askep craniotomi 2
TRANSCRIPT
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 1/16
Langsung ke isi
CARI
Jalankan
Mei 22, 2012
ASKEP POST CRANIOTOMI Tinggalkan Komentar
BAB I
PEMBAHASAN
1. A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica. Craniotomy
adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak.
Trepanasi/ kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk
tindakan pembedahan definitif.
Epidural Hematoma (EDH) adalah suatu perdarahan yang terjadi di antara tulang dan lapisan duramater.
Subdural hematoma (SDH) adalah suatu perdarahan yang terdapat pada rongga diantaralapisan duramater
dengan araknoidea.
1. b. Ruang lingkup
Hematoma epidural terletak di luar duramater tetapi di dalam rongga tengkorak dan cirinya berbentuk
bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Sering terletak di daerah temporal atau temporoparietal yang
disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat retaknya tulang tengkorak. Gumpalan darah yang
terjadi dapat berasal dari pembuluh arteri, namun pada sepertiga kasus dapat terjadi akibat perdarahan
vena, karena tidak jarang EDH terjadi akibat robeknya sinus venosus terutama pada regio parieto-oksipital
dan fora posterior. Walaupun secara relatif perdarahan epidural jarang terjadi (0,5% dari seluruh penderita
trauma kepala dan 9 % dari penderita yang dalam keadaan koma), namun harus dipertimbangkan karena
memerlukan tindakan diagnostik maupun operatif yang cepat. Perdarahan epidural bila ditolong segera
pada tahap dini, prognosisnya sangat baik karena kerusakan langsung akibat penekanan gumpalan darah
pada jaringan otak tidak berlangsung lama.
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 2/16
Pada pasien trauma, adanya trias klinis yaitu penurunan kesadaran, pupil anisokor dengan refleks cahaya
menurun dan kontralateral hemiparesis merupakan tanda adanya penekanan brainstem oleh herniasi uncal
dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya massa extra aksial.
3. Indikasi Operasi
· Penurunan kesadaran tiba-tiba di depan mata
· Adanya tanda herniasi/ lateralisasi
· Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT
Scan Kepala tidak bisa dilakukan.
1. d. Etiologi
Kongenital : Beberapa tumor otak tertentu seperti kraniofaringioma, terutma berasal dari sisa-sisa
embrional yang kemudian mengalami pertumbuhan neoplastik.
5. Teknik Operasi
Positioning
Letakkan kepala pada tepi meja untuk memudahkan operator. Headup kurang lebih 15 derajat (pasang
donat kecil dibawah kepala). Letakkan kepala miring kontralateral lokasi lesi/ hematoma. Ganjal bahu satu
sisi saja (pada sisi lesi) misalnya kepala miring ke kanan maka ganjal bantal di bahu kiri dan sebaliknya.
Washing
Cuci lapangan operasi dengan savlon. Tujuan savlon: desinfektan, menghilangkan lemak yang ada di kulit
kepala sehingga pori-pori terbuka, penetrasi betadine lebih baik. Keringkan dengan doek steril. Pasang
doek steril di bawah kepala untuk membatasi kontak dengan meja operasi.
Markering
Setelah markering periksa kembali apakah lokasi hematomnya sudah benar dengan melihat CT scan. Saat
markering perhatikan: garis rambut – untuk kosmetik, sinus – untuk menghindari perdarahan, sutura –
untuk mengetahui lokasi, zygoma – sebagai batas basis cranii, jalannya N VII ( kurang lebih 1/3 depan
antara tragus sampai dengan canthus lateralis orbita).
Desinfeksi
Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine. Suntikkan Adrenalin 1:200.000 yang mengandung lidocain
0,5%. Tutup lapangan operasi dengan doek steril.
Operasi
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 3/16
Incisi lapis demi lapis sedalam galea (setiap 5cm) mulai dari ujung.
Pasang haak tajam 2 buah (oleh asisten), tarik ke atas sekitar 60 derajat.
Buka flap secara tajam pada loose connective tissue. Kompres dengan kasa basah. Di bawahnya
diganjal dengan kasa steril supaya pembuluh darah tidak tertekuk (bahayanekrosis pada kulit kepala).
Klem pada pangkal flap dan fiksasi pada doek.
Buka pericranium dengan diatermi. Kelupas secara hati-hati dengan rasparatorium pada daerah yang
akan di burrhole dan gergaji kemudian dan rawat perdarahan.
Penentuan lokasi burrhole idealnya pada setiap tepi hematom sesuai gambar CT scan.
Lakukan burrhole pertama dengan mata bor tajam (Hudson¶s Brace) kemudiandengan mata bor yang
melingkar (Conical boor) bila sudah menembus tabula interna.
Boorhole minimal pada 4 tempat sesuai dengan merkering.
Perdarahan dari tulang dapat dihentikan dengan bone wax. Tutup lubang boorholedengan kapas basah/
wetjes.
Buka tulang dengan gigli. Bebaskan dura dari cranium dengan menggunakan sonde.Masukan penuntun
gigli pada lubang boorhole. Pasang gigli kemudian masukkan penuntun gigli sampai menembus lubang
boorhole di sebelahnya. Lakukan pemotongan dengan gergaji dan asisten memfixir kepala penderita
Patahkan tulang kepala dengan flap ke atas menjauhi otak dengan cara tulangdipegang dengan knabel
tang dan bagian bawah dilindungi dengan elevator kemudianmiringkan posisi elevator pada saat
mematahkan tulang.
Setelah nampak hematom epidural, bersihkan tepi-tepi tulang dengan spoeling dansuctioning sedikit
demi sedikit. Pedarahan dari tulang dapat dihentikan dengan bonewax.
Gantung dura (hitch stitch) dengan benang silk 3.0 sedikitnya 4 buah.
Evakuasi hematoma dengan spoeling dan suctioning secara gentle. Evaluasi dura, perdarahan dari dura
dihentikan dengan diatermi. Bila ada perdarahan dari tepi bawahtulang yang merembes tambahkan
hitch stitch pada daerah tersebut kalau perlutambahkan spongostan di bawah tulang. Bila perdarahan
profus dari bawah tulang(berasal dari arteri) tulang boleh di-knabel untuk mencari sumber
perdarahan kecualidicurigai berasal dari sinus.
Bila ada dura yang robek jahit dura dengan silk 3.0 atau vicryl 3.0 secara simpuldengan jarak kurang
dari 5mm. Pastikan sudah tidak ada lagi perdarahan denganspoeling berulang-ulang.
Pada subdural hematoma setelah dilakukan kraniektomi langkah salanjutnya adalahmembuka
duramater.
Sayatan pembukaan dura seyogianya berbentuk tapal kuda (bentuk U) berlawanandengan sayatan kulit.
Duramater dikait dengan pengait dura, kemudian bagian yangterangkat disayat dengan pisau sampai
terlihat lapisan mengkilat dari arakhnoid. (Bilasampai keluar cairan otak, berarti arachnoid sudah turut
tersayat). Masukkan kapas berbuntut melalui lubang sayatan ke bawah duramater di dalam ruang
subdural, dansefanjutnya dengan kapas ini sebagai pelindung terhadap kemungkinan trauma
padalapisan tersebut.
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 4/16
Perdarahan dihentikan dengan koagulasi atau pemakaian klip khusus. Koagulasi yangdipakai dengan
kekuatan lebih rendah dibandingkan untuk pembuluh darah kulit atausubkutan.
Reseksi jaringan otak didahului dengan koagulasi permukaan otak dengan pembuluh- pembuluh
darahnya baik arteri maupun vena.
Semua pembuluh darah baik arteri maupun vena berada di permukaan di ruangsubarahnoidal, sehingga
bila ditutup maka pada jaringan otak dibawahnya tak adadarah lagi.
Perlengketan jaringan otak dilepaskan dengan koagulasi. Tepi bagian otak yangdireseksi harus
dikoagulasi untuk menjamin jaringan otak bebas dari perlengketan.Untuk membakar permukaan otak,
idealnya dipergunakan kauter bipolar. Biladipergunakan kauter monopolar, untuk memegang jaringan
otak gunakan pinsetanatomis halus sebagai alat bantu kauterisasi.
Pengembalian tulang. Perlu dipertimbangkan dikembalikan/tidaknya tulang denganevaluasi klinis pre
operasi dan ketegangan dura. Bila tidak dikembalikan lapanganoperasi dapat ditutup lapis demi
lapis dengan cara sebagai berikut:
Teugel dura di tengah lapangan operasi dengan silk 3.0 menembus keluar kulit.
Periost dan fascia otot dijahit dengan vicryl 2.0.
Pasang drain subgaleal.
Jahit galea dengan vicryl 2.0
Jahit kulit dengan silk 3.0.
Hubungkan drain dengan vaum drain (Redon drain).
Operasi selesai.
Bila tulang dikembalikan, buat lubang untuk fiksasi tulang, pertama pada tulang yangtidak diangkat (3-
4 buah). Tegel dura ditengah tulang yang akan dikembalikan untuk menghindari dead space. Buat
lubang pada tulang yang akan dikembalikan sesuaidengan lokasi yang akan di fiksasi (3-4 buah ditepi
dan 2 lubang ditengah berdekatanuntuk teugel dura). Lakukan fiksasi tulang dengan dengan silk 2.0,
selanjutnya tutuplapis demi lapis seperti diatas
1. d. MANIFESTASI KLINIK
1. Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF).
Sakit kepala
Nausea atau muntah proyektil
Pusing
Perubahan mental
Kejang
1. Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak) :
1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-
tanda papil edema.
2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia
3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.
4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 5/16
5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi.
6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
7. Perubahan dalam seksual
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk membantu menentukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan.
1. CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran, dan kepadatan jejas tumor, serta
meluasnya edema serebral sekunder.
2. MRI membantu mendiagnosis tumor otak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang kecil,
alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang otak dan
daerah hipofisis.
3. Biopsy stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan
tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
5. EKG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
1. KOMPLIKASI POST OPERASI
1. Edema cerebral.
2. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral.
3. Hypovolemik syok.4. Hydrocephalus.
5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus).
6. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis postoperasi
biasanya timbul 7 – 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah
tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
ambulatif dini.
7. Infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan
infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik
dan antiseptik.
1. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi. Dehisensi
luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam
melalui insisi.
Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan.
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 6/16
7. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien.
5. Mempersiapkan pasien pulang.
8. PERAWATAN PASCA PEMBEDAHAN
1. Tindakan keperawatan post operasi.
1. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
2. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
3. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain
tercabut.
4. Perawatan luka operasi secara steril.
5. Makanan
Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan sesudah pembedahan.
makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein
sangat diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan
membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi. Pembatasan diit yang dilakukan
adalah NPO (nothing peroral). Biasanya makanan baru diberikan jika:
Perut tidak kembung Peristaltik usus normal
Flatus positif
Bowel movement positif
1. Mobilisasi
Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil. Biasanya posisi awal
adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien
yang menjalani pembedahan abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
1. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Sistem Perkemihan :
Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi à retensio urine.
Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusià abdomen bawah (distensi buli-buli).
Dower catheter à kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam à komplikasi ginjal.
Sistem Gastrointestinal :
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 7/16
Mual muntah à 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi
luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
Kaji paralitic ileus à suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.
Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase
lambung.
Meningkatkan istirahat.
Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
Memonitor perdarahan.
Mencegah obstruksi usus.
Irigasi atau pemberian obat.
Proses penyembuhan luka
Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang
menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna
dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot
dapat digunakan kembali.
Fase keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka :
1. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.
2. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
3. Pencegahan infeksi.
4. Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif, latihan
mobilisasi dini.
1. i. KRITERIA EVALUASI
Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi, meliputi;
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 8/16
1. Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.
2. Luka insisi normal tanpa infeksi.
3. Tidak timbul komplikasi.
4. Pola eliminasi lancar.
5. Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.
6. Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.
7. Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :
Pengobatan lanjutan.
Jenis obat yang diberikan.
Diet.
Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2. PENGKAJIAN
1. a. Primary Survey
1) Airway
- Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) setelah dilakukan pembedahan akibat
pemberian anestesi.
- Potency jalan nafas, à meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
- Auscultasi paru à keadekuatan expansi paru, kesimetrisan.
2) Breathing
- Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan
pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia
breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit à depresi narcotic,
respirasi cepat, dangkal à gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 9/16
- Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal à
efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
3) Circulating:
- Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat
vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan
denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi
jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
4) Disability : berfokus pada status neurologi
- Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata, respon motorik dan tanda-tanda vital.
- Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara, kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis
ekstremitas, perubahan visual dan gelisah.
5) Exposure
- Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan
1. b. Secondary Survey : Pemeriksaan fisik
Pasien nampak tegang, wajah menahan sakit, lemah. Kesadaran somnolent, apatis, GCS : 4-5-6, T
120/80 mmHg, N 98 x/menit, S 374 0C, RR 20 X/menit.
1) Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan limpa tidak membesar, perkusi bunyi
redup, bising usus 14 X/menit.
Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan pada gastrointestinal.
2) Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral
dingin dan pucat.
3) Integumen.
Kulit keriput, pucat. Turgor sedang
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 10/16
4) Pemeriksaan neurologis
Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka
dapat terjadi :
- Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,
pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
- Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,
foto fobia.
- Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
- Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
- Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan kompresi
spasmodik diafragma.
- Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria,
sehingga kesulitan menelan.
1. c. Tersiery Survey
1) Kardiovaskuler
Klien nampak lemah, kulit dan kunjungtiva pucat dan akral hangat. Tekanan darah 120/70 mmhg, nadi
120x/menit, kapiler refill 2 detik. Pemeriksaan laboratorium: HB = 9,9 gr%, HCT= 32 dan PLT = 235.
2) Brain
Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien nampak lemah, refleks dalam batas normal.
3) Blader
Klien terpasang doewer chateter urine tertampung 200 cc, warna kuning kecoklatan.
1. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 11/16
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan higiene luka yang buruk.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
6. Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi.
7. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.
8. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
1. D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.DiagnosaKeperawatan Kriteria Hasil/ Tujuan
IntervensiKeperawatan Rasional
1.
Ganggguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan denganluka insisi.
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakankeperawatan rasa
nyeri dapat teratasi
atau tertanganidengan baik.
Kriteria hasil:
Melaporkan rasa
nyeri hilang atau
terkontrol.
Mengungkapkan
metode pemberian
menghilang rasanyeri.
Mendemonstrasika
n penggunaanteknik relaksasi
dan aktivitas
hiburan sebagi penghilang rasa
nyeri.
1.Kaji nyeri, catat
lokasi, karakteristik,skala (0-10). Selidiki
dan laporkan perubahan nyeridengan tepat.
2.Pertahankan posisiistirahat semi fowler.
3.Dorong ambulasi
dini.
4.Berikan kantong es
pada abdomen.
5.Berikan analesik
sesuai indikasi.
1.Bergu
keefekti
penyem pada karmenunjuabses.
2.Meng
abdomedengan
3.Meninfungsi o
merangskelancarmenuru
ketidakn
4.mengh
mengur
penghilcatatan:jkompresmenyeb
jaringan.
5.menghmemper
dengan i
2.
Kerusakan integritaskulit berhubungandengan luka insisi.
Tujuan:
Setelah diberikantindakan pasien tidak
mengalamigangguan integritas
1.Kaji dan catatukuran, warna,
keadaan luka, dankondisi sekitar luka.
2.lakukan kompres basah dan sejuk atau
1.Mengikomplik
2.merup protekti
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 12/16
kulit.
Kriteria hasil:
Menunjukkan penyembuhan luka
tepat waktu. pasien
menukjukkan
Pasien
menunjukkan perilaku untuk
meningkatkan
penyembuhan danmencegah
komplikasi.
terapi rendaman.
3.lakukan perawatanluka dan hygienesesudah mandi, lalu
keringkan kulitdengan hati hati.
4.berikan priopritas
untuk meningkatkankenyamanan dankehilanan pasien.
mengur
3.Memulebih bemening
pasien.
4.memp
penyem
pasien,
3.
Resiko tinggiinfeksi berhubungan
dengan higiene lukayang buruk.
Tujuan:
Setelah dilakukantindakan keperawatan
pasien diharapkantidak mengalami
infeksi.
Kriteria hasil:
Tidak menunjukkanadanya tanda
infeksi.
Tidak terjadiinfeksi.
1.awasi tanda-tandavital, perhatikan
demam, menggigil, berkeringat dan
perubahan mental dan peningkatan nyeri
abdomen.
2.Lihat lika insisi dan balutan. catat
karakteristik, drainaseluka.
3.Lakukan cuci
tangan yang baik danlakukan perawatan
luka aseptik.
4.Berikan antibiotik sesuai indikasi.
1.Detek
2.Memb
terjadin
3.Menur
bakteri
4.Mung profilakt
jumlahmenuru pertumb
4.
Gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan
pendarahan.
Tujuan:
Setelah dilakukan
perawatan tidak
terjadi gangguan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
Tanda-tanda vital
stabil.
Kulit klien hangatdan kering
1.Observasi
ekstermitas terhadap pembengkakan, daneritema.
2.Evaluasi statusmental. perhatikan
terjadinyahemaparalis, afasia,
kejang, muntah dan
peningkatan TD.
1.Tirah
mencetumening
pembent
2.Indika
embolis
otak.
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 13/16
Nadi perifer adadan kuat.
Masukan atau
haluaran seimbang.
5.
Kekurangan volume
cairan berhubungandengan perdarahan post operasi.
Tujuan:
setelah dilakukan
tindakankeperawatan
pasienmenunjukkankeseimbangan
cairan yangadekuat.
Tanda-tanda vital
stabil.
Mukosa lembab Turgor kulit/
pengisian kapiler baik.
Haluaran urine
baik.
1.awasi intake danout put cairan.
2.Awasi TTV, kajimembrane mukosa,
turgor kulit,membrane mukosa,
nadi perifer dan
pengisian kapiler.
3.Awasi pemeriksaan
laboratorium.
4.Berikan cairan IVatau produk darah
sesuai indikasi
1.membtentang
kebutuh
2.indica
volume
3.Membtentang
keseimbelektroli
4.Memp
sirkulasi
6.
Pola nafas inefektif
berhubungan dengan
efek anastesi.
Tujuan:
setelah dilakukan
tindakan perawatan pasien menunjukkan
pola nafas yang
efektif.
Kriteria hasil:
volume nafasadekuat.
klien dapat
mempertahankan pola nafas normal
dan efektif dantidak ada tanda
hipoksia.
1.Evaluasi frekuensi pernafasan dan
kedalaman.
2.Auskultasi bunyinafas.
3.Lihat kulit danmembran mukosa
untuk melihat adanyasianosis.
4.Berikan tambahan
oksigen sesuaikebutuhan.
1.Kecep
upayam
karena n penurun
darah da
secretat
2.Bunyi pada das periode
pembed
dengan t
3.Sianos
adanyadengan
komplik
4.Untuk
pengam
akan diimengga
anestesi
pengelumelalui
7. Bersihan jalan napasinefektif
Tujuan:
1.Awasi frekuensi,irama, kedalaman 1.Perubmenunju
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 14/16
berhubungan dengan
penumpukan secret.
setelah dilakukan
tindakan keperawatan pasien menunjukkan bunyi nafas yang jelas.
Kriteria hasil:
frekuensi nafas
dalam rentangnormal.
bebas dipsnea.
pernafasan.
2.Auskultasi paru, perhatikan stridordan penurunan bunyi
nafas.
3.Dorong batuk atau
latihan pernafasan.
4.Perhatikan adanyawarna pucat ataumerah pada luka.
pernafas
2.Detek
3.Menin paru opt
pernafas
4.Dugaa
atau kar
8.
Perubahan polaeliminasi urin berhubungan dengan
efek anastesi.
Tujuan:
setelah dilakukan
tindakan keperawatan pasien menunjukkan
aliran urine yanglancar.
Kriteria hasil:
Haluaran urine
adekuat.
1.Catat keluaran
urine, selidiki penurunan aliran
urine secara tiba-tiba.
2.Awasi TTV, kaji
nadi perifer, turgor kulit, pengisian
kapiler.
3.Dorong
peningkatan cairan
dan pertahankan pemasukan akurat.
1.Penur
tiba dapadanya
karena d
2.Indikacairan.
3.Mempdan alir
9.
Perubahan nutrisi
kurang darikebutuhan
berhubungan denganmual muntah.
Tujuan:
Setelah dilakukantindakan keperawatan
pasien menunjukkan
keseimbangan berat badan.
Kriteria hasil:
Berat badan klientetap seimbang.
1.Timbang BB secara
teratur.
2.Auskultasi bisingusus, catat bunyi tak
ada atau hiperaktif.
3.Tambahkan dietsesuai toleransi.
1.kehila
peningk perubah
kehilang
menunju
2.Meski
sering tairitasi us
hiperakt
absorbsi
3.Kemaj
hati saatdimulaimenuru
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 15/16
3. Patofisiologi Post Craniotomy
Kerusakan
integritaskulit
Resti Infeksi
7/28/2019 askep craniotomi 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 16/16
BAB III
KESIMPULAN
5. KESIMPULAN
Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica. Craniotomy
adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak. Manifestasi klinik : Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK,
obstruksi dari CSF). Sakit kepala, Nausea atau muntah proyektil, Pusing, Perubahan
mental, Kejang. Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak)
: Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil
edema. Perubahan bicara, msalnya: aphasia. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri,
halusinasi sensorik.Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis. Perubahan
bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi. Perubahan dalam pendengaran,
misalnya : tinnitus, deafness. Perubahan dalam seksual.