askep craniotomi 2

16
 Langsung ke isi  CARI Jalankan   Mei 22, 2012 ASKEP POST CRANIOTOMI  Tinggalkan Komentar BAB I PEMBAHASAN 1. A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI  Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica. Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak. Trepanasi/ kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. Epidural Hematoma (EDH) adalah suatu perdarahan yang terjadi di antara tulang dan lapisan duramater. Subdural hematoma (SDH) adalah suatu perdarahan yang terdapat pada rongga diantaralapisan duramater dengan araknoidea. 1. b. Ruang lingkup Hematoma epidural terletak di luar duramater tetapi di dalam rongga tengkorak dan cirinya berbentuk  bikonveks atau menye rupai lensa cembung. S ering terletak di daer ah temporal atau te mporoparietal yang disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat retaknya tulang tengkorak. Gumpalan darah yang terjadi dapat berasal dari pembuluh arteri, namun pada sepertiga kasus dapat terjadi akibat perdarahan vena, karena tidak jarang EDH terjadi akibat robeknya sinus venosus terutama pada regio parieto-oksipital dan fora posterior. Walaupun secara relatif perdarahan epidural jarang terjadi (0,5% dari seluruh penderita trauma kepala dan 9 % dari penderita yang dalam keadaan koma), namun harus dipertimbangkan karena memerlukan tindakan diagnostik maupun operatif yang cepat. P erdarahan epidural bila ditolong segera  pada tahap dini, prognosisny a sangat baik karena kerusakan langsung akiba t penekanan gumpalan darah  pada jaringan otak tidak be rlangsung lama.

Upload: anggun-ndulrompies

Post on 03-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 1/16

 

Langsung ke isi 

CARI

Jalankan

  

Mei 22, 2012 

ASKEP POST CRANIOTOMI  Tinggalkan Komentar 

BAB I 

PEMBAHASAN 

1.  A. KONSEP DASAR PENYAKIT 

1.  DEFINISI 

Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica. Craniotomy

adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan

memperbaiki kerusakan otak.

Trepanasi/ kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk 

tindakan pembedahan definitif.

Epidural Hematoma (EDH) adalah suatu perdarahan yang terjadi di antara tulang dan lapisan duramater.

Subdural hematoma (SDH) adalah suatu perdarahan yang terdapat pada rongga diantaralapisan duramater 

dengan araknoidea.

1.  b. Ruang lingkup 

Hematoma epidural terletak di luar duramater tetapi di dalam rongga tengkorak dan cirinya berbentuk 

 bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Sering terletak di daerah temporal atau temporoparietal yang

disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat retaknya tulang tengkorak. Gumpalan darah yang

terjadi dapat berasal dari pembuluh arteri, namun pada sepertiga kasus dapat terjadi akibat perdarahan

vena, karena tidak jarang EDH terjadi akibat robeknya sinus venosus terutama pada regio parieto-oksipital

dan fora posterior. Walaupun secara relatif perdarahan epidural jarang terjadi (0,5% dari seluruh penderita

trauma kepala dan 9 % dari penderita yang dalam keadaan koma), namun harus dipertimbangkan karena

memerlukan tindakan diagnostik maupun operatif yang cepat. Perdarahan epidural bila ditolong segera

 pada tahap dini, prognosisnya sangat baik karena kerusakan langsung akibat penekanan gumpalan darah

 pada jaringan otak tidak berlangsung lama.

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 2/16

Pada pasien trauma, adanya trias klinis yaitu penurunan kesadaran, pupil anisokor dengan refleks cahaya

menurun dan kontralateral hemiparesis merupakan tanda adanya penekanan brainstem oleh herniasi uncal

dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya massa extra aksial.

3.  Indikasi Operasi 

· Penurunan kesadaran tiba-tiba di depan mata

· Adanya tanda herniasi/ lateralisasi

· Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT

Scan Kepala tidak bisa dilakukan.

1.  d. Etiologi 

Kongenital : Beberapa tumor otak tertentu seperti kraniofaringioma, terutma berasal dari sisa-sisa

embrional yang kemudian mengalami pertumbuhan neoplastik.

5.  Teknik Operasi 

Positioning 

Letakkan kepala pada tepi meja untuk memudahkan operator. Headup kurang lebih 15 derajat (pasang

donat kecil dibawah kepala). Letakkan kepala miring kontralateral lokasi lesi/ hematoma. Ganjal bahu satu

sisi saja (pada sisi lesi) misalnya kepala miring ke kanan maka ganjal bantal di bahu kiri dan sebaliknya.

Washing 

Cuci lapangan operasi dengan savlon. Tujuan savlon: desinfektan, menghilangkan lemak yang ada di kulit

kepala sehingga pori-pori terbuka, penetrasi betadine lebih baik. Keringkan dengan doek steril. Pasang

doek steril di bawah kepala untuk membatasi kontak dengan meja operasi.

Markering 

Setelah markering periksa kembali apakah lokasi hematomnya sudah benar dengan melihat CT scan. Saat

markering perhatikan: garis rambut  – untuk kosmetik, sinus  – untuk menghindari perdarahan, sutura –  

untuk mengetahui lokasi, zygoma  – sebagai batas basis cranii, jalannya N VII ( kurang lebih 1/3 depan

antara tragus sampai dengan canthus lateralis orbita).

Desinfeksi 

Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine. Suntikkan Adrenalin 1:200.000 yang mengandung lidocain

0,5%. Tutup lapangan operasi dengan doek steril.

Operasi 

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 3/16

  Incisi lapis demi lapis sedalam galea (setiap 5cm) mulai dari ujung.

  Pasang haak tajam 2 buah (oleh asisten), tarik ke atas sekitar 60 derajat.

  Buka flap secara tajam pada loose connective tissue. Kompres dengan kasa basah. Di bawahnya

diganjal dengan kasa steril supaya pembuluh darah tidak tertekuk (bahayanekrosis pada kulit kepala).

Klem pada pangkal flap dan fiksasi pada doek.

  Buka pericranium dengan diatermi. Kelupas secara hati-hati dengan rasparatorium pada daerah yang

akan di burrhole dan gergaji kemudian dan rawat perdarahan.

  Penentuan lokasi burrhole idealnya pada setiap tepi hematom sesuai gambar CT scan.

  Lakukan burrhole pertama dengan mata bor tajam (Hudson¶s Brace) kemudiandengan mata bor yang

melingkar (Conical boor) bila sudah menembus tabula interna.

  Boorhole minimal pada 4 tempat sesuai dengan merkering.

  Perdarahan dari tulang dapat dihentikan dengan bone wax. Tutup lubang boorholedengan kapas basah/

wetjes.

  Buka tulang dengan gigli. Bebaskan dura dari cranium dengan menggunakan sonde.Masukan penuntun

gigli pada lubang boorhole. Pasang gigli kemudian masukkan penuntun gigli sampai menembus lubang

 boorhole di sebelahnya. Lakukan pemotongan dengan gergaji dan asisten memfixir kepala penderita

  Patahkan tulang kepala dengan flap ke atas menjauhi otak dengan cara tulangdipegang dengan knabel

tang dan bagian bawah dilindungi dengan elevator kemudianmiringkan posisi elevator pada saat

mematahkan tulang.

  Setelah nampak hematom epidural, bersihkan tepi-tepi tulang dengan spoeling dansuctioning sedikit

demi sedikit. Pedarahan dari tulang dapat dihentikan dengan bonewax.

  Gantung dura (hitch stitch) dengan benang silk 3.0 sedikitnya 4 buah.

  Evakuasi hematoma dengan spoeling dan suctioning secara gentle. Evaluasi dura, perdarahan dari dura

dihentikan dengan diatermi. Bila ada perdarahan dari tepi bawahtulang yang merembes tambahkan

hitch stitch pada daerah tersebut kalau perlutambahkan spongostan di bawah tulang. Bila perdarahan

 profus dari bawah tulang(berasal dari arteri) tulang boleh di-knabel untuk mencari sumber 

 perdarahan kecualidicurigai berasal dari sinus.

  Bila ada dura yang robek jahit dura dengan silk 3.0 atau vicryl 3.0 secara simpuldengan jarak kurang

dari 5mm. Pastikan sudah tidak ada lagi perdarahan denganspoeling berulang-ulang.

  Pada subdural hematoma setelah dilakukan kraniektomi langkah salanjutnya adalahmembuka

duramater.

  Sayatan pembukaan dura seyogianya berbentuk tapal kuda (bentuk U) berlawanandengan sayatan kulit.

Duramater dikait dengan pengait dura, kemudian bagian yangterangkat disayat dengan pisau sampai

terlihat lapisan mengkilat dari arakhnoid. (Bilasampai keluar cairan otak, berarti arachnoid sudah turut

tersayat). Masukkan kapas berbuntut melalui lubang sayatan ke bawah duramater di dalam ruang

subdural, dansefanjutnya dengan kapas ini sebagai pelindung terhadap kemungkinan trauma

 padalapisan tersebut.

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 4/16

  Perdarahan dihentikan dengan koagulasi atau pemakaian klip khusus. Koagulasi yangdipakai dengan

kekuatan lebih rendah dibandingkan untuk pembuluh darah kulit atausubkutan.

  Reseksi jaringan otak didahului dengan koagulasi permukaan otak dengan pembuluh- pembuluh

darahnya baik arteri maupun vena.

  Semua pembuluh darah baik arteri maupun vena berada di permukaan di ruangsubarahnoidal, sehingga

 bila ditutup maka pada jaringan otak dibawahnya tak adadarah lagi.

  Perlengketan jaringan otak dilepaskan dengan koagulasi. Tepi bagian otak yangdireseksi harus

dikoagulasi untuk menjamin jaringan otak bebas dari perlengketan.Untuk membakar permukaan otak,

idealnya dipergunakan kauter bipolar. Biladipergunakan kauter monopolar, untuk memegang jaringan

otak gunakan pinsetanatomis halus sebagai alat bantu kauterisasi.

  Pengembalian tulang. Perlu dipertimbangkan dikembalikan/tidaknya tulang denganevaluasi klinis pre

operasi dan ketegangan dura. Bila tidak dikembalikan lapanganoperasi dapat ditutup lapis demi

lapis dengan cara sebagai berikut:

  Teugel dura di tengah lapangan operasi dengan silk 3.0 menembus keluar kulit.

  Periost dan fascia otot dijahit dengan vicryl 2.0.

  Pasang drain subgaleal.

  Jahit galea dengan vicryl 2.0

  Jahit kulit dengan silk 3.0.

  Hubungkan drain dengan vaum drain (Redon drain).

  Operasi selesai.

  Bila tulang dikembalikan, buat lubang untuk fiksasi tulang, pertama pada tulang yangtidak diangkat (3-

4 buah). Tegel dura ditengah tulang yang akan dikembalikan untuk menghindari dead space. Buat

lubang pada tulang yang akan dikembalikan sesuaidengan lokasi yang akan di fiksasi (3-4 buah ditepi

dan 2 lubang ditengah berdekatanuntuk teugel dura). Lakukan fiksasi tulang dengan dengan silk 2.0,

selanjutnya tutuplapis demi lapis seperti diatas

1.  d. MANIFESTASI KLINIK  

1.  Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF).

  Sakit kepala

   Nausea atau muntah proyektil

  Pusing

  Perubahan mental

  Kejang

1.  Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak) :

1.  Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-

tanda papil edema.

2.  Perubahan bicara, msalnya: aphasia

3.  Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.

4.  Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 5/16

5.  Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi.

6.  Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.

7.  Perubahan dalam seksual

1.  PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Untuk membantu menentukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan.

1.  CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran, dan kepadatan jejas tumor, serta

meluasnya edema serebral sekunder.

2.  MRI membantu mendiagnosis tumor otak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang kecil,

alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang otak dan

daerah hipofisis.

3.  Biopsy stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan

tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.

4.  Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor 

serebral.

5.  EKG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat

memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

1.  KOMPLIKASI POST OPERASI 

1.  Edema cerebral.

2.  Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral.

3.  Hypovolemik syok.4.  Hydrocephalus.

5.  Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus).

6.  Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis postoperasi

 biasanya timbul 7 – 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah

tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke

 paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,

ambulatif dini.

7.  Infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36  – 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan

infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.

Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik 

dan antiseptik.

1.  Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi. Dehisensi

luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam

melalui insisi.

Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan.

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 6/16

7.  PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN 

1.  Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

2.  Mempercepat penyembuhan.

3.  Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.

4.  Mempertahankan konsep diri pasien.

5.  Mempersiapkan pasien pulang.

8.  PERAWATAN PASCA PEMBEDAHAN 

1.  Tindakan keperawatan post operasi.

1.  Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output

2.  Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.

3.  Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain

tercabut.

4.  Perawatan luka operasi secara steril.

5.  Makanan

Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan sesudah pembedahan.

makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein

sangat diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan

membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi. Pembatasan diit yang dilakukan

adalah NPO (nothing peroral). Biasanya makanan baru diberikan jika:

  Perut tidak kembung  Peristaltik usus normal

  Flatus positif 

  Bowel movement positif 

1.  Mobilisasi

Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil. Biasanya posisi awal

adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien

yang menjalani pembedahan abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.

1.  Pemenuhan kebutuhan eliminasi

Sistem Perkemihan :

  Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.

Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi à retensio urine.

  Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusià abdomen bawah (distensi buli-buli).

  Dower catheter à kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam à komplikasi ginjal.

Sistem Gastrointestinal :

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 7/16

  Mual muntah à 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi

luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.

  Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.

  Kaji paralitic ileus à suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.

  Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6  – 8 jam.

  Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase

lambung.

  Meningkatkan istirahat.

  Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.

  Memonitor perdarahan.

  Mencegah obstruksi usus.

  Irigasi atau pemberian obat.

Proses penyembuhan luka 

  Fase pertama

Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang

menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.

  Fase kedua

Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna

dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.

  Fase ketiga

Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot

dapat digunakan kembali.

  Fase keempat

Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka : 

1.  Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.

2.  Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.

3.  Pencegahan infeksi.

4.  Pengembalian Fungsi fisik.

Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif, latihan

mobilisasi dini.

1.  i. KRITERIA EVALUASI 

Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi, meliputi;

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 8/16

1.  Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.

2.  Luka insisi normal tanpa infeksi.

3.  Tidak timbul komplikasi.

4.  Pola eliminasi lancar.

5.  Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.

6.  Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.

7.  Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :

  Pengobatan lanjutan.

  Jenis obat yang diberikan.

  Diet.

  Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.

BAB II 

ASUHAN KEPERAWATAN 

2.  PENGKAJIAN 

1.  a. Primary Survey 

1) Airway

- Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) setelah dilakukan pembedahan akibat

 pemberian anestesi.

- Potency jalan nafas, à meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

- Auscultasi paru à keadekuatan expansi paru, kesimetrisan.

2) Breathing

- Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan

 pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia

 breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi

 peningkatan produksi sputum pada jalan napas.

- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit à depresi narcotic,

respirasi cepat, dangkal à gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 9/16

- Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal à

efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

3) Circulating:

- Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat

vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan

denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi

 jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).

- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

4) Disability : berfokus pada status neurologi

- Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata, respon motorik dan tanda-tanda vital.

- Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara, kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis

ekstremitas, perubahan visual dan gelisah.

5) Exposure

- Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan

1.  b. Secondary Survey : Pemeriksaan fisik 

Pasien nampak tegang, wajah menahan sakit, lemah. Kesadaran somnolent, apatis, GCS : 4-5-6, T

120/80 mmHg, N 98 x/menit, S 374 0C, RR 20 X/menit.

1) Abdomen.

Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan limpa tidak membesar, perkusi bunyi

redup, bising usus 14 X/menit.

Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan pada gastrointestinal.

2) Ekstremitas

Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral

dingin dan pucat.

3) Integumen.

Kulit keriput, pucat. Turgor sedang

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 10/16

4) Pemeriksaan neurologis

Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka

dapat terjadi :

- Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,

 pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).

- Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,

foto fobia.

- Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.

- Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.

- Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan kompresi

spasmodik diafragma.

- Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria,

sehingga kesulitan menelan.

1.  c. Tersiery Survey 

1) Kardiovaskuler 

Klien nampak lemah, kulit dan kunjungtiva pucat dan akral hangat. Tekanan darah 120/70 mmhg, nadi

120x/menit, kapiler refill 2 detik. Pemeriksaan laboratorium: HB = 9,9 gr%, HCT= 32 dan PLT = 235.

2) Brain

Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien nampak lemah, refleks dalam batas normal.

3) Blader 

Klien terpasang doewer chateter urine tertampung 200 cc, warna kuning kecoklatan.

1.  C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 

1. 

Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.2.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 11/16

3.  Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan higiene luka yang buruk.

4.  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan.

5.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.

6.  Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi.

7.  Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.

8.  Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.

9.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.

1.  D. INTERVENSI KEPERAWATAN 

 No.DiagnosaKeperawatan Kriteria Hasil/ Tujuan

IntervensiKeperawatan Rasional

1.

Ganggguan rasa

nyaman nyeri

 berhubungan denganluka insisi.

Tujuan:

  Setelah dilakukan

tindakankeperawatan rasa

nyeri dapat teratasi

atau tertanganidengan baik.

Kriteria hasil:

  Melaporkan rasa

nyeri hilang atau

terkontrol.

  Mengungkapkan

metode pemberian

menghilang rasanyeri.

  Mendemonstrasika

n penggunaanteknik relaksasi

dan aktivitas

hiburan sebagi penghilang rasa

nyeri.

1.Kaji nyeri, catat

lokasi, karakteristik,skala (0-10). Selidiki

dan laporkan perubahan nyeridengan tepat.

2.Pertahankan posisiistirahat semi fowler.

3.Dorong ambulasi

dini.

4.Berikan kantong es

 pada abdomen.

5.Berikan analesik 

sesuai indikasi.

1.Bergu

keefekti

 penyem pada karmenunjuabses.

2.Meng

abdomedengan

3.Meninfungsi o

merangskelancarmenuru

ketidakn

4.mengh

mengur 

 penghilcatatan:jkompresmenyeb

 jaringan.

5.menghmemper 

dengan i

2.

Kerusakan integritaskulit berhubungandengan luka insisi.

Tujuan:

Setelah diberikantindakan pasien tidak 

mengalamigangguan integritas

1.Kaji dan catatukuran, warna,

keadaan luka, dankondisi sekitar luka.

2.lakukan kompres basah dan sejuk atau

1.Mengikomplik 

2.merup protekti

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 12/16

kulit.

Kriteria hasil:

 Menunjukkan penyembuhan luka

tepat waktu. pasien

menukjukkan

  Pasien

menunjukkan perilaku untuk 

meningkatkan

 penyembuhan danmencegah

komplikasi.

terapi rendaman.

3.lakukan perawatanluka dan hygienesesudah mandi, lalu

keringkan kulitdengan hati hati.

4.berikan priopritas

untuk meningkatkankenyamanan dankehilanan pasien.

mengur 

3.Memulebih bemening

 pasien.

4.memp

 penyem

 pasien,

3.

Resiko tinggiinfeksi berhubungan

dengan higiene lukayang buruk.

Tujuan:

Setelah dilakukantindakan keperawatan

 pasien diharapkantidak mengalami

infeksi.

Kriteria hasil:

  Tidak menunjukkanadanya tanda

infeksi.

  Tidak terjadiinfeksi.

1.awasi tanda-tandavital, perhatikan

demam, menggigil, berkeringat dan

 perubahan mental dan peningkatan nyeri

abdomen.

2.Lihat lika insisi dan balutan. catat

karakteristik, drainaseluka.

3.Lakukan cuci

tangan yang baik danlakukan perawatan

luka aseptik.

4.Berikan antibiotik sesuai indikasi.

1.Detek 

2.Memb

terjadin

3.Menur

 bakteri

4.Mung profilakt

 jumlahmenuru pertumb

4.

Gangguan perfusi

 jaringan berhubungan dengan

 pendarahan.

Tujuan:

  Setelah dilakukan

 perawatan tidak 

terjadi gangguan perfusi jaringan.

Kriteria hasil:

  Tanda-tanda vital

stabil.

 Kulit klien hangatdan kering

1.Observasi

ekstermitas terhadap pembengkakan, daneritema.

2.Evaluasi statusmental. perhatikan

terjadinyahemaparalis, afasia,

kejang, muntah dan

 peningkatan TD.

1.Tirah

mencetumening

 pembent

2.Indika

embolis

otak.

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 13/16

   Nadi perifer adadan kuat.

  Masukan atau

haluaran seimbang.

5.

Kekurangan volume

cairan berhubungandengan perdarahan post operasi.

Tujuan:

  setelah dilakukan

tindakankeperawatan

 pasienmenunjukkankeseimbangan

cairan yangadekuat.

  Tanda-tanda vital

stabil.

  Mukosa lembab  Turgor kulit/

 pengisian kapiler  baik.

  Haluaran urine

 baik.

1.awasi intake danout put cairan.

2.Awasi TTV, kajimembrane mukosa,

turgor kulit,membrane mukosa,

nadi perifer dan

 pengisian kapiler.

3.Awasi pemeriksaan

laboratorium.

4.Berikan cairan IVatau produk darah

sesuai indikasi

1.membtentang

kebutuh

2.indica

volume

3.Membtentang

keseimbelektroli

4.Memp

sirkulasi

6.

Pola nafas inefektif 

 berhubungan dengan

efek anastesi.

Tujuan:

setelah dilakukan

tindakan perawatan pasien menunjukkan

 pola nafas yang

efektif.

Kriteria hasil:

  volume nafasadekuat.

  klien dapat

mempertahankan pola nafas normal

dan efektif dantidak ada tanda

hipoksia.

1.Evaluasi frekuensi pernafasan dan

kedalaman.

2.Auskultasi bunyinafas.

3.Lihat kulit danmembran mukosa

untuk melihat adanyasianosis.

4.Berikan tambahan

oksigen sesuaikebutuhan.

1.Kecep

upayam

karena n penurun

darah da

secretat

2.Bunyi pada das periode

 pembed

dengan t

3.Sianos

adanyadengan

komplik 

4.Untuk 

 pengam

akan diimengga

anestesi

 pengelumelalui

7. Bersihan jalan napasinefektif 

Tujuan:

1.Awasi frekuensi,irama, kedalaman 1.Perubmenunju

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 14/16

 berhubungan dengan

 penumpukan secret.

setelah dilakukan

tindakan keperawatan pasien menunjukkan bunyi nafas yang jelas.

Kriteria hasil:

  frekuensi nafas

dalam rentangnormal.

   bebas dipsnea.

 pernafasan.

2.Auskultasi paru, perhatikan stridordan penurunan bunyi

nafas.

3.Dorong batuk atau

latihan pernafasan.

4.Perhatikan adanyawarna pucat ataumerah pada luka.

 pernafas

2.Detek 

3.Menin paru opt

 pernafas

4.Dugaa

atau kar 

8.

Perubahan polaeliminasi urin berhubungan dengan

efek anastesi.

Tujuan:

setelah dilakukan

tindakan keperawatan pasien menunjukkan

aliran urine yanglancar.

Kriteria hasil:

  Haluaran urine

adekuat.

1.Catat keluaran

urine, selidiki penurunan aliran

urine secara tiba-tiba.

2.Awasi TTV, kaji

nadi perifer, turgor kulit, pengisian

kapiler.

3.Dorong

 peningkatan cairan

dan pertahankan pemasukan akurat.

1.Penur 

tiba dapadanya

karena d

2.Indikacairan.

3.Mempdan alir 

9.

Perubahan nutrisi

kurang darikebutuhan

 berhubungan denganmual muntah.

Tujuan:

Setelah dilakukantindakan keperawatan

 pasien menunjukkan

keseimbangan berat badan.

Kriteria hasil:

  Berat badan klientetap seimbang.

1.Timbang BB secara

teratur.

2.Auskultasi bisingusus, catat bunyi tak 

ada atau hiperaktif.

3.Tambahkan dietsesuai toleransi.

1.kehila

 peningk  perubah

kehilang

menunju

2.Meski

sering tairitasi us

hiperakt

absorbsi

3.Kemaj

hati saatdimulaimenuru

 

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 15/16

 

3.  Patofisiologi Post Craniotomy 

Kerusakan

integritaskulit

Resti Infeksi

7/28/2019 askep craniotomi 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-craniotomi-2 16/16

BAB III 

KESIMPULAN 

5.  KESIMPULAN 

Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica. Craniotomy

adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan

memperbaiki kerusakan otak. Manifestasi klinik : Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK,

obstruksi dari CSF). Sakit kepala, Nausea atau muntah proyektil, Pusing, Perubahan

mental, Kejang.  Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak)

: Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil

edema. Perubahan bicara, msalnya: aphasia. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri,

halusinasi sensorik.Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis. Perubahan

 bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi. Perubahan dalam pendengaran,

misalnya : tinnitus, deafness. Perubahan dalam seksual.