperatif klien dan
menurunkan kecemasan.
S d a
Menjelaskan pilihan
memungkinkan klien
membuat keputusan secara
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. W DENGAN PRE OP KATARAK
DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BANGSAL BAROKAH
A. Pengkajian
Tanggal masuk : Senin, 16 Januari 2011 07.00 WIB
Tanggal pengkajian : Selasa, 17 Januari 2011 07.00 WIB
Ruang : Barokah
Pengkaji : Bayu Nurwantoro
Data Obyektif
Identitas Klien
Nama : Tn.W
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Karanggedang, Sruweng
No. RM : 23456
Dx. Medis : Katarak
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Jabres, Sruweng
Hubungan dengan klien : Anak kandung
Keluhan utama
Pandangan kabur
Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 16 Januari 2012 pukul 07.00 wib, pasien masuk dari poli mata ke
bangsal barokah, rencana dilakukan akan operasi pada selasa pukul 14.00wib. Pada
saat dikaji pasien mengeluh pandangannya kabur, sulit untuk melihat, silau jika
melihat cahaya terang, lensa mata tampak keruh. TD: 130/90mmHg, N: 84x/m, RR:
20x/m, S:36,70C
Riwayat kesehatan dahulu
Tn.W pernah mengalami hipertensi sebelumnya .
Riwayat kesehatan keluarga
Tn.W mengatakan bahwa keluarganya belum pernah ada yang mengalami penyakit
seperti ini. Ada riwayat hipertensi pada ayahnya.
Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Herderson
1. Pola bernafas dengan normal
Sebelum sakit : Pasien bernafas dengan normal
Saat dikaji : Pasien bernafas dengan normal, RR: 20x/m, tidak menggunakan
alat bantu pernafasan
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Makan 3-4 x / hari jenis : nasi, lauk pauk dan sayur
Minum 8 gelas / hari kadang – kadang minum kopi juga
Saat dikaji : Pasien makan diit dari RS dan habis, minum air putih 6 gelas
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAK dan BAB lancer tidak ada keluhan. BAB 1 x / hari warna
kuning konsistensi lembek berbau khas, BAK 4-5 x / hari warna
kuning kejernihan berbau khas
Saat dikaji : pasien BAB 1X sehari konsistensi padat, warna kuning, bau
khas dan BAK 4X sehari, warna kuning, bau khas
4. Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Aktivitas tidak ada keluhan sebelumnya
Saat dikaji : Aktivitas hanya ditempat tidur
5. Pola istirahat
Sebelum sakit : Istirahat tidur cukup 7-8 jam
Saat dikaji : pasien tadi malam tidur jam 23.00 – 04.00 dan tidak bisa tidur
lagi karena suwasana RS yang berisik`
6. Berhias dan berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat berpakaian secara mandiri
Saat dikaji : pasien dapat memakai pakaian sendiri
7. Mempertahankan temperature
Sebelum sakit : kalau di rumah pasien biasa memakai kaos dan celana kolor saat
udara panas dan memakai selimut bila udara dingin
Saat dikaji : pasien memakai kaos dan selimut, suhu 36,7oC
8. Kebutuhan personal Hiegiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi dan sikat gigi dilakukan mandiri
dan menyamponya 2 hari sekali
Saat dikaji : Pasien mengatakan pasien sudah mandi dan dibantu keluarga
9. Rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : pasien mengatakan rasa aman dan nyaman jika dirumah
Saat dikaji : pasien mengatakan merasa gelisah dan tidak betah di RS,
merasa cemas akan dilakukan tindakan operasi
10. Komunikasi
Sebelum sakit : pasien dapat komunikasi dengan lancer dengan keluarganya
dengan bahasa jawa dan bahasa Indonesia
Saat dikaji : pasien bertanya tanya tentang penyakitnya karena dia belum
tahu banyak tentang penyakit dan proses operasi yang akan
dijalani
11. Spiritual
Sebelum sakit : pasien mengatakan menjalankan shalat 5 waktu
Saat dikaji : pasien mengatakan tetap menjalankan salat 5 waktu, berdoa saat
akan dilakukan operasi
12. Bekerja
Sebelum sakit : pasien bekerja pagi dan sore menarik becak
Saat dikaji : pasien hanya berbaring di tempat tidur
13. Rekreasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sesekali pergi ke tempat bermain anak-anak
Saat dikaji : pasien hanya bercanda dengan keluarganya
14. Belajar
Sebelum sakit : pasien mengatakan belum tahu tentang penyakitnya
Saat dikaji : pasien sering menanyakan tentang keadaan penyakitnya
B. Data obyektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Metis
GCS
Motorik : 6
Verbal : 5
Eyes : 4
Nilai GCS : 15
TD : 130 / 80 mmHg
N : 84 x / menit
S : 36,7 0C
RR : 20 x / menit
Pemerikasaan fisik
1. Kepala : Tekstur halus, rambut bersih, kulit kepala bersih
tidak
ada lesi
2. Mata : sklera unikterik, konjungtiva unanemis, pupil isokor,
lensa tampak keruh
3. Hidung : Tidak ada benjolan, hidung tampak bersih
4. Mulut : Bibir lembab, lidah bersih, tidak ada karies gigi
5. Telinga : Tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak ada alat
bantu pendengaran
6. Dada
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi dan benjolan
Perkusi : Sonor
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan, pernafasan baik
7. Abdomen
Inspeksi : Perut datar
Auskultasi : peristaltik 10x/m
Perkusi : timpani
Palpasi : Perut tidak ada nyeri tekan
8. Ekstermitas : Kekuatan baik dapat melawan gravitasi, CRT 2detik,
akral hangat, tidak sianosis, tidak ada lesi
9. Kulit : Kering,turgor baik
10. Genetalia : tidak dipasang DC
Pemeriksaan penunjang:
1) Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hb 12,5 gr/dL 12-16
Leukosit 12,0 ribu 5-10
Gol Darah A
CT 5 menit
BT 3 menit
GDS 153 mg/dL 60-200
2) EKG : sinus rhitm
3) Status opthalmologis
Visus, proyeksi sinar/warna, TIO, lapang pandang
Terapi
a) Asam Mefanat 3 x 1 500 mg
b) Cefotaksin 2 x 1 500 mg
c) Dexametason 3 x 1 0,5 mg
d) Kalnex 3 x 1 250 mg
C.ANALISA DATA
Hari/tgl/jam Data Etiologi Problem
Selasa 17
januari
07.00 wib
Ds:
pasien mengeluh pandangannya kabur, sulit untuk melihat, silau jika melihat cahaya terang
Do:
lensa mata tampak keruh. TD: 130/90mmHg, N: 84x/m, RR: 20x/m, S:36,70C
Penurunan ketajaman
penglihatan
Gangguan persepsi sensori:
penglihatan
Selasa 17
januari
2012
07.00 wib
Ds:
pasien mengatakan merasa gelisah dan tidak betah di RS, merasa cemas akan dilakukan tindakan operasi
Do:
Pasien tampak cemas dan berdoa
Krisis situasi Ansietas
Selasa 17
januari
2012
07.00 wib
Ds:
pasien bertanya tanya tentang penyakitnya karena dia belum tahu banyak tentang penyakit
Kurangnya informasi
Kurangnya pengetahuan
dan proses operasi yang akan dijalani
Do:-
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. Analisa data
Hari/tgl/jam No.Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasionalisasi
Selasa 17 Januari 2012 pukul 07.00wib
1 Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan masalah gangguan persepsi sensori dapat teratasi dengan kriteria hasil:a. Pasien
mampu mengenal masalah sensori penglihatannya
b. Mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan
1. Monitor KU dan TTV
2. Ukur visus pasien
3. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, tenaga kesehatan yang bertugas serta tindakan yang akan dilakukan
4. Lindungi pasien dari kemungkinan cedera
Memonitor kondisi pasien karena KU dan TTV menunjukkan kondisis kesehatan pasien
Mengatahui tingkat ketajaman penglihatan pasien
Agar pasien mampu mengenali lingkungannya dan memperlancar tindakan yang akan dilakukan
Pasien katarak mengalami penurunan ketajaman penglihatan sehingga sulit untuk mengenanli lingkunanya dan mengontrol bahaya
Selasa 17 Januari 2012 pukul 07.00wib
2 Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan masalah ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil:a. Pasien tenangb. TTV dalam
batas normal
1. Monitor TTV
2. Monitor tingkat kecemasan
Ajarkan teknik distraksi relaksasi nafas dalam
Perubahan TTV menunjukkan kecemasanMengetahui tingkat kecemasan sehingga dapat memilih alternatif cara penurunan tingkat kecemasanMengurangi kecemasan dan memberikan rasa nyaman
Selasa 17 Januari 2012 pukul 07.00wib
3 Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan masalah kurang informasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:a. Pasien
memahami tentang penyakitnya
b. Pasien mendapatkan
1. Dengarkan dengan saksama tentang informasi yang belum dipahamim oleh pasien
2. Berikan informasi yang lengkap tentang tindakan yang akan dilakukan
Mampu mengetahui informasi yang belum didapat oleh pasien
Pasien mendapatkan informasi yang jelas dan lengkapPasien memahami tentang
informasi Berikan pendidikan kesehatan tentang tindakan opersi yang kana dilakukan
tindakan yang akan dilakukan kpedanya
Implementasi Keperawatan
Hari/Tgl/Jam No. DX
Implementasi Respon TTD
Selasa, 17 Januari 2012 pukul 07.10
1 1. Memonitor KU dan TTV
2. Mengukur visus pasien
3. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, tenaga kesehatan yang bertugas serta tindakan yang akan dilakukan
4. Menuntun pasien saat akan melakukan aktivitas
KU baik, TD: 130/90mmHg, N: 84x/m, RR: 20x/m, S: 36,70C
6/15
Pasien memahami
Pasien kooperatif
Selasa, 17 Januari 2012 pukul 07.15 wib
21. Memonitor tingkat
kecemasan2. Ajarkan teknik
nafas dalam
Pasien sedikit tenang
Pasien kooperatif
Selasa, 17 Januari 2012 pukul 07.30 wib
3 1. Mendengarkan dengan saksama tentang informasi yang belum dipahamim oleh pasien
2. Memberikan informasi yang lengkap tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tindakan opersi yang kana dilakukan
Pasien mengungkapakan keluhan yang dialami dan bertanya tentang tindakan yang akan dijalani
Pasien memahami
Pasien kooperatif
. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ jam
Dx Keperawatan Evaluasi
Selasa 17 Januari 2012 pukul 11.00 wib
Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
S:Pasien mengatakan pandangannya masih belum jelas tetapi sudah mengenal lingkunganO:lensa mata tampak keruh. TD: 120/90mmHg, N: 84x/m, RR: 20x/m, S:36,70C, visus 6/15A: Masalah belum teratasiP:Lanjutkan intervensi
Selasa 17 Januari 2012 pukul 11.10 wib
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
S:Pasien mengatakan merasa sedikit tenangO:Pasien tampak tenang, TD: 120/90mmHg, N: 84x/m, RR: 20x/m, S:36,70CA:Masalah teratasiP:Ajak pasien berdoa untuk menenangkan
Selasa 17 Januari 2012 pukul 11.30 wib
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
S:Pasien mengatakan sudah memahami tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan kepadanyaO:Pasien mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan perawat saat evaluasi tentang penkes yang dulakukanA:Masalah teratasiP:Pertahankan intervensi