askep hiperparatiroid

Upload: slamet-katib

Post on 05-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep hiperparatiroid

TRANSCRIPT

BAB IKONSEP DASAR1. HiperparatiroidismeA. PengertianHiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu hiperparatiroidisme primer dan sekunder. Hiperparatiroidisme primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70 tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder disertai manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis. Rakitis ginjal akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar paratiroid dan meningkatkan sekresi hormon paratiroid. (Brunner & Suddath, 2002) Hiperparatiroidisme adalah kelainan endokrin yang di sebabkan karena overproduksi dari satu atau lebih dari kelenjar hormon paratiroid (Tarwoto dkk 2012)

B. Etiologi dan faktor resikoMenurut (Kim,2005 dalam tarwoto,dkk.2012) Etiologi hiperparatiroid yaitu: Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hyperplasia). Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainny Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga termasuk kedalam kategori ini. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada 15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia. (Tarwoto dkk 2012)C. PatofisiologiParathormon berperan dalam keseimbangan kalsium dan fosfat. Produksi paratiroidhormon yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalsemia, kerusakan tulang dan kerusakan ginjal.1. HiperkalsemiaKelebihan kadar kalsium darah akan menghambat respon saraf perifer sehingga menimbulkan kelelahan dan kelemahan otot dan menurunnya tonus otot. Hiperkalsemia juga berpengaruh terhadap sekresi kalsium dan fosfat oleh ginjal, gangguan paru, jantung dan mata. Efek lain adalah menstimulasi hipergastrik yang dapat menyebabkan mual, peptik ulcer, muntah, nyeri abdomen maupun konstipasi.2. Kerusakan TulangHiperparatiroidisme menyebabkan aktivitas osteoklastik yang berlebihan dalam tulang. Keadaan ini akan meningkatkan konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler sementara biasanya menekan konsentrasi ion fosfat karena peningkatan ekskresi fosfat ginjal.Meningkatkan aktivitas osteoklastik, mendorong resorbsi tulang dan mobilisasi kalsium. Transfor kalsium dari cairan tulang ke plasma melalui kerja osteosit, kalsium menjadi hilang dari tulang, tulang menjadi rapuh. Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulang yang sering terjadi adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena peningkatan kadaar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada pasien, tapi tidak muncul secara langsung.3. Kerusakan Ginjal Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat meningkatkan insiden nefrolithiasis (batu ginjal), yang menimbulkan penurunan kreatinin klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium pada ekstaselular dapat mengendap pada jaringan halus. (Tarwoto, dkk 2012).Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkan ambilan kalsium dari makanan dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofosatmia kompensatori adalah abnormlitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH serum juga meningkat. ( Rumahorbor, Hotma,1999)D. Manifestasi KlinisPasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan otot.Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi kalsium fosfat dalam pelvis da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (rena calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroidisme dapat terjadi akibat demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel-sel raksasa benigna akibat pertumbuhan osteoklast yang berlebihan. Pasien dapat mengalami nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekkan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme merupakan faktor risiko terjadinya fraktur.Insidens ulkus peptikum dan prankreatis meningkat pada hiperparatiroidisme dan dapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal. (Brunner & Suddath, 2002) E. Pemeriksaan DiagnostikHiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium karena terlalu banyak hormon paratiroid. Pemeriksaan radioimmunoassay untuk parathormon sangat sensitif dan dapat membedakan hiperparatigroidisme primer dengan penyebab hiperkalasemia lainnya pada lebih dari 90 % pasien yang mengalami kenaikan kadar kalsium serum.Kenaikan kadar kalsium serum saja merupakan gambaran yang nonspesifik karena kadar dalam serum ini dapat berubah akibat diet, obat-obatan dan perubahan pada ginjal serta tulang. Perubahan tulang dapat dideteksi dengan pemeriksaan sinar-x atau pemindai tulang pada kasus-kasus penyakit yang sudah lanjut. Penggambaran dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan adanya batu ginjal dan jumlah urin selama 24 jam dapat menyediakan informasi kerusakan ginjal dan resiko batu ginjal. Pemeriksaan antibodi ganda hormon paratiroid digunakan untuk membedakan hiperparatiroidisme primer dengan keganasan, yang dapat menyebabkan hiperkalsemia. Pemeriksaan USG, MRI, Pemindai thallium serta biopsi jarum halus telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi paratiroid dan untuk menentukan lokasi kista, adenoma serta hiperplasia pada kelenjar paratiroid. (Brunner & Suddath, 2002):Menurut tarwoto,dkk 2012. Pemeriksaan diagnostik yaitu :1. Pemeriksaan darah Peningkatan kadar kalsium darah (Normal :8-11 mg/100 ml) Penurunan kadar fosfat serum (Normal :2,5-4,5 mg/100ml) Fosfatase alkali meningkat ( Normal :2,0-5,0 Bodansky units) Kadar paratiroid hormon meningkat (Normal : 10-55 pg/ml)2. Pemeriksaan Urin Hiperkalsiuria dan hiperfosfaturia3. Rontgen foto, MRI Perubahan bentuk tulang, nampak penipisan tulang. Pembesaran kelenjar paratiroid, adenoma atau hiperplasia.4. Pemeriksaan EKG Aritmia, blok jantung Sinus Bradikardia Segmen ST dan interval QT memendek Interval PR memanjang.F. KomplikasiMeningkatnya kadar PTH dapat meningkatkan kadar kalsium yang ekstrem dan dapat menyebabkan krisis hiperkalsemik akut, yaitu jika kadar darah lebih dari 15 mg/dl. Komplikasi yang lain adalah : Gangguan jantung seperti hipertensi dan gangguan irama jantung. Kerusakan tulang seperti osteoporosis dan fraktur patologis. Kerusakan ginjal seperti piolonefritis, gagal ginjal dan nefrolithiasis. Gangguan impuls saraf yang dapat menimbulkan kelemahan neuromuskuler.

G. Penatalaksaanaan1. Mobilisasi tubuh akan berdampak pada peningkatan absorbsi kalsium ke tulang, sehingga menambah deposit kalsium tulang dan menurunkan kadar kalsium darah. Pada keadaan bedrest akan meningkatkan reabsorpsi kalsium tulang dan meningkatkan sekresi kalsium. Pasien di anjurkan untuk lebih banyak mobilitas sesuai kemampuan dan batas toleransinya.2. Terapi cairan,untuk mengurangi resiko pembentukan batu pasien dianjurkan untuk minum lebih dari 2000ml/hari. Hindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan dehidrasi seperti diare dan muntah. Pemberian jus buah yang asam di anjurkan karena terdapat bukti bahwa minuman ini dapat menurunkan pH urin dan mencegah pembentukan batu ginjal.3. Diet, pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium dan rendah vitamin D.4. Pengobatan , beberapa obat yang dapat di gunakan adalah :a. Pemberian normal saline untuk hidrasi dan mencegah pembentukan batu.b. Furosemide (lasix) IV, merupakan loop diuretik untuk meningkatkan kalsiuresis. Penggunaan obat ini harus diperhatikan efek samping seperti dehidrasi, hipotensi orthostik, hipokalemia, hiponatremia, hipokalsemia, hipomagnemia. c. Mitramycin IV, merupakan agen kemoterapiyang efektif menurunkan kadar serum kalsium dengan cara menghambat resorpsi tulang. Obat ini mempunyai efek samping seperti trombositopenia, perdarahan, mual dan muntah, diare, meningkatnya BUN dan kreatinin, menurunnya serum kalsium.d. Kalsitonin, bekerja dengan menghambat resorpsi tulang. Efek samping obat ini adalah mual, muntah, sering BAK dan hipokalsemia.e. Gallium nitrat, bekerja dengan menghambat resorpsi tulang, penggunaan obat ini mempunyai efek samping diantaranya meningkatnya BUN, meningkatkan kreatine, menurunnya serum bikarbonat, anemia, hipokalsemia, dan mual.5. Pembedahan, dilakukan pada pasien hiperparatiroidisme primer untuk mengangkat jaringan paratiroid yang abnormal. Pembedahan juga di lakukan untuk mengangkat batu ginjal. (Tarwoto,dkk.2012)

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian1. Riwayat Penyakita. Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala hiperparatiroid dan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.b. Apakah pernah mengalami operasi khususnya pengangkatan kelenjar tiroid atau paratiroid.c. Apkah pasien pernah mengalami tindakan penyinaran pada daerah leher.d. Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama dengan pasien.2. Keluhan utama pasien saat inia. Adakah kelainan bentuk tulang, fraktur, deformitas tulang dan nyeri tulang.b. Penurunan berat badan, mual dan muntah, kejang.c. Nyeri kepala, kelemahan otot dan cepat lelah.d. Diuresis, gangguan pola eliminasi urin dan konstipasi.3. Pemeriksaan fisika. Pemeriksaan Integumen Kulit kering dan kasar Rambut tipis dan Jarang Kuku mudah rapuhb. Muskuloskeletal Kelemahan otot Kelainan bentuk tulang Fraktur patologik Nyeri pada tulang dan sendic. Sistem persarafan Menurunnya kesadaran seperti apatis, letargi. Menurunnya eksitasi potensial saraf, miopatid. Sistem perkemihan Kesulitan berkemih karena adanya batu ginjal Tanda adanya gagal ginjale. Sistem kardiovaskuler Hipertensi Disritmia jantung Perubahan EKG4.Psikologis Emosi tidak stabil Iritabilitas Neurosis Depresi. ( Tarwoto,dkk.2012)

B. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hiperparatiroidisme adalah sebagai berikut ( Nanda, 2013) 1. Resiko cedera fraktur berhubungan dengan demineralisasi tulang. 2. Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit, kondisi fisik yang buruk3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan4. Nutrisi ;kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah5. Gangguan eliminasi urin berhubungan denganperubahan fungsi ginjal6. Konstipasi berhubungan dengan efek hiperkalsemia pada ususC. Intervensi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1.Resiko cedera fraktur berhubungan dengan demineralisasi tulang.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..... di harapkan cedera fraktur tidak terjadi dengan kriteria :-Kondisi tulang utuh.- nyeri tulang dan sendi tidak ada- Aktivitas pasien normal1. Kaji kemampuan aktivitas pasien tulang dan sendi2. Latih mobilisasi pasien sesuai dengan tingkat toleransi secara bertahap3. Bantu pasien dalam melakukan mobilisasi4. Sediakan alat bantu berjalan5. Gunakan restrain fisik untuk memebatasi resiko jatuh jika di perlukan6. Tempatkan bel atau lampu panggil pada tempat yang mudah di jangaku pasien 7. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan dengan gerakan, bila perlu

2Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit, kondisi fisik yang burukSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama..... di harapkan Pasien akan beradaptasi dengan keletihan dengan kriteria : Mempertahankan nutrisi yang adekuat Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

1. Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup2. Pantau dan catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya.3. Pantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan beraktivitas.4. Ajarkan pasien dan orang terdekatnya untuk mengenali tanda dan gejala keletihan.5. dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapakan perasaan sehubungan dengan perubahanhidup yang disebabakan oleh keletihan.6. Rencanakan aktivitas yang mengurangi keletihan dengan pasien / keluarga.7. Rujuk ke terapi keluarga jika keletihan telah mengganggu 8. Rujuk ke perawatan psikiatrik jika keletihan sangat menggu hubungan hubungan klien.9. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi.

3Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama..... di harapkan pasien dapat beraktivitas secara optimal dengan kriteria :-Pasien dapat melakukan aktivitas secara normal-Tanda-tanda vital dalm batas normal- kelemahan otot tidak ada1. Kaji kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, dan melakukan aksi.2. Kaji respon emosi, sosial, dan spritual terhadap aktivitas3. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.4. Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat5. Bantu pasien mengubah posisisecara berkala, bersandar, duduk, berdiri dan ambulansi sesuai toleransi.6. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.7. Instruksikan kepada pasien penggunaan tehnik nafas terkontrol selama aktivitas.8. Instruksikan pentingnya nutrisi yang baik9. Instruksikan penggunaan tehnik relaksasi (misalnya distraksi, visualisai)10. Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang tehnik perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen.11. Berikan Pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab.12. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik ( misalnya , untuk latihan ketahanan).13. Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan yang kaya energi. 14. Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung.

4.Nutrisi ;kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama.....di harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria: Selera makan meningkat Berat badan meningkat secara bertahap Mual/muntah hilang Kebutuhan nutrisi terpenuhi1. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.2. Pantau nilai lab, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.3. Ketahui makanan kesukaan pasien4. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi5. Timbang pasien pada interval yang tepat6. Identifikasi Faktor pencetus mual dan muntah7. Catat warnah, jumlah, dan frekuensi muntah8. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal9. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.10. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah11. Tawarkan makanan besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi.12. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan13. Suapi pasien jika perlu14. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebaba gangguan nutrisi15. Lakukan kolaborasi bersama ahli gizi untuk memenuhi jumlah kalori dan jenis zat gizi yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

5.Gangguan eliminasi urin berhubungan denganperubahan fungsi ginjal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..... di harapkan eliminasi urin pasien dalam keadaan normal dengan kriteria : Bau, jumlah dan warna urine dalam batas normal Mengeluarkan urin tidak nyeri BUN, Kretinin serum, dan berat jenis urin dalam batas normal Protein, glikosa, keton, PH, dan elektrolit dalam batas normal.1. Pantau eliminasi urine termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna, jika perlu2. Beri informasi tentang fungsi perkemihan normal3. Beri informasi tentang kebutuhan cairan, berkemih teratur 4. Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih5. Ajarkan pasien untuk segera berespon terhadap keinginan untuk berkemih jika perlu6. Ajarkan pasien untuk minum 200 mlcairan saat makan, diantara waktu makan, dan di awal petang.

6. Konstipasi berhubungan dengan efek hiperkalsemia pada ususSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama..... di harapkan konstipasi menurun yang di buktikan oleh defekasi dengan kriteria : Pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan Feses lunak dan berbentuk Mengeluarkan feses tanpa bantuan Darah dalam feses tidak ada Nyeri saat defekasi tidak ada.

1. Kaji frekuensi, warna dan konsistensi feses2. Kaji keluarnya flatus3. Kaji ada tidaknya bising usus dan distensi abdomen pada keempat kuadran abdomen4. Anjurkan pasien untuk meminta obat nyeri sebelum defekasi untuk memfasilitasi pengeluaran feses tanpa nyeri.5. Berikan privasi dan keamanan untuk pasien selama eliminasi defekasi.6. Informasikan kepada pasien kemungkinan konstipasi akibat obat.7. Instruksikan pasien tentang konsekuensi pengggunaan laksatif jangka panjang.8. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet.9. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan bantuan aliminasi seperti diet tinggi serat, pelunak feses, enema, dan laksatif10. Sarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika konstipasi atau impaksi terjadi.

D. ImplementasiSetelah rencana tindakan keperawatan di susun secara sistematik, selanjutnya rencana tindakan tersebut di terapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang di harapakan. E. Evaluasi Hasil yang di harapkan adalah :1. Klien akan menghindari cedera fisik2. Klien akan melaporkan bahwa energi terpulihkan setelah istirahat3. Klien akan mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat, dan peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.4. Klien akan menunjukkan berat badan stabil5. Klien akan mempertahankan frekuensi berkemih setiap lebih dari 2 jam sekali.6. Klien melaporkan keluarnya feses disertai berkurangnya nyeri dan mengejan.

DAFTAR PUSTAKARumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:EGC.Brunner & Suddarth .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Ed.8.Jakarta: EGC.Tarwoto, dkk..2012. Keperwatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:Trans info media

Wilkinson, dkk.2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda,Nic,Noc.Ed.9.Jakarta: EGC.

Bottom of Form

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERPARATIROIDISME

Oleh Kelompok :

ASVIN DESIYANTIFARIDA LATIEF HASNAYA IRMA LUTFI MULIANI MUSLIHNURLIAN SYAMSUL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANSTIKES WIDYA NUSANTARA PALU