askep dengan stroke
DESCRIPTION
Asuhan keperawatan dengan penyakit StrokeTRANSCRIPT
BAB 1
LANDASAN TEORI
I. Definisi
Stroke/CVD (Cerebro Vaskuler Disease) merupakan gangguan suplai oksigen ke sel-
sel syaraf yang dapat disebabkan oleh pecahnya atau lebih pembuluh darah yang
memperdarai otak dengan tiba-tiba. (Brunner dan Sudart, 2002)
Stroke merupakan cedera otak yang berkaitan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat
menjadi akibat pembentukan trombus ke otak/di suatu arteri serebrum, akibat embolus
yang mengalir ke otak dari tempat lain ke tubuh atau akibat perdarahan otak. (Corwin,
2001)
Sroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani
secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin, 2008)
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa stroke adalah merupakan
gangguan suplai darah ke otak yang menyebabkan adanya kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak. Stroke dapat menjadi akibat pembentukan trombus ke otak/di suatu
arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain ke tubuh atau
akibat perdarahan otak.
II. Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga dan penyebab kecacatan pada
orang dewasa di Amerika Serikat. Insidensi dan prevalensi stroke yang tinggi memiliki
dampak yang besar pada masyarakat. Setelah awal masa rawat inap dan rehabilitas stroke,
80% dari penderita stroke yang bertahan hidup kembali ke kembali ke komunitas. Hal ini
bergantung pada emosi anggota keluarga, informasi dan bantuan peralatan untuk hidup
sehari‐hari. Pasien yang terkena stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami
serangan stroke ulang. Serangan stroke ulang berkisar antara 30%‐43% dalam waktu 5
tahun. Setelah serangan otak sepintas, 20% pasien mengalami stroke dalam waktu 90 hari,
dan 50% diantaranya mengalami serangan stroke ulang dalam waktu 24‐72 jam. Tekanan
1
darah yang tinggi (tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg) akan meningkatkan risiko terjadinya stroke ulang. Hipertensi merupakan masalah
yang umum dijumpai pada pasien stroke, dan menetap setelah serangan stroke. Penelitian
Lamassa, dkk, pada 4462 pasien stroke memperlihatkan bahwa hipertensi dijumpai pada
48,6% kasus. Angka kematian akibat stroke berkisar antara 20% sampai dengan 30%. Hal
ini berarti ada potensi subyek sebesar 70%‐80% untuk tindakan prevensi sekunder.
Pengendalian tekanan darah harus dilakukan untuk pencegahan stroke sekunder. Tekanan
darah target adalah dibawah 140 mmHg untuk tekanan darah sistolik, dan dibawah 85
mmHg untuk tekanan darah diastolic. Data hasil penelitian epidemiologi memperlihatkan
bahwa hipertensi dijumpai pada 50%‐70% pasien stroke, angka fatalitas berkisar antara
20%‐30% di banyak negara. Kematian akan jauh meningkat (peningkatan sebesar 47%)
pada serangan stroke ulang .
Angka kejadian stroke meningkat secara dramatis seiring usia. Setiap penambahan
usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Sekitar lima
persen orang berusia di atas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali stroke.
Berdasarkan data, prevalensi hipertensi sebagai faktor risiko utama yang tidak terkendali
di Indonesia adalah sekitar 95 %, maka para ahli epidemiologi meramalkan bahwa saat ini
dan masa yang akan datang sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berumur diatas 35
tahun mempunyai potensi terkena serangan stroke.( Daryadi, 2011)
III.Anatomi dan Fisiologi organ terkait
a. Bagian-bagian Otak
Otak merupakan organ yang paling mengaggumkan dari seluruh organ, kita
mengetahui bahwa seluruh angan-angan dan keinginan dan nafsu perencanaaan dan
memeori merupakan hasil dari aktivitas otak. Otak bersisi 10 miliar neuron yang
nenjadi komplek secara kesatuan fungsional. Otak lebih komplek dari pada batang
otak manusia kira – kira merupakan 2 % dari berat badan orang dewasa, otak
menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% dari curah jantung,
memerlukan 205 pemakaian oksigen tubuh, dan sekita 400 kilo kalori energi setiap
hari.
Menurut mutaqin (2008) pada dasarnya otak mempunyai beberapa bagian, yaitu:
1. Serebrum
2
Serebrum merupakan merupakan bagian otak yang paling besar dan menonjol di
sini terletak pusat – pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensori dan
motorik, juga mengatur proses penalaran, memori dan intelgensi. Hemisfer serebri
kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer sebelah kiri mengatur
bagian tubuh sebelah kanan konsep fungsional ini di sebut pengendalian
kontralateral.
2. Kortek serebri
Kortek serebri atau mantel abu-abu (gray metter) dari serebrum mempunyai
banyak lipatan yang di sebut giri ( tunggal girus). Susunan seperti ini
memunkinkan permukaan otak menjadi luas ( di perkirakan seluas 2200 cm2) yang
terkandung dalam rongga tengkorak yang sempit. Kortek serebri adalah bagian
otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk mengindra lingkungan.
Korteks serebri menentukan prilaku yang bertujuan dan beralasan.
3. Lobus frontal
Lobus frontal mencakup bagian dari korteks serebrum bagian depan yaitu dari
sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan di dasar lateralis bagian ini memiliki
area motorik dan pramotorik. Area broca terletak di lobus frontalis dan
mengontraol aktivitas bicara. Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi
dari seluruh bagian otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi
pikiran rencana dan prilaku. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk prilaku
bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus
frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang di hasilkan oleh
system limbic dan refleks vegetatife dari batang otak.
4. Lobus parietalis
Merupakan lobus sensori yang berfungsi menginterprestasikan sensasi rangsangan
yang datang atau mengatur individu mampu mengetahui posisi letak dan bagian
tubuh. Untuk sensasi raba dan pendengaran. Lobus parietalis menyampaikan
informasi ke banyak daerah lain di otak, termasuk area asosiasi motorik dan visual
di sebelahnya.
5. Lobus oksipitalis
Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura
parieto-oksipitalis, yang memisahkan dari serebrum, lobus ini pusat asosiasi visual
utama. Lobus ini menerima informasi dari retina mata. Menginterprestasikan
3
pengelihatan membedakan warna dan sekaligus kordinasi gerakan dan
keseimbangan.
6. Lobus temporalis
Memiliki fungsi menginterprestasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran,
interprestasi bahasa dan penyimpanan memori.
7. Serebelum
Ada dua fungsi utam serebelum, yaitu :
a) Mengatur otot - otot postural tubuh
b) Melakukan program akan gerakan - gerakan pada keadaan sadar maupun bawah
sadar.
Serebelum mengkordinasi penyesuaian secara tepat dan otomatis dengan
menjaga keseimbangan tubuh. Serebelum merupakan pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta menguabh tonus otot dan
kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
8. Batang otak
Bagian-bagian batang otak dari atas sampai bawah yaitu pons dan medulla
oblongata. Di seluluh batang otak terdapat jeras-jeras yang berjalan naik turun.
batang otak merupakan pusat relasi dan refleks dari SSP.
9. Medulla oblongata
Medulla oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung
vasikonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan
muntah. Semua jeras asendens dan desendens medulla spinalis terlihat di sini. Pada
permukaan anterior terdapat pembesaran yang di sebut pyramid yang terutama
mengandung serabut motorik volunteer.di bagian posterior medulla oblongata
terdapat pula dua pembesaran yang di sebut fesikuli dari jeras asendens kolumna
dorsalis, yaitu fesikuli grasilis dan fesikulus kutaenus, jeras -jeras ini mrngantarkan
tekanan, proprioseptif otot-otot sadar, sensai getar dan diskriminasi dua titik.
(Muttaqin. A, 2008)
4
IV. Etiologi
Menurtut Mansjoer, Arif (2000) penyebab terjadinya stroke antara lain :
a. Infark otak (80%)
1) Emboli
- Emboli kardiogenik : Fibrilasi atrium atau aritmia, Trombus mural ventrikel
kiri, Penyakit katub miral atau aorta, dan endokarditis
- Emboli paradoksal (infeksi atau non infeksi)
- Emboli arkus aorta.
2) Aterotrombosik (Penyakit pembuluh darah sedang-besar)
- Penyakit ekstrakranial : arteri karotis interna, arteri vertebralis.
- Penyakit intracranial : arteri karotis interna, arteri serebri media, arteri
basilaris, dan alkuner (Oklusi arteri perforan kecil)
b. Pendarahan intraserebral
1) Hipertensi
2) Malforasi arteri-vena
3) Angiopati amiloid
c. Pendarahan Subaraknoid
d. Penyebab lain :
1) Trombosis sinus dura
2) Kondisi Hiperkoagulasi
3) Penyalagunaan obat (Kokain atau amfetamin)
4) Kelainan hematologis
V. Manifestasi klinis
Menurut Muttaqin. A (2008) tanda dan gejala stroke adalah sebagai berikut:
a. Bila muncul kehilangan rasa atau lemah pada muka, bahu atau kaki terutama terjadi
pada separuh badan.
b. Merasa bingung, sulit bicara, atau sulit menangkap pengertian.
c. Sulit melihat sebelah mata/dengan sebelah mata ataupun kedua mata.
d. Tiba-tiba sulit berjalan, pusing dan kehilanga keseimbangan atau koordinasi.
e. Sakit kepala yang amat sangat tanpa diketahui penyebab yang jelas.
5
VI. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau
semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam
hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang
diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi
kolateral yang memadai di daerah tersebut. Proses patologik yang paling mendasari
mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa: keadaan penyakit pada pembuluh darah itu
sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan
terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya
syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi
pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan
Wilson, 2006)
VII. Pemeriksaan penunjang
Agiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik.
Ex: Perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.
a. CT Scan: Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
b. Fungsi Lumbal: Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombus
emboli serebral dan TIA.
c. MRI: Menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragik, malfarmasi
arteriovena (MAV).
d. Ultrasonogravi doppler: Mengidentivikasi penyakit arteriovena.
e. EEG: Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
f. Sinar X tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang meluas.
VIII. Komplikasi
Akibat stroke di tentukan oleh bagian otak mana yang cerdera, tetapi perubahan-
perubahan yang terjadi setelah stroke, baik yang mempengaruhi bagian kanan atau kiri
otak pada umumnya adalah sebgai berikut :
6
a. Lumpuh
Kelumpuhan sebelah bagian tubuh ( hemiplegia ) adalah cacat yang paling umum
akibat stroke. Bila stroke menyerang bagian kiri otak, terjadi hemiplegia kanan.
Kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga kaki sebelah kanan termasuk
tenggorokan dan lidah. Bila dampaknya lebih ringan, biasanya yang terkena di
rasakan tidak bertenaga ( hemiparesis kanan ). Bila yang terserang bagian kanan
otak, yang terjadi adalah hemiplegia kiri dan yang lebih ringan di sebut
Hemiparesis Kiri. Bagaimana pun, pasien stroke hemiplegia atau hemiparesis akan
mengalami kesulitan melaksanakan kegitan sehari- hari seperti berjalan,
berpakaian, dsb.. Ada juga pasien yang mengalami kesulitan untuk melakukan
makan dan menelan di sebut Disafagia Karena bagian otak yang menegndalikan
otot oto yang telah rusak dan tidak berfungsi.
b. Perubahan Mental
Stroke tidak selalu membuat mental penderita menjadi merosot dan beberapa
perubahan biasanya bersifat sementara. Setelah stroke memang dapat terjadi
gangguan pada daya pikir , kesadaran, kosentrasi, kemampuan belajar dan fungsi
intelektualnya lainnya. Semua hal tersebut dengan sendirinya mempengaruhi
penderita. Marah, sedih sering kali menurunkan semanagt hidupnyasehingga
muncul dampak emosional yang lebih berbahaya. Ini terutama juga di sebabkan
kini penderita kehilangan kemampuan tertentu yang sebelumya fasih di
lakukannnya misalnya :
- Agnosia adalah kehilanagn kemampuan untuk menegnali orang atau benda.
- Anosonia adalah tidak mengenali bagian tubuhnya sendiri.
- Apraksia adalah tidak mampu melakukan suatu gerakan atau menyusun
kalimat yang di inginkannya. Bahkan kehilangan kemampuan untuk
melaksanakan langkah-langkah pemikiran dalam urutan yang benar.
- Distosi Spasial adalah tidak mampu mengukur jarak atau ruang yang ingin
di jangkaunya.
c. angguan Komunikasi
Paling tidak 1/4 dari semua pasien stroke mengalami gangguan komunikasi, yang
berhubungan dengan mendengar, berbicara, membaca dan bahkan isyarat dengan
gerak tangan. Ketidak berdayaan ini membingungkan orang yang merawatnya.
7
d. Disartia adalah melemahnya otot otot muka, lidah, dan tenggorokan yang
membuat sulit bicara, walaupun penderita memahami bahasa verbal maupun
tulisan.
e. Afasia adalah ada beberapa jenis Afasia. Afasia Ekspresif adalah kesulitan
menyapaikan pikiran melalui kata kata maupun tulisa. Afasia Global adalah yang
di sebabkan kerusakan di beberapa bagian terkait dengan fungsi bahasa.
f. Gangguan Emosional
Oleh karena umumnyapasien stroke tidak mampunmendiri sendiri, sebagian besar
mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Penderita mudah merasa takut,
gelisah, marah dan sedih. Penderitaan yang sangat umum pada pasien adalah
depresi .
g. Kehilangan indera perasa
Pasien strike mungkin kehilangan kemampuan indera yaitu rangsang sentuh atau
jarak. Cacat sensori dapat mengganggu kemapmpuan pasien mengenal benda yang
di pegangnya. (Anonim,2011)
IX. Penatalaksanaan medis
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respons
pernafasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
Penatalaksanaan Medis:
a. Stroke embolik dapat di terapi dengan antikoagulasi.
b. Stroke hemoragik di obati dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan
pencegahan kekambuhan, mungkin diperlukan tindakan bedah.
c. Semua stroke di terapi dengan tirah barih dan penurunan rangsang eksternal untuk
mengurangi kebutuhan oksigen serebrum. Dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan tekanan dan edema intrakranium. (Daryadi. 2011)
8
X. Pathway
9
XI. Dumentasi askep secara teoritis
A. Pengkajian
Nama Perwat
Tanggal pengkajian
Jam Pengkajian
1. Biodata :
Pasien :
Nama :
Usia :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Diagnosa Medis :
Waktu/Tanggal Masuk RS :
Penanggung Jawab :
Nama :
Usia :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Hubungan dengan kalien :
2. Keluhan Utama :
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat penyakit sekarang :
b. Riwayat penyakit Dahulu :
c. Riwayat penyakit keluarga :
4. Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
10
a. Aktivitas dan Latihan
b. Tidur dan Istirahat
c. Kenyamanan dan Nyeri
d. Nutrisi
e. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
f. Oksigenasi
g. Eliminasi Fekal/Bowel
h. Eliminasi Urin
i. Sensori, Persepsi dan Kognitif
5. Pemeriksaan Fisik Heat To Toe
B. Masalah Keperawatan dan Intervensinya
11
BAB II
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA KASUS
Pengkajian Keperawatan
Nama Perwata : Kelompok 1
Tanggal Pengkajian : 29 November 2012
Jam Pengkajian : 12.00 WIB
1. Biodata
Pasien :
Nama : Tn K
Usia : 80 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Pakintelan RT 01/RW 03 Gunung Pati Ungaran
Diagnosa Medis : Asma
Waktu/Tanggal Masuk RS : 12:00 / 13 November 2012
No RM : 179123
Penanggung Jawab :
Nama :Ny S
Usia : 43 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Pakintelan RT 01/RW 03 Gunung Pati Ungaran
Hubungan dengan kalien : Anak
2. Keluhan Utama :
Klien mengatakan Tn K tiba-tiba jatuh dan tidak sadar, dan tangan dan kaki
sebelah kanan lemah.
12
3. Riwayat Kesehatan :
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Stroke + Hemiparese
2) Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluarga mengatakan Tn K pernah menngalami : Hipertensi sejak setegah tahun yang
lalu.
3) Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga Tn A mengatakan salah satu keluarganya ada yang mempunyai penyakit
Hipertensi dan Stroke
GENOGRAM
Keterangan:
: Tinggal 1 rumah
4. Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
A. Aktivitas dan latihan
1) Pekerjaan : Petani
2) Olah raga rutin : tidak pernah
13
Tn K
: Laki-laki : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Perempuan meninggal
: penderita
3) Alat Bantu : tidak ada
4) Terapi : Infus RL 20 tpm
5) Kemampuan melakukan ROM : fasif
6) Kemampuan ambulasi dan ADL : Semua aktivitas dibantu keluarga.
B. Tidur dan istirahat
1) Lama tidur : keluarga mengatan Tn K tidur 5-6 jam/hari
2) Tidur siang : Ya, 1-2 jam/hari
3) Kesulitan tidur di RS : Keluarga mengatakan Tn K sering terbangun karena
kondisi pasien sekarang.
C. Kenyamanan dan nyeri
Keluarga mengatakan tidak ada nyeri yang dirasakan oleh pasien.
D. Nutrisi
Pada Tn K telah terpasang NGT.
1) Frekuensi makan : Keluarga mengatakan kalien makan 4 jam sekali
2) Jenis makanan : Susu
3) Makanan yang disukai : Keluarga mengatakan kalien tidak ada yg di
makanan yg disukai pasien semunaya sama.
4) Makanan pantang : Keluarga mengatakan kalien memiliki makanan
pantang yaitu daging kambing.
Nafsu makan : Baik
Masalah pencernaan : Tidak ada
5) Riwayat operasi / trauma gastrointestinal : tidak ada
6) Diit RS : Susu 6x/hari dengan pemberian 4 jam selakali
7) Kebutuhan Pemenuhan ADL makan: Dibantu keluarga.
E. Cairan, elektrolit dan asam basa
1) Frekuensi minum : 6-8 x/hari, 2500 cc
2) Jenis minuman : Susu dan Air putih
3) Turgor kulit : Kering
4) Support IV Line : Ya, jenis: RL dosis: 20 tpm
14
F. Oksigenasi
1) Sesak nafas : Keluarga pasien mengatakan pasien susah bernafas nafas
2) Batuk : Keluarga mengatakan kalien tidak batuk
3) Sputum : ada sedikit, warna putih kekuningan. Fiskositas: sedang
4) Nyeri dada : Keluarga mengatakan kalien tidak ada nyeri dada
5) Riwayat penyakit : keluarga mengatakan kalien Hipertensi
6) Riwayat merokok : Pasif
7) Saturasi O2 : 98 %
8) Jenis alat bantu pernafasan : Klien menggunakan alat bantu pernafasan yaitu
kanul nasal, Ekspirasi memanjang.
G. Eliminasi fekal/bowel
1) Frekuensi :1-2 x/hari
2) Waktu : Pagi dan siang hari
3) Warna : kuning
4) Konsistensi : Lembek
5) Bau : Khas
6) Ggn. Eliminasi bowel : Tidak ada
7) Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Dibantu keluarga
H. Eliminasi urin
1) Frekuensi : 2000 cc/24 jam
2) Warna : kuning jernih, tidak ada hematuria
3) Jumlah : 2000 ml/hr
4) Ggn. Eliminasi bladder: Tidak ada
5) Penggunaan kateter : ada
6) Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Dengan bantuan
7) Keluhan : tidak ada nokturia, retensi urine, ataupun inkontinensia
urine
I. Sensori, persepsi dan kognitif
1) Ggn. Penglihatan : Tidak ada
2) Ggn. Pendengaran : Tidak ada
3) Ggn. Penciuman : Tidak ada
15
4) Ggn. Sensasi taktil : Tidak ada
5) Ggn. Pengecapan : Tidak ada
Saat diwawancara, klien kesulitan untuk berbicara.
J. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan Umum :
Kesadaran : Samnolen
GCS : M=6 V=1 E=4
Vital Sign: TD :170/110 mmHg
Nadi : Frekuensi : 82 x/mnt, reguler dan teraba kuat
Respirasi : Frekuensi :20 x/mnt, reguler
Suhu : 36,5.oC
2) Kepala : Mesosephal
Kulit : tampak kering bersisik, dan kotor, tidak ada lesi, tidak
ada hematom
Rambut : Normal, beruban, tidak rontok, terasa kasar
Muka : tampak pucat, tidak ada bells palsy, tidak ada hematom
Mata : bentuk : Simetris terhadap wajah
konjungtiva : anemis
Sclera : Ikterik
Pupil : Isokor
Palpebra : Normal, tidak hordeolum, tidak ada oedema
Lensa : keruh
Visus : Tidak terkaji
Hidung : Normal, tidak ada septum, tidak ada defiasi, tidak ada polip,
tidak ada epistaksis, tidak ada gangguan penciuman
Mulut : Gigi tidak normal (gigi ompong), ada caries dentis, tidak ada
gigi palsu.
Bibir : tampak kering, tida ada stomatitis, tidak sianosis
Telinga : Simetris, bersih, gangguan pendengaran tidak ada
16
3) Leher : Normal, tidak ada Pembesaran thyroid, tidak ada Pelebaran
JVP, tidak ada kaku kuduk, tidak ada Hematom, tidak ada Lesi
Tenggorokan : Tidak ada nyeri telan, tidak ada Hiperemis, tidak ada
Pembesaran tonsil
4) Dada : Bentuk : Normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada Barrel chest, tidak
ada Funnel chest, tidak Pigeon chest
Pulmo : Inspeksi : pergerakan simetris, frekuensi nafas 2x/mnt
Palpasi : Fremitus taktil ka/ki :melemah ka/ki
Perkusi : ka/ki :Sonor ka/ki
Auskultasi : trakea: trakovesikuler
Bronkus: ada suara wheezing ka/ki
Bronkiulus: terdengar suara ronki basah di paru kiri.
Lobus-lobus paru inferior: vesikuler ka/ki
Cor : Inspeksi :Ictus cordis nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di midklavikula intercosta 5
Perkusi : Batas jantung. `Batas atas : ICS 2 sinistra
Batas kiri : ICS 2-4 mid axila sinistra
Batas kanan : ICS 2-5 paresternal sinistra
Batas bawah : ICS 5
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI):+
Bunyi jantung II (SII) :+
Bunyi jantung III (SIII): Tidak ada
Murmur :Tidak ada
5) Abdomen :
Inspeksi : Normal, tidak ada ascites
Auskultasi : Peristaltik : 13 x/mnt
Palpasi : Normal, tidak ada hepatomegali, tidak ada splenomegali, tidak
ada Tumor
17
Perkusi : Timpani
6) Genetalia : Pria : Normal, tidak hipospadia, terpasang DC
7) Rectum : Normal, tidak ada hemoroid.
8) Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki :1/4
ROM ka/ki : pasif/aktif
capilary refile : >2 dtk
bawah : kekuatan otot ka/ki :1/4
ROM ka/ki : pasif/aktif
Capillary refile :>2 dtk
5. Psiko sosio budaya Dan Spiritual :
Psikologis :
Keluar merasa sangat tidak nyaman setelah adanya masalah ini. Sekarang klien
dirawat di RS. Dan tidak bisa tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Keluarga berencana
setelah sembuh akan lebih menjaga kesahatan pasien. Keluarga paham dengan penyakit
yang di deritanya sekarang dan sekarang keluarga mendampingi pasien.
Sosial :
Keluarga mengatakan klien sering berkumpul dengan masyarakat,dan Tn K juga
banyak disukai oleh teman-temanya.
Budaya :
Suku bangsa: Indonesia
Budaya yang diikuti klien adalah budaya Jawa. Dalam kebuyaan yang dianut, tidak
ada yang merugikan bagi klien.
Spiritual :
Keluarga mengatakan klien selalu menjalankan ibadahnya (shalat 5 waktu) sebagai
umat muslim,namun setelah sakit klien tidak bisa menjalankan ibadah. Keluarga merasa
bahwa masalah dialamiklien adalah bagian dari ujian Allah SWT yang harus dilaluinya
18
6. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium RSUD Ungaran
Nama : Tn. K No RM : 189123
Sex : Male Waktu periksa : serum, No 8
Department` : cempaka Diagnos : Stroke
Comment : umum Alamat : Pakintelan RT
01/RW 03 Gunung Pati Ungaran
Pemeriksaan Sederhana Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemantauan Hati sederhana
SGOT
SGPT
Kimia Profil Lipid
Cholestrol
HDL Cholestrol
LDL Cholestrol
Trigliserida
Kimia Ginjal
Ureum
Creatinin darah
Uric Acid
20
22
143
62
67
70
38
1,41
4,1
<37
<42
<200
>40
<130
35-160
10-45
0,50-1,10
2,5-7,0
u/L
u/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
7. Terapi Medis :
Cairan IV : ada, jenis RL dengan dosis 20 tpm
Obat peroral : Captropil 1x2,5 gr, Piracetam 1 gr/8 jam, metro 2x1 gr/12 jam
Obat parenteral : Ranitidin 1 amp/8 jam, Cepotaxim 2x1 gr/12 jam
Obat Topikal : tidak ada
19
ANALISA DATA
Nama klien : Tn K
Umur : 76 th
Ruang Rawat : Cempaka
No. Register : 179123
Diagnosa Medis : Stroke
Alamat : Pakintelan RT 01/RW 03
Gunung Pati Ungaran
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
29-11-12 /
12.00 WIB
DS :
- Keluarga mengatakan pasien
tiba-tiba jatuh dan tidak sadar,
kemudian tangan dan kaki
bagian kanan pasien mengalami
kelemahan.
DO:
- Klien terliahat lemah,pucat,bibir
kering
- Konjungtiva anemis
- GCS : M=6 V=1 E=4
- Capillary refile :>2 dtk
- TTV : TD: 170/110 mmHg, N:
82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,5 0 C
Pendarahan intra
serebral
Perubahan Perfusi
Jaringan
07-06-12 /
09.00 WIB
DS:
- Keluarga mengatakan pasien
pasien susah bernafas dan lemas.
DO:
- Klien tampak lemah.
- Klien tampak menggunakan alat
bantu pernafasan yaitu kanul
Hiperventilasi Pola nafas tidak efektif
20
nasal.
- Ekspirasi memanjang.
- Saat diwawancara, klien
kesulitan untuk berbicara.
- Saat auskultasi disaluran
pernafasan terdengar bunyi
wheezing di bronkus ka/ki.
- Fremitus taktil ka/ki melemah.
- TTV, TD: 170/110 mmHg, N: 82
x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,5 0 C
29-11-12 /
12.00 WIB
DS:
- Keluarga mengatakan klien
merasa lemah dan tidak nyaman
saat bergerak karena tangan dan
kaki sebelah kanan tidak bisa
bergerak.
DO:
- GCS : M=6 V=1 E=4
- Klien tampak lemah
- Ambulasi dan ADL dibantu
keluarga
- Kekuatan otot atas-bawah ka/ki:
1/4
- Klien tampak menggunakan alat
bantu pernafasan yaitu kanul
nasal.
- TTV : TD: 170/110 mmHg, N:
82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,5 0 C
Kelemahan Umum Imobilitas Fisik
21
Diagnosa prioritas:
1. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Pendarahan intra serebral.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
3. Imobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum.
22
RENCANA TINDAKAN
Nama klien : Tn K No. Register : 179123
Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis : Stroke
Ruang : Cempaka Alamat : Pakintelan RT 01/RW 03 Gunung
Pati Ungaran
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Nama/TTD
1 Perubahan Perfusi
Jaringan berhubungan
dengan Pendarahan
intra serebral
Setelah diberikan tindakan
keperawatan kepada Tn K
selama 2 x 24 jam, diharapkan
perfusi jaringan kembali efektif
dengan kiteria hasil :
- GCS : M=6 V=5 E=4
- TTV dalam rentang normal
TD: 120/80 mmHg, N: 60-
100 x/mnt, RR: 16-24
x/mnt, T: 36,5-37,5 0 C
-
1. kaji TTV
2. Pantau/catat status neurologis
sesering mungkin dan bandingkan
dengan keadaan normalnya.
3. Catat pola dan irama dari
pernafasan, seperti adanya periode
apnea setelah pernafasan
hiverpentilasi, pernfasan Cheyne-
stroke
1. Mengetahui TTV klien
normal atau tidak.
2. Mengetahui
kecendrungan tingkat
kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan
mengetahui lokasi. Luas dan
kemajuan SPP.
3. Ketidakteraturan
pernafasan dapat
memberikan gambaran lokasi
kerusakan
serebral/peningkatan TIK
dan kebutuhan untuk
intervensi selanjutnya
23
4. Evaluasipupil, catat ukuran,
bentuk, kesamaan dan reaksinya
terhadap cahaya.
5. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan batasi pengunjung.
6. Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian terapi cairan
intravena dan obat-obatan sesuai
program dokter.
kemungkinan perlunya
dukungan terhadap
pernafasan.
4. Reaksi pupil diatur
oleh saraf kranil okulomotor
dan berguna dlm menentukan
apakah batang otak masih
baik.
5. Rangsangan aktivitas
yang meningkat juga dapat
meningkatkan kenaikan TIK.
6. Memperbaiki sel yang
masih viable dan
mengobati perdarahan yang
ada di otak.
kelompok 1
24. Pola nafas tidak efektif
b.d hiperventilasi
Setelah diberikan perawatan
kepada Tn A selama 2 x 24 jam,
diharapkan nafas mernjadi lebih
efektif dengan kiteria hasil :
- bunyi nafas normal.
1. Awasi tanda-tanda vital.
2. Catat frekuensi dan kedalaman
pernafasan, penggunaaan otot bantu,
1. Takikardia, takipnea dan
perubahan pada TD terjadi
dengan beratnya
hipoksemia dan asidosis.
2. Takipnea dan dispnea
menyertai obstruktif paru.
24
-Tidak adanya tanda-tanda
sianosis.
-klien tidak dispnea
-inspirasi dan ekspirasi
seimbang
-Klien tidak kesulitan bicara
-fremitus taktil ka/ki sama kuat
TTV dalam rentang normal
TD: 120/90 mmHg, N: 60-100
x/mnt, RR: 16-24 x/mnt, T: 36,5 0 C
.
nafas bibir.
3. Auskultasi paru untuk
penurunan/tak adanya bunyi nafas
dan adanya bunyi nafas tambahan,
mis krekels, wheezing, rhonki.
4. Observasi keabu-abuan menyeluruh
dan sianosis pada jaringan hangat
seperti daun telinga, bibir, lidah, dan
membrane lidah.
5. Lakukan tindakan untuk
mempertahankan jalan nafas, mis
batuk, penghisapan.
6. Kaji adanya toleransi aktivitas, mis
Kegagalan pernafasan lebih
berat menyertai kehilangan
paru unit fungsional dari
sedang sampai berat
3. Area yang tak terventilasi
dapat diidentifikasikan
dengan tak adanya bunyi
nafas. Krekels terjadi pada
jaringan terisi cairan/jalan
nafas menunjukkan
dekompensasi jantung.
4. Menunjukkan hipoksemia
sistemik.
5. Jalan nafas lengket/kolaps
menurunkan jumlah alveoli
yang berfungsi, secara
negative mempengaruhi
pertukaran gas.
6. Hipoksemia menurunkan
Kelompok 1
25
kelemahan selama berbagai kerja
atau tanda vital berubah. Dorong
periode istirahat dan batasi aktivitas
sesuai toleran pasien.a
7. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen dengan metode tepat.
kemampuan untuk
berpatisipasi dalam
aktivitas tanpa dispnea
berat, takikardia dan
distritmia. Parameter ini
membatu dalam respon
pasien terhadap aktivityas
yang diinginkan dan
kemampuan berpatisipasi
dalam perawatan diri.
7. Maksimalkan kesediaan
oksigen untuk pertukaran
gas.
35. Imobilitas fisik b.d
kelemahan umum
Setelah diberikan tindakan
perawatan kepada Tn K, selama
2 x 24 jam diharapkan klien
dapat
mempertahankan//meningkatkan
kekuatan dan fungsi bagian
tubuh dengan kiteria hasil :
- mampu bergerak mandiri
1. Periksa kembali kemampuan dan
keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi.
2. Kaji derajat imobilisasi pasien
dengan menggunakan skala
ketergantungan (0-4).
1. Mengidentifikasi
kemungkinan kerusakan
secara fungsional dan yang
mempengaruhi intervensi
yang akan dilakukan.
2. Pasien mampu berdiri (nilai
0), memerlukan bantuan
(nilai 2), memerlukan
bantuan terus memenrus
26
sesuai tujuan dalam lingkungan
fisik, termasuk mobilitas tempat
tidur, pemindahan, ambulasi.
-Kekuatan otot atas-bawah
ka/ki: 3/4
-Klien tidak tampak lemah.
3. Letakan pasien pada posisi tertentu
untuk menghindari kerusakan karena
tekanan. Ubah posisi klien secara
teratur dan buat sedikit perubahan
antara waktu perubahan posisi
tersebut.
4. Pertahankan kesejajaran tubuh
secara fungsional, seperti bokong,
kaki, tangan. Pantau selama
penetapan alat dan/atau tanda
penekanan alat.
5. Berikan atau bantu untuk melakukan
latihan rentang gerak.
(nilai 3), dan tergantung
secara total (nilai 4).
3. Perubahan posisi teratur
menyebabkan penyebaran
terhadap berat badan dan
meningkatkan sirkulasi
pada seluruh bagian tubuh.
4. Penggunaan bantal,
gulungan alas tidur dan
bantal dapat membantu
mencegah terjadinya rotasi
abnormal pada bokong.
5. Mempertahankan
mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal
eksremitas dan
menurunkan terjadinya
pena yang statis.
6. Proses penyembuhan yang
lambat sering kali
Kelompok 1
27
6. Instruksikan/bantu pasien dengan
program latihan dan penggunaan
alat imobilisasi. Tingkatkan aktivitas
dan partisipasi dalam merawat diri
sesuai kemampuan.
menyertai trauma kepala
dan pemulihan secara fisik
merupakan bagian yang
amat penting dari suartu
program pemulihan
tersebut.
28
CATATAN PERKEMBANGAN I
Nama klien : Tn K No. Register : 179123
Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis : Stroke
Ruang : Cempaka Alamat : Pakintelan RT 01/RW 03 Gunung
Pati Ungaran
No
Dx
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
1 29 /11/2012 12.00 WIB
12.10 WIB
13.00WIB
1. kaji TTV
S :Keluarga klien meenanyakan hasil pengkajian
O: TD: 170/110 mmHg, N: 82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T:
36,5 0 C
2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan
bandingkan dengan keadaan normalnya.
S: Keluarga klien mengatakan klien bias berbicara tapi
tidak jelas.
O:-
3. Catat pola dan irama dari pernafasan, seperti adanya
periode apnea setelah pernafasan hiverpentilasi,
pernfasan.
S:Keluarga mengatakan klien sedikit sulit bernfas.
S: Keluarga mengatakan klien
kesadarannya menurun dan
tangan dan kaki tidak bias
digerkan
O: Klien terlihat terbaring lemah
dan tangan dan kaki kanannya
tidak bias di gerakan.TTV TD:
170/110 mmHg, N: 82 x/mnt,
RR: 20 x/mnt, T: 36,5 0 C
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutka atau di
kolaborasi.
29
14.40WIB
15.50 WIB
17.00 WIB
O:Terpasang kanul nasal 5 pml
4. Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan
reaksinya terhadap cahaya.
S :-
O: pupil ikterik dan lensa keruh.
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi
pengunjung.
S: Keluarga mengatakan akan membatasi pengujing
yang adatang
O: Keluarga terlihat mengerti
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
S: Keluarga menanyakan kapan diberikan obat kepada
klien.
O: Keluarga terlihat memberikan obat yang sudah di
berikan.Kelompok 1
2 29/11/2012 12.00 WIB 1. Mengawasi tanda-tanda vital.
S: Keluarga klien mennyakan hasil TTV
O: Hail TTV, TD 180/100 mmHg, N 70 x/mnt, RR 28
x/mnt, T 36,50 C
S: klien mengatakan masih sesak
nafas dan merasa lemah.
O: KU samnolen, klien tampak
lemah, saat auskultasi paru
30
12.11 WIB
13.00WIB
14.40WIB
15.50 WIB
17.00 WIB
2. Mencatat frekuensi dan kedalaman pernafasan,
penggunaaan otot bantu, nafas bibir.
S:-
O: Pernafasan klien cepat, ireguler dengan hasil RR 28
x/mnt. Ekspirasi memanjang.
3. Mengauskultasi paru untuk penurunan/tak adanya
bunyi nafas dan adanya bunyi nafas tambahan, mis
krekels, wheezing, rhonki.
S:klien mengatakan masih sesak nafas.
O:bunyi wheezing di bronkus ki/ka masih terdengar
4. Mengobservasi keabu-abuan menyeluruh dan sianosis
pada jaringan hangat seperti daun telinga, bibir, lidah,
dan membrane lidah.
S: -
O: tidak ada sianosis pada klien.
5. Melakukan tindakan untuk mempertahankan jalan
nafas, mis batuk, penghisapan.
S:klien mengatakan saat batuk nyeri dadanya muncul
O: klien batuk sedikit tapi tidak efektif.
6. Mengkaji adanya toleransi aktivitas, mis kelemahan
selama berbagai kerja atau tanda vital berubah. Dorong
periode istirahat dan batasi aktivitas sesuai toleran
terdengar suara wheezing di
bronkus ka/ki, klien
menggunakan alat bantu
pernafasan oksigenasi kanul
nasal 5 lpm.
Hasil TD: 170/110 mmHg, N:
82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,5 0 C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan atau
dimodifikasi.
Kelompok 1
31
pasien.
S: klien mengatakan lemas.
O: klien tampak lemah.
7. Mengkolaborasi dalam pemberian oksigen dengan
metode tepat.
S: klien mengatakan merasa lebih enak karena alat
bantu oksigenasi.
O: klien menggunakan alat bantu oksigenasi kanul
nasal 5 lpm.
3 29/11/2012 12.00 WIB
12.12 WIB
13.00WIB
1. Memeriksa kembali kemampuan dan keadaan secara
fungsional pada kerusakan yang terjadi.
S: -
O: Tidak ada kerusakan yang terjadi, klien hanya tampak
lemah, menggunakan DC dan alat bantu oksigenasi kanul
nasal.
2. Mengkaji derajat imobilisasi pasien dengan
menggunakan skala ketergantungan (0-4).
S: Keluarga mengatakan klien perlu bantuan jika bangun
dari tempat tidur.
O: Kemampuan ambulasi dan ADL dibantu keluarga.
3. Meletakan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari
kerusakan karena tekanan. Ubah posisi klien secara
S: klien mengatakan masih lemah
dan perlu bantuan jika bangun dari
tempat tidur.
O: KU samnolen, klien tampak
lemah, ambulasi dan ADL dibantu
kluarga, klien terpasang kateter.
Klien tampak menggunakan alat
bantu oksigenasi kanul nasal 5 lpm.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan.
32
14.40WIB
15.50 WIB
17.00 WIB
teratur dan buat sedikit perubahan antara waktu
perubahan posisi tersebut.
S: -
O: Klien dibantu kluarga untuk mengubah posisi.
4. Mempertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional,
seperti bokong, kaki, tangan. Pantau selama penetapan
alat dan/atau tanda penekanan alat.
S: -
O: Klien tampak lemah.
5. Meberikan atau bantu untuk melakukan latihan rentang
gerak.
S: Keluarga klien mengatakan bersedia membatu untuk
latihan gerak untuk klien
O: Klien tampak lemah.
6. Menginstruksikan/bantu pasien dengan program latihan
dan penggunaan alat imobilisasi. Tingkatkan aktivitas
dan partisipasi dalam merawat diri sesuai kemampuan.
S: Keluarga klien mengatakanklien belum siap dan masih
lemah.
O: klien tampak lemah.
Kelompok 1
33
CATATAN PERKEMBANGAN II
Nama klien : Tn K No. Register : 179123
Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis : Stroke
Ruang : Cempaka Alamat : Pakintelan RT 01/RW 03 Gunung
Pati Ungaran
No
Dx
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
1 30/11/2012 08.00 WIB
10.10 WIB
11.15 WIB
1. kaji TTV
S :Keluarga klien meenanyakan hasil pengkajian
O: TD: 160/100 mmHg, N: 80 x/mnt, RR: 23 x/mnt, T:
36 0 C
2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan
bandingkan dengan keadaan normalnya.
S: Keluarga klien mengatakan ada perubahan dari
kondisi yg kemarin
O: Klien tampak lebih segar di bandingkan sebelumnya.
3. Catat pola dan irama dari pernafasan, seperti adanya
periode apnea setelah pernafasan hiverpentilasi,
pernfasan.
S:Keluarga mengatakan klien sudah tidak memakai
S: Keluarga klien mengatakan
sesak nafas semakin berkurang
dan kanul nasal sudah dilepas.
O: KU Apatis, klien sedikit tampak
membaik, inspirasi dan
ekspirasi hampir seimbang,
suara wheezing masih terdengar
berkurang di bronkus ka/ki,
Hasil TTV, TD 160/100
mmHg, N 80 x/mnt, RR 23
x/mnt, T 360 C.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
34
12.00 WIB
14.0 IB
kanul nasal lagi.
O:Tidak terpasang kanul nasal.
4. Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan
reaksinya terhadap cahaya.
S :-
O: pupil ikterik dan lensa keruh.
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi
pengunjung.
S: Keluarga mengatakan akan membatasi pengujung
yang dating.
O: Keluarga terlihat mengerti
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
S: Keluarga menanyakan apa ada obat yg diberikan lagi
kepada klien.
O: Keluarga terlihat mengerti.
Kelompok 1
2 29/11/2012 08.00 WIB 1. Mengkaji TTV
S: kluarga klien menanyakan hasil TTV
O: Hasil TTV, TD 160/100 mmHg, N 80 x/mnt, RR 26
x/mnt, T 360 C
2. Mengkaji/memantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
S: Klien mengatakan sedikit
membaik
O: KU Apatis, klien tampak
tenang, klien menngunakan tidak
35
10.10 WIB
11.15 WIB
14.00 WIB
inspirasi/eksfirasi.
S: klien mengatakan sesak nafas semakin berkurang.
O: Inspirasi dan ekspirasi hamper seimbang.
3. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
S: -
O: suara wheezing masih terdengar di bronkus ka/ki
4. Mengkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
S: Kluarga klien mengatakan kira-kira pasien bisa
pulang dan dirawat dirumah.
O: Injeksi masuk dengan baik.
alat bantu oksigenasi kanul
nasal.
Hasil TTV, TD 160/100 mmHg,
N 80 x/mnt, RR 23 x/mnt, T 360
C.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
Kelompok 1
3 29/11/2012 08.00 WIB 1. Mengkaji TTV
S: kluarga klien menanyakan hasil TTV
O: Hasil TTV, TD 140/90 mmHg, N 80 x/mnt, RR 26
x/mnt, T 360 C
S: Klien mengatakan sedikit lebih
baik dalam melakukan
mobilisasi tapi karena terpasang
kateter jadi belum bebas untuk
36
10.10 WIB
11.15 WIB
14.00 WIB
2. Mengkaji/memantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
inspirasi/eksfirasi.
S: klien mengatakan sesak nafas semain berkurang.
O: Inspirasi dan ekspirasi hamper seimbang.
3. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
S: -
O: suara wheezing masih terdengar di bronkus ka/ki
4. Mengkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
S: Kluarga klien mengatakan kapan pasien bias pulang.
O: Injeksi masuk dengan baik.
bergerak.
O: KU apatis, klien dibantu
keluarga untuk mengubah
posisi, klien tampak
menggunakan kateter, klien
terpasang alat bantu oksigenasi
kanul nasal.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
Kelompok 1
37
38
Ungaran, 01 Desember 2012
Mengetahui
Clinical Intruction Akademic Instruction
( Bambang Suyitno. S.Kep) ( Cornelia Dede Yoshima Nekada S.Kep, N.s)
39
40