askep asma bronkhiale.docx

21
DES 92012 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ASHMA BRONKIAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKHIAL 1. 1. DEFENISI The American Thoracic Society menyatakan bahwa asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (Tanjung, 2003. http://google.com). Menurut United States Nasional Tuberculosis Assosiation (1967), asma bronkhial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh peningkatan reaksi trakea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya adalah tampaknya suatu perubahan status imunologis sipenderita. (http://www.jevuska.com). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma bronkhial memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1. Penyempitan atau obstruksi saluran nafas yang reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan. 2. Kesukaran untuk bernafas. 3. Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan/stimulus. 1. 2. ETIOLOGI Etiologi dari asma bronkhial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial. a. Faktor Predisposisi Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial. Yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu, hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor Presipitasi

Upload: rochmah

Post on 18-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep asma bronkhiale.docx

DES92012

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ASHMA BRONKIAL

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKHIAL 

 

1. 1.      DEFENISIThe American Thoracic Society menyatakan bahwa asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (Tanjung, 2003. http://google.com).Menurut United States Nasional Tuberculosis Assosiation (1967), asma bronkhial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh peningkatan reaksi trakea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya adalah tampaknya suatu perubahan status imunologis sipenderita. (http://www.jevuska.com).Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma bronkhial memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Penyempitan atau obstruksi saluran nafas yang reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan.

2. Kesukaran untuk bernafas.3. Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan/stimulus.

 

1. 2.      ETIOLOGIEtiologi dari asma bronkhial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.

a.   Faktor Predisposisi

Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial. Yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu, hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b.   Faktor Presipitasi

AlergenAlergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Page 2: askep asma bronkhiale.docx

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.

1. Ingestan, yang masuk melalui mulut.Contohnya: makanan dan obat-obatan.

1. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.Contohnya: perhiasan, logam, dan jam tangan.

Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang, serangan asma berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, dan musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

StressStress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerjaLingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.

 

Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.

Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah aktifitas tersebut selesai.

      Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

1. Intrinsik (non alergik)Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.

1. Asma gabungan

Page 3: askep asma bronkhiale.docx

Asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

(Tanjung, 2003)

 

1. 3.      PATOFISIOLOGIAsma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas, sehingga klien merasa sesak nafas/dispnea.

Penyebab yang umum terjadi pada asma adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Seorang yang menderita alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E abnormal dalam jumlah besar dan bila antibodi tersebut bereaksi dengan antigen spesifiknya, akan terjadi reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor tersebut akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus, dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Biasanya, penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi, karena diameter bronkiolus selama ekspirasi lebih kecil daripada selama inspirasi akibat peningkatan tekanan dalam paru. Hal tersebut menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal tersebut bisa menyebabkan barrel chest.

Akibat kesulitan dalam bernafas, asupan oksigen menjadi tidak adekuat, sehingga aliran darah ke perifer berkurang dan terjadi sianosis, peningkatan tekanan darah, dan denyut jantung. Jika aliran darah keotak juga berkurang, maka kesadaran klien terganggu dan terjadi penurunan kesadaran. Sesak nafas juga dapat mengganggu aktivitas dan kemampuan untuk makan, sehingga dapat meyebabkan gangguan dalam beraktivitas dan penurunan berat badan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat.

 

1. 4.      TANDA DAN GEJALATanda dan gejala yang ditemukan pada anak dengan asma bronkhial adalah:

1. Sesak napas/dispnea.2. Batuk yang disertai lendir/batuk kering.3. Nyeri dada.4. Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari

dan memburuk pada malam hari.5. Gelisah.6. Kemerahan pada jaringan.

Page 4: askep asma bronkhiale.docx

Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak dan makin berat, antara lain : barrel chest, sianosis, gangguan kesadaran, takikardi, peningkatan tekanan darah, dan pernafasan yang cepat dan dangkal.

Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, seperti status asmatikus, atelektasis, hipoksemia, pneumothoraks, emfisema, deformitas toraks, dan gagal nafas.

 

1. 5.      WOCTerlampir

 

1. 6.      PENATALAKSANAANPrinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma3. Memberikan informasi kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma, baik

pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan terhadap perawatan anak.

Pengobatan pada asma bronkhial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologikYang termasuk pengobatan non farmakologik untuk anak dengan asma bronkhial adalah:

Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisioterapi Pemberian O2 bila terjadi serangan asma berat.1. Pengobatan farmakologik

Obat-obat anti asma umumnya ditujukan untuk melebarkan saluran napas pada serangan asma. Kadang-kadang juga diperlukan obat anti inflamasi/anti peradangan dalam penanganan asma bronkhial.

Yang termasuk pengobatan farmakologik untuk anak dengan asma bronkhial adalah:

BronkodilatorBronkodilator merupakan obat yang digunakan untuk melebarkan saluran nafas, yang terdiri dari 2 golongan, yaitu:

1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)Contohnya: Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), dan Terbutalin (bricasma).

Page 5: askep asma bronkhiale.docx

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan (seperti MDI/Metered doseinhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (seperti Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan bronkodilator (seperti Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin).

2. Santin (teofilin)Contohnya: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), dan Teofilin (Amilex).

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaiannya dapat dalam bentuk suntikan yang disuntikkan secara perlahan-lahan ke pembuluh darah, untuk serangan asma akut.

Karena sering merangsang lambung, bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.

Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita tidak dapat minum teofilin karena muntah atau lambungnya kering.

KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin digunakan untuk penderita asma alergi.

Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

KetolifenKetolifen juga mempunyai efek pencegahan terhadap asma. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Ketolifen dapat diberikan secara oral.

 

1. 7.      DATA FOKUSA. a.      Wawancara

Adanya atopi dalam anggota keluarga. Riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan. Riwayat penyakit paru sebelumnya. Kemampuan melakukan aktivitas dengan keadaan yang sulit bernafas. Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. Adanya batuk berulang.

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan. Penurunan berat badan karena anoreksia. Keterbatasan mobilitas fisik.

 

1. b.      Pemeriksaan Fisik Frekuensi nafas cepat dan dangkal.

Page 6: askep asma bronkhiale.docx

Klien terlihat sulit bernafas/dispnea. Bunyi nafas mengi/wheezing. Fase ekspirasi memanjang Saat dipalpasi, taktil fremitus meningkat, menurun, atau menetap. Saat diauskultasi, resonan meningkat atau melemah. Sering tampak pucat. Klien terlihat menggunakan otot bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu atau melebarkan

hidung. Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung. Kulit kemerahan atau berkeringat. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Klien terlihat ansietas, ketakutan, peka rangsangan, dan gelisah.

 

1. c.       Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

1. Kristal-kristal charcot leyden, yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.2. Spiral curshmann, yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.3. Creole, yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.4. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, yang umumnya bersifat mukoid dengan

viskositas yang tinggi.5. Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan darahnya adalah:

1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

pH normal pada anak-anak: 7,36-7,44, PCO2  : 35-45 mmHg, PO2 : 75-100 mmHg, dan HCO3       : 24-28 mEq/L

1. Kadang-kadang, pada darah terdapat peningkatan SGOT/Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase (Normalnya pada laki-laki 37 U/L dan pada wanita 31 U/L) dan LDH (Normalnya 80-240 U/L).

2. Hiponatremia (Nilai natrium normal pada anak-anak adalah 135-145 mEq/L dan pada bayi 134-150 mEq/L) dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3  (Normalnya pada bayi/anak 9000-12.000/mm3) dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

3. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

Pemeriksaan radiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada pru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga interkostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang ditemukan adalah sebagai berikut:

1. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.2. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

Page 7: askep asma bronkhiale.docx

3. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru dan gambaran atelektasis lokal.

4. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

Pemeriksaan tes kulitPemeriksaan kulit dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

1. Perubahan aksis jantung2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yaitu terdapatnya RBB (Right bundle branch

block).3. Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardi atau terjadinya depresi segmen ST

negatif. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

SpirometriPemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan, tetapi hasil pemeriksaan spirometrinya menunjukkan adanya obstruksi.

 

1. 8.      ANALISA DATANo Data Patofisiologi Masalah

1 DO:

Klien terlihat kesulitan mengeluarkan sekret karena sesak nafas (dispnea).

Klien terlihat menggunakan otot bantu bantu pernafasan saat bernafas.

Bunyi nafas klien abnormal, yaitu adanya bunyi nafas mengi (wheezing).

DS:

Alergen, perubahan cuaca, aktivitas jasmani yang berat,

stress.  

Merangsang pengeluaran histamin, zat anafilaktik,

eosinofil, bradikinin.

Bersihan jalan nafas tak efektif

Page 8: askep asma bronkhiale.docx

Klien mengeluh kesulitan mengeluarkan sekret.

 

Spasme otot     sekresi se

bronkheolus     kret me ↑

      ↓                     

Penyempitan   

bronkhus 

      ↓

Pengeluaran

sekret ter

ganggu

     ↓

Bersihan jalan nafas tidak efektif.

    

Page 9: askep asma bronkhiale.docx

2

DO:

Dispnea saat melakukan aktivitas.

Kulit kien terlihat kemerahan atau sianosis.

Klien terlihat bingung dan gelisah.

DS:               

Klien mengeluh sesak nafas saat melakukan aktivitas.

Asma Bronkhial

Kontraksi spastis otot polos bronkheolus.

Sukar bernafas.

Sesak nafas/dispnea, nafas cepat dan dangkal.

Asupan O2 tidak adekuat.↓

Hipoksemia

CO2 me↑↓

Asidosis respiratorik.

Kerusakan pertukaran gas.Kerusakan pertukaran

gas

3 DO:

BB klien 10-20% atau lebih dibawah BB ideal.

Lipatan kulit trisep dan LILA < 60% standar pengukuran.

Nyeri tekan otot. Klien terlihat kurang

bergairah.DS:

Klien mengeluh merasa lemah, letih, dan lesu.

 

 Asma Bronkhial

Kontraksi spastis otot polos bronkheolus.

Sukar bernafas.

Sesak nafas/dispnea, nafas

Perubahan nutrisi: Kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 10: askep asma bronkhiale.docx

cepat dan dangkal.

Kemampuan untuk makan menurun

Anoreksia

BB me ↓

Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh.

4 DO:

Klien terlihat pucat dan sianosis.

Klien mengalami dispnea.

Frekuensi pernafasan >24x/menit

Frekuensi nadi > 95x/menit.

 

DS:

Klien mengeluh sukar bergerak karena sesak nafas.

Asma Bronkhial

 

Kontraksi       Inspirasi

Spastis           adekuat, eks

otot polos       pirasi ≠ ade

bronkheolus.  kuat

     ↓                       ↓

Sukar ber        Udara terpe

nafas.               rangkap

     ↓                      ↓     

Dispnea,          Kapasitas

nafas cepat      Residu dan

dan dangkal.    Volume re

Intoleran aktivitas

Page 11: askep asma bronkhiale.docx

    ↓                  sidu me↑

Susah ber             ↓

aktivitas.         pengguna

                        an otot ban

                        tu nafas

                            ↓

                        Kelemahan

                            ↓

Intoleran Aktifitas

5

DO:

Leukosit klien mengalami peningkatan

DS:

Klien mengatakan bahwa ia alergi terhadap debu, makanan, atau alergen lainnya.

Alergen

Antibodi membentuk Ig.E abnormal

Alergen bereaksi dengan antibodi.

Imunitas menurun.

Leulosit me↑

Resiko tinggi infeksiRisiko tinggi terhadap

infeksi

6 DO:

Dispnea. Pucat atau sianosis. Klien mengalami

penurunan kesadaran.

Asma Bronkhial

Kontraksi spastis otot polos

Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius)

Page 12: askep asma bronkhiale.docx

DS:

Klien mengeluh pusing.

bronkheolus.

Sukar bernafas.

Sesak nafas/dispnea, nafas cepat dan dangkal.

Asupan O2 tidak adekuat.↓

Hipoksemia

CO2 me↑↓

Asidosis respiratorik.

Gangguan kesadaran

Resiko tinggi cedera.

7 DO:

Klien melakukan perawatan pada anak dengan Asma Bronkhial dengan cara yang tidak tepat.

 

DS:

Klien mengatakan bahwa ia tidak tahu tentang Asma Bronkhial.

Klien mengatakan kalau ia tidak tahu tentang

Serangan asma yang tiba-tiba.

Klien dan keluarga kurang memperoleh informasi

tentang asma.

Penanganan asma tidak tepat.

Kurang pengetahuan

Page 13: askep asma bronkhiale.docx

cara penanganan seranagan Asma.

Kurang Pengetahuan

8

DO:

Nafas klien cepat dan dangkal.

Frekuensi jantung meningkat.

Tekanan darah meningkat.

Klien terlihat berkeringat.

Klien terlihat pucat atau kemerahan.

Klien terlihat tremor.DS:

Klien merasa berdebar-debar.

Klien mengeluh malas makan.

Serangan asma berulang.

Status asmatikus.

Kesukaran bernafas.

Gelisah, takut, dan cemas.

Ansietas Ansietas

 

1. 9.      DIAGNOSA KEPERAWATANA. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi,

dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan. (Doenges, 1999).B. Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan

oleh dispnea, bingung, dan gelisah. (Doenges, 1999).C. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia, yang

dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan. (Doenges, 1999).

D. Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen. (Wong, 2003).

E. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas. (Doenges, 1999).F. Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius) b.d. hipoventilasi. (Wong, 2003).G. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tentang

informasi. (Doenges, 1999).H. Ansietas b.d. kesukaran bernafas. (Carpenito, 2000).

 

 

 

1. 10.  ASUHAN KEPERAWATANASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKHIAL

Page 14: askep asma bronkhiale.docx

NO

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

IMPLEMENTASI EVALUASI

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1 Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi, dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan.

Tujuan:

Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih dan jelas.

 

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan intervensi, anak akan bernafas dengan mudah tanpa dispnea.

 

Mandiri

Auskultasi bunyi nafas dan catatadanya  abnormalitas bunyi nafas, seperti mengi.

 

 

 

 

Kaji/ pantau frekuensipernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.

 

 

 

 

 

Catat adanya derajat dispnea,ansietas, distress pernafasan,penggunaan otot bantu pernafasan.

 

 

Tempatkan anak dalam posisi yang nyaman, seperti meninggikan

 

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan dengan adanya nafas yang abnormal..

Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi akut.

 

Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.

Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

 

Pencetus tipe alergi pernafasan dapat menimbulkan episode akut.

Hidrasi membantu menurunkan

   

Page 15: askep asma bronkhiale.docx

kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur

Pertahankan polusi lingkunganminimum, contoh: debu, asap dll

 

Tingkatkan masukan cairansampai dengan 3000 ml/harisesuai toleransi jantungdenganmemberikan air hangat.

 

 

 

 

 

Kolaborasi

Berikan obat bronkodilator sesuai dengan indikasi

 

kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

 

Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

 

2 Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan oleh dispnea, bingung, dan gelisah

Tujuan:

Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas

 

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan intervensi, anak akan mempunyai pertukaran gas yang adekuat, dengan GDA dalam

Mandiri

Kaji/awasi secara rutin kulitdan membran mukosa.

 

 

 

Palpasi fremitus 

 

Melihat adanya sianosis perifer atau sentral. Sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan/udara.

Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan

   

Page 16: askep asma bronkhiale.docx

rentang normal, PO2 ≥ 80 mmHg, Pa CO2 = 35-45 mmHg, dan pH = 7,35-7,45.

 

 

 

Awasi tanda vital dan iramajantung

 

 

 

 

Posisikan klien pada posisi yang nyaman.

 

Kolaborasi

Berikan oksigen tambahansesuai dengan indikasi hasilGDA dan toleransi pasien.

 

efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Untuk meningkatkan pertukaran gas yang optimal.

 

Memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.

3 Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia, yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan unutk makan.

 

Tujuan:

Meningkatkan asupan nutrisi anak.

 

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan intervensi, anak akan menunjukkan peningkatan berat badan.

 

Mandiri

Kaji kebiasaan diet, masukanmakanan saat ini dan catat derajatkerusakan makanan.

Sering lakukan perawatan oral,buang sekret, berikan wadahkhusus untuk sekali pakai.

 

 

 

Kolaborasi

 

Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.

 

Rasa tak enak dan bau dapat menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

 

Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, sehingga dapat

   

Page 17: askep asma bronkhiale.docx

Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

meningkatkan masukan.

 

4

Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.

Tujuan:

Klien mendapatkan istirahat yang optimal.

 

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan intervensi, anak tampak segar dan dapat beraktivitas dengan baik.

 

Dorong aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak

Beri kesempatan anak untuk tidur, istirahat, dan aktivitas yang tenang.

Untuk menghindari keletihan pada anak.

 

Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan.

   

5 Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas

Tujuan:

Mencegah komplikasi dan memburuknya keadaan anak.

 

Kriteria hasil :

Anak/ keluarga akan dapat mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.

Anak/ keluarga akan memperlihatkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan

Mandiri

Awasi suhu 

 

Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat

 

 

 

Kolaborasi

Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, atau kultur/sensitifitas.

 

Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

 

Untuk mengidentifikasi organisme penyabab dan kerentanan terhadap berbagai anti mikrobial

   

Page 18: askep asma bronkhiale.docx

yang aman. 

6

Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius) b.d. hipoventilasi.

Tujuan:

Klien tidak mengalami asidosis.

 

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan intervensi, anak tidak memperlihatkan tanda-tanda asidusis respiratorius.

Cegah muntah pada anak.

Lakukan tindakan untuk memperbaiki ventilasi.

Pantau pH darah dengan cermat.

Beri natrium bikarbonat sesuai ketentuan.

 

 

Mencegah terjadinya asidosis.

Hipoventilasi dapat menyebabkan akumulasi CO2.

pH normal dapat meningkatkan efek bronkodilator.

Untuk mencegah atau memperbaiki asidosis.

 

     

7

Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi

Tujuan:

Memberi informasi tentang proses penyakit/ prognosis  dan program pengobatan.

 

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan intervensi, keluarga menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan tindakan.

 

Jelaskan tentang penyakit individu

 

 

 

 

Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.

 

Tunjukkan tekhnik penggunaan inhaler.

 

Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.

Pemberian obat yang tepat akan meningkatkan keefektifanya.

   

 

 

 

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Page 19: askep asma bronkhiale.docx

 

Agung. 2008. Kenali Gejala Alergi Pernapasan Pada Anak. http://salsabila.agungdanrika.net. Diakses tanggal 13 November 2008.Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sutedjo. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books.

Tanjung, dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses dari http://google.com. Tanggal 13 November 2008.2008. Alergi pada Anak, Dapatkah Dicegah? http://bz.blogfam.com. Diakses tanggal 13 November 2008.2008. Asma.http://www.rspaw.or.id. Diakses tanggal 13 November 2008.2007. Asma Bronkial. http://www.jevuska.com. Diakses tanggal 13 November 2008.