askep jiwa dengan krisis

22
ASKEP JIWA DENGAN KRISIS Label: Perkuliahan A. DEFINISI Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu. Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah (koping) yang biasa digunakan. Krisis terjadi melalui empat fase : Fase I : Ansietas meningkat sehingga muncul stimulus individu untuk menggunakan koping yang biasa dipakai. Fase II : Ansietas lebih meningkat karena koping yang digunakan gagal. Fase III : Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan bantuan orang lain. Fase IV : Terjadi ansietas berat / panik yang menunjukkan adanya disorganisasi psikologis. Faktor Pencetus Terjadinya Krisis : 1. Kehilangan : - Kehilangan orang yang penting - Perceraian - Pekerjaan 2. Transisi : - Pindah rumah - Lulus sekolah - Perkawinan - Melahirkan 3. Tantangan : - Promosi - Perubahan karir Kualitas dan Maturitas Ego dinilai berdasarkan ( G. Caplan

Upload: fakrulnersmuda

Post on 04-Jan-2016

114 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

krisis

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Jiwa Dengan Krisis

ASKEP JIWA DENGAN KRISIS

Label: Perkuliahan A. DEFINISIKrisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapatmenimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu. Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidupyang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah(koping) yang biasa digunakan.

Krisis terjadi melalui empat fase :Fase I : Ansietas meningkat sehingga muncul stimulus individu untukmenggunakan koping yang biasa dipakai.Fase II : Ansietas lebih meningkat karena koping yang digunakan gagal.Fase III : Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan bantuan orang lain.Fase IV : Terjadi ansietas berat / panik yang menunjukkan adanya disorganisasi psikologis.

Faktor Pencetus Terjadinya Krisis :1. Kehilangan : - Kehilangan orang yang penting- Perceraian- Pekerjaan

2. Transisi : - Pindah rumah- Lulus sekolah- Perkawinan- Melahirkan

3. Tantangan : - Promosi- Perubahan karir

Kualitas dan Maturitas Ego dinilai berdasarkan ( G. Caplan 1961) :1. Kemampuan seseorang untuk menahan stress dan ansietas serta mempertahankan keseimbangan.2. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan problem.3. Kemampuan untuk mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan social.

B. FAKTOR PENGIMBANG ( Balancing Factory )Dalam penyelesaian suatu krisis harus dipertimbangkan beberapa faktor pengimbang yaitu :1) Persepsi individu terhadap kejadiana) Arti kejadian tersebut pada individub) Pengaruh kejadian terhadap masa depan individuc) Pandangan realistic & tidak realistic terhadap kejadian2) Situasi yang mendorong / dukungan situasi- Ada orang / lembaga yang dapat mendorong individu3) Mekanisme koping yang dimiliki oleh individu

Page 2: Askep Jiwa Dengan Krisis

- Sikap yang biasa dilakukan individu dalam menangani masalahnya.

C. TIPE – TIPE KRISIS1. Krisis MaturasiPerkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahapmempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, dan usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.

2. Krisis SituasiKrisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat dari suatukejadian yang spesifik, seperti : kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan diluar nikah, penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, kegagalan disekolah.

3. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan sertamenyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KRISIS

A. PENGKAJIAN1. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan gejala yang timbul.a) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian maupun karena perpisahan.b) Kehilangan biopsikososial seperti : kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.c) Kehilangan milik pribadi misalnya : kehilangan harta benda, kehilangan kewarganegaran, rumah kena gusur.d) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup.e) Ancaman – ancaman lain yang dapat diidentifikasi termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan.

2. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadianPersepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok – pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.a) Apa arti makna kejadian terhadap individub) Pengaruh kejadian terhadap masa depanc) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistis

Page 3: Askep Jiwa Dengan Krisis

d) Dengan siapa tinggal, apakah tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman.e) Apakah punya teman tempat mengeluhf) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluargag) Apakah ada orang atau lembaga yang dapat memberikan bantuanh) Apakah mempunyai keterampilan menggantikan fungsi orang yang hilangi) Perasaan diasingkan oleh lingkunganj) Kadang – kadang menunjukkan gejala somatic

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif, sbb :1. Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.2. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.3. Perasaan diasingkan oleh lingkungan.4. Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.5. Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.6. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.7. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.8. Perasaan khawatir, ansietas.9. Perubahan dalam partisipasi social.10. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.11. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.12. Perhatian menurun.

Pada krisis malapetaka perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan faserespon terhadap masalah musibah yang dialami.

FASE1.Dampak Emosional2.Pemberani (heroic)3.Bulan madu (honeymoon)4.Kekecewaan5.Rekonstruksi dan Reorganisasi

RESPON1.Fase ini sudah termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panic, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.

2.Terjadi suatu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga, dan tim kedaruratan kegiatan yang konstruktif saat itu dapat mengatasi ansietas dan depresi. Akan tetapi aktifitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan.

3.Fase ini mulai terlihat pada satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Kebutuhan bantuan orang lain berupa uang, sumber daya, serta dukungan dari berbagai pihak. Perkumpulan akan membantu memberikan masyarakat baru masalah psikologis dan masalah

Page 4: Askep Jiwa Dengan Krisis

perilaku mungkin terselubung.

4.Fase ini berakhir dalam 2 bulan s/d 1 tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membanding – bandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya, dan mulai tumbuh rasa benci atau sikap bermusuhan terhadap orang lain.

5Individu mulai menyadari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalhnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan lingkungannya. Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadi musibah.

B. PERENCANAANDinamika yang mendasari krisis ditetapkan alternative penyelesaian, langkah – langkah untuk mencapai penyelesaian masalah seperti : menentukan lingkungan pendukung dan memperkuat mekanisme koping.

C. TUJUAN1. Membantu pasien agar dapat berfungsi lagi seperti sebelum mengalami krisis.2. Meningkatkan fungsi pasien seperti dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin)3. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.

D. TINDAKAN KEPERAWATANTindakan keperawatan yang utama dapat dibagi menjadi 4 tingkatan dari urutan yang paling dangkal sampai paling dalam, yaitu :1) Manipulasi lingkunganIni adalah intervensi dengan merubah secara langsung lingkungan fisik individu atau situasi interpersonalnya, untuk memisahkan individu dengan stressor yang menyebabkan krisis.2) Dukungan umum (general support)Tindakan ini dilakukan dengan membuat pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap untuk membantu, sikap perawat yang hangat, menerima, empati, serta penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien.

3) Pendekatan genetic (genetic approach)Tindakan ini digunakan untuk sejumlah besar individu yang mempunyai resiko tinggi, sesegera mungkin. Tindakan ini dilakukan dengan metode spesifik untuk individu – individu yang menghadapi tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika ada resiko bunh diri / membunuh orang lain.4) Pendekatan individual (individual approach)Tindakan ini meliputi penentuan diagnose, dan terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika ada resiko bunuh diri/membunuh orang lain.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Koping individual yang tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang lain yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga dan bersalah.

Page 5: Askep Jiwa Dengan Krisis

TUJUANPasien dapat mengungkapkan perasaan secara bebas.

INTERVENSI1. Membina hubungan saling percaya denganlebih banyak memakai komunikasi nonverbal.2. Mengizinkan pasien untuk menangis.3. Menunjukkan sikap empati.4. Menyediakan kertas dan alat tulis jika pasienbelum mau berbicara.5. Mengatakan kepada pasien bahwa perawatdapat mengerti apabila dia belum siap untukmembicarakan perasaannya dan mungkinpasien merasa bahwa nanti perawat akanmendengarkan jika dia sudah bersediaberbicara.6. Membantu pasien menggali perasaan sertagejala – gejala yang berkaitan denganperasaan kehilangan.

2. Perubahan proses interaksi keluarga berhubungan dengan anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit, ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan bersalah.

TUJUANKeluarga dapat mengungkapkan perasaannya kepada perawat atau orang lain.

INTERVENSI1. Melakukan pendekatan kepada anggotakeluarga dengan sikap yang hangat, empatidan memberi dukungan.2. Menanyakan kepada keluarga tentangpenyakit yang diderita oleh anggotakeluarganya, seperti timbulnya penyakit,beban yang dirasakan, akibat yang didugatimbul karena penyakit yang didertita olehanggota keluarga tersebut.3. Menanyakan tentang perilaku keluargayang sakit.4. Menanyakan tentang sikap keluarga secarakeseluruhan dalam menghadapi keluargayang sakit.5. Mendiskusikan dengan keluarga apa yangsudah dilakukan untuk mengatasi perasancemas, takut, dan rasa bersalah.

Page 6: Askep Jiwa Dengan Krisis

F. EVALUASIBeberapa hal yang dievaluasi antara lain :1. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis terjadi ?2. Sudah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan tercantum oleh kejadian yang menjadi factor pencetus ?3. Apakah perilaku maladaptif atau symptom yang ditunjukkan telah berkurang ?4. Apakah mekanisme koping yang adaptif sudah berfungsi kembali ?5. Apakah individu telah mempunyai pendukung sebagai tempat ia bertumpu/berpegang ?6. Pengalaman apa yang diperoleh oleh individu yang mungkin dapat membantunya dalam menghadapi keadaan krisis dikemudian hari ?

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pelayanan Medik, DEPKES RI. 1994. Pedoman Perawatan Psikiatrik. JakartaNiven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta. EGC.Maramis, W.E. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga University Press. by Khaidir muhaj di 23:40 http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-jiwa-dengan-krisis.html

I. TinjauanDefinisiKrisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis

Jenis krisis

Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak dari manja ke dewasa).

Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya berkaitan dengan pengalaman kehilangan (misalnya., kematian orang yang dicintai).

Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.

Intervensi krisisadalah metode pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa krisis, di mana masalah yang membutuhkan penanganan yang cepat dapat segera diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan.Pertimbangan Umum

1. krisis terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang lain. 2. Krisis tidak selalu bersifat patologis; krisis dapat menjadi stimulus pertumbuhan dan

pembelajaran.

Page 7: Askep Jiwa Dengan Krisis

3. Krisis sangat terbatas dalam hal waktu dan biasanya teratasi dengan satu atau lain cara dalam periode yang singkat (4 sampai 6 minggu).Penyelesaian krisis dapat dikatakan berhasil bila fungsi kembali pulih atau ditingkatkan melalui pembelajaran baru. Penyelesaian krisis dinyatakan gagal bila fungsi tidak kembali pulih ke tingkat sebelum krisis, dan individu mengalami penurunan tingkat fungsional.

4. Persepsi individu terhadap masalah yang dihadapi dapat menentukan krisis. Setiap individu memiliki respons yang unik terhadap masalah yang dialaminya.

5. Faktor penyeimbang merupakan hal yang penting dalam memprediksi hasil dari respons individu terhadap krisis. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai prediktor hasil yang baik (Aguilera, 1998).- Persepsi terhadap kejadian pencetus bersifat realistis bukan terdistorsi.- Dukungan situasional (misalnya., keluarga, teman) tersedia bagi individu tersebut.- Mekanisme koping yang mengurangi ansietas.

6. Urutan perkembangan krisis– Periode prakrisis: individu memiliki keseimbangan emosional.– Periode krisis: individu memiliki pengalaman subjektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme koping yang biasa, dan mengalami berbagai gejala.– Periode pascakritis: resolusi krisis

Jenis krisisPerkembangan (maturasi): Mulai sekolah, Pubertas, Lulus sekolah, Menikah, Melahirkan anak, Anak-anak meninggalkan rumah, pensiun .Situasional: Bercerai, Kematian, Kehilangan pekerjaan, Kegagalan akademik, Diagnosis penyakit serius .Adventisius: Banjir, Gempa bumi, Perang, Kejahatan dengan kekerasan, Perkosaan, Pembunuhan, Penculikan, Tindakan teroris.

Gejala Umum Individu yang Mengalami KrisisGejala Fisik:Keluhan somatik (mis., sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit)Gangguan nafsu makan (mis., peningkatan atau penurunan berat badan yang signifikan)Gangguan tidur (mis., insomnia, mimpi buruk)Gelisah; sering menangis; iritabilitas

Gejala KognitifKonfusi sulit berkonsentrasiPikiran yang kejar mengejarKewtidakmampuan mengambil keputusan

Gejala PerilakuDisorganisasiImpulsif ledakan kemarahan

Page 8: Askep Jiwa Dengan Krisis

Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasaMenarik diri dari interaksi sosial

Gejala EmosionalAnsietas; marah, merasa bersalahSedih; depresiParanoid; curigaPutus asa; tidak berdaya

Intervensi Krisisa. BantuanBantuan untuk individu yang mengalami krisi meliputi konseling melalui telepon, hotlines, dan konseling krisis singkat (1 sampai 6 sesi).Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami krisis.- Tim bantuan krisisTim interdisipliner inimemberikan layanan bagi kelompok atau komunitas yang mengalami kejadian krisis tertentu.- Tim bantuan bencanaTim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu segmen-segmen besar populasi yang terkena bencana alam.- Konseling stres akibat krisisBantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional, seperti petugas rumah sakit, polisis dan pemadam kebakaran, yang terlibat dalam situasi krisis.

b. Peran perawatPerawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis da bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis (ANA, 1994).Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga berespons terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan kematian.Perawat di lingkunagn masyarakat (mis., kantor, klinik rumah, sekolah, kantor) memnerikan bantuan pada individu dan keluarga yang mengalami krisis situasional dan perkembangan.Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi situasi dimana krisis dapat terjadi.- Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kelahiran bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.- Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti awitan penyakit serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera traumatik, atau anak menjelang ajal.- Keperawatan medikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosis penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut atau kronis, kehilangan bagian atau fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal.- Keperawatan gerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kehilangan kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan penempatan di rumah perawatan.- Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti trauma fisik, penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.- Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti hospitalisasi akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa yang serius, dan bunuh diri.

Page 9: Askep Jiwa Dengan Krisis

Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu individu mengatasi situasi krisis.

c. Prinsip intervensi krisis1. Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis.2. Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek-aspek kesehatan dari fungsi individu.3. Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematis (serupa dengan proses keperawatan), yang meliputi:a. mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji: kelebihan dan kekurangan sistem pendukung individu dan keluarga.b. Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan pada prioritas.c. Memberikan penanganan langsung(mis., menyediakan rumah singgah bila klien diusir rumah, merujuk klien ke ”rumah perlindungan” bila terjadi penganiyaan oleh suami atau istri).d. Mengevaluasi hasil dari intervensi.4. Hierarki Maslow. Kerangka kerja hierarki Maslow tentang kebutuhan dapat membantu menentukan prioritas intervensi.a. Sumber daya fisik diperlukan untuk bertahan hidup (mis., makanan, rumah singgah, keselamatan).b. Sumber daya sosial diperlukan untuk mendapatkan kembali rasa memiliki (mis., dukungan keluarga, jaringan kerja sosial, dukungan komunitas).c. Sumber daya psikologis diperlukan untuk mendapatkan kembali harga diri (mis., penguatan yang positif, pencapaian tujuan).5. Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis mencakup berbagai fungsi beriut ini.a. Membentuk hubungan dan mengomunikasikan harapan serta optimisme.b. Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan, bila perlu.c. Memberikan anjuran dan alternatif (mis., membuat rujukan ke lembaga yang tepat, seperti lembaga kesejahteraan anak atau klinik medis).d. Membantu klien memilih alternatif.e. Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan layanan dan sumber daya yang diperlukan klien.

Tinjauan Proses KeperawatanIntervensi Krisis

A. Pengkajian

1. Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis 2. Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan utama yang

terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang dialami klien.

3. Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan situasional (mis, keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya spiritual, dukungan masyarakat), dan penggunaan mekanisme koping.

Page 10: Askep Jiwa Dengan Krisis

4. Identifikasi kelebihan klien

Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi individu terhadap hal yang terjadi (realistik atau terdistorsi)

Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala kognitif atau emosional atas apa yang terjadi.

Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda yang biasanya? = Gejala fisik, prilaku

Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan kejadian ini dalam hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping pada saat itu ? = Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan koping yang digunakan

Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? = Pengakuan individu atas kelebihannya

Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung Anda? = Sistem pendukung dalam hidup Anda

Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis tersebut ? = Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini.

B. Diagnosis Keperawatan1. Analisisa. Analisis persepsi unik klien terhadap krisis dan kejadian pencetusnya.b. Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukungan pribadi, sosial dan lingkungan klien.c. Analisis sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis, seperti keluarga klien, jaringan kerja sosial, dan masyarakat.

2. Diagnosis Keperawatan.

Tentukan diagnosa keperawatan spesifik untuk klien, keluarga, masyarakart, atau gabungan dari itu, termasuk, namun tidak terbatas pada yang berikut ini :a. Gangguan citra tubuhb. Ketegangan peran pemberi asuhanc. Koping komunitas tidak efektifd. Koping individu tidak efektife. Penyangkalan tidak efektiff. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhang. Disfungsi berdukah. Respon pasca traumai. Ketidakberdayaanj. Sindrom trauma perkosaank. Perubahan kinerja peranl. Distres spiritualm. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain

Page 11: Askep Jiwa Dengan Krisis

C. Perencanaan dan Identifikasi Hasil1. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti sebelum krisis.2. Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat, atau gabungan dari itu. Individu yang mengalami krisis akan :a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisisb. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuand. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisise. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis.f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk

D. Implementasi1. Bentuk hubungan dengan mendengarkan secara aktif dan menggunakan respon empati.2. Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu kien mengutarakan pikiran dan perasaannya.3. Dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping.4. Gunakan pendekatan pemecahan masalah.5. Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.a. Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri sendiri.(mis ; klien secara langsung mengatakan akan melakukan bunuh diri, menyatakan secara tidak langsung bahwa ia merasa kalau orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-tanda depresi)b. Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diric. singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar klien.d. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan apakah hospitalisasi perlu dilakukan atau tidak.

E. Implementasi untuk klien yang marah atau melakukan kekerasan1. Lakukan intervensi dini untuk mencegah klien melakukan kekerasan terhadap orang lain.a. Kenali tanda-tanda verbal adanya peningkatan rasa marah (mis; berteriak, berbicara cepat, menuntut perhatian, pernyataan-pernyataan agresif)b. Kenali tanda-tanda non verbal adanya peningkatan rasa marah (mis; rahang dikencangkan, postur tubuh menegang, tangan dikepalkan, berjalan mondar-mandir).2. Lakukan beberap tindakan untuk mengurangi kemarahan klien.a. Jawab pertanyaan dan tuntutan klien dengan informasi faktual dan sikap yang mendukung serta meyakinkan.b. Berikan respon terhadap ansietas, marah dan frustasi yang dirasakannya. Sebagai contoh : Perawat dapat mengatakan ”Tampaknya Anda merasa frustasi karena tidak dapat pulang ke rumah sesuai keinginan Anda.”]c. Biarkan klien mengeluarkan kemarahannya secara verbal, tunjukan bahwa perawat menerima kemarahan ayng diperlihatkannya.d. Jangan membela atau membenarkan perilaku anda sendiri ataupun perilaku orang lain. (mis., anggota tim pengobatan, kebijakan Rumah Sakit).e. Pantau bahasa tubuh anda sendiri, gunakan postur yang rileks dengan kedua tangan bergantung santai disamping tubuh.

Page 12: Askep Jiwa Dengan Krisis

f. Berikan kontrol pada klien terhadap situasi masalah dengan menawarkan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah.3. Berespons terhadap perilaku kliena. Lindungi diri anda sendirindengan berdiri diantara klien dan pintu keluar sehingga memungkinkan anda mudah untuk melarikan diri.b. Lindungi orang lain dengan menginstruksikan mereka untuk meninggalkan tempat.c. Ikuti protokol lembaga, gunakan kode khusus untuk menghadapi kekerasan jika ada.4. Gunakan prinsip-prinsip penatalaksanaan kode kekerasan bila diperlukan (mis., bila klien mengancam akan melukai, klien yang lain atau anggota staf atau jika klien melempar barang-barang atau merusak perabotan).a. Pastikan untuk dilakukannya unjuk kekuatan (minimal lima staf).b. Tugaskan satu anggota tim sebagai ketua, yang akan berinteraksi dengan klien dan arahkan respons tim.c. Ketua tim berdiri di depan, sedangkan yang lain berdiri di belakangnya dalam dua atau tiga barisan.d. Bila diperlukan restrain fisik, ketua tim akan memutuskan siapa yang akan memegang kaki dan tangan, dan siapa yang akan memegang kepala (agar tidak digigit).e. Tim bertindak sebagai satu kesatuandan melakukan penaklukan yang lancardan tenang.f. Lakukan latihan dimana jika teknik-teknik ini dilakukan dapat memastikan keamanan dan menghindarkan klien dan staf dari cedera.

F. Evaluasi hasilPerawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan efektifitas implementasi keperawatan.Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan sebagai hasil dari intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku yang tidak terkendali.Klien mengidentifikasi hubungan antara stresor dengan gejalayang dialami selama krisis.Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi krisis.klien memilih berbagai pilihan solusi.Klien kembali ke keadaan sebelum krisis atau memperbaikisituasi atau perilaku.

DAFTAR PUSTAKA(Sumber: Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta: EGC.)

http://nersjiwa.blogspot.com/2008/04/krisis_23.html

Saturday, November 29, 2008

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN KRISIS

Definisi Krisis adalah :

Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah

Page 13: Askep Jiwa Dengan Krisis

Ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman

Selama krisis, individu kesulitan dalam melakukan sesuatu, koping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan terjadi peningkatan kecemasan.

Konsep krisis :1. Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis2. Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik

3. Krisis bersifat personal

4. Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu )

5. Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan membaik

Faktor yang berpengaruh : Pengalaman problem solving sebelumnya Persepsi individu terhadap suatu masalah

Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain

Jumlah dan tipe krisis sebelumnya

Waktu terakhir mengalami krisis

Kelompok beresiko

Sense of mastery

Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi terhadap keberhasilan koping dengan stress lain. Faktor perlindungan antara lain kompetensi social, ketrampilan memecahkan masalah, otonomi, berorientasi pada tujuan, ide belajar, dukungan keluarga, dukungan social. Resilient ( individu yang tabah/ulet ) mempunyai harga diri tinggi, berdaya guna, mempunyai keterampilan memecahkan masalah, mempunyai kepuasan dalam hubungan interpersonal.

Faktor resiko : Wanita Etnik minoritas

Kondisi social ekonomi rendah

Problematik predisaster functioning and personality

Macam krisis :1. Krisis maturasi/krisis perkembangan

Page 14: Askep Jiwa Dengan Krisis

Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap

perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya, setiap tahap perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan

Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi orang tua, pensiun dll

2. Krisis situasional Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba dan tidak dapat dihindari yang

mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan identitas seseorang Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan, putus sekolah, putus

cinta, penyakit terminal, kehamilan/kelahiran yang tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul terhadap kehilangan adalah depresi

Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini berhubungan dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang menyelesaikan krisis perkembangan

3. Krisis social Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang diakibatkan kehilangan

multiple dan perubahan lingkungan yang luas Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang

Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006):1. Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor eksternal2. Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan yang normal yang diantisipasi

secara berlebihan oleh individu saat merasa kehilangan kendali

3. Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh stressor eksternal yang tidak diharapkan sehingga individu merasa menyerah karena kurangnya atau bahkan tidak mempunyai control diri.

4. Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik kehidupan yang tidak dapat dipecahkan

5. Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis, schizophrenia, borderline personality

6. Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami kerusakan yang parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute suicide, overdosis, psikosis akut, marah yang tidak terkontrol, intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan halusinogenik

Tahap perkembangan krisis :

Fase 1 Individu dihadapkan pada stressor pemicu Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang biasa digunakan

Page 15: Askep Jiwa Dengan Krisis

Fase 2 Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem solving sebelumnya Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung

Fase 3 Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk memecahkan masalah,

baik internal maupun eksternal Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi resolusi

Fase 4 Kegagalan resolusi Kecemasan berubah menjadi kondisi panic, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil, perilaku

yang merefleksikan pola pikir psikotik

INTERVENSI KRISISTujuan intervensi krisis adalah resolusi, berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu sehingga individu mencapai tingakat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada tingkat fungsi yang lebih tinggi. Selain itu juga untuk membantu individu memecahkan masalah dan mendapatkan kembali keseimbangan emosionalnya.

Peran intervener adalah membantu individu dalam :1. Menganalisa situasi yang penuh stress2. Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian

3. Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan

4. Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan

5. Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas )

6. Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance

Intervensi dilakukan dengan pendekatan proses perawatan yaitu melalui pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko perilaku kekerasan yang diarahkan pada orang lain diri sendiri Koping individu inefektif

Cemas

Gangguan proses pikir

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah situasional

Page 16: Askep Jiwa Dengan Krisis

Koping keluarga inefektif

Post-trauma respons

…….

http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-jiwa-pasien-dengan.html