asi
DESCRIPTION
documentTRANSCRIPT
-
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI 2.1.1. Pengertian ASI
ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi segera setelah lahir. ASI
mempunyai kelebihan baik ditinjau dari segi gizi dan daya kekebalan tubuh. ASI
mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi
sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi
(DepKes RI, 2003).
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Sebenarnya ASI
tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia
6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus mulai diberikan makanan padat, ASI dapat
diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun (DepKes RI, 2003).
2.1.2. Komposisi ASI
Komposisi ASI dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya masa laktasi,
nutrisi, diet, dan jenis bangsa/ras. Komposisi ASI pada masa laktasi dibedakan
menjadi 3, yang terdiri dari :
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali dikeluarkan oleh kelenjar
susu dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, cairan tersebut sifat nya
kental dan berwarna kuning karena mengandung betakarotin. Kolostrum lebih banyak
mengandung protein terutama globulin, mineral terutama natrium, kalium dan
Universitas Sumatera Utara
-
vitamin yang larut dalam lemak. globulin pada kolostorum merupakan antibodi
yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi berusia 6 bulan (DepKes
RI, 2005).
2. Air Susu Peralihan
Merupakan peralihan kolostrum dan ASI mature. Air susu ini diproduksi pada
hari ke 4-7 sampai dengan hari ke 10-14 masa laktasi. Kadar protein pada susu ini
semakin menurun, sedangkan kadar lemak, karbohidrat serta volume semakin
bertambah.
3. Air Susu Mature
Air susu ibu yang diseksresikan pada hari ke 10-14 dan seterusnya. Air susu
mature merupakan cairan putih kekuningan yang disebabkan oleh warna garam
kalsium kaseinat, riboflavin, dan karotin. ASI ini tidak menggumpal bila dipanaskan
(Akre, 1994).
Komposisi gizi dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk masa 4-6
bulan. Komposisi gizi tersebut mempunyai arti besar sekali untuk bayi. Zat-zat yang
terkandung dalam ASI antara lain :
1. Air
ASI mengandung sekitar 88 gram air per 1 gram ASI. Air berguna untuk
melarutkan zat yang terdapat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan keadaan
hiperkalsemia dan hipernatremia (Roesli, 2000).
2. Protein
Susu ibu terdiri dari 1,1 % protein. Protein ini terdiri dari casein dan whey
protein (laktabumin dan laktoglobulin), yang lebih muda dicerna dibanding casein.
Universitas Sumatera Utara
-
Pada ASI laktabumin 60% dan 40%. Protein lain yang ditemukan dalam ASI adalah
lysozymdan dan laktoferin yang mempunyai peranan sebagai anti infeksi (DepKes,
2005).
Laktoglobulin yang ada pada protein susu mengandung protein tinggi yang
dibutuhkan bayi, dan semua ini mengandung antibody terhadap segala macam
penyakit (Penny, 1997).
3. Lemak
Sumber energi utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI
antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh
bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol ASI lebih tinggi
dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar
kolesterol darah lebih tinggi. Hal ini berguna untuk membentuk enzim yang
diperlukan untuk mengendalikan kadar kolesterol dikemudian hari. Juga variasi
dalam jumlah dan tipe lemak ASI sangat penting pada perkembangan normal susunan
saraf pusat (Suharjo, 1996).
Selain itu ASI juga mengandung DHA dan AA yang jumlahnya sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari
(DepKes, 2005).
4. Karbohidrat
ASI mengandung laktosa lebih tinggi (6,5-7%) dari susu sapi. Laktosa dibagi
dalam 2 bagian, yaitu galaktosa dan glukosa. Galaktosa merupakan bahan yang
sangat diperlukan lapisan myelin serat-serat urat saraf. Laktosa dalam usus akan
Universitas Sumatera Utara
-
mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. Adanya asam laktat dalam usus
bayi memberi manfaat berupa :
Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis.
Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin dalam usus.
Memudahkan terjadinya pengendapan Calsium Caseinat (protein susu).
Memudahkan berbagai jenis mineral seperti kalsium, pospor, magnesium
(DepKes, 2003).
5. Mineral
Kandungan mineral dalam ASI lebih kecil dibandingkan kandungan mineral
dalam susu sapi (1:4). Karena kandungan mineral yang tinggi pada susu akan
menyebabkan terjadinya beban osmolar yaitu tinggi kadar mineral dalam tubuh
(Pudjiadi, 2000).
6. Vitamin
Kadar vitamin dalam ASI diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus
cukup dan seimbang. ASI mengandung vitamin A yang tinggi dan vitamin D yang
rendah. Sehingga bayi yang premature atau bayi yang kurang mendapatkan sinar
matahari , dianjurkan untuk diberi suplementasi vitamin D. ASI mengandung vitamin
C yang lebih banyak dari susu sapi, kecuali jika makanan ibu kekurangan vitamin C.
vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat
dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Didalam ASi juga terdapat
vitamin E, terutama dalam kolostrum (Suharjo,1996).
Universitas Sumatera Utara
-
7. Faktor-faktor Anti infeksi
Susu ibu mengandung antibodi dan bahan-bahan lain yang dapat mencegah
infeksi dalam tubuh bayi. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam pencernaan bayi
karena tahan terhadap asam. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi
terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli
dalam tinja bayi juga rendah. Faktor-faktor pelindung terdiri atas berbagai macam
imunoglobin, lysozym, laktoperoksid, faktor pertumbuhan lactobasilus, substansi
streptococus , makrofag dan dan lemak (DepKes, 2005).
Imuglobulin
Semua macam imunoglobulin terdapat pada ASI seperti Ig A, Ig E, Ig G, Ig
M. imunoglobulin A kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum. Sekretori Ig A tidak
diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam
pencernaan (DepKes RI, 2005).
Lysozym
Lysozym adalah enzim yang memecah dinding bakteri. Lysozym merupakan salah
satu enzim yang terdapat dalam ASI sebnyak 6-300 mg/100 ml, dan kadarnya biasa
naik 3000-5000 kali lebih banyak dibandingkan kadar lisozym dalam susu sapi.
Enzim ini aktif mengatasi bakteri E.coli dan salmonella (DepKes RI, 2005).
Laktoperoksidase
Laktoperoksidase merupakan enzim bersama-sama peroksidase hidrogen dan ion
tiosinat membantu membunuh streptococcus (Pudjiati, 1999).
Universitas Sumatera Utara
-
Faktor Bifidus
Sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen dan menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan
berguna untuk menghambat petumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran bayi
menjadi bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yanm meminum susu formul
(DepKes RI, 2005)
Faktor anti staphilococus
Merupakan asam lemak dan melidungi bayi terhadap gangguan bakteri
staphilococus.
Laktoferin dan Transferin
Kedua zat ini tedapat dalam ASI walaupun tidak banyak. Protein-protein
tersebut mempunyai kapasitas pengikat zat besi bagi pertumbuhan kuman yang
memerlukan.
Komponen komplemen
Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang dapat dibedakan satu
sama lain, dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produk kuman dan
enzim. Dalam kolostrum terdapat konentrasi CO yang tinggi hingga dalam keadaan
aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti.
Lipase
ASI mengandung lipase yang juga merupakan zat anti virus (Pudjiati, 1999)
Universitas Sumatera Utara
-
2.1.3. ASI Eksklusif
ASI Ekslusif adalah perilaku dimana bayi sampai dengan umur 6 bulan hanya
diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa makanan tambahan dan atau minuman lain
kecuali sirop obat (DepKes RI, 2003).
Sedangakan menurut WHO/Unicef (2001) pemberian ASI Eksklusif adalah bayi
hanya diberikan ASI saja, langsung atau tidak langsung (diperas).
Secara keseluruhan pemberian ASI Eksklusif mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Hanya ASI sampai umur 6 bulan
2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
3. Tidak memberikan makanan pralakteal seperti air gula atau air tajin kepada
bayi baru lahir
4. menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand)
5. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari hari pertama, yang bernilai
gizi) kepada bayi
6. Menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari
Cairan lain yang diperbolehkan hanya vitamin/mineraldan obat sesuai anjuran dokter.
2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang
telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi
(Sulistijani, 2001). Sedang menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
(2006), MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
Universitas Sumatera Utara
-
Tujuan pemberian Makanan Pendamping ASI adalah untuk menambah energi
dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi terus menerus.
Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan bayi sangat
membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan
kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini, para orang tua dianjurkan untuk
memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan
fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan
dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak yang bersangkutan
menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa (Husaini dan Aswar, 1984
dalam Krisnatuti, 2007).
Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair,
karena gigi sudah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di
samping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan
bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam
mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi
makanan ( Setengah Padat) (Arisman, 2004). Selain itu saat bayi berumur enam bulan
keatas, sistem pencernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-
ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase enzim
amilase dan sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat ia berumur enam
bulan (Anonim, 2005). Agar makanan pendamping ASI dapat diberikan efisien,
sebaiknya diberikan secara bertahap dan hati-hati, sedikit demi sedikit dalam bentuk
encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental (Arisman, 2004).
Universitas Sumatera Utara
-
Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran
instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dijadikan bubur.
Makanan pendamping ASI dapat dibuat sendiri untuk bayi dengan
menggunakan bahan pangan lokal, dengan harga yang murah dan mudah didapat
serta bentuknya lebih bervariasi (Krisnatuti, 2007).
2.3. Imunisasi
2.3.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dalam imunologi,
kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Imunisasi merupakan
upaya pemberian ketahanan tubuh yang dibentuk melalui vaksinasi (pemberian
vaksin) maka jika ada antigen berupa virus atau kuman masuk ke dalam tubuh secara
langsung, tubuh akan membentuk antibodi (Markum, 1997).
Ada dua jenis kekebalan terhadap penyakit yaitu :
1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specifik Resistance) yaitu pertahanan tubuh pada
manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit.
Misalnya kulit, air mata, reflek tertentu seperti batuk dan bersin.
2. Kekebalan Spesifik (Specifik Resistance) yaitu kekebalan yang diperoleh dari dua
sumber yaitu :
a. Kekebalan Genetik, berasal dari simber genetik biasanya berhubungan dengan
ras ( warna kulit dan kelompok etnis).
b. Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity), diperoleh dari luar tubuh
individu.
Universitas Sumatera Utara
-
Dalam hal ini Imunisasi termasuk dalam jenis kekebalan spesifik yang
diperoleh.
2.3.2. Jenis Imunisasi Dasar yang Wajib di Indonesia
1. BCG (Bacillus Calmete Guerin)
Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit TBC yang disebabkan oleh
bakteri Mycrobakterium tuberculosis.
2. DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
Vaksin DPT melindungi anak terhadap penyakit Difteri yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphteriae, penyakit Pertusis yang disebabkan oleh kuman
Bordetella pertusis, penyakit tetanus yang disebabkan oleh Clostridium tetani.
3. Polio
Vaksin polio melindungi anak dari penyakit polio (Poliomyelitis) yang
disebabkan oleh virus.
4. Campak
Melindungi anak dari penyakit campak (measles) yang disebabkan oleh virus
dari golongan Paramyxo virus.
5. Hepatitis B
Melindungi anak terhadap penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh virus.
2.3.3. Jadwal Pemberian Imunisasi
Berbagai vaksin tersedia untuk menangkal bermacam-macam penyakit dengan
cara pemakaian dan permberian yang berbeda. Ada vaksin yang perlu
dikombinasiakan, ada juga yang diberikan dalam bentuk suntikan tunggal. Pemberian
Universitas Sumatera Utara
-
nya ada yang cukup sekali, ada yang harus dibagi dalam beberapa dosis selama
beberapa bulan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi yang wajib di Indonesia Vaksin Pemberian Interval Umur BCG 1x - 0-1 bulan DPT 3x 4 minggu
minimum 2-4 bulan
POLIO 4x 4 minggu 0-4 bulan CAMPAK 1x - 9-11 bulan
HEPATITIS B 3x 1 & 2 1 bulan 1 & 3 1 bulan
0-4 bulan
Sumber : Depkes RI 2008
2.4. Penilaian Status Gizi
Status Gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi : antropometri, biokimia, klinis
dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung meliputi survey konsumsi
makanan , statistik vital dan faktor ekologi.
Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Antropometri gizi adalah hubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri yang digunakan adalah dengan menggunakan indeks BB/U
(berat badan menurut umur). Berat badan adalah salah satu parameter yang
Universitas Sumatera Utara
-
memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak, misalnya penyakit infeksi dan menurunnya nafsu makan
sehingga parameternya sangat labil (Supariasa, 2002).
Untuk menilai status gizi dengan menggunakan indeks BB/U yang
dikonversikan dengan baku rujukan WHO-NCHS dimana status gizi dapat dibagi 4
kategori :
1. Gizi baik bila nilai skor Z terletak antara -2 SD Z < +2 SD
2. Gizi kurang bila nilai skor Z terletak antara -3 SD Z < -2 SD
3. Gizi buruk bila nilai skor Z < -3 SD
4. Gizi lebih bila nilai skor Z +2 SD
2.5. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Meningkatnya penggunaan susu formula untuk makanan bayi, dapat
menimbulkan berbagai masalah di negara-negara berkembang. Misalnya yang
terkenal dengan trias Jeliffe yang terdiri dari : kekurangan kalori proterin tipe
marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare karena infeksi. Angka kesakitan dan
kematian akibat diare di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-
lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara
bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI. Hal ini
disebabkan karena nilai gizi ASI yang tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel-sel
lekosit, emzim, hormon dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi
(Soetjiningsih, 1997).
Rendahnya pemberian ASI Eksklusif menjadi salah satu pemicu rendahnya
status gizi bayi dan balita. Data SUSENAS menunjukkan status gizi kurang pada
Universitas Sumatera Utara
-
balita menurun dari 37,5 % pada tahun 1989 menjadi 26,4 % pada tahun 1999. tetapi
untuk kasus gizi buruk terjadi peningkatan yaitu 6,3 % pada tahun 1989 menjadi 11,4
% pada tahun 1995 (DepKes RI, 2002)
Dari penelitian Manoho di Deli Serdang tahun 2005 diketahui bahwa praktek
pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan anak. Semakin rendah tingkat
pemberian ASI makin tinggi angka pertumbuhan anak kategori gizi kurang, baik
dilihat dari indeks BB/U maupun PB/U. Pada penelitian Suharyono dan Hariarti di
Jakarta tahun 1978 bahwa status gizi baik lebih tinggi pada kelompok yang diberi
ASI yaitu 43,8% dari pada susu buatan 33,5%.
Hal ini didukung oleh penelitian Firdaus dkk di Aceh tahun 1996 terdapat
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pemberian ASI, dimana 10,1 %
yang mendapat ASI menderita gizi kurang bila dibandingkan dengan 27 % yang
diberi PASI dengan atau tanpa ASI menderita gizi kurang.
2.6. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI sebaiknya diberikan pada umur yang tepat yakni pada
saat usia anak 6 bulan. Resiko pemberian MP-ASI sebelum umur 6 bulan ialah (
Pudjiadi, 2005) :
1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas
2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
3. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan
4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewaran atau
zat pengawet yang tidak diinginkan
5. Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanan nya
Universitas Sumatera Utara
-
Sebaliknya penundaan pemberian MP-ASI akan menghambat pertumbuhan
karena energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi
kebutuhannya lagi (Pudjiadi, 2005).
Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian
MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Prinsip Pemberian MP-ASI
6-8 bulan 8-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan Jenis
1 jenis bahan dasar (6 bulan) 2 jenis bahan
dasar (7 bulan)
2-3 jenis bahan dasar (disajikan secara terpisah atau dicampur)
3-4 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur
Makanan keluarga
(tanpa garam, gula, hindari penyedap,
hindari santan dan gorengan)
Tekstur
Semi cair (dihaluskan atau pure), secara bertahap kurangi
campuran air sehingga menjadi
semi padat
Lunak (disaring) dan
potongan makanan yang
dapat digenggam dan
mudah larut
Kasar (dicincang).
Makanan yang dipotong dan
dapat digenggam.
Padat
Frekuensi
Makanan utama : 1-2 x/hari, camilan
1x/hari
Makanan utama: 2-3x/hari.
Camilan 1x/hari
Makanan utama: 3/hari.
Camilan 2x/hari
Makanan utama: 3/hari.
Camilan 2x/hari
Porsi 1-2 st, secara bertahap ditambahkan
2-3 sm makanan semi
padat. Potongan makanan
seukuran sekali gigit
3-4 sm makanan semi
padat yang kasar. Potongan
makanan seukuran sekali
gigit
5 sm makanan atau lebih
ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sumber : Safitri, 2007
2.7. Status Gizi Bayi Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi
Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak akan membawa pengaruh
terhadap gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya
Universitas Sumatera Utara
-
nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang diberikan ibunya.
Penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi dalam tubuh
anak. Keadaan akan berangsur memburuk jika infeksi itu disertai muntah yang
mengakibatkan hilangnya zat gizi. Kehilangan zat gizi dan cairan akan semakin
banyak apabila anak juga menderita diare. Adanya muntah dan diare dengan sangat
cepat akan mengubah tingkat gizi anak ke arah gizi buruk (Moehji, 1998).
Dengan imunisasi anak akan terhindar dari penyakit yang ganas tanpa bantuan
pengobatan. Dengan reaksi antigen-antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi
perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, dan bahan
kimia yang mungkin akan merusak tubuh (Markum, 1997).
Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan dapat juga mengganggu
produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna
dengan baik dan ini berarti penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan sehingga
dapat memperburuk keadaan gizi. Adanya penyakit infeksi dalam tubuh akan
membawa pengaruh terhadap gizi anak sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi
adalah menurunnya nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang
diberikan ibunya, penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat
gizi kedalam tubuh anak. Adanya infeksi mengakibatkan terjadinya penghancuran
jaringan tubuh, baik oleh bibit penyakit itu sendiri maupun penghancuran untuk
memperoleh protein yang diperlukan untuk pertahanan tubuh ( Moehji, 2003).
Penelitian Renika di kecamatan Medan Baru tahun 2006 menyatakan terdapat
hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi balita. Dari 40 balita yang
diimunisasi lengkap terdapat 4 orang dengan status gizi kurang dan buruk. Sementara
Universitas Sumatera Utara
-
Pemberian ASI -ASI Eksklusif -Tidak ASI Eksklusif
11 balita yang imunisasinya tidak lengkap terdapat 8 balita dengan status gizi kurang
dan buruk.
2.8. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai
berikut
Daya tahan tubuh terhadap penyakit
variabel yang diteliti variabel tidak diteliti
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI, Pemberian MP-
ASI dan Pemberian Imunisasi. Variabel terikat adalah Status Gizi bayi (7-12 bulan).
Pemberian MP ASI
Pemberian Imunisasi -Lengkap -Tidak Lengkap
Status Gizi Bayi (7-12 Bulan)
Universitas Sumatera Utara