askep anak dengan asma
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIALE
A. Pengertian
Asma merupakan penyakit obstruksi jalan napas yang reversible dan kronis,dengan
karakteristik adanya mengi. Asma disebabkan oleh adanya spasme saluran bronchial,atau
pembengkakan mukosa setelah terpajan berbagai stimulus. Pravalensi morbiditas dan
mortalitas asma meningkat yang mungkin akibat dari peningkatan polusi udara. Asma
merupakan penyakit kronik yang paling umum terjadi pada masa anak-anak (Murphy dan
Kelly,1993). Serangan asma mungkin terjadi pada berbagai usia terutama anak berusia 4 dan
5 tahun antara 80% hingga 90%. Anak laki-laki lebih sering mengalami asma daripada anak
perempuan hingga usia remaja. Tingkat keparahan penyakit pada anak-anak bervariasi dan
tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Asma merupakan proses reversible obstruksi pernafasan yang dikarakteristikan dengan
periode buruk dan remisi dimana bronchial mengalami spasme mengobstruksi jalan napas
(Speer,1999).
Asma juga disebut juga sebagai reactive airway disease (RAD) adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan napas secara reversible yang ditandai dengan
bronchospasme,inflamasi,dan peningkatan reaksi jalan napas terhadap berbagai stimulant
(Suriadi dan Rita Yuliani,2001)
B. Etiologi
Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang hiperresponsif terhadap iritan.
Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut merupakan iritan
berdasarkan sumbernya:
1.Faktor ekstrinsik; latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu,debu,
jamur ,polusi, asap rokok, infeksi virus, asap parfum, jenis makanan tertentu (terutama
zat yang ditambahkan ke dalam makanan) dan perubahan cepat suhu ruangan.
2.Faktor instrinsik; sakit,stress, atau fatigue yang juga mentriger, dan temperature yang
ekstrim.
C. Klasifikasi asma
Klasifikasi asma mencakup empat kategori antara lain:
1. Mild intermittent (ringan intermiten), dimana kondisi klien asma ringan yang
sebentar.
2. Mild persistent,dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus atau
menetap.
3. Moderate persistent,dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus menerus
atau menetap
4. Severe persistent, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus menerus atau
menetap.
D. Patofisiologi
Dalam keperawatan anak, inflamasi menyebabkan episode kekambuhan wheezing,
sesak, kesesakan dada dan batuk, terutama sekali pada malam dan atau pada pagi hari sekali.
Pada peristiwa ini biasanya dihubungkan dengan batasan aliran udara yang bervariasi atau
obstruksi jalan napas. Keadaan ini juga dapat kembali pulih dengan tiba-tiba atau dengan
pengobatan.
Inflamasi yang dapat terjadi pada asma juga menyebabkan adanya hubungan
peningkatan hiperresponsif pada bronchial terhadap stimuli yang bervariasi (National Heart
Lung and Blood Institute,1995). Pengenalan penting terhadap inflamasi yang dapat
menggunakan agen anti inflamasi terutama steroid involusi merupakan komponen kunci
pengobatan asma.
E. Manifestasi Klinik
1. Tanda klasik asma yaitu dyspnea, wheezing dan batuk.
2. Peningkatan frekuensi napas.
3. Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istirahat.
4. Keluhan sakit kepala,rasa lelah atau perasaan sesak dada.
5. Batuk nonproduktif yang disebabkan edema bronchial.
6. Gejala umum asma: batuk.
7. Hiperresonan saat perkusi.
F. Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Gagal jantung
3. Infeksi pernapasan
4. Kesulitan emosional
5. Kematian
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan manifestasi klinis, riwayat,pemeriksaan,
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
1. Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun,dan setiap
anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan napas rutin. Dalam spirometri
akan mendeteksi:
a. Penurunan forced expiratory volume (FEV)
b. Penurunan peak expiratory flow rate (PEFR)
c. Kehilangan forced vital capacity (FVC)
d. Kehilangan inspiratory capacity (IC)
2. Laboratorium darah lengkap,menunjukan terjadi perubahan sel darah putih selama
fase asma akut,perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan
presentasi ikatan sel yang mungkin mengindikasikan terjadi infeksi.
3. X-ray dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukan infiltrate dan hiperekspansi
jalan napas dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior dan pemeriksaan
fisik,diduga barrel chest.
4. Uji kulit untuk mengidentifikasi alergen spesifik.
H. Penatalaksanaan
1. Pemberian terapi kortikosteroid. Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi inflamasi
yang biasa digunakan untuk mengontrol gejala-gejala serta mengurangi
hiperreaktivitas pada asma kronik. Kortikosteroid diberikan melalui parenteral, oral,
atau aerosol. Obat antiinflamasi nonsteroid seperti Cromolyn sodium diberikan
untuk memblok reaksi cepat dan lambat terhadap alergi yang menstabilkan
membrane sel mast,menghambat aktivasi dan membebaskan mediator dari eosinofil
dan sel epithelium,dan menghambat penyempitan jalan napas akut setelah
mengalami aktifitas, udara dingin kering,dan sulfur dioksida.
2. Pemberian terapi bronkodilator. Terapi antikolinergik digunakan untuk mengurangi
instrinsik tonus vagal pada jalan napas dan memblok refleks bronkhokonstriksi yang
disebabkan iritasi inhalasi.
3. Peningkatan intake cairan.
4. Pengobatan respirasi seperti batuk, latihan napas dalam, dan fisioterapi dada.
Fisioterapi dada membantu relaksasi fisik dan mental,memperbaiki postur tubuh,
kekuatan otot respirasi,dan pola pernapasan lebih efisien. Fisioterapi dada
dianjurkan dilakukan pada asma akut,kongesti berat atau pneumonia.
5. Pengobatan nebulizer diberikan dengan inhalasi.
I. Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma
1. Pengkajian
A. Pemeriksaan fisik.
a. Kardiovaskuler
- Takikardi
b. Respirasi
- Karakteristik fisik respirasi kronik meliputi; konfigurasi dada seperti
barrel chest, postur dan tipe pernapasan.
- Napas pendek.
- Retraksi intercostalis.
- Takipnea
- Ronchi
- Pergerakan cuping hidung
- Wheezing saat ekspirasi yang lama.
c. Persyarafan
- Gelisah
- Ansietas
- Kesulitan tidur
d. Muskuloskeletal
- Intoleransi aktifitas.
e. Integumen
- Sianosis
- Pucat
B. Riwayat waktu sebelum asma,dan factor presipitasi.
C. Tes diagnostic,tes pungsi paru dan uji kulit.
D. Aktifitas dan konsep diri klien.
E. Persepsi anak dan keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit.
F. Dukungan social pada keluarga, cultural atau keyakinan etnik yang
mungkin mempengaruhi aktifitas manajemen diri dan pendekatan edukasi
keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan respon alergi
dan inflamasi pada pohon bronchial.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan konstriksi bronchial.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan distress
gastrointestinal.
d. Intolenrasi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
e. Fatique berhubungan dengan hipoksia.
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan memiliki anak dengan
sakit kronik.
g. Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan
intake cairan,kehilangan cairan dan diaphoresis.
h. Resiko terjadi injuri respirasi:asidosis, ketidakseimbangan elektroklit
berhubungan dengan hipoventilasi dan dehidrasi.
i. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi cara
perawatan dirumah.
3. Rencana Tindakan
Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan respon alergi
dan inflamasi pada pohon bronchial.
Tujuan: jalan napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Anak mudah bernapas tanpa dypnea.
Kemampuan beraktifitas meningkat.
Intervensi:
a. Mandiri
- Batasi aktifitas fisik anak,dan berikan aktifitas yang diperlukan saja.
Rasional: aktifitas anak yang berlebihan akan meningkatkan kebutuhan
oksigen dan metabolic serta mengganggu oksigenasi seluler.
- Gunakan teknik bermain untuk latihan pernapasan pada anak yang
muda.
Rasional: latihan pernapasan pada anak dengan menggunakan teknik
bermain memperpanjang waktu ekspirasi dan meningkatkan tekanan
ekspirasi.
- Instruksikan anak dan orangtua untuk melakukan latihan
pernapasan,batuk,dan posisi tubuh tegak lurus.
Rasional: meningkatkan pernapasan diagfragma,ekspansi paru dan
memperbaiki pergerakan dinding dada untuk kebutuhan oksigenasi.
- Anjurkan latihan fisik yang memerlukan sedikit energy.
Rasional: mencegah terlalu lelah dan menurunkan konsumsi oksigen.
- Anjurkan mempertahankan postur tubuh yang baik.
Rasional: postur tubuh yang tepat memfasilitasi proses ventilasi.
b. Kolaborasi:
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional: pemberian oksigen memperbaiki oksigenasi dan membantu
menghilangkan sekresi.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan konstriksi bronchial.
Tujuan: pertukaran gas meningkat
Kriteria hasil:
Wheezing dan retraksi berkurang.
Batuk menurun.
Pengisian kapiler 3-5 detik.
Intervensi:
a. Mandiri:
- Kaji kecepatan respirasi anak dan auskultasi suara napas.
Rasional: memberikan data untuk mengkaji perubahan pernapasan
sebelum dan sesudah terapi.
- Atur posisi anak dengan posisi yang diberikan fowler tinggi atau duduk
dengan dada ke depan.
Rasional: posisi fowler tinggi meningkatkan ekspansi paru yang
mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gaya gravitasi.
- Lakukan fisioterapi dada 3 atau 4 kali setiap hari.
Rasional: fisioterapi dada merupakan kombinasi postural
drainage,perkusi, vibrasi dada, batuk dan latihan pernapasan dalam
yang membantu menghilangkan dan mengeluarkan secret,
pengembangan paru kembali dan meningkatkan penggunaan otot
pernapasan yang efisien.
b. Kolaborasi:
- Berikan bronkodilator seperti albuterol dan steroid,seperti:
metylprednisolone (solumedrol) atau steroid inhalasi.
Rasional: bronkodilator merilekskan otot halus bronchial,dan steroid
mengurangi inflamasi.
- Hisap lendir anak sesuai kebutuhan untuk mengeluarkan mucus dari
jalan napas.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
distress gastrointestinal.
Tujuan: status nutrisi anak adekuat.
Kriteria hasil:
Berat badan dipertahankan atau ditingkatkan.
Mual dan muntah menurun
Anak mengkonsumsi makanan sedikitnya habisnya 80% setiap kali
makan.
a. Mandiri
- Hidangkan makan kecil yang disukai anak,frekuensi 5-6kali/hari.
Rasional: makanan kecil,dan frekuensi makan memerlukan sedikit
energy untuk dicerna dan tidak penuh pada abdomen yang dapat
menurunkan ekspansi paru. Menyediakan makanan yang disukai anak
membantu memastikan intake anak adekuat.
- Hindari makanan yang menyebabkan alergi,seperti telur,tepung dan
coklat.
Rasional: makanan ini mungkin mentriger serangan alergi pada anak
yang sensitive.
- Lakukan penilaian pada status nutrisi anak seperti berat badan,tinggi
badan, lingkar lengan, konjungtiva, indeks masa tubuh,laboratorium
darah.
Rasional: status nutrisi ditentukan dari pemeriksaan fisik dan
laboratorium darah sehingga kebutuhan kalori dapat ditentukan dan
mengevaluasi keadekuatan rencana pemenuhan nutrisi.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan: aktifitas anak dapat ditoleransi
Kriteria hasil:
Anak dapat melakukan aktifitas
Anak dapat beristirahat.
Intervensi:
- Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup dan aktifitas yang aman
untuk menghemat suplai oksigen.
Rasional: menghemat suplai oksigen dapat menurunkan kebutuhan
metabolic.
- Anjurkan aktifitas anak yang tepat sesuai kondisi dan kemampuan
anak.
Rasional: tubuh anak yang tidak mampu mentoleransi aktifitas yang
dilakukan dengan tepat menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai
oksigen.
Fatigue berhubungan dengan hipoksia.
Tujuan: fatigue berkurang.
Kriteria hasil:
Penurunan agitasi
Tidak ada gangguan tidur.
Intervensi:
a. Mandiri:
- Kaji tanda-tanda hipoksia atau hiperkapnia.
Rasional: deteksi awal dan pengobatan hipoksia dan hiperkapnia
dengan cepat membantu mencegah gelisah lebih jauh atau fatigue.
- Berikan waktu istirahat yang cukup dan adekuat.
Rasional: istirahat dengan waktu cukup menurunkan tingkat aktifitas
anak dengan usaha respirasi dan mengurangkan fatigue.
- Atur posisi anak dalam posisi supine dengan kepala tempat tidur 45
derajat.
Rasional: penempatan anaka dalam posisi ini meningkatkan
kemampuan ekspansi paru dan memperbaiki oksigenasi,oleh karena itu
dapat menurunkan kegelisahan.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan memiliki anak dengan
sakit kronik.
Tujuan: Keluarga mampu beradaptasi.
Kriteria hasil:
Keluarga dapat mengatasi gejala dan efeknya.
Keluarga menyediakan lingkungan yang baik.
Intervensi:
a. Mandiri
- Kaji mekanisme koping orang tua dan anak sebelumnya bila
mengalami stress.
Rasional: perawat dapat mengidentifikasi mekanisme koping yang tepat
bersama anak dan keluarga.
- Berikan kesempatan pada orangtua untuk mengekpresikan perasaannya.
Rasional: orangtua mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi
stress.
Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan sulitnya
mendapat cairan, kehilangan cairan dan diaphoresis.
Tujuan: tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil:
Kondisi menunjukan hidrasi yang adekuat,turgor kulit baik,produksi urin
1-2ml/kg/jam.
Laboratorium elektrolit dalam batas normal.
Intervensi:
a. Mandiri:
- Kaji tugor kulit anak dan monitor output urin setiap 4 jam.
Rasional: pengkajian dan monitoring mengidentifikasi tingkat hidrasi
dan kebutuhan cairan tambahan.
- Gunakan teknik bermain untuk memenuhi kebutuhan cairan anak
sesuai usia.
Rasional: teknik bemain memotivasi anak untuk meningkatkan intake
cairan.
- Berikan intake cairan peroral bila dapat ditoleransi tubuh,dan hindari
minuman yang dingin.
Rasional:minuman dingin dapat mentriger refleks bronkospasme.
b. Kolaborasi:
- Pertahankan terapi parenteral bila diindikasikan dan monitor kelebihan
cairan.
Rasional: terapi cairan akan meningkatkan sekresi cairan.
- Monitor hasil laboratorium elektrolit.
Rasional: dehidrasi menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi cara
perawatan dirumah.
Tujuan: pemahaman orangtua terhadap pengetahuan bertambah.
Kriteria hasil:
Orangtua mengungkapkan pemahaman tentang cara perawatan anak
dirumah.
Orangtua malakukan cara perawatan anak.
Intervensi:
a. Mandiri:
- Jelaskan pada orangtua tentang fisiologi penyakit anak.
Rasional: pemahaman penyakit mungkin membantu anak dan orangtua
mematuhi regimen pengobatan.
- Ajarkan orangtua tentang tanda dan gejala infeksi respirasi termasuk
deman, distress respirasi, wheezing dan takipnea.
Rasional: deteksi dini pengobatan infeksi respirasi mungkin mencegah
atau mengurangi distress pernapasan berhubungan dengan serangan
asma.
- Ajarkan factor-faktor yang mungkin menunjukkan adanya serangan
asma,seperti allergen ,infeksi ,latihan,perubahan cuaca dan stress.
Rasional: mengajarkan hal tersebut mungkin membantu menurunkan
jumlah serangan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). Pedoman Penatalaksanaan Asma Bronkial.
CV Infomedika Jakarta.
Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press.
http://www.infoasma.org