askep demam berdarah (^^)

22
KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorrhagic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan / atrau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopedia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan / syok. Demam dengue (dengue fever, selajutnya disingkat DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda – tanda klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yang disertai leukopedia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa yang mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik – bintik pendarahan spontan. Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001). 2. EPIDEMIOLOGI

Upload: irish-maria-pini

Post on 24-Jun-2015

1.863 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISIDemam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorrhagic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan / atrau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopedia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan / syok.

Demam dengue (dengue fever, selajutnya disingkat DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda – tanda klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yang disertai leukopedia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa yang mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik – bintik pendarahan spontan.

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

2. EPIDEMIOLOGIDemam bedarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersediannya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).Beberapa factor diketahui berkaitan dengan peningkatan tranmisi virus dengue yaitu :

1. vector : perkembangan baikan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain.

2. pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.

3. lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.

Page 2: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

3. PENYEBAB / ETIOLOGIVirus dengue tergolong dalam famili / suku / grup Flavividae dan dikenal ada 4 serotipe.Dengan 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsung Perang Dunia ke-2, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue terbentuk batang, bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70o c.Keempat serotype telah ditemukan pada pasien – pasien di Indonesia. Dengue 3 merupakan serotype yang paling banyak beredar.

4. PATOFISIOLOGI TERJADINYA PENYAKITVirus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi

adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,

pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia

tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran

hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam

sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan

C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai

factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya

perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi

hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran

(perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan

intravena.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama

perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang

tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi

ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma

telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk

mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang

cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk

bahkan bisa mengalami renjatan.

Page 3: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis

dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut

3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di

kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

PATHWAYS

Page 4: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

Virus Dengue

Viremia

Hepatomegali Depresi Sumsum Tulang Permebilitas kapiler meningkat

Anoreksia Manifestasi pendarahanMuntah

Kehilangan

Hipovolemia Efusi plueraascites

hemokontraksi

Syok

Kematian

Hipertermi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Resti kekurangan volume cairan

Resiko syok hipovolemia

Resiko pendarahan

Perubahan perfusi jaringan perifer

Kurang pengetahuan

ansietas

Nyeri

Page 5: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

5. KLASIFIKASIWHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.b. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.c. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)d. Derajat IV : Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

6. GEJALA KLINISGambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari,tetapi rata – rata 5-8 hari. gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, tanda – tanda renjatan (sianosis,kulit lembab dan dingin,tekana darah menurun,gelisah,capillary reffil time lebih dari dua detik,nadi cepat dan lemah),nyeri pada otot tulang,abdomen dan ulu hati,mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan, lidah kotor, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri dibagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotophobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam dua fase, mula-mula pada awal demam (6-12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas dimuka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali,serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar keseluruh tubuh.

Pada saat suhu turun normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,ekimosis, hematemesis, epitaksis melena, hematuria. Hati, limpa dan kelenjar getah bening. Umumnya membesar dan nyeri tekan, tetapi pembesaran hati tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Juga terkadang terjadi syok yang biasanya dijumpai saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat.

7. PEMERIKSAAN FISIK Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronci, keraklest.

Sistem PersyarafanPada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS.

Page 6: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

Sistem KardiovaskulerPada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

Sistem PencernaanSelaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

Sistem PerkemihanProduksi urine menurun, kadang kurang dari 30cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

Sistem IntegumenTerjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Pemeriksaan Laboratorium

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen.Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

b. RadiologiPada foto thorac terdapat efusi pleura, terutama pada hemithoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemithoraks. Pemeriksaan rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral decubitus kanan (pasien tidur pada posisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat juga dideteksi gengan USG.

9. PROGNOSISPrognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematocrit. Fase kritis pada umumnya terjadi pada hari sakit ke-3. Penurunan jumlah trombosit sampai < 100.000/ul atau kurang dari 1-2 trombosit/lpb (rata-rata dihitung pada 10 lpb) terjadi sebelum peningkatan hematocrit dan sebelum terjadi penurunan suhu. Peningkatan hematocrit 20% atau lebih mencerminkan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk pemberian cairan. Pemberian cairan awal sebagai pengganti volume plasma dapat diberikan larutan garam isotonis atau ringer laktat (RL), yang kemudian dapat disesuaikan dengn berat ringan penyakit. Ada DBD derajat 1 dan 2, cairan intra vena diberikan selam 12-24jam. Perhatikan khusus dan kasus dengan peningkatan hematocrit yang terus menerus dan penurunan jumlah trombosit < 50.000/ul.6 (art DHF).

Page 7: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

10. THERAPHYBelum atau tanpa renjatan :1) Grade I dan II:

a. Oral adilibitumb. Infus cairan RL dengan dosis 75ml/kg BB/hari untuk anak dengan BB <10kg atau 50ml/kg

BB/hari untuk anak BB <10kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya. Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah jairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB <25 Kg 75 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 Kg 60 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 Kg 50 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 Kg. Obat – obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15

cc/Kg BB/ hari pendarahan hebat.Dengan renjatan :2) Grade III

a. Berikan infus RL 20 ml/Kg BB / 1 jamApabila menunjukan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba denga

frekuensi kurang dari 120 / menit dan akral tangan hangat.) Lanjutkan dengan RL 10 ml/Kg BB per 1 jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi dengan cairan yang telah masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB <25 Kg 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 Kg 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg

b. Apabila 1 jam setelah pemakaian RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma / plasma ekspanter (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL / Kg BB per 1 jam dan diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan cairan RL sebanyak kebutuhan selama 24 jam – cairan yag sudah masuk dibagi sisa waktu setelah mengatasi renjatan.c. Apabila 1 jam setelah pemberikan RL 10 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L / lainnya) sebanyak 10 mL/Kg BB/1 jam. Dan dapat diulang maksimal 3 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

Page 8: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

11. PENATAKALSANAANPenatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :a. Tirah baring atau istirahat baring.b. Diet makan lunak.c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.l. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.

Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

Page 9: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. FOKUS PENGKAJIAN

Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.a.Data subyektifAdalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :1.)Lemah.2.)Panas atau demam.3.)Sakit kepala.4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.5.)Nyeri ulu hati.6.)Nyeri pada otot dan sendi.7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh.8.)Konstipasi (sembelit).b.Data obyektif :Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.4)Hiperemia pada tenggorokan.5)Nyeri tekan pada epigastrik.6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Page 10: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (NANDA 2005) yaitu :

1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh

(>37oC)

2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia.

4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

5) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

6 ) Resiko terjadi pendarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

7) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami

pasien.

8) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

Page 11: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

3. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONALISASI

Hari/Tgl No Dx

Tujuan dan criteria hasil

Intervensi Rasional

1 Suhu tubuh normal (36 – 370C).Pasien bebas dari demam

1.observasi tanda vital(suhu,nadi,tekanan darah,pernafasan)setiap 3 jam2.Anjurkan pasien untuk banyak minum

3.Berikan kompres hangat

4. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.5. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

1.Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien2.Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapantubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupancairan yang banyak

3.Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh4. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

5. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

2

3

Rasa nyaman pasien terpenuhi.Nyeri berkurang atau hilang.

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.

1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

3. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

4. Berikan obat-obat analgetik

1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.2. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.

3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur

1. untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien

2. Untuk mengurangi rasa nyeri

3. Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

4. Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.*

1. Untuk menetapkan cara mengatasinya

2. Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien3. Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan

Page 12: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

4.

5.

Volume cairan terpeNuhi

Tidak terjadi syok hipovolemik.Tanda-tanda vital dalam batas normal.Keadaan umum baik.

4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.5. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

6. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.

1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.

2. Observasi tanda-tanda syock.

3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter

4. Anjurkan pasien untuk banyak minum

5. Catat intake dan output.

1. Monitor keadaan umum pasien

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.3. Monitor tanda perdarahan

4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

5. Berikan transfusi sesuai program dokter

4. Untuk menghindari mual.

5. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi

6. Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

1. Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.

2. Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

3. Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.5. Untuk mengetahui keseimbangan cairan

1. memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan2. tanda vital normal menandakan keadaan umum baik3. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.4. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

5. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.

Page 13: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

6.

7.

8.

Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.Jumlah trombosit meningkat.

Kecemasan berkurang.

Klien dan keluarga mengenal gejala dini DHF Klien dan keluarga mengerti tentang proses penyakit

1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat3. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut

1. Kaji rasa cemas yang dialami pasien.

2. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.

3. Tunjukkan sifat empati

4. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya

5. Gunakan komunikasi terapeutik

1. Observasi tingkat pengetahuan klien / keluarga tentang penyakit DFH2. Observasi latar belakang pendidikan klien

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diit, perawatan dan obat pada klien dan keluarga.

1. Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan3. Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

1. Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

2. Pasien bersifat terbuka dengan perawat.

3. Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik4. Meringankan beban pikiran pasien

5. Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.

1. Sebagai data dasar pemberian informasi

2. Untuk mengetahui penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan klien3. Agar keluarga mengerti tentang penyakit DHF

.

Page 14: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

EVALUASI

NO. Diagnosa Evaluasi1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan

inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh

(>37oC)

2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis

penyakit.

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,

anoreksia.

4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan

dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

5) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan

dengan kurangnya volume cairan tubuh.

6 ) Resiko terjadi pendarahan lebih lanjut

berhubungan dengan trombositopenia.

7) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien

yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

8) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

1) Suhu tubuh normal (36 – 370C).Pasien bebas dari demam

2) Rasa nyaman pasien terpenuhi.Nyeri berkurang atau hilang.

3) Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.

4) Volume cairan terpeNuhi

5) Tidak terjadi syok hipovolemik.Tanda-tanda vital dalam batas normal.Keadaan umum baik

6) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.Jumlah trombosit meningkat.

7) Kecemasan berkurang.

8) Klien dan keluarga mengenal gejala dini DHF Klien dan keluarga mengerti tentang proses penyakit

Page 15: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo W, Aru dkk, 2006, Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV Hal : 1709-1713. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI. Jakarta

1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi III Hal : 417-426. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

http://www.nurseid.co.cc/2010/04/askep-demam-berdarah-dengeu-dhf.html

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-dhf/

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/demam-berdarah-dengue-dbd.html

Page 16: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM BERDARAH

OLEH : A3FKELOMPOK 3

NAMA KELOMPOK:1. IRISH MARIA PINI (21)

2. KD. AYU WINDASARI (22)

3. WYN. AGUS BUDIANTARA (16)

4. WAYAN DIARSA (17)

5. KM. AGUS KURNIAWAN (26)

6. AGUS SUPARTA ARIAWAN (50)

7. KADEK SUARA SUKA ADNYANA (10)

8. RENDRA WIDWAM SAMGRAHA (20)

9. MADE ARIANTI (36)

10. NANA TRISNA DEWI (39)

11. SANG PUTU SUPARTAYASA (53)

Page 17: ASKEP DEMAM BERDARAH  (^^)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSTIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AJARAN 2010/2011