askep goiter
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang
dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan
dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran
tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan
esophagus.
Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap
kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat
diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan
pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain :
pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma
endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai
menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab
maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali,
penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis,
dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu,
sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium. Pada umumnya goiter sering
dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran
rendah dan ditepi pantai.
2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Goiter merupakan pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan
ukuran sel/jaringan.
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembesaran ini dapat
memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid
(hipotirotdisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetroidisme).
B. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terdiri dari 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari
trakea di ikat bersama dengan oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea
disebelah depan. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher
bagian bawah melekat pada dinding laring.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid berukuran kecil, dengan berat
hanya 2-4 gram posisinya dileher depan bagian tengah dan tidak teraba. Sehingga
pada leher orang normal tidak tampak tonjolan atau massa yang mengganggu
pemandangan seperti apa yang kita lihat pada penderita gondok.
Fungsi kelenjar tiroid yaitu mengatur metabolisme tubuh, sehingga segala
sesuatunya berjalan lancar dan normal didalam tubuh seseorang. Maka dikenal
beberapa istilah seperti : eutiroid, hipertiroid dan hipotiroid.
Eutiroid adalah keadaan dimana besar dan fungsi kelenjar gondok dalam
keadaan normal. Hipertiroid, berarti kelenjar gondok bekerja melebihi kerja
normal sehingga biasanya kelenjar gondok membesar dan juga akan didapatkan
hasil laboratorium untuk hormon TSH, T3 dan T4 yang berada diatas ambang
normal. Hipotiroid kebalikan dari hipertiroid, disini kelenjar gondok bekerja
dibawah normal, sehingga ketiga hormon tadi kadarnya didalam serum dibawah
angka normal. Apa gejala dan dampak dari kelainan kelenjar gondok ini ?
3
Gejala hipertiroid biasanya : si penderita hiperaktif, tidak bisa diam. Badan
berkeringat berlebihan, suhu tubuh hangat, jantung berdebar-debar, tangan sering
gemetar, bola mata agak menonjol. Banyak bicara susah diam, makan banyak
akan tetapi badan tetap kurus dan seterusnya.
Penderita hipotiroid umumnya badan suhunya dingin, lembab. Orangnya
rada obese, malas bergerak dan malas bicara. Biasanya lidahnya tampak besar dan
tebal. Makan tidak banyak, akan tetapi tubuhnya tambun. Semuanya kebalikan
dari gejala hipertiroid.
Pada hipertiroid , peradangan kelenjar tiroid maupun adanya neoplasma
atau tumor kelenjar gondok, maka kelenjar itu akan membesar, berupa benjolan
atau massa yang bisa diraba pada leher tengah bagian depan. Ciri khasnya :
benjolan itu akan turut bergerak saat penderita melakukan gerakan menelan.
Artinya bila penderita disuruh melakukan gerakan menelan, maka si benjolan tadi
bergerak keatas dan kebawah, sesuai dan mengikuti irama gerakan menelan si
penderita.
Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel – vesikel yang
dibatasi oleh epytelium silinder disatukan oleh jaringan ikat sel – selnya
mengeluarkan sera.adapun fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari :
1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
2. Mengatur penggunaan oksidasi
3. Mengatur pengeluaran karbon dioksida
4. Metabolic dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
C. KLASIFIKASI GOITER
a) Klasifikasi goiter menurut Jasj :
1. Goiter kongenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak
besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit
graves.
4
2. Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana defisiensi yodium berat,
dekompensasi dan kipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter
endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal disepanjang
laut.
3. Goiter sporadis
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis fositik
yang terjadi lazim pada saudara kandung, di mulai pada awal
kehidupan dan kemungkinan bersama dengan hiperrvoidisme yang
merupakan petunjuk penting untuk diagnosa. Digolongkan menjadi
3 (tiga) bagian yaitu :
Goiter yodium
Goiter akibat pemberian yodium biasanyakeras dan
membesar secara difus, dan pada beberapa keadaan,
hipotirodisme dapat berkembang.
Goiter sederhana (Goiter koloid)
Yang tidak diketahui asal-muasalnya. Pada pasien bistokgis
tirord tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran
follikel, koloid dan efitel pipih.
Goiter multinodular
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal
atau bsnyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi
perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
4. Goiter intra trakea
Tiroid intralumen terletak dibawah mokusa trakhea dan sering
berlanjut dengan tiroid extratrakea yang terletak secara normal.
b) Klasifikasi Goiter menurut WHO :
Stadium O – A : tidak ada Goiter.
Stadium O – B : Goiter terdeteksi dari Palpasi tetapi tidak terlihat
walaupun leher terekstensi penuh.
5
Stadium I : Goiter Palpasi dan terlihat hanya jika leher tereks
tensi peenuh.
Stadium II : Goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
Stadium III : Goiter yang besar terlihat dari Darun.
D. ETIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi
kelenjar tiroid antara lain :
Defisiensi yodium
Goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon
tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi
secara berlebihan.
Anomali
Peradangan dan tumor neoplasma
Peningkatan sekresi hormone tirotropik kelenjar pitritari dalam responya
terhadap penurunan kadar hormone tiroid dalam sirkulasi.
Proses infiltratif yang dapat berupa radang atau neoplastik
Goiter kongensial:pemberian obat – obat anti tiroid atau yodium selama
kehamilan pengobatan tiroktoksikosik
Tiroiditis rumfositik
Pemberian lithium karbonat dan gotordarum
Rangsangan goitrogenikrin ringan berlangsung lama
E. MANIFESTASI KLINIS
Sesak nafas
Kelainan fisik (pembengkakan leher depan )
Sulit menelan
Suara serak atau parau
Pada palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda dengan konsistensi
keras atau tidak.
6
Tes TSH serum meningkat
Biasanya tanpa rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didaerah nodul.
pada umumnya tidak terasa sakit akan tetapi membesar bertahap sejalan
dengan bertambahnya umur.
dapat disertai hipotirodisme / hipertiroidisme
F. PATOFISIOLOGI
Penyebab gondok yang tersering adalah akibat kekurangan yodium, selain
itu juga akibat agen goitrogenik. Kekurangan yodium mencegah produksi
hormon tiroksin dan triiodotironin, akibatnya tidak tersedia hormon yang dapat
dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hhipofisis anterior; hal ini
menyebabkan kelenjar hipofisis menyekresi banyak sekali TSH. Selanjutnya
TSH merangsang sel-sel tiroid menyekresi banyak sekali koloid tiroglobulin ke
dalam folikel, dan kelenjarnya tumbuh semakin besar. Tetapi oleh karena
yodiumnya berkurang, produksi tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat
dalam molekul tiroglobulin, dan oleh karena itu tidak ada penekanan secara
normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipofisis. Ukuran folikeln ya menjadi
sangat besar, dan kelenjra tiroidnya dapat membesar 10 sampai 20 kali ukuran
normal.
Factor pencetus (mis :kurang yodium) Kapasitas kelenjar tiroid terganggu
Peningkatan kadar TSH Hipertropi dan hiperplasia folikel – folikel tiroid
Fibrosis dan nodula yang mengandung folikel – folikel kelenjar tiroid
tumbuh goiter .
G. KOMPLIKASI
Komplikasi Goiter antara lain dapat menimbulkan kompresi trakea dan
daerah lain di sekitar leher, jika kelenjar tiroid mengganas dapat menimbulkan
kanker tiroid. Neoplasma jinak biasanya jenis struma adenomatosa dan adenoma
folikuler tiroid. Sedangkan neoplasma ganas umumnya yang tersering adalah
karsinoma tiroid papilliferum.
7
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pengukuran T3 dan T4 sorum.
Scintiscan yodium radio aktif dengan teknetium porkeknera, untuk melihat
medulanya.
Sidik ultra saaoud untuk mendeteksi perubahan-perubahan kistik pada
modula tiroid.
Foto pulas leher dan dada atau berguna untuk menunjukan pergeseran trakea
dan eso fagus.
Eso fagogran untuk menunjukan goiter sebagai penyebab dispalgia.
I. PENATALAKSANAAN
Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan
dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
Untuk menekan aktivitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid diberi
preparat supplement yodium, seperti larutan jenuh kalium yodida, terutama
bagi penduduk di daerah endemik sedang dan berat.
Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah
endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang
dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun
diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
Dilakukan tindakan operatif
Komplikasi pasca operasi dapat dikurangi dengan menciptakan keadaan
eutiroid praoperatif yang ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat
antitiroid dan pemberian senyawa yodida praoperatif untuk mengurangi
ukuran serta vaskularisasi goiter tersebut.
8
J. PENCEGAHAN
Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada
anak-anak dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk.
Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari,
WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu
bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter.
Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.
Menggontrol konsumsi agen goitrogenik secara berlebihan yang dapat
menyebabkan gangguan absorbsi yodium dalam tubuh.
Menurut Chapman goitrogenik alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun dan umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun
ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ;
kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis,
belimbing wuluh dan cuka).
9
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan
secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi :
Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat, atrofi otot.
Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid, goiter.
Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.
Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema
paru (pada krisis tirotoksikosis).
Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu
meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan,
rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial)
yang menjadi sangat parah.
10
Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.
1. Kaji Riwayat Penyakit :
Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien ?
Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama ?
2. Tempat tinggal sekarang dan pada masa balita
3. Usia dan jenis kelamin
4. Kebiasaan makan : bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan
adanya faktor goitrogenik ?
5. Penggunaan obat-obatan :
Kaji jenis-jenis obat yang sedang digunakan dalam 3 bulan
terakhir.
Sudah berapa lama digunakan
Tujuan pemberian obat
6. Keluhan klien :
Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.
Sulit menelan
Leher bartambah besar
Suara serak / parau
Merasa malu dengan leher yang besar dan tidak simetris.
7. Pemeriksaan fisik :
Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi
dan simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.
Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya.
Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea
Nilai kualitas suara
Palpasi apakah terjadi deviasi trachea
8. Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
Test TSH serum
11
9. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas
terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi,
cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep
diri seperti :
Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan
apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti
retraksi sternal dan cuping hidung.
Warna kulit apakah nampak pucat atau cianosis.
Suhu kulit khususnya daerah akral.
KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak
berdaya
Berat badan dan tinggi badan.
Kadar Hb
Kelembaban kulit dan teksturnya
Porsi makan yang dihabiskan
Turgor
Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi
Kondisi mukosa mulut
Kualitas suara
Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya
berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.
Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.
12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid
terhadap trachea ditandai dengan kesulitan bernapas.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrien kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai
dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).
3. Gangguan konsep diri ; citra tubuh/body image berhubungan dengan
perubahan/pembesaran bentuk leher ditandai dengan pasien malu dengan
kondisi penyakitnya.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan
gelisah dan khawatir.
5. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai
dengan dengan pasien menayakan kondisi/keadaan penyakitnya.
13
C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi
1 Pola nafas tidak
efektif berhubungan
dengan penekanan
kelenjar tiroid
terhadap trachea
ditandai dengan
kesulitan bernapas.
Tujuan :
Selama dalam
perawatan, pola
napas klien efektif
kembali
Kriteria hasil :
Frekwensi
pernapasan 16-
20 x/menit dan
pola teratur
Akral hangat
Kulit tidak pucat
atau cianosis
Keadan klien
tenang / tidak
gelisah
1. Batasi aktivitas,
hindarkan aktivitas yang
melelahkan.
R/ : dapat mengurangi
pemakaian/konsumsi
oksigen sehingga dapat
menghemat energi bagi
pasien untuk aktivitas
lain.
2. Posisi tidur setengah
duduk dengan kepala
ekstensi bila diperlukan.
R/ : dapat melancarkan
aliran udara pernapasan
dan membuat ekspansi
paru lebih baik .
3. Bantu aktivitas klien di
tempat tidur.
R/ : mengurangi
konsumsi oksigen dan
menghemat pemakaian
tenaga/energi oleh
pasien.
4. Observasi keadaan klien
secara teratur.
R/ : sebagai petunjuk
perkembangan terapi
yang telah dilakukan,
14
terutama keadaan
frekuensi
pernapasan/kebebasan
jalan napas.
5. Hindarkan klien dari
kondisi yang menuntut
penggunaan oksigen
lebih banyak seperti
ketegangan, lingkungan
yang panas atau yang
terlalu dingin.
R/ : kondisi yang
menuntut pemakaian
oksegen yang berlebihan
dapat meningkatkan
asupan oksigen yang
berlebihan dan dapat
memperburuk keadaan.
6. Kolaborasi pemberian
obat-obatan seperti
dexamethason.
R/ : deksametason
merupakan
glukokrtikoid sintetik
dengan aktivitas
antiinflamasi, mencegah
respon jaringan terhadap
proses inflamasi.
Diberikan pada goiter
akibat reaksi peradangan
(Tiroiditis rumfositik ).
15
7. Bila dengan konservatif
gejala tidak hilang,
kolaborasi tindakan
operatif.
R/ : tindakan operatif
untuk mengangkat
nodul-nodul pembesaran
kelenjar tiroid dan
mencegah keparahan
kondisi yang lebih
lanjut.
2 Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kompresi/penekanan
esophagus ditandai
dengan kesulitan
menelan makanan
(disfagia).
Tujuan :
Nutrisi klien dapat
terpenuhi dalam
waktu 1-2 minggu
Kriteria hasil :
Berat badan
bertambah
Hb 12 - 14 mg%
(untuk laki-laki.
Tekstur kulit baik
1. Beri makan lunak atau
cair sesuai kondisi klien.
R/ : makanan lunak
dapat mengurangi
kontraksi esophafgus
dalam mendorong
makanan ke lambung,
sehingga meningkatkan
asupan nutrisi.
2. Pantau masukan
makanan setiap hari. Dan
timbang berat badan
setiap hari serta laporkan
adanya penurunan
R/ : memberikan
informasi tentang
keefektifan program
terapi yang telah
dilakukan.
3. Beri makanan tambahan
diantara jam makan
16
R/ : meningkatkan
frekuensi asupan nutrisi
untuk menyediakan
energi yang cukup bagi
pasien.
4. Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
menjelang jam makan.
R/ : linkungan yang
menyenangkan dapat
menciptakan suasana
kenyamanan saat makan
dan meningkatkan
asupan nutrisi.
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk memeberikan
diet tinggi kalori,
protein, karbohidrat, dan
vitamin
R/ : Mungkin
memerlukan bantuan
untuk menjamin
pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat,
dan megidentifikasi
makanan pengganti yang
paling sesuai.
Meningkatkan aktivitas
metabolik dan
menurunkan simpanan
glikogen.
17
3 Gangguan konsep
diri ; citra tubuh
berhubungan dengan
perubahan/pembesar
an bentuk leher
ditandai dengan
pasien malu dengan
kondisi penyakitnya.
Tujuan :
Setelah menjalan
perawatan, klien
memiliki gambaran
diri yang positif
kembali
Kriteria hasil :
Klien
menyenangi
kembali
tubuhnya.
Klien dapat
melakukan
upaya-upaya
untuk
mengurangi
dampak negatif
pembesaran pada
leher.
Klien dapat
melakukan
aktivitas fisik dan
social sehari-hari.
1. Dorong klien
mengungkapkan pikiran
dan perasaannya tentang
bentuk leher yang
berubah.
R/ : Ekspresi emosi
membantu pasien mulai
menerima kenyataan
pembesaran leher..
2. Diskusikan upaya-upaya
yang dapat dilakukan
klien untuk mengurangi
perasaan malu seperti
menggunakan baju yang
berkerah tertutup.
R/ : penggunaan baju
yang berkerah tertutup
dapat menutupi
pembesaran leher,
sehingga dapat
mengurangi penurunan
citra tubuh pasien saat
bersosialisasi.
3. Beri pujian bila klien
dapat melakukan upaya-
upaya positif untuk
meningkatkan
penampilan diri.
R/ : pujian yang
diberikan dapat
menguatkan rasa positif
dan percaya diri bagi
18
klien terhadap perubahan
tubuh yang dialami
dalam melakukan
sosialisasi dengan orang
lain.
4. Jelaskan penyebab
terjadinya perubahan
bentuk leher dan jalan
keluar yang dapat
dilakukan seperti
tindakan operasi.
R/ : informasi yang
diberikan mengenai
prjalanan penyakit dan
cara-cara pencegahan,
membuat klien
mengetahui kondisi
penyakit yang
sebenarnya dan dapat
menerima perubahan
yang terjadi peda dirinya
sehingga membuat
pandangan positif
terhadapa diri sendiri.
5. Fasilitasi klien untuk
bertemu teman-teman
dan sebagainya.
R/ : pertemuan dengan
teman-teman pasien
dapat menigkatkan rasa
percaya diri dan harga
diri positif dalam
19
bersosialisasi .
4 Ansietas
berhubungan dengan
perubahan status
kesehatan ditandai
dengan gelisah dan
khawatir.
Tujuan :
Klien dapat
menyadari dan
menerima
keadaannya serta
dapat
mengekspresikan
perasaannya
Kriteria hasil :
Klien nampak
rileks.
Klien
melaporkan
ansietasnya
berkurang
sampai tingkat
dapat diatasi.
Klien mampu
mengidentifikasi
cara hidup yang
sehat untuk
membagikan
perasaannya.
Klien dapat
melakukan
aktivitas sehari-
hari dengan baik.
1. Observasi tingkah laku
yang menunjukan
tingkat ansietas.
R/ : tingkah laku yang
mengindikasikan
ansietas sebagai
petunjuk tingkat
kecemasan yang dialami
oleh pasien.mis; gelisah,
khawatir, dll.
2. Tinggal bersama klien,
mempertahankan sikap
yang tenang, mengakui
atau menjawab
kekuatirnnya dan
mengijinkan perilaku
klien yang umum.
R/ : membantu
perhatian mengarahkan
kembali dan
meningkatkan relaksasi,
meningkatkan
kemampuan koping.
3. Koordinasikan waktu
istrahat dan aktivitas saat
senggang tepat untuk
kondisi.
R : memberikan rasa
kontrol pasien untuk
menangani beberapa
aspek pengobatan .
20
4. Anjurkan pasien
melakukan tehnik relaksasi
; napas dalam, bimbingan
imajinasi, relaksasi
progresif.
R : memberikan arti
penghilangan respon
ansietas, menurunkan
perhatian, meningkatkan
relaksasi, meningkatkan
kemampuan koping.
5 Resti gangguan
komunikasi verbal
berhubungan dengan
penekanan pita
Tujuan :
Klien mampu
menciptakan metode
komunikasi dimana
kebutuhan dapat
dipahami.
1. Kaji fungsi bicara secara
periodik, anjurkan untuk
tidak bicara terus
menerus.
R/ : suara serak dan
parau akibat edema
jaringan atau
pembesaran kelenjar
tiroid (goiter) dapat
menyebabkan
terganggunya pita suara
dan penekanan pada
trakea.
2. Pertahankan komunikasi
yang sederhana, beri
pertanyaan yang hanya
memerlukan jawaban
“ya” atau “tidak”.
R/ : menurunkan
kebutuhan berespon,
21
mengurangi bicara.
3. Memberikan metode
komunikasi alternatif
yang sesuai, seperti
papan tulis, kertas
tulis/papan gambar.
R/ : memfasilitasi
ekspresi yang
dibutuhkan.
4. Antisipasi kebutuhan
sebaik mungkin,
kunjungi klien secara
teratur.
R/ : menurunkan
ansietas dan kebutuhan
pasien untuk
berkomunikasi.
5. Beritahu klien untuk
terus membatasi bicara
dan jawablah bel
panggilan dengan
segera.
R/ : mencegah pasien
bicara yang dipaksakan
untuk menciptakan
kebutuhan yang
diketahui atau
memerlukan bantuan.
6. Pertahankan lingkungan
yang tenang.
R/ : meningkatkan
kemampuan
22
mendengarkan
komunikasi perlahan dan
menurunkan kerasnya
suara yang harus
diucapkan pasien untuk
dapat didengarkan.
6 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang informasi
ditandai dengan
pasien menanyakan
kondisi/keadaan
penyakitnya.
Tujuan:
Setelah diberikan
pendidikan
kesehatan sebanyak
2 kali, klien dapat
mengerti
Kriteria hasil :
Klien dapat
berpartisipasi
dalam proses
belajar
Klien dapat
mengidentifikasi
antara hubungan
dan gejala pada
proses Penyakit
dan hubungan
gejala dengan
faktor penyebab
Klien mau
memulai
perubahan pola
hidup yang
penting dan
berpartisipasi
1. Kaji pengetahuan klien
tentang Penyakit dan
pengobatannya,
identifikasi sumber
informasi yang diterima
klien
R/ : memberi informasi
pada klien dan prosedur
pengobatan dapat
memberi dasar
pengetahuan bagi klien
tentang panyakit yang
dideritanya.
2. Buat rancangan
pembelajaran yang
mencakup :
Jenis Penyakit dan
penyebabnya.
Upaya
penanggulangan
seperti pemberian
obat-obatan,
tindakan operasi
bila ada indikasi.
Prognosa dan
23
dalam tindakan
pengobatan.
prevalensi
Penyakit.
Kondisi-kondisi
yang dapat
menyebabkan hal
yang lebih buruk
dan kondisi yang
mempercepat
penyembuhan.
R/ : sebagai petunjuk
dalam proses terapi
penyakit dan
memudahkan dalam
pelaksanaannya. Serta
menghindari hal-hal
yang memperburuk
keadaan penyakit.
4. Laksanakan
pembelajaran bersama
dengan anggota
keluarga, perhatian
kondisi klien dan
lingkungannya.
R/ : pelaksanaan
pembelajaran bersama
anggota keluarga dapat
meningkatkan perawatan
pemulangan pasien di
rumah dan lingkungan
yang dapat
memperingan kondisi
penyakit.
24