askep glaukoma
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GLAUKOMA
OLEH SUBHAN
Pengertian
Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan
papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
Patofisiologi
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran Aqueus humor
dimana secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata
belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor yang merupakan cairan
jernih berbahan gelatinosa jernih yang terletak diantara ruang antara lensa dan retina yang
mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work
dan kanal schlem. Tekanan intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg
tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga
dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan
kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini
menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa
terakhir pada temporal
Lebih jelasnya dapat dilihat di skema dibawah ini :
Produksi homur aqueus
Corpus Ciliaris
Bilik Mata Belakang
Pupil
Bilik Mata Depan
Sudut BMD
1
Trab. Schlem
Sistem Vena Sklera
Kornea
Aqueous Iris
Canal Of Schlemm Trabeculameshwork
Sclera Lensa
Ciliary body
Surgical drainage
opening Kornea
Aqueous Iris
Canal Of Schlemm Trabeculameshwork
Sclera Lensa
konjungtiva
Ciliary body
Gambar 1. Proses pengaliran aquaeos yang sebenarnya, aqueos mengalir melalui pupil
masuk keruang anterior dan meninggalkan mata melalui saluran schelemm, B. Pada
glaukoma, aliran aqueous yang normal tertahan, Tujuan pembedahan pada glaukoma
adalah membuat saluran baru yang memungkinkan aqueous dapat mengalir keluar mata
(dari Havener, WH : Sypnosis of Orphalmogy, ed. 5, St Louis 1979, The VC mosby Co)
Long (1996)
Glaukoma dibedakan menjadi ada beberapa macam yaitu:
1. Glaukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
2
Adalah sebagian besar glaukoma (90% - 95%), yang meliputi kedua belah mata,
disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka kejaringan
trabekuler. Sudut bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya
perubahan degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang
berdekatan. adanya hambatan aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung
secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion,
atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan biasanya
diketahui dengan adanya peningkatan IOP dan sudut ruang anterior normal seperti:
mata terasa berat, pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan
lapang pandang , membesarnya titik buta.
2. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau terjadinya penyempitan sudut
antara iris dan kornea, serangan intermiten, tekanan normal bila sudut terbuka,
kedaruratan mata akut
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga
iris terdorong kedepan, menempel kejaringan trabekuler dan menghambat humor
aquaeos mengalir kesaluran schelemm. Dimana terjadinya penyempitan sudut dan
perubahan iris ke anterior, mengakibatkan terjadi penekanan kornea dan menutup
sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata depan menjadi dangkal.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah:
nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo
disekitar cahaya, headache, mual, muntah, bradikardi, pengelihatan kabur dan
berkabut serta odema pada kornea. Bila terjadi penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil dan jika tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhdap
kelainan mata systemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
4. Glaukoma sekunder
Adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah,
trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup
tergantung pada penyebab
I. Pengkajian
3
1. Riwayat atau adanya faktor risiko:
Riwayat keluarga positif
Umur penderita >40 tahun
Riwayat penyakit mata: tumor mata, hemoragi intraokuler, uveitis
Riwayat operasi mata
Riwayat gangguan pengelihatan
Penggunaan obat-obatan: antihistamin, kortikosteroid
2. Pemeriksaan fisik
Melaporkan kehilangan pengelihatan perifer lambat
Kaji ketajaman penglihatan snelen chart bila tersedia
Awitan tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai sakit kepala, mual dan
muntah
Keluhan-keluhan sinar halo pelangi (bayangan disekitar mata), pengelihatan kabur
dan penurunan persepsi sinar.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering digunakan
adalah appalansi yang menggunakan lamp (celah lampu) dimana sebagian
kecildaerah kornea diratakan untuk mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur
tekanan, selain itu ada juga metode langsung yang kurang akurat yang lebih murah,
dan mudah adalah schiotz tonometer dengan cara tonometer ditempatkan lansung
diatas kornea yang sebelumnya mata terlebih dahulu dianastesi.
Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk
membedakan antara glaukoma sudut tertutut dengan glaukoma sudut terbuka
Oftalmoskopi digunakan untuk melihat gambaran bagain mata secara langsung
diskus optik dan struktur mata internal
Penatalaksanaan Medik
Tujuan farmakologik adalah untuk mempertahankan kontraksi pupil agar
pengaliran humor aqueous lebih baik dan produksi humor aqueous dapat dikurangi
Pemberian obat diharapkan haruslah sesuai dengan anjuran
Ada beberapa alternatif obat yang diberikan :
4
Pilocarpine
Adalah obat miotik yang dipilih dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka yang
biasanya diberikan dalam bentuk tetes mata atau dalam bentuk lain tetesan
membram (ocusert) yang biasanya diletakkan pada diatas // dibawah konjungtiva
diberikan pada malam hari agar efek miotik stabil pada pagi harinya dan efek
bertahan sampai seminggu, efek yang muncul biasanya seringkali menurunkan
penglihatan selama 1 -2 jam dan dapat menyebabkan spasme mata yang sering pada
orang-orang muda
Cont : pilocarpine, carbachol( carbecel) efek ialah merangsang reseptor kolinergik,
mengkontraksikan otot-otot iris untuk mengecilkan pupil da n menurukan tahanan
terhadap aliran humor aqueous juga mengkontraskan otot-otot ciliary untuk
meningkatkan akomodasi.
Kolonerasi inhibitor (miotik)
Physostigmine(eserine), Demecarium bromide(humorsol), isoflurophate(floropryt),
echothiopine iodide (phospoline iodede) yang mempunyai efek menghambat
penghancuran asetylchloholine yang berefek sebagai kolinergik tidak digunakan
pada glaukoma sudut tertutup(meningkatkan tahanan pupil)
Agent penghambat beta adrenergik /adrenigic beta bloker
dapat digunakan secara mandiri atau kombinasi dengan obat-obat lainseperti
Betaxolol mempunyai keuntungan sedikit efek samping pada pulmonal. Penekanan
pada lakrimal selama satu menit dapat mencegah efek sisitemik yang cepat
cont : timolol meleate (timoptic), betaxolol hydrochloride (betoptic), levobunol
hydraochloride (betagan) yang berefek memblok impuls-impuls adrenergik
(sympathetik) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa
menurunkan IOP, tidak jelas.
Agen osmotik
Yang biasanya diberikan pada keadaan yang akut yang berat dalam maksud
menurunkan IOP dengan menyerap cairan dari mata, bila osmotik oral tidakefektif
atau meyebabkan mual, manitol dapat diberikan secara intravenous
Contoh : glicerine, (glycerol, osmoglyn), mannitol (osmitrol), urea (ureaphil,
urevert) berefek meningkatkan osmolaritas plasma darah, meningkatkan aliran
aqueous humor keplasma
Cat” obat midriatik dan cycloplegik merupakan kontradiksi pada orang dengan
glaukoma karena dapat menyebabkan terbatasnya aliran humor aqueous humor.
Agen adrenergik
seperti efinephryl borate(eppy), epinephrine hydrochloride (glaucon, epifrin),
epinephrine bitartrate(epitrate,mucocoll), dipivefrin (propine) berefek menurunkan
5
produksi humor aqueous dan meningkatkan aliran aqueous jangan menggunakan
untuk glaukoma sudut tertutup
carbonik anhydrase inhibitor :
acetazolamide(diamox), ethoxzolamide(cardase), dichlorhenamide(daramide),
methazolamide (neptazane) berefek menghambat produksi humor aqueous
terapi pembedahan
terapi pembedahan dilakukan apabila cara konservatif gagal untuk mengatur
peningkatan IOP antara lain iridotomy/iredektomy dengan membuang sebagian
kecil iris dan membuka saluran antara ruang posterior dan anteriordan biasanya
kalau gagal dapat dilakukan trabeculectomy dengan membuat pembukaan antara
anterior dan rongga subkojungtiva
II. Diagnose Keperawatan
1. Penurunan sensori-persepsi visual s.d. kerusakan serabut syaraf oleh karena
peningkatan TIO
2. Nyeri s.d peningkatan TIO
3. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini s.d kurang
informasi tentang penyakit glaukoma.
4. Cemas s.d penurunan pengelihatan aktual.
5. Potensial injuri s.d penurunan lapang pandang
6. Ketidakmampuan dalam perawatan diri s.d.penurunan penglihatan
III. Rencana Keperawatan
Penurunan sensori pengelihatan s.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO
Ditandai:
Data subyektif:
Menyatakan pengelihatan kabur
Menyatakan adanya sambaran seperti kilat (halo)
Data obyektif:
Visus menurun
TIO meningkat
Kriteria Evaluasi
Klien dapat meneteskan obat dengan benar
6
Kooperatif dalam tindakan
Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji dan catat ketajaman pengelihatan
2. Kaji deskripsi fungsional apa yang
dapat dilihat/tidak.
Sesuaikan lingkungan dengan
kemampuan pengelihatan:
Orientasikan thd lingkungan.
Letakan alat-alat yang sering
dipakai dalam jangkuan
pengelihatan klien.
Berikan pencahayaan yang cukup.
Letakan alat-alat ditempat yang
tetap.
Berikan bahan-bahan bacaan
dengan tulisan yang besar.
Hindari pencahayaan yang
menyilaukan.
3. Gunakan jam yang ada bunyinya.
4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang
dapat diterima klien.
5. Anjurkan pada alternatif bentuk
rangsangan seperti radio. TV.
1. Menetukan kemampuan visual
2. Memberikan keakuratan thd
pengelihatan dan perawatan.
3. Meningkatkan self care dan
mengurangi ketergantung
4. Meningkatkan rangsangan pada waktu
kemampuan pengelihatan menurun.
Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurangnya pengetahuan.
Ditandai:
Data subyektif:
Menyatakan perasaan takut
Sering menanyakan tentang penyakitnya
Mengakui kurangnya pemahaman
7
Data obyektif:
Suara gemetar
Tampak gugup
Nadi meningkat
Berkeringat dingin
Kriteria evaluasi
Berkurangnya perasaan gugup
Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan
Posisi tubuh rileks.
INTERVENSI RASIONAL
1. Hati-hati menyampaikan hilangnya
pengelihatan secara permanen
2. Berikan kesempatan klien
mengekspresikan tentang kondisinya.
3. Pertahankan kondisi yang rileks.
4. Jelaskan tujuan setiap tindakan
5. Siapakn bel di tempat tidur dan
intruksikan klien memberikan tanda
bila mohon bantuan.
6. pertahankan kontrol nyeri yang efektif
1. Kalau klien belum siap, akan
menambah kecemasan.
2. Pengekspresikan perasaan membantu
klien mengidentifikasi sumber cemas.
3. Rileks dapat menurunkan cemas.
4. Dengan penjelasan akan memberikan
informasi yang jelas.
5. Dengan memberikan perhatian akan
menambah kepercayaan klien.
6. Nyeri adalah sumber stress
8
Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta :
EGC
(2000). Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8.
Jakarta : EGC
Danielle G dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Media.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI Jakarta.
Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta
9
ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN
Ny T DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN
(GLAUKOMA)
RUANGAN MATA RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
PENGKAJIAN DATA
Nama Mahasiswa : Subhan
NIM : 010030170 B
Tempat Praktek : Ruang Mata
Pengkajian diambil tanggal : 12 juli 2002
No Reg : 00181692
Jam : 08.00 Wib
I. Identitas Klien
Nama : Ny. Tasni
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Demak 138 Surabaya
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak berkerja
MRS : 12 juli 2001
Diagnosa : Glaukoma
Alasan dirawat di RS.
Keluhan sakit kepala dan cekot-cekot diatas alis mata dan didaerah sekitar mata kanan diikuti dengan penglihatan seperti melihat bayangan dan kabur 10 hari yang lalu.
Keluhan utama saat ini:
Mata kanan terasa nyeri dan cekot-cekot disertai sakit kepala yang berat sejak ± 4 hari yang lalu sebelumnya mata kanan terasa mulai nyeri (cekot-cekot) dan disertai penglihatan kabur yang sudah dirasakan selama 2 minggu yang lalu.
10
Sebelumnya : sudah dirasakan ± 2 tahun yang lalu dan mulai memberat sejak 2 minggu yang lalu.
II. Riwayat Keperawatan (Nursing History):
2.1 Riwayat Penyakit sebelumnya
klien sudah merasakan penglihatan mulai berkurang dan kabur sejak 2 tahun yang lalu dan menurut puskesmas setempat klien mengalami katarak, dan klien juga mengidap penyakit hipertensi.
2.2 Riwayat Penyakit sekarang :
Mata kanan terasa nyeri dan cekot-cekot disertai sakit kepala, keluhan yang dirasakan memberat sejak ± 4 hari yang lalu dimana sebelumnya klien merasa mata kanan terasa mulai nyeri (cekot-cekot) dan disertai penglihatan kabur yang sudah dirasakan selama 2 minggu yang lalu.
2.3 Riwayat Penyakit Keluarga :
Dalam keluarga klien tidak mempunyai penyakit seperti yang klien alami sekarang ini, dan salah satu orang klien mempunyai penyakit turunan hipertensi Klien mengatakan bahwa ia sering marah-marah dirumah Demikian juga dengan penyakit keturunan. Keluarga yang meninggal adalah kakek dan nenek karena usia tua.
GENOGRAM :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: klien yang sakit
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan
11
Rumah tempat Tinggal klien bersama anak dan cucu-cucunya dengan lingkungan
yang cukup bersih. Ada tempat pembuangan sampah. Tidak ada penumpukan
sampah disembarang tempat.walaupun rumah yang cukup sederhana
3.3.3 OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien cukup baik, kesadaran compos mentis, penampilan agak
lusuh, klien agak gelisah ditempat tidur dan tampak tegang
2. Tanda-tanda vital
Suhu 36,5 0 C/ axilla, nadi 60 X /menit teratur, tensi 110/80 mmHg lengan kiri
posisi berbaring, respirasi rate 20 X menit normal.
3. Body system
3.1 Pernapasan ( B 1 : Breathing )
Pola nafas klien dalam keadaan normal tidak ada hambatan dalam bernafas
baik secara anatomi pada saluran pernafasan Hidung dan trakea. Gerakkan
respiras simetrisKeluhan-keluhan seperti nyeri, cyanosis, reteraksi dada,
dyspnue, batuk darah, sputum, othopnoe, nafas dangkal,tracheostomi, dan
respirator tidak ada.
Suara nafas tambahan tidak ada, bentuk dada simetris kiri dan kanan.
3.2 Cardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Tidak ada nyeri dada, palpitasi tidak ada, tidak ada pusing,udema tidak
ada,. Irama jantung reguler dan nadi bradikardi 56 x/mnt. Suara jantung
tidak ada kelainan dimana suara abnormal tidak ditemukan seperti bunyi
dua-dua (gallop), suara gemuruh tiupan udara (mur-mur), suara katup letus
(senaps), ketukan pada waktu bersamaan dengan S1 dan S2 pada lokasi
anatomi.
3.3 Persyarafan ( B3 : Brain )
Composmentis,GCS : 15, Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6. Kepala dan
wajah tidak ada cedera, bentuk simetris
Pemeriksaan pada mata khusunya kelopak mata ptosis tidak ada, pada mata
kanan konjungtiva hiperemi adanya udem pada kornea, BMD dangkal, iris
12
dalam keadaan midriasis, pupil berbentuk lonjong, lensa keruh, reflek pupil
baik pada mata kanan terjadi gangguan persepsi sensorik penglihatan.
Leher : gangguan dan hambatan pada organ leher tidak ada kelainan
abnormal, pembesaran vena jugularis tidak ada, gerakkan leher baik.
Persepsi sensorik pendengaran baik kiri dan kanan tidak ada gangguan
pendengaran struktur eksternal dan internal telinga normal
Penciuman dalam keadaan normal dapat mencium bau-bauan yang ada.
Klien dapat melakukan pengecepan baik manis, pahit, dan asin.
Perabaan baik dingin, panas dan tekan baik. Fungsi penglihatan : mata
kanan kabur, terlihat seperti bayang-bayang hitam sakit. Tanda – tanda
radang (-), pemeriksaan mata terakhir tanggal 12 Juli 2002
Periksa keluhannya poli mata rawat jalan RSUD Dr. Soetomo mata
disurabaya dan kemudian klien dianjurkan rawat inaf untuk mendapat
perawatan lebih lanjut. TOD : 59,1 mmHg
3.4 Perkemihan-Eliminasi Uri ( B4 : Bladder )
Produksi urin kurang lebih 1500-1800 cc/24 jam.dengan produksi urin
500cc – 600 cc / 3 kali sehari Kadang jika banyak minum maka kencing
banyak,warna kuning tua dan bau normal. Tidak ada masalah dalam
perkemihan.
3.5 Pencernaan-Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Oral higiene baik,mulut bersih,tidak ada ulkus atau tumor,tenggorok
normal, abdomen tidak ada pembesaran hepar dan limpa, bunyi perkusi
timpani atau normal, bunyi peristaltik normal, BAB 1-2X/hari konsistensi
padat-lunak. Tidak ada masalah dengan BAB. Tidak menggunakan obat
pencahar.
3.6 Tulang-Otot-Integumen ( B6 : Bone )
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parese paralise dan
hemiparese. Extremitas atas dan bawah tidak ada kelainan. Tulang
belakang tidak ada cedera. Warna kulit sawo matang, akral hangat.Tidak
ada masalah pada warna kulit dan turgor baik.
3.7 Sistem Endokrin
Tidak mendapat atau menggunakan terapi hormon,goiter tidak ada,tidak
ada polidipsi, poliphagi dan poliuri. Tidak ada exopthalmus.
13
3.3.4 SOSIAL /INTERAKSI DAN PSIKOLOGI.
Hubungan klien dengan anak dan cucu-cucunya baik walaupun klien termasuk
orang yang pemarah. Hubungan dengan keluarga lain baik. Dukungan keluarga
aktif baik psikologis support dan finansial. Kontak mata saat interaksi kooperatif
Harapan klien cepat sembuh dan dioperasi karena tidak bisa melakukan aktifitas
seperti biasanya. Suasana hati cemas dan gelisah, perhatian terfokus pada
pelaksanaan operasi dan keadaan matanya. Hubungan/komunikasi: bicara jelas,
relevan, mampu mengekspresikan dan mengerti orang lain. Klien sangat
memikirkan pelaksanaan operasi dan keadaan matanya setelah operasi nanti
3.3.5 SPIRITUAL
Pasien beragama islam dan kegiatan ibadah yang dilakukan adalah sholat. Klien
sangat percaya akan pertolongan ALLAH dalam penyakit yang dihadapinya.
VII. Pengkajian fisik :
Kepala : bentuk simetris, keluhan kadang pusing bila dipaksa untuk melihat.
Mata:
Mata kanan Mata kiri
6/60 Visus 6/20
59,1 mmHg Tekanan okuli 17,3 mmHg
Spasme (-) Oedema(+) Palpebra Sapsme(-), Oedema(-)
hiperemi Konjunctiva
keruh Kornea Jernih
dangkal BMD Dalam
Reguler Iris Reguler
lonjong Pupil Bulat,
Keruh Lensa Jernih
Funduskopi .
Pengobatan :
Timolol 0,5 % 2dd SA I Op
Azetazolamide 4 X 250 mg
KZR 1X1
14
Analisa Data Tanggal Kelompok Data Kemungkinan
Penyebab Masalah Diagnosa
Keperawatan
15/07/02
15/07/02
15/07/02
DS : Klien mengeluh
mata kanan terasa cekot-cekot dan nyeri
DO : Klien tampak
sering memijit-mijit bagian diatas mata kanan
Klien tampak gelisah
VOD : 59,1 mmHg
DS: Kx.mengeluh mata
kanannya tidak bisa Melihat/kabur sejak 2 minggu yang lalu, yg tampak hanya bayangan hitam spt ombak saja.
DO: VOD 6/60 IOP
kanan 59,1 mmHg, lensa ke ruh
(+),makula reff ,tear belum ditemuk kan.DS: kx.terus menanya kan kapan pelaksanaan operasiny serta keadaan matanya.
DS : Klien mengeluh
apakah operasi yang dilakukan sakit atau tidak
DO: Kx.gelisah,selalu
Bertanya,tdk menuruti anjuran u/ bedrest total,berdebar-debar.
Peningkatan TOP mata kanan akibat Peningkatan aques Humor abnormal
Tertutupnya lensa oleh banyaknya cairan aquos humor diantara ruang kornea dan lensa..
Ancaman
kehilangan
penglihatan
Peningkatan aques Humor
abnormal
Peningkatan TOP mata
kanan akibat
penekanan pada sistem saraf
optik
terjadi iskemiak dan spasme
nyeri
Peningkatan aques Humor
abnormal
Peningkatan TOP mata
kanan akibat
absorbsi berlebihan oleh
lensa
lensa menjadi oedema
gangguan penglihataPerubahan
persepsi sensori melihat
Situasi kritis pre
operatif dan
lingkungan
yang baru
Kurang
pengetahuan
dan informasi
tentang operasi ,
orientasi
Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan Peningkatan TOP mata kanan
Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf senori dari retina
An Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
15
lingkungan
Mekanisme
koping kurang
adekuat
Perasaan cemas
dan takut
16
Rencana Keperawatan Pre operatif
N
ODIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Gangguan rasa
nyaman(nyeri)
berhubungan
dengan IOP
meningkat
Rasa nyaman
terpenuhi
nyeri hilang
atau
berkurang
1. IOP/TIO
menurun
2. Nyeri
berkurang/hila
ng
3. K/U tenang,
dapat santai
dan istirahat /
tidur dengan
baik
1. Kaji
tingkat nyeri
klien
2. Beri
kan posisi yang
enak yang
dirasaka klien
3. Aja
rkan tehnik
relaksasi dan
distraksi pada
klien
1. Melihat dan
mengevaluasi apa
saja tindakan yang
harus dilakukan
2. Dengan pemberian
posisi diharapkan
klien dapat istirahat
dengan baik
3. Melepaskan
tegangan emosional
dan otot dan
memberikan
perasaan kontrol dan
koping meningkat
dan mengalihkan
fokos dari rasa nyeri
4. meningkatkan respon
adaptif dari klien
1. mengkaji tingkat
nyeri klien
2. memberikan
posisi yang enak
yang dirasaka
klien
3. mengajarkan
tehnik relaksasi
dan distraksi pada
klien
4. memberikan
support dan
dukungan dan
15-7-2002
S : klien
mengatakan
cekot-cekot agak
berkurang
O : IOP 34,4
mmHg
Klien tampak agak
tenang
A : masalah teratasi
sebagian
I : teruskan rencana
E : klien masih
megeluh nyeri
17
2. Perubahan
persepsi sensori
melihat
berhubungan
dengan efek dari
peningkatan aqous
humor
Tidak terjadi
kehilangan
penglihatan
yang
berlanjut.
1. Klien
memahami
pentingnya
perawatan
yang
intensif/bedres
t total.
2. Klien mampu
menjelaskan
resiko yang
4. beri
kan support
dan dukungan
dan informasi
tentang
penyakitnya
5. kola
borasi dalam
pemberian obat
analgetik
danobat
penurun
aqueous humor
1. pastikan derajat
kehilangan
penglihatan
5. diharapan dengan
obat produksi
aqoeous humor
menurun dan
hambatan berkurang
serta IOP
1. Mempengaruhi
harapan masa depan
klien dan pilihan
intervensi yang tepat
2. Menambah lampang
pandang
informasi tentang
penyakitnya
5. berkolaborasi
dalam pemberian
obat analgetik
danobat penurun
aqueous humor
1. mengkaji tingkat
penglihatan
2. Memberikan
penjelasan tujuan
bed rest total.
S: Klien mengeluh
mata kanannya
masih kabur.
O:VOD 1/300 TOD17,3
mmHg.A: Masalah klien
belum teratasi.
P: Rencana
tindakan
diteruskan.
I:Melaksanakan
18
akan terjadi
sehubungan
dengan
penyakitnya.
2. Anjurkan klien
untuk menengok
kepala
kesamping
kesetiap sisi
3. lakukan
tindakan untuk
membantu klien
dalam
menangani.keter
batasan
penglihatan
4. Jaga kebersihan
mata.
5. Berikan obat
tetes mata.
Timolol maleat,
3. Menurunkan bahaya
keamanan
sehubungan
kurangnya
penglihatan.
4. Mencegah bertambah
hilangnya
penglihatan lebih
lanjut.
5. Menurunkan
pembentukan aqous
humor tanpa
mengubah ukuran
pupil.dan
menurunkan laju
produksi aquos
3. melakukan
tindakan untuk
membantu klien
dalam
menangani.keterbat
asan penglihatan
4. Menjaga
kebersihan mata,
ditutup dengan
kassa, tidak boleh
menggosok mata.
5. Memberikan obat
tetes mata Timolol
maleat &
azetazolamid
(diamox)
tindakan yang
telah ada.
E: Mata kanan klien
masih kabur
VOD: 1/300
persiapan
operasi.
19
3. Ansietas yang
berhubungan
dengan ancaman
kehilangan
penglihatan.
Kecemasan
ber kurang.
- Klien mampu
menggambarkan
ansietas dan pola
kopingnya.
- Klien mengerti
tentang tujuan
perawatan yang
diberikan/dilak
ukan.
- Klien
memahami
tujuan operasi,
azetazolamid
(diamox)
1. Kaji tingkat
ansietas : ringan,
sedang, berat,
pa-nik.
2. Berikan
humor
6. Diharapkan dengan
pemberian obat-obat
an kondisi
penglihatan dapat
dipertahan
7. kan/dicegah agar
tidak bertambah
parah.
1. Untuk
mengetahui sampai
sejauh mana tingkat
kecemasan klien
sehingga memu-
dahkan penanganan/
2. pemberian
askep se-lanjutnya.
3. Agar klien
tidak terla- lu
1. Mengkaji tingkat
ansietas : ringan,
sedang, berat,
panik, sesuai respon
yang diberikan
klien.
2. Memberikan
kenyamanan dan
ketentraman hati.
3. Memberikan
penjelasan
mengenai
15-7-2002
S: Klien
menanyakan
rencana
operasinya.
O: Klien terus
bertanya tentang
rencana
operasinya.
A: Masalah klien
belum teratasi.
P: Rencana
20
pelaksanaan
operasi, pasca
operasi, progno
sisnya (bila di
lakukan
operasi)
kenyamanan dan
ketentraman hati.
3. Berikan
penjelasan
menge-nai
prosedur
perawatan,
perjalanan
penyakit & prog
nosisnya.
4.Berikan/
tempatkanalat
pe- manggil
yang mudah
dijakau oleh
klien.
5. Gali intervensi
yang dapat
menurunkan
ansietas.
memikirkan penya-
kitnya.
4. Agar klien
mengetahui/memaha
mi bahwa ia benar
sakit dan perlu
dirawat
5. Agar klien
merasa aman dan
terlindungi saat
memerlukan bantuan.
6. Untuk
mengetahui cara
prosedur
perawatan,
perjalanan
penyakit &
prognosis nya.
4.Memberikan/
tempatkan alat
pemanggil yang
mudah dijangkau
oleh klien.
5. Menggali
intervensi yang
dapat menurunkan
ansietas.
Menanyakan hobi/
kegemaran klien.
6. Memberikan
aktivitas yang dapat
menu runkan
tindakan
diteruskan.
I:Melaksanakan
tindakan yang
telah ada.
E: Kecemasan
klien
berkurang.
21
6. Berikan
aktivitas yang
dapat
menurunkan
kecemas an/
ketegangan.
mana yang efektif
untuk
menurunkan
/mengurangi
ansietas.
7. Agar klien
dengan senang hati
melakukan aktivitas
karena sesuai dengan
keinginannya dan
tidak bertentangan
dengan program
perawatan.
kecemasan/
ketegangan.
Mendengarkan
musik/radio.
22
Rencana keperawatan Post Operasi
DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
Perubahan rasa nyaman (nyeri) ber-hubungan dengan dampak pembedahan
Tujuan :Nyeri berkurangKriteria ;- Lokasi nyeri mi-nimal
(skala 0-4)-Tidak menyeringai
/mengeluh nyeri-Nadi 100 kali/mnt, RR
24 kali/menit
a. Klarifikasikan dengan klien dan keluarganya tentang rasa nyerinya
b. Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya pada klien dan keluarganya.
c. Membantu klien dalam mengurangi rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi, meditasi, nafas dalam)
d. Kolaboratif medis dalam memberikan terapi analgetik
a. Validasi data untuk tindakan lanjut.
b. Nyeri fisiologis paska operatif yang dimengerti akan mendorong apartisipasi keluarganya dalam menangani nyerinya. :- mengatur posisi kepala Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.
a. Menanyakan kembali pada klien tentang nyeri yang dirasakan (mengungkapkan tempat nye-ri/keluahan)
b. Memberikan informasi bahwa sakit itu hal wajar pada post operasi, karena banyak jaringan yang rusak dan dipotong, sehingga yang perlu dilakukan :- pada posisi mata yang sehat.- Meminunmkan obat bila sudah sadar
betul Ponstan syr. 3 x 1 cth- Bisa memberikan hiburan pada anaknya.- Latihan nafas dalam- Mengurangi ketetegangan
c. Mengobservasi kondisi luka (perdarahan, odema dan drainase)
DS : klien mengeluh nyeri pada mata kanannyaDO : klien tampak cemberut, gelisahVOD : 1/60 : TOD :7/5,5
23
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL/DX CATATAN PERKEMBANGAN PELAKSANA
selasa
16 juli
2002
Rabu
17 juli
2002
Kamis,
18 juli
2002
jam
11.00
Jum’at
19 juli
2002
DS : Klien mengeluh mata kanan terasa cekot-cekot dan
nyeri agak berkurangDO :
Klien tampak kurang sering memijit-mijit bagian diatas mata kanan
Klien agak mulai tenang VOD : 34,4 mmHg
A : masalah teratasi sebagian P : rencana dipertahankan
DS: Kx.mengatakan masih kabur melihat dalam jarak 1
meter uji penglihatan mata kanannya DO: VOD 1/300 IOP kanan 59,1 mmHg, lensa keruhA : masalah teratasi sebagianP : teruskan rencana
DS : Klien mengeluh mata kanan cekot-cekot mulai
berkurang dan nyeri agak berkurangDO :
Klien tampak kurang sering memijit-mijit bagian diatas mata kanan
Klien agak mulai tenang VOD : 34,4 mmHg
A : masalah teratasi sebagian P : rencana dipertahankan
DS: Kx.mengatakan masih kabur melihat dalam jarak 1
meter uji penglihatan mata kanannya DO: VOD 1/300 IOP kanan 59,1 mmHg, lensa keruhA : masalah teratasi sebagianP : teruskan rencana
DS : Klien mengatakan apakah operasi yang dilakukan
sakit atau tidakDO:
Klien tampak sering bertanya , klien tampak diam
berfikir sendiri. Dan klien tampak mengangguk-
aguk
A : Masalah teratasi
24
P : rencana dipertahankan
Ds : Klien mengeluh sakit/nyeri setelah dilakukan operasi
Do : klien tampak cemberut, gelisah dan sering
mengatakan sakit
A : gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
efek tindakan invasif insisi bedah pada mata kanan
P : teruskan rencana
Implementasi :
1. Menanyakan kembali pada klien tentang nyeri yang dirasakan (mengungkapkan tempat nye-ri/keluahan)
2. Memberikan informasi bahwa sakit itu hal wajar pada post operasi, karena banyak jaringan yang rusak dan dipotong, sehingga yang perlu dilakukan :
a. pada posisi mata yang sehat.b. Meminunmkan obat bila sudah sadar betul Ponstan
syr. 3 x 1 cthc. Bisa memberikan hiburan pada anaknya.d. Latihan nafas dalame. Mengurangi ketetegangan3. Mengobservasi kondisi luka (perdarahan, odema dan
drainase)
25