asi

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI 2.1.1. Pengertian ASI ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi segera setelah lahir. ASI mempunyai kelebihan baik ditinjau dari segi gizi dan daya kekebalan tubuh. ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi (DepKes RI, 2003). ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Sebenarnya ASI tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus mulai diberikan makanan padat, ASI dapat diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun (DepKes RI, 2003). 2.1.2. Komposisi ASI Komposisi ASI dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya masa laktasi, nutrisi, diet, dan jenis bangsa/ras. Komposisi ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi 3, yang terdiri dari : 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali dikeluarkan oleh kelenjar susu dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, cairan tersebut sifat nya kental dan berwarna kuning karena mengandung betakarotin. Kolostrum lebih banyak mengandung protein terutama γ globulin, mineral terutama natrium, kalium dan Universitas Sumatera Utara

Upload: nersa4

Post on 25-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

document

TRANSCRIPT

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. ASI 2.1.1. Pengertian ASI

    ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi segera setelah lahir. ASI

    mempunyai kelebihan baik ditinjau dari segi gizi dan daya kekebalan tubuh. ASI

    mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi

    sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi

    (DepKes RI, 2003).

    ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

    seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Sebenarnya ASI

    tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia

    6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus mulai diberikan makanan padat, ASI dapat

    diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun (DepKes RI, 2003).

    2.1.2. Komposisi ASI

    Komposisi ASI dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya masa laktasi,

    nutrisi, diet, dan jenis bangsa/ras. Komposisi ASI pada masa laktasi dibedakan

    menjadi 3, yang terdiri dari :

    1. Kolostrum

    Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali dikeluarkan oleh kelenjar

    susu dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, cairan tersebut sifat nya

    kental dan berwarna kuning karena mengandung betakarotin. Kolostrum lebih banyak

    mengandung protein terutama globulin, mineral terutama natrium, kalium dan

    Universitas Sumatera Utara

  • vitamin yang larut dalam lemak. globulin pada kolostorum merupakan antibodi

    yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi berusia 6 bulan (DepKes

    RI, 2005).

    2. Air Susu Peralihan

    Merupakan peralihan kolostrum dan ASI mature. Air susu ini diproduksi pada

    hari ke 4-7 sampai dengan hari ke 10-14 masa laktasi. Kadar protein pada susu ini

    semakin menurun, sedangkan kadar lemak, karbohidrat serta volume semakin

    bertambah.

    3. Air Susu Mature

    Air susu ibu yang diseksresikan pada hari ke 10-14 dan seterusnya. Air susu

    mature merupakan cairan putih kekuningan yang disebabkan oleh warna garam

    kalsium kaseinat, riboflavin, dan karotin. ASI ini tidak menggumpal bila dipanaskan

    (Akre, 1994).

    Komposisi gizi dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk masa 4-6

    bulan. Komposisi gizi tersebut mempunyai arti besar sekali untuk bayi. Zat-zat yang

    terkandung dalam ASI antara lain :

    1. Air

    ASI mengandung sekitar 88 gram air per 1 gram ASI. Air berguna untuk

    melarutkan zat yang terdapat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan keadaan

    hiperkalsemia dan hipernatremia (Roesli, 2000).

    2. Protein

    Susu ibu terdiri dari 1,1 % protein. Protein ini terdiri dari casein dan whey

    protein (laktabumin dan laktoglobulin), yang lebih muda dicerna dibanding casein.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada ASI laktabumin 60% dan 40%. Protein lain yang ditemukan dalam ASI adalah

    lysozymdan dan laktoferin yang mempunyai peranan sebagai anti infeksi (DepKes,

    2005).

    Laktoglobulin yang ada pada protein susu mengandung protein tinggi yang

    dibutuhkan bayi, dan semua ini mengandung antibody terhadap segala macam

    penyakit (Penny, 1997).

    3. Lemak

    Sumber energi utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI

    antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh

    bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan

    gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol ASI lebih tinggi

    dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar

    kolesterol darah lebih tinggi. Hal ini berguna untuk membentuk enzim yang

    diperlukan untuk mengendalikan kadar kolesterol dikemudian hari. Juga variasi

    dalam jumlah dan tipe lemak ASI sangat penting pada perkembangan normal susunan

    saraf pusat (Suharjo, 1996).

    Selain itu ASI juga mengandung DHA dan AA yang jumlahnya sangat

    mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari

    (DepKes, 2005).

    4. Karbohidrat

    ASI mengandung laktosa lebih tinggi (6,5-7%) dari susu sapi. Laktosa dibagi

    dalam 2 bagian, yaitu galaktosa dan glukosa. Galaktosa merupakan bahan yang

    sangat diperlukan lapisan myelin serat-serat urat saraf. Laktosa dalam usus akan

    Universitas Sumatera Utara

  • mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. Adanya asam laktat dalam usus

    bayi memberi manfaat berupa :

    Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis.

    Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai

    asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin dalam usus.

    Memudahkan terjadinya pengendapan Calsium Caseinat (protein susu).

    Memudahkan berbagai jenis mineral seperti kalsium, pospor, magnesium

    (DepKes, 2003).

    5. Mineral

    Kandungan mineral dalam ASI lebih kecil dibandingkan kandungan mineral

    dalam susu sapi (1:4). Karena kandungan mineral yang tinggi pada susu akan

    menyebabkan terjadinya beban osmolar yaitu tinggi kadar mineral dalam tubuh

    (Pudjiadi, 2000).

    6. Vitamin

    Kadar vitamin dalam ASI diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus

    cukup dan seimbang. ASI mengandung vitamin A yang tinggi dan vitamin D yang

    rendah. Sehingga bayi yang premature atau bayi yang kurang mendapatkan sinar

    matahari , dianjurkan untuk diberi suplementasi vitamin D. ASI mengandung vitamin

    C yang lebih banyak dari susu sapi, kecuali jika makanan ibu kekurangan vitamin C.

    vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat

    dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Didalam ASi juga terdapat

    vitamin E, terutama dalam kolostrum (Suharjo,1996).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7. Faktor-faktor Anti infeksi

    Susu ibu mengandung antibodi dan bahan-bahan lain yang dapat mencegah

    infeksi dalam tubuh bayi. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam pencernaan bayi

    karena tahan terhadap asam. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi

    terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli

    dalam tinja bayi juga rendah. Faktor-faktor pelindung terdiri atas berbagai macam

    imunoglobin, lysozym, laktoperoksid, faktor pertumbuhan lactobasilus, substansi

    streptococus , makrofag dan dan lemak (DepKes, 2005).

    Imuglobulin

    Semua macam imunoglobulin terdapat pada ASI seperti Ig A, Ig E, Ig G, Ig

    M. imunoglobulin A kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum. Sekretori Ig A tidak

    diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam

    pencernaan (DepKes RI, 2005).

    Lysozym

    Lysozym adalah enzim yang memecah dinding bakteri. Lysozym merupakan salah

    satu enzim yang terdapat dalam ASI sebnyak 6-300 mg/100 ml, dan kadarnya biasa

    naik 3000-5000 kali lebih banyak dibandingkan kadar lisozym dalam susu sapi.

    Enzim ini aktif mengatasi bakteri E.coli dan salmonella (DepKes RI, 2005).

    Laktoperoksidase

    Laktoperoksidase merupakan enzim bersama-sama peroksidase hidrogen dan ion

    tiosinat membantu membunuh streptococcus (Pudjiati, 1999).

    Universitas Sumatera Utara

  • Faktor Bifidus

    Sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen dan menunjang pertumbuhan

    bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan

    berguna untuk menghambat petumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran bayi

    menjadi bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yanm meminum susu formul

    (DepKes RI, 2005)

    Faktor anti staphilococus

    Merupakan asam lemak dan melidungi bayi terhadap gangguan bakteri

    staphilococus.

    Laktoferin dan Transferin

    Kedua zat ini tedapat dalam ASI walaupun tidak banyak. Protein-protein

    tersebut mempunyai kapasitas pengikat zat besi bagi pertumbuhan kuman yang

    memerlukan.

    Komponen komplemen

    Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang dapat dibedakan satu

    sama lain, dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produk kuman dan

    enzim. Dalam kolostrum terdapat konentrasi CO yang tinggi hingga dalam keadaan

    aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti.

    Lipase

    ASI mengandung lipase yang juga merupakan zat anti virus (Pudjiati, 1999)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.3. ASI Eksklusif

    ASI Ekslusif adalah perilaku dimana bayi sampai dengan umur 6 bulan hanya

    diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa makanan tambahan dan atau minuman lain

    kecuali sirop obat (DepKes RI, 2003).

    Sedangakan menurut WHO/Unicef (2001) pemberian ASI Eksklusif adalah bayi

    hanya diberikan ASI saja, langsung atau tidak langsung (diperas).

    Secara keseluruhan pemberian ASI Eksklusif mencakup hal-hal sebagai berikut :

    1. Hanya ASI sampai umur 6 bulan

    2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir

    3. Tidak memberikan makanan pralakteal seperti air gula atau air tajin kepada

    bayi baru lahir

    4. menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand)

    5. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari hari pertama, yang bernilai

    gizi) kepada bayi

    6. Menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari

    Cairan lain yang diperbolehkan hanya vitamin/mineraldan obat sesuai anjuran dokter.

    2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

    Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang

    telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi

    (Sulistijani, 2001). Sedang menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

    (2006), MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau

    minuman yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan

    guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tujuan pemberian Makanan Pendamping ASI adalah untuk menambah energi

    dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan

    gizi bayi terus menerus.

    Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan bayi sangat

    membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan

    kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini, para orang tua dianjurkan untuk

    memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan

    fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan

    dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak yang bersangkutan

    menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa (Husaini dan Aswar, 1984

    dalam Krisnatuti, 2007).

    Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair,

    karena gigi sudah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di

    samping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan

    bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam

    mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi

    makanan ( Setengah Padat) (Arisman, 2004). Selain itu saat bayi berumur enam bulan

    keatas, sistem pencernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-

    ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase enzim

    amilase dan sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat ia berumur enam

    bulan (Anonim, 2005). Agar makanan pendamping ASI dapat diberikan efisien,

    sebaiknya diberikan secara bertahap dan hati-hati, sedikit demi sedikit dalam bentuk

    encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental (Arisman, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran

    instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dijadikan bubur.

    Makanan pendamping ASI dapat dibuat sendiri untuk bayi dengan

    menggunakan bahan pangan lokal, dengan harga yang murah dan mudah didapat

    serta bentuknya lebih bervariasi (Krisnatuti, 2007).

    2.3. Imunisasi

    2.3.1. Pengertian Imunisasi

    Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang

    diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dalam imunologi,

    kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Imunisasi merupakan

    upaya pemberian ketahanan tubuh yang dibentuk melalui vaksinasi (pemberian

    vaksin) maka jika ada antigen berupa virus atau kuman masuk ke dalam tubuh secara

    langsung, tubuh akan membentuk antibodi (Markum, 1997).

    Ada dua jenis kekebalan terhadap penyakit yaitu :

    1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specifik Resistance) yaitu pertahanan tubuh pada

    manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit.

    Misalnya kulit, air mata, reflek tertentu seperti batuk dan bersin.

    2. Kekebalan Spesifik (Specifik Resistance) yaitu kekebalan yang diperoleh dari dua

    sumber yaitu :

    a. Kekebalan Genetik, berasal dari simber genetik biasanya berhubungan dengan

    ras ( warna kulit dan kelompok etnis).

    b. Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity), diperoleh dari luar tubuh

    individu.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dalam hal ini Imunisasi termasuk dalam jenis kekebalan spesifik yang

    diperoleh.

    2.3.2. Jenis Imunisasi Dasar yang Wajib di Indonesia

    1. BCG (Bacillus Calmete Guerin)

    Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit TBC yang disebabkan oleh

    bakteri Mycrobakterium tuberculosis.

    2. DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

    Vaksin DPT melindungi anak terhadap penyakit Difteri yang disebabkan oleh

    Corynebacterium diphteriae, penyakit Pertusis yang disebabkan oleh kuman

    Bordetella pertusis, penyakit tetanus yang disebabkan oleh Clostridium tetani.

    3. Polio

    Vaksin polio melindungi anak dari penyakit polio (Poliomyelitis) yang

    disebabkan oleh virus.

    4. Campak

    Melindungi anak dari penyakit campak (measles) yang disebabkan oleh virus

    dari golongan Paramyxo virus.

    5. Hepatitis B

    Melindungi anak terhadap penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh virus.

    2.3.3. Jadwal Pemberian Imunisasi

    Berbagai vaksin tersedia untuk menangkal bermacam-macam penyakit dengan

    cara pemakaian dan permberian yang berbeda. Ada vaksin yang perlu

    dikombinasiakan, ada juga yang diberikan dalam bentuk suntikan tunggal. Pemberian

    Universitas Sumatera Utara

  • nya ada yang cukup sekali, ada yang harus dibagi dalam beberapa dosis selama

    beberapa bulan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 :

    Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi yang wajib di Indonesia Vaksin Pemberian Interval Umur BCG 1x - 0-1 bulan DPT 3x 4 minggu

    minimum 2-4 bulan

    POLIO 4x 4 minggu 0-4 bulan CAMPAK 1x - 9-11 bulan

    HEPATITIS B 3x 1 & 2 1 bulan 1 & 3 1 bulan

    0-4 bulan

    Sumber : Depkes RI 2008

    2.4. Penilaian Status Gizi

    Status Gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

    variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu antara

    konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau

    keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Pengukuran

    dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

    Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan

    tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi : antropometri, biokimia, klinis

    dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung meliputi survey konsumsi

    makanan , statistik vital dan faktor ekologi.

    Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah

    antropometri gizi. Antropometri gizi adalah hubungan dengan berbagai macam

    pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

    tingkat gizi. Antropometri yang digunakan adalah dengan menggunakan indeks BB/U

    (berat badan menurut umur). Berat badan adalah salah satu parameter yang

    Universitas Sumatera Utara

  • memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-

    perubahan yang mendadak, misalnya penyakit infeksi dan menurunnya nafsu makan

    sehingga parameternya sangat labil (Supariasa, 2002).

    Untuk menilai status gizi dengan menggunakan indeks BB/U yang

    dikonversikan dengan baku rujukan WHO-NCHS dimana status gizi dapat dibagi 4

    kategori :

    1. Gizi baik bila nilai skor Z terletak antara -2 SD Z < +2 SD

    2. Gizi kurang bila nilai skor Z terletak antara -3 SD Z < -2 SD

    3. Gizi buruk bila nilai skor Z < -3 SD

    4. Gizi lebih bila nilai skor Z +2 SD

    2.5. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

    Meningkatnya penggunaan susu formula untuk makanan bayi, dapat

    menimbulkan berbagai masalah di negara-negara berkembang. Misalnya yang

    terkenal dengan trias Jeliffe yang terdiri dari : kekurangan kalori proterin tipe

    marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare karena infeksi. Angka kesakitan dan

    kematian akibat diare di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-

    lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara

    bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI. Hal ini

    disebabkan karena nilai gizi ASI yang tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel-sel

    lekosit, emzim, hormon dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi

    (Soetjiningsih, 1997).

    Rendahnya pemberian ASI Eksklusif menjadi salah satu pemicu rendahnya

    status gizi bayi dan balita. Data SUSENAS menunjukkan status gizi kurang pada

    Universitas Sumatera Utara

  • balita menurun dari 37,5 % pada tahun 1989 menjadi 26,4 % pada tahun 1999. tetapi

    untuk kasus gizi buruk terjadi peningkatan yaitu 6,3 % pada tahun 1989 menjadi 11,4

    % pada tahun 1995 (DepKes RI, 2002)

    Dari penelitian Manoho di Deli Serdang tahun 2005 diketahui bahwa praktek

    pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan anak. Semakin rendah tingkat

    pemberian ASI makin tinggi angka pertumbuhan anak kategori gizi kurang, baik

    dilihat dari indeks BB/U maupun PB/U. Pada penelitian Suharyono dan Hariarti di

    Jakarta tahun 1978 bahwa status gizi baik lebih tinggi pada kelompok yang diberi

    ASI yaitu 43,8% dari pada susu buatan 33,5%.

    Hal ini didukung oleh penelitian Firdaus dkk di Aceh tahun 1996 terdapat

    hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pemberian ASI, dimana 10,1 %

    yang mendapat ASI menderita gizi kurang bila dibandingkan dengan 27 % yang

    diberi PASI dengan atau tanpa ASI menderita gizi kurang.

    2.6. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI

    Pemberian MP-ASI sebaiknya diberikan pada umur yang tepat yakni pada

    saat usia anak 6 bulan. Resiko pemberian MP-ASI sebelum umur 6 bulan ialah (

    Pudjiadi, 2005) :

    1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas

    2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut

    3. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan

    4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewaran atau

    zat pengawet yang tidak diinginkan

    5. Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanan nya

    Universitas Sumatera Utara

  • Sebaliknya penundaan pemberian MP-ASI akan menghambat pertumbuhan

    karena energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi

    kebutuhannya lagi (Pudjiadi, 2005).

    Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian

    MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 2.2. Prinsip Pemberian MP-ASI

    6-8 bulan 8-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan Jenis

    1 jenis bahan dasar (6 bulan) 2 jenis bahan

    dasar (7 bulan)

    2-3 jenis bahan dasar (disajikan secara terpisah atau dicampur)

    3-4 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur

    Makanan keluarga

    (tanpa garam, gula, hindari penyedap,

    hindari santan dan gorengan)

    Tekstur

    Semi cair (dihaluskan atau pure), secara bertahap kurangi

    campuran air sehingga menjadi

    semi padat

    Lunak (disaring) dan

    potongan makanan yang

    dapat digenggam dan

    mudah larut

    Kasar (dicincang).

    Makanan yang dipotong dan

    dapat digenggam.

    Padat

    Frekuensi

    Makanan utama : 1-2 x/hari, camilan

    1x/hari

    Makanan utama: 2-3x/hari.

    Camilan 1x/hari

    Makanan utama: 3/hari.

    Camilan 2x/hari

    Makanan utama: 3/hari.

    Camilan 2x/hari

    Porsi 1-2 st, secara bertahap ditambahkan

    2-3 sm makanan semi

    padat. Potongan makanan

    seukuran sekali gigit

    3-4 sm makanan semi

    padat yang kasar. Potongan

    makanan seukuran sekali

    gigit

    5 sm makanan atau lebih

    ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sumber : Safitri, 2007

    2.7. Status Gizi Bayi Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi

    Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak akan membawa pengaruh

    terhadap gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya

    Universitas Sumatera Utara

  • nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang diberikan ibunya.

    Penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi dalam tubuh

    anak. Keadaan akan berangsur memburuk jika infeksi itu disertai muntah yang

    mengakibatkan hilangnya zat gizi. Kehilangan zat gizi dan cairan akan semakin

    banyak apabila anak juga menderita diare. Adanya muntah dan diare dengan sangat

    cepat akan mengubah tingkat gizi anak ke arah gizi buruk (Moehji, 1998).

    Dengan imunisasi anak akan terhindar dari penyakit yang ganas tanpa bantuan

    pengobatan. Dengan reaksi antigen-antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi

    perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, dan bahan

    kimia yang mungkin akan merusak tubuh (Markum, 1997).

    Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan dapat juga mengganggu

    produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna

    dengan baik dan ini berarti penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan sehingga

    dapat memperburuk keadaan gizi. Adanya penyakit infeksi dalam tubuh akan

    membawa pengaruh terhadap gizi anak sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi

    adalah menurunnya nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang

    diberikan ibunya, penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat

    gizi kedalam tubuh anak. Adanya infeksi mengakibatkan terjadinya penghancuran

    jaringan tubuh, baik oleh bibit penyakit itu sendiri maupun penghancuran untuk

    memperoleh protein yang diperlukan untuk pertahanan tubuh ( Moehji, 2003).

    Penelitian Renika di kecamatan Medan Baru tahun 2006 menyatakan terdapat

    hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi balita. Dari 40 balita yang

    diimunisasi lengkap terdapat 4 orang dengan status gizi kurang dan buruk. Sementara

    Universitas Sumatera Utara

  • Pemberian ASI -ASI Eksklusif -Tidak ASI Eksklusif

    11 balita yang imunisasinya tidak lengkap terdapat 8 balita dengan status gizi kurang

    dan buruk.

    2.8. Kerangka Konsep

    Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai

    berikut

    Daya tahan tubuh terhadap penyakit

    variabel yang diteliti variabel tidak diteliti

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI, Pemberian MP-

    ASI dan Pemberian Imunisasi. Variabel terikat adalah Status Gizi bayi (7-12 bulan).

    Pemberian MP ASI

    Pemberian Imunisasi -Lengkap -Tidak Lengkap

    Status Gizi Bayi (7-12 Bulan)

    Universitas Sumatera Utara