askep glomerulonefritis dedy imut
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN GLOMERULONEFRITIS
OLEH:
I Wayan Dedy Surya Adi Tanaya
(0902105026)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2012
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa (Buku Ajar
Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002).
Glomerulonefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan yang
mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus.
(Brunner & Suddarth, 2001)
2. Epidemiologi
Pada Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan
lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan
antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 :1 dan jarang menyerang anak dibawah
usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan
adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit dalam 12 bulan. Pasien terbanyak
dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%),
Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding
2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
3. Etiologi
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus
golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. Pada insiden Glomerulonefrotik akut pasca
sindrom nefrotik Infeksi disebabkan oleh streptokokus β Hemolitikus grup A pada
tenggorokan (serotipe 12) & kulit (serotipe 49). Glomerulonefritis akut dapat juga
disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam tridion, penyakitb
amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
4. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan proliferasi sel, eksudasi eritrosit, lekosit
dan protein plasma dalam Kapsul Bowman. Gangguan pada glomerulus ginjal
dipertimbangkan sebagai suatu respon imunologi yang terjadi dengan adanya
perlawanan antibodi dengan mikroorganisme yaitu streptokokus grup A. Reaksi
antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang menimbulkan respon
peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen
pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus,
insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar
seperti protein dieskresikan dalam urine (proteinuria). Pada banyak pasien, antigen
diluar tubuh (mis. medikasi, serum asing) mengawali proses, menyebabkan
pengendapan kompleks di glomerulus. Pada pasien yang lain, jaringan ginjal sendiri
berlaku sebagai antigen penyerang. Electron mikroskopis dan analisis imunofluoresen
mekanisme imun membantu identifikasi asal lesi biopsy ginjal diperlukan untuk
membedakan berbagai jenis glomerulonefritis akut.
Gambar 1. Penyakit Glomerulus
5. Klasifikasi
1) Congenital (herediter)
Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif
familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus
anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan
gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok
ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan
pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita sindrom alport.
Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria
mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita
infeksi saluran nafas atas. Hilangnya pendengaran secara bilateral dari
sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru
tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
Sindrom Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala
proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi
beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada
hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis.
Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia,
hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom
nefrotik jenis lainnya.
2) Glomerulonefritis Primer
Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala
yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai
glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik
dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut
dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan
gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai
riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira
glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati IgA.
Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah
pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering
dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati
membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak
dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian berkisar
antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak dengan umur
kurang dari 1 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan
pada semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak
pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%
Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut,
sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering
dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi.
Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan
hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya
didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya
olahraga dan imunisasi.
3) Glomerulonefritis sekunder
Gloerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu
glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah
streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang
anak pada masa awal usia sekolah. Glomerulonefritis pasca streptococcus datang
dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab mata atau
sembab anasarka dan hipertensi.
6. Manifestasi Klinis
Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
Proteinuria (protein dalam urine)
Oliguria (keluaran urine berkurang)
Nyeri panggul
Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian menyebar ke
abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang mungkin tidak terlihat oleh
seorang yang tidak mengenal anak dengan baik).
Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi sekali pada hari
pertama.
Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan akan
kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika terdapat kerusakan
jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan
menjadi permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik.
Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, dan diare.
Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan kesadaran
menurun
7. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, temuan yang mungkin didapatkan:
1. Edema pada wajah
2. Hematuria
3. Asites
4. Lemas
Palpasi, temuan yang mungkin didapatkan:
1. Nyeri tekan
2. Distensi abdomen
3. Denyut nadi meningkat
4. Asites
5. Demam
Aukskultasi, temuan yang mungkin didapatkan:
1. Detak jantung meningkat
2. Frekuensi nafas cepat
Perkusi, temuan yang mungkin didapatkan:
1. Suara pekak pada thoraks
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pada laboratorium didapatkan:
- Hb menurun ( 8-11 )
- Ureum dan serum kreatinin meningkat.
( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam, wanita = 7,9-14,1
mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan Serum kreatinin : Laki-laki = 55-123
mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ).
- Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
- Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
- Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan infeksi
tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang mendahului hanya
mengenai kulit saja.
- Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin , Eritrosit , leukosit )
- Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)
9. Diagnosis/ Kriteria Diagnosis
Sindrom nefritik akut pada orang dewasa
Hematuria mikroskopik yang berat pada sindrom nefritik akut
Proteinuria berat pada sindrom nefritik akut
Oliguria berat atau anauria
Penurunan laju filtrasi glomerulus
Adanya penyakit sistemik
10. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Tirah baring
Diperlukan untuk anak dengan hipertensi dan edema dan terutama untuk mereka
dengan tanda ensefalopati dan kegagalan jantung. Tirah baring dianjurkan selama fase
akut sampai urin berwarna jernih dan kadar kreatinin dan tekanan darah kembali
normal. Lama tirah baring dapat ditentukan dengan mengkaji urin pasien. Kasus
ringan dengan tekanan darah normal dan sedikit edema dapat diberikan aktivitas
terbatas tetapi tidak boleh masuk sekolah karena aktivitas yang berlebihan dapat
meningkatkan proteinuria dan hematuria.
Cairan.
Masukan cairan biasanya dibatasi jika keluaran urin rendah. Pada beberapa unit
dibatasi antara 900 dan 1200 ml per hari. Separuh dari masukan cairan dapat berupa
susu dan separuh lainnya air. Sari buah asli harus dihindari karena mereka
mengandung kalium yang tinggi. Ini merupakan hal yang penting keluaran urinarius
kurang dari 200 sampai 300 ml per hari karena bahaya retensi kalium.
Diit
Jika terjadi diuresis dan hipertensi telah hilang, makanan seperti roti, buah-buahan,
kentang dan sayur-sayuran dapat diberikan. Garam dibatasi (1 g/hari) hingga
hipertensi dan edema menurun. Protein dibatasi (1 g/kgBB/hari) jika nitrogen urea
darah meningkat dan sementara hematuria ditemukan. Jika hematuria mikroskopik,
masukan protein dapat dimulai kembali atau ditingkatkan.
Pertimbangan harian sebagai indikasi peningkatan atau penurunan edema.
Pencatatan tekanan darah
Uji urine harian untuk darah dan protein (kualitatif dan kuantitatif)
Dukungan bagi orang tua. Ini termasuk pengenalan kecemasan mereka dan
mengurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang adekuat mengenai
kondisi dan kemajuan yang dialami anak. Orang tua menginginkan informasi
mengenai derajat keterlibatan ginjal dan gambaran masa depan. Bimbingan harus
diberikan mengenai penyembuhan tindak lanjut dan pencegahan infeksi streptokokus.
b. Medis
Pemberian penisilin pada fase akut (baik secara oral atau intramuskuler). Pemberian
antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptokokus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin
dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya
sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang
menetap. Secara teoritis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain,
tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa
untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan
gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kgBB secara intamuskuler. Bila terjadi diuresis 5-10 jam
kemudian, selanjutnya pemberian resepin peroral dengan dosis rumat 0,03
mg/kgBB/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi
efek toksis.
Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfusi tukar dan
sebagainya.
Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini
pemberian furosamid (lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/hari) dalam 5-10 menit
tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
11. Komplikasi
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagi akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum
kadang-kadang di perlukan.
Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini
disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan
kelainan di miokardium.
Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik
yang menurun.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
1) Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan atau penyakit yang lalu, berhubungan
dengan penyakit sekarang. Contoh: ISPA
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi; keluhan/gangguan yang berhubungan dengan
penyakit saat ini. Seperti; mendadak nyeri abdomen, Pinggang, edema.
- PENGKAJIAN FISIK
1. Aktivitas/istirahat
- Gejala: kelemahan/malaise
- Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
- Tanda: hipertensi, pucat,edema
3. Eliminasi
- Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
- Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
- Gejala: (edema), anoreksia, mual, muntah
- Tanda: penurunan keluaran urine
5. Pernafasan
- Gejala: nafas pendek
- Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan
kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
- Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
- Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
2) Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi: infeksi bakteri ditandai
dengan klien mengatakan nyeri tekan pada costo vertebral, , klien mengatakan
nyeri menjadi bertambah berat ketika klien bergerak, klien tampak meringis
2) Gangguan eleminasi urine berhubungan dengan gangguan filtrasi yang
ditandai dengan produksi urine pasien tidak normal
3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan pasien mengeluh bengkak pada kedua kaki, TD 160/110
mmHg.
4) Hipertermi berhubungan dengan penyakit (glomerulonefritis) ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh diatas normal, takikardi, kulit kemerahan dan teraba
hangat
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi (gatal)
ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (erosi, ekskeriasi), gangguan
permukaan kulit, kulit tampak kemerahan.
6) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan pasien
tampak gelisah.
7) PK: Hipertensi
3) Diagnosa Prioritas
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi: infeksi bakteri ditandai dengan
klien mengatakan nyeri tekan pada costo vertebral, , klien mengatakan nyeri menjadi
bertambah berat ketika klien bergerak, klien tampak meringis
2. Gangguan eleminasi urine berhubungan dengan gangguan filtrasi yang ditandai
dengan produksi urine pasien tidak normal
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan pasien mengeluh bengkak pada kedua kaki, TD 160/110 mmHg.
5) EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASINyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologi: infeksi bakteri ditandai
dengan klien mengatakan nyeri tekan
pada costo vertebral, , klien
Klien melaporkan adanya rasa nyeri yang
ringan (skala 5)
Klien tidak mengerang atau menangis terhadap
rasa sakitnya (skala 5)
mengatakan nyeri menjadi bertambah
berat ketika klien bergerak, klien
tampak meringis
Klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat
nyerinya (skala 5)
RR klien dalam batas normal (skala 5)
TD klien dalam batas normal (skala 5)
Nadi klien dalam batas normal (skala 5)
Gangguan eleminasi urine
berhubungan dengan gangguan filtrasi
yang ditandai dengan produksi urine
pasien tidak normal
Klien mampu mengeluarkan urine secara normal
Frekuensi berkemih klien kembali sesuai
kebiasaan klien
Klien dapat merasakan rangsangan untuk miksi
Terjadi pengosongan kandung kemih secara
total
Tidak ada retensi urin
Tidak ada partikel-partikel dan darah dalam urin
Jumlah urine yang dikeluarkan (1-2 lt/hari)
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi ditandai dengan
pasien mengeluh bengkak pada kedua
kaki, TD 160/110 mmHg.
Tekanan darah normal (120/80 mmHg)
Tercapai keseimbangan intake dan output cairan
Turgor kulit elastis
Tidak ada edema perifer
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan. Ed.8. Jakarta : EEC
Dochterman, Joanne McCloskey et al. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).
Missouri : Mosby
Mansjoer, Arif.dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri : Mosby
Nanda. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika