askep bipolar corect
DESCRIPTION
pembenaran membuat askep bipolarTRANSCRIPT
Tugas Keperawatan Jiwam
“ Terapi Aktivitas KelompokGangguan Bipolar ”
Kelompok 4
Di susun oleh :
Imaningtyas Ridar 22020112120001
Dewa Ayu Anggi G. 22020112120005
Meiriza Ida W. 22020112130015
Santi Widianingrum 22020112130044
Luh Juita Amare P. 22020112120009
Auliya Bintang M. 22020112130051
Vika Asyharul Ulya 22020112120003
Atikah Rasa Fauzia 22020112140107
Dhewa Adi Pratama 22020112130067
Lidia Agustina 22020112130047
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2014
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang perempuan, 17 tahun di bawa ke rumah sakit oleh kedua orangtuanya karena
perilakunya yang aneh.2 minggu sebelum di bawa ke rumah sakit jiwa klien beserta
teman-teman sekolahnya bermain semalaman dan baru pulang pagi harinya. Klien
mengaku bahwa saat itu ia hanya ingin bersenang-senang dengan temannya dan bosan
di rumah terus. 4 hari sebelumnya klien hanya mengurung diri di kamar dan tidak
mau berangkat ke sekolah, tampak murung dan tidak memperhatikan perawatan
dirinya.Saat diwawancarai terpisah klien mengaku bahwa dia bosan dengan
keluarganya karena ayahnya sering berperilaku kasar pada ibunya.Dari hasil
pengkajian perawat didapatkan data klien tampak lesu, bicara cukup keras dan cepat
dan kontak mata cukup.
A. Format asuhan keperawatan
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
A. Nama : Nn. A
B. Umur : 17 tahun
C. Jenis kelamin : Perempuan
D. Agama : Islam
E. Alamat : Jl. Timoho Timur I No.2, Tembalang, Jawa Tengah
F. Pendidikan : SMA
G. Pekerjaan : -
H. Tgl. Masuk RS : 24 April 2014
I. Tgl. Pengkajian : 25 April 2014
J. Dx. Medis : Bipolar
II. KELUHAN UTAMA
Menurut kedua orang tuanya perilaku Nn.A tampak aneh akhir-akhir ini.
III. PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Nn.A tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lampau.Nn.A hanya merasa
bosan dengan keluarganya karena ayahnya sering berperilaku kasar dengan
ibunya.
IV. FISIK :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 78 x/ menit
- P : 20 x/ menit
- TB : 165 cm
- BB : 45 Kg
V. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
Ket:
= Laki-laki = laki-laki Meninggal
= Pasien = perempuan Meninggal
= Perempuan
= Orang terdekat
B. Konsep diri
1. Body image :klien tidak ada bagian tubuh yang special semua bagian
tubuhpasien sama-sama baik
2. Identitas diri : klien mengaku dirinya wanita remaja dan belum
menikah.
3. Peran : klien bersekolah di bangku SMA, tetapi klien
mengatakan bosan dengan keluganya dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan.
4. Ideal diri : Klien mengharapkan suasana yang nyaman di
rumahnya.
5. Harga diri : Klien merasa tidak ada masalah dengan dirinya.
C. Hubungan social
Klien mengatakan bosan dengan keluarganya. Klien juga tidak suka melihat
ayahnya yang selalu berperilaku keras kepada ibunya. Oleh karena itu, 2
minggu sebelumnya dia mencari kesenangan diluar bersama teman-temannya.
D. Spiritual
Nilai : klien tidak mengetahui bahwa perilaku yang dilakukanya salah.
Keyakinan : Klien mengetahui bahwa agamanya islam.
Kegiatan beribadah : Klien mengatakan sudah tidak pernah beribadah.
VI. STATUS MENTAL
A. Penampilan : klien berpenampilan tidak rapi, acak-acakan
B. Pembicaraan : klien berbicara dengan cepat suatu saat klien berbica
keras dan lantang dengan nada emosi.
C. Aktifitas motorik: Klien tidak aktif dalam kegiatan, hanya bisa mengurung diri
di kamar dan terlihat lesu.
D. Alam perasaan: klien terlihat sedih karena sering mengurung diri dikamar
sendirian.
E. Afek : klien terlihat labil
F. Interaksi selama wawancara: kontak mata dengan perawat minim tidak
kooperatif dan menjawab dengan marah-marah.
G. Persepsi: klien mengatakan tidak mendengar bisikan tanpa wujud. Tidak
melihat suatu wujud yang tidak nyata. Klien tidak salah mempresepsikan suatu
benda menjadi wujud lain.
H. Proses fikir:Pasien jika diajak bicara dapat menjawab sesuai pertanyaan.
Pasien bersedia kembali diajak berinteraksi.
I. Isi fikir: klien tidak mengalamiwaham
J. Tingkat kesadaran: klien tahu kalau dia sedang di rumah sakit dan mampu
menyebutkan sedang berada di ruangan.
K. Memori: Klien dapat mengingat kejadian sebelum dia disini hingga dibawa
disini.Pasien dapat mengingat keluarganya.
L. Tingkat konsentrasi dan berhitung: Klien mampu berhitung perkalian,
Pengurangan, Penambahan dan pembagian. Klien mampu tetapi focus saat
diajak bicara..
M. Kemampuan penilaian: Pasien dapat melakukan pemilihan keputusan dengan
baik. Contohnya klien memilih olahraga dulu daripada mandi dulu, karena
olah raga itu berkeringat. Baru setelah itu klienmandi.
N. Daya tilik diri: mengingkari penyakit yang diderita, menyalahkan hal-hal di
luar dirinya.
VII. Kebutuhan dasar manusia
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan.
Klien belum bisa menyiapkan sandang, pangan dan papan sendiri karena
belum bekerja.
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Klien mampu mandi, BAB/BAK, ganti pakaian sendiri. Kebutuhan klien
mandiri.
b. Nutrisi
Klien kurang minat makan, berat badan klien hanya 45 Kg.
c. Tidur
Klien tidur malam hari dan tidak sering terbangun tengah malam.
d. Support sistem.
Klien tidak mendapat dukungan dari keluarganya karena klien
mengatakan di dalam keluarganya tidak harmonis
VIII. Penggunaan obat dan pemeliharaan kesehatan
A. Penggunaan obat:
a) Klien selama di RSJ diberikan obat 3x sehari yaitu, diminum setelah
makan pagi, makan siang dan makan malam.
b) Klien meminumnya dengan menggunakan air putih.
c) Klien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang hanya mampu
minum obat sendiri dari dokter
B. Reaksi atau efek samping obat.
Klien tidak merasakan efek samping obat yang telah diminumnya.
C. Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
1. Perawatan dan penobatan lanjut.
a) Klien pertama kalinya dirawat dirumah sakit ini.
b) Sebelumnya klien tidak pernah dirawat di rumah sakit jiwa.
c) Klien mengatakan bahwa setelah pulang ia akan melakukan perawatan
lanjutan.
d) Setelah klien pulang maka pengobatannya rawat jalan dan akan di urus
oleh keluarganya di rumah dan di rumah masih mengonsumsi obat obatan
yang di berikan oleh rumah sakit. Pasien melakukan pemeliharann secara
mandiri di rumah
2. sistem pendukung yang dimiliki .
a) Setelah pasien pulang maka pengobatannya rawat jalan dan akan di urus
oleh keluarganya di rumah dan di rumah masih mengonsumsi obat obatan
yang di berikan oleh rumah sakit. Pasien melakukan pemeliharann secara
mandiri di rumah
b) Dari keluarga tidak mendapatkan informasi. Klien mengatakan biasanya
kalau yang membawa kontrol adalah .Jika ada keluhan tentang masalah
kesehatan biasanya ibunya juga membawa ke puskesmas terdekat.
IX. Kegiatan sehari-hari
A. Kegiatan di dalam rumahKegiatan di dalam rumah
Klien mampu dalam:
1. Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
Klien dapat mengolah dan menyajikan makanan
2. Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).
Klien terbiasa merapikan kamar tidurnya sendiri, tetapi klien tidak pernah
mengepel
3. Mencuci pakaian sendiri
Klien terbiasa mencuci pakaiannya sendiri
4. Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
Untuk kebutuhan biaya sehari-hari, klien masih dibiayai oleh orang tuanya
karena klien masih bersekolah
B. Kegiatan di luar rumah
Klien mampu dalam :
1. Belanja untuk keperluan sehari-hari
Klien tidak belanja untuk keperluan sehari-harinya. Yang berbelanja
adalah ibu klien
2. Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, menggunakan
kendaraan pribadi, kendaraan umum)
Klien terbiasa naik kendaraan umum saat pergi
3. Kegiatan lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air,
kantor pos dan bank).
Klien tidak membayar listrik sendiri
X. Mekanisme Koping
- Respon Adaptif:
Klien menunjukan beberapa respon adaptif seperti mampu bicara dan
menjawab pertanyaan yang diajukan perawat.
- Respon Maladaptif :
Klien mengaku hanya ingin bersenang-senang dengan temannya dan bosan di
rumah terus.Lalu klien hanya mengurung diri di kamar dan tidak mau
berangkat ke sekolah, tampak murung dan tidak memperhatikan perawatan
dirinya.
XI. Masalah Psikososial dan Lingkungan:
- Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kelompok sosialnya.
- Klien mengaku bahwa dia bosan dengan keluarganya karena ayahnya sering
berperilaku kasar pada ibunya.
- Klien mengaku bahwa ia hanya ingin bersenang-senang dengan temannya dan
bosan di rumah terus.
- Di rumah klien memiliki ayah yang selalu memukuli ibunya karena tidak
harmoni di dalam keluarganya.
XII. Pengetahuan Kurang Tentang:
Klien tidak tahu tentang pengobatan , Penyakit, sistem Pendukung penyakit dan
juga apa yang harus diperbuatnya untuk menghilangkan kejenuhannya.
XIII. Aspek Medik
A. Diagnosa Medik : Bipolar
B. Terapi Medik :
ANALISA DATA
Data Masalah
DS : -
DO :4 hari sebelum masuk klien
hanya mengurung diri di kamar dan
tidak mau berangkat ke sekolah,
tampak murung.
Isolasi Sosial
DS : Klien mengatakan bosan
dengan keadaan keluarganya yaitu
bapaknya yang selalu memukuli
ibunya.
Resiko Bunuh Diri
DO: Klien suka mengurung diri.
DS: -
DO: Klien terlihat berpenampilan
acak-acakan dan tidak rapi.
Defisit Perawatan Diri
DS : -
DO: - Berat badan klien menurun
karena sering mengurung diri.
Kekurangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
DS : Klien mengatakan bosan
dirumah dan lebih memilih pergi
bersama teman-teman hingga larut
malam.
DO :-
Koping tidak efektif individu
Diagnosis Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Koping tidak efektif individu.
3. Resiko Bunuh diri
4. Defisit perawatan diri
5. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tgl. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
25 april
2014
Isolasi
Sosial
Dalam 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat
mencapai kriteria hasil
sebagai berikut :
- Klien dapat
mengunkapkan
kondisi dirinya
secara verbal
-
Identifikasi penyebab isolasi sosial
- Tanyakan siapa yang satu rumah dengan
pasien
- Tanyakan siapa yang dekat dengan pasien,
dan apa sebabnya?
- Tanyakan siapa yang tidak dekat dengan
pasien, dan apa sebabnya?
Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
- Tanyakan pendapat pasien tentang
kebiasaan interaksi dengan orang lain
- Tanyakan apa yang menyebabkan pasien
tidak mau berinteraksi dengan orang lain
- Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak mau bergaul
dengan orang lain
Mengetahui pengetahuan klien
tentang isolasi sosial sehingga
perawat dapat merencanakan
tindakan selanjutnya
Meningkatkan pengetahuan klien
tentang keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
sehingga klien dapat bergaul dengan
lingkungan sosialnya
- Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan dengan orang lain
- Jelaskan pada klien cara berinteraksi dengan
orang lain
- Beri kesempatan pasien cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dengan
satu orang
- Bila pasien sudah menunjukan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3, 4
orang dan selanjutnya
- Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh pasien
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan orang
lain, masukan dalam jadwal harian pasien
Berkenalan merupakan salah satu
cara yang efektif untuk
menumbuhkan kepercayaan klien
25 april
2014
Resiko
Bunuh diri
Dalam 2 x 24 jam
diharapkan klien dapat
mencapai kriteria hasil
sebagai berikut :
-
Intervensi:
- Bina hubungan saling percaya
- Hindarkan benda-benda yang dapat
membahayakan
- Awasi klien secara ketat setiap saat
- Beri dukungan pada tindkan yang
Rasional:
menunjukkan keinginan untuk hidup
- Identivikasi sumber-sumber harapan
- Kaji keyakinan yang dimiliki klien
- Susun kontrak verbal jangka pendek dengan
pasien bahwa pasien tidak akan
membahayakan dirinya sendiri selama 24 jam
berikutnya. Bila kontrak waktu habis, buat
kontrak berikutnya, dan seterusnya.
25 april
2014
Defisit
perawatan
diri
Dalam 2 x 24 jam
diharapkan klien dapat
mencapai kriteria hasil :
- Klien dapat
memperthankan
kesehatan
fisiknya.
- Klien dapat
membersihkan
dirinya.
- Klien dapat
mengetahui cara
berpenampilan
Intervensi :
- Monitor kemampuanklienuntuk
perawatandiri yang mandiri.
- Monitor kebutuhanklienuntukalat-alatbantu
untukkebersihandiri,berpakaian, berhias,
toileting danmakan.
- Sediakanbantuansampaiklien
mampusecarautuhuntukmelakukanself-care.
- Dorongklienuntukmelakukanaktivitassehari-
hari yang normal sesuaikemampuan yang
dimiliki.
- Dorong klien untukmelakukan perawatan
diri secaramandiri
- Ajarkanklien/
Rasional:
-
baik.
- Klien dapat mandi
sendiri 2 x sehari.
keluargauntukmendorongkemandirian,
untukmemberikanbantuanhanyajikapasien
tidakmampuuntukmelakukannya.
- Berikanaktivitasrutinsehari-hari
sesuaikemampuan.
- Pertimbangkanusiaklienjikamendorongpelak
sanaanaktivitassehari-hari.
25 april
2014
keseimban
gan nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Dalam 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat
mencapai kriteria hasil
sebagai berikut :.
- Klien dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisinya dengan
sering
mengkonsumsi
makanan jika klien
sedang lapar.
Intervensi:
- Menyediakan makanan berprotein tinggi,
berkalori tinggi protein, makanan bergizi dan
minuman
- Memiliki jus dan makanan ringan yang
tersedia di unit setiap saat.
Rasional :
- Klien mengalami kesulitan
duduk diamcukup lama untuk
makan. kemungkinan lebih
besar bahwa iaakan
mengkonsumsi makanan dan
minuman yangdibawa
berkeliling dan dimakandengan
sedikit usaha .
- Asupan bergizi diperlukan
secara teratur untuk
mengkompensasi peningkatan
kebutuhan kalori karena
- Menjaga catatan yang akurat dari intake,
output, menghitung kalori, dan berat. Pantau
nilai laboratorium sehari-hari.
- Tentukan suka dan tidak suka klien untuk
berkolaborasi dengan ahli diet untuk
menyediakan makanan favorit.
- Beri vitamin dan mineral untuk suplemen
diet.
- Berjalan atau duduk dengan klien sementara
saat dia makan.
hiperaktivitas.
- Data peniliaian gizi itu penting.
- Klien lebih menikmati untuk
makan makanan yang ia sukai.
- Untuk meningkatkan status gizi.
- Kehadiran perawat untuk
menawarkan dukungan dan
dorongan kepada klien untuk
makan makanan yang akan
mempertahankan fisikkesehatan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
25 April
2014
Isolasi sosial SP 1
Identifikasi penyebab isolasi sosial
- Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan interaksi dengan
S: -
O:
orang lain
- Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak mau berinteraksi
dengan orang lain
- Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
mau bergaul dengan orang lain
- Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan dengan orang lain
- Jelaskan pada klien cara berinteraksi dengan orang lain
- Beri kesempatan pasien cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dengan satu orang
- Bila pasien sudah menunjukan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan selanjutnya
- Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh pasien
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain
- Masukan dalam jadwal harian pasien
- klien menjawab dengan ekspresi wajah
sedih
- klien mau melakukan berjabatan tangan
- kontak mata kurang
A: masalah belum teratasi
P:
- Mengidentifikasi penyebab tidak mau
berhubungan dengan orang lain
- Diskusikan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
- Latih pasien berkenalan dengan orang
lain
25 April
2014
Resiko bunuh
diri
- Membiina hubungan saling percaya dengan klien
- Menghindarkan benda-benda yang dapat membahayakan
- Mengawasi klien secara ketat setiap saat
- Memberi dukungan pada tindakan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup
- Mengidentivikasi sumber-sumber harapan
- Melakukan pengkajian keyakinan yang dimiliki klien
- Mendiskusikan tentang perasaan-perasaan bunuh diri dengan
individu yang dipercaya memberikan derajat kelepasan pada pasien.
Kontrak menempatkan subjek terbuka dan meberikan beberapa
tanggung jawab untuk keamanannya kepada pasien.
S: Klien mengutarakan masalah yang
dihadapi, mengutarakan perasaan dan
klien bersedia berinteraksi
O: Klien menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata antara klien dengan
perawat, klien dapat menjawab semua
pertanyaan perawat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi dan kaji perubahan
mental klien
25 April
2014
Defisit
perawatan diri
- Memonitor kemampuanklienuntuk perawatandiri yang mandiri.
- Memonitor kebutuhanklienuntukalat-alatbantu
untukkebersihandiri,berpakaian, berhias, toileting danmakan.
- Menyediakanbantuansampaiklien
mampusecarautuhuntukmelakukanself-care.
- Mendorongklienuntukmelakukanaktivitassehari-hari yang normal
sesuaikemampuan yang dimiliki.
- Mendorong klien untukmelakukan perawatan diri secaramandiri
- Ajarkanklien/ keluargauntukmendorongkemandirian,
untukmemberikanbantuanhanyajikapasien
S:Klien dapat menyebutkan cara
kebersiahan diri
O:Klien terlihat lebih rapi dari pada awal
pertemuan,klien dapat meningkatkan
perawatan diri
A:Masalah teratasi
P:Lakukan dan teruskan intervensi
tidakmampuuntukmelakukannya.
- Berikanaktivitasrutinsehari-hari sesuaikemampuan.
- Pertimbangkanusiaklienjikamendorongpelaksanaanaktivitassehari-
hari.
25 April
2014
keseimbangan
nutrisi: kurang
dari
kebutuhan
tubuh
- Menyediakan makanan berprotein tinggi, berkalori tinggi protein,
makanan bergizi dan minuman.
- Memiliki jus dan makanan ringan yang tersedia di unit setiap saat.
- Menjaga catatan yang akurat dari intake, output, menghitung
kalori, dan berat. Pantau nilai laboratorium sehari-hari.
- Tentukan suka dan tidak suka klien untuk berkolaborasi dengan
ahli diet untuk menyediakan makanan favorit.
- Beri vitamin dan mineral untuk suplemen diet.
- Berjalan atau duduk dengan klien sementara saat dia makan.
S:Klien dapat mengatur makan
O:Berat badan menujukkan peningkatan,
nafsu makan klien meningkatan, wajah
klien terlihat lebih segar
A:Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan tindakan intervensi
B. Format preplanning penkes/TAK
1. Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan.Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Terapi kelompok ini bermanfaat sebagai bentuk dukungan kepada pasien dari
perawat, selain itu juga sebagai sarana pendidikan untuk meningkatkan pemecahan
masalah, meningkatkan hubungan internasional ( sosialisasi ) dan identitas diri klien,
menyalurkan emosi yang konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok ini dibagi menjadi Terapi Aktivitas Kelompok
stimulasi kognitif atau persepsi, Terapi Aktivitas Kelompok simulasi sensori, Terapi
Aktivitas Kelompok realita dan Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi.
Gangguan bipolar , terapi aktivitas yang digunakan adalah Terapi Aktivitas
Kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, karena terapi ini klien dilatih untuk
mempersiapkan stimulus yang disediakan atau yang pernah dialami. Aktivitas berupa
stimulus yang disediakan seperti baca artikel, majalah atau buku, selanjutnya
menonton tv, stimulus dari pengalaman masa lalu yang maladaptive seperti
kemarahan, kebencian, pandangan negative kepada orang lain, dan halusinasi.
2. Topik : sosialisasi
3. Tujuan :
a. Umum
- Dapat mengajak klien untuk mampu dan bisa bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar.
b. Khusus
- Klien dapat memperkenalkan diri.
- Klien dapat menceritakan dirinya sendiri beserta lingkungannya.
- Klien dapat bersosialisasi dengan sekitar dan kelompoknya.
- Klien dapat menerima keadaan sekitanya.
- Klien dapat memahami tindakan yang benar yang harus dilakukanya.
4. Kriteria klien : Klien mengalami bipolar dengan episode depresi, isolasi soial dan
ketidak efektifan koping.
5. Struktur kegiatan
a. Tempat : Di ruangan Holistik RSJ
b. Hari/ tanggal : 29 April 2014
c. Waktu : 08-00 s./d. 08.30
d. Jumlah klien : 4 orang
e. Setting tempat : duduk melingkar.
Ket :
= Perawat
= Klien
= Fasilitator
f. Pembagian tugas: leader, fasilitator, observer (jika kelompok)
6. Alat/ media yang digunakan :
Kursi , alat tulis.
7. Tahap pelaksanaan
Tahap terapi aktivitas kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh
danberkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase
prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok: fase terminasi
kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).
a. Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,
kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.
Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang
ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4
dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK
adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak
agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
b. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran
baru.Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga
fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.Sementara Tukman (1965) dalam Stuart
dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming,
dan norming.
- Tahap Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
- Tahap Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku
yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009)
- Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih
intim satu sama lain (Keliat, 2004).
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil
dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri
dan kemandirian (Yosep, 2007).
d. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman
kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-
hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).
8. Evaluasi
a. Evaluasi Persiapan
1. Tim berjumlah 5 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 2 fasilitator, dan
1 observer.
2. Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
3. Peralatan mp3 sound system berfungsi dengan baik.
4. Klien, tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan
karakteristik klien untuk melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
b. Evaluasi Proses
1. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
2. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien.
3. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannya permainan.
4. 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif
dari awal sampai selesai.
c. Evaluasi Output
Setelah mengadakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan 8 klien yang
diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan
aktif dari awal sampai selesai.
2. 100% klien dapat meningkatkan komunkasi non verbal: bergerak mengikuti
instruksi, ekspresi wajah cerah, berani kontak mata.
3. 100% klien dapat meningkatkan komunikasi verbal (menyapa klien lain atau
perawat, mengungkapkan perasaan dengan perawat).
4. 100% klien dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok
(mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai).
5. 100% klien mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya (mau
berinteraksi dengan perawat / klien lain)
EVALUASI DAN DOKUMENTASI TAK
1. Kemampuan Verbal
No Nama Klien Aspek yang dinilai
Menanyakan
nama lengkap
Menanyakan
nama panggilan
Menanyakan
asal
Menanyakan
hobi
2. Kemampuan non verbal
No Nama
Klien
Aspek yang dinilai
Kontak
mata
Duduk
tegak
Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
Mengikuti kegiatan
sampai selesai
Keterangan : Dilakukan = 1, Tidak dilakukan = 0