asi

19
Penanganan terbaik untuk puting lecet adalah pencegahan. Pencegahan terbaik adalah dengan memastikan pelekatan bayi ke payudara dengan benar sejak hari pertama. Kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera mungkin setelah kelahiran bayi, setidaknya dalam satu atau dua jam pertama, akan memudahkan bayi untuk melekat sendiri dengan baik. Lihat lembar informasi Menyusui-Memulai dengan Tepat dan Pentingnya Kontak Kulit. Terjadinya puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh salah satu atau kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusu, atau bayi tidak mengisap dengan baik. Meskipun demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap payudara dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan belajar dengan sendirinya). Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh pelekatan yang kurang baik. Infeksi jamur yang terjadi di puting (disebabkan oleh Candida Albicans) dapat pula menyebabkan puting lecet. Vasospasma yang disebabkan oleh iritasi pada saluran darah di puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau infeksi jamur, juga dapat menyebabkan puting lecet (lihat lembar informasi Vasospasm dan Fenomena Raynaud). Rasa sakit yang disebakan oleh pelekatan yang kurang baik dan proses mengisap yang tidak efektif akan terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan berkurang seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang baik/mengisap tidak efektif. Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus selama proses menyusui dan bahkan setelahnya. Banyak ibu mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris sebagai akibat pelekatan yang kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif. Rasa sakit akibat infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar. Jika rasa sakit pada puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka rasa sakit tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi Candida, meskipun infeksi tersebut dapat pula merupakan lanjutan dari penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit hampir tidak pernah terjadi. Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi jamur. Kondisi dermatologis (kulit) dapat pula menyebabkan sakit pada puting. Ada beberapa hal lain yang dapat menyebabkan puting lecet. Posisi dan Pelekatan yang Tepat (Lihat lembar informasi Ketika Melekat) Wajar ketika seorang ibu mengalami kesulitan dalam memposisikan dan melakukan pelekatan saat menyusui. Jika ibu dapat memposisikan bayi dengan tepat ketika menyusu, ia membantu bayinya untuk melekat dengan baik dan pelekatan yang baik tidak hanya mengurangi risiko lecet pada puting, tetapi juga mengurangi kemungkinan bayi menjadi ‘kembung’ karena pelekatan yang baik membantu bayi untuk mengontrol aliran ASI yang masuk. Dengan demikian pelekatan yang kurang baik dapat menyebabkan berat badan bayi tidak bertambah dengan baik, atau bayi sering menyusu, atau bayi menjadi kolik (lihat lembar informasi Kolik pada Bayi ASI). Lihat juga nbci.ca untuk video yang menampilkan bagaimana membantu bayi melekat dengan baik, bagaimana mengetahui bayi mendapat cukup ASI dan bagaimana melakukan penekanan payudara. Memposisikan Bayi – Untuk Memudahkan Penjelasan, Kita Asumsikan bahwa Ibu Menyusui di Payudara Kiri (Lihat lembar informasi Ketika Melekat dan video di nbci.ca) Posisi menyusu yang baik membantu pelekatan yang baik pula. Jika posisi bayi saat menyusu baik sejak awal maka apapun yang berkaitan dengan pelekatan muncul secara otomatis.

Upload: dimastrend

Post on 31-Oct-2014

34 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: asi

Penanganan terbaik untuk puting lecet adalah pencegahan.  Pencegahan terbaik adalah dengan memastikan pelekatan bayi ke payudara dengan benar sejak hari pertama.  Kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera mungkin setelah kelahiran bayi, setidaknya dalam satu atau dua jam pertama, akan memudahkan bayi untuk melekat sendiri dengan baik.  Lihat lembar informasi Menyusui-Memulai dengan Tepat dan Pentingnya Kontak Kulit.

Terjadinya puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh salah satu atau kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusu, atau bayi tidak mengisap dengan baik.  Meskipun demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap payudara dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan belajar dengan sendirinya).  Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh pelekatan yang kurang baik.  Infeksi jamur yang terjadi di puting (disebabkan oleh Candida Albicans) dapat pula menyebabkan puting lecet.  Vasospasma yang disebabkan oleh iritasi pada saluran darah di puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau infeksi jamur, juga dapat menyebabkan puting lecet (lihat lembar informasi Vasospasm dan Fenomena Raynaud).  Rasa sakit yang disebakan oleh pelekatan yang kurang baik dan proses mengisap yang tidak efektif akan terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan berkurang seiring bayi menyusu.  Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang baik/mengisap tidak efektif.  Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus selama proses menyusui dan bahkan setelahnya.  Banyak ibu mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris sebagai akibat pelekatan yang kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif.  Rasa sakit akibat infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar.  Jika rasa sakit pada puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka rasa sakit tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi Candida, meskipun infeksi tersebut dapat pula merupakan lanjutan dari penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit hampir tidak pernah terjadi.  Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi jamur.  Kondisi dermatologis (kulit) dapat pula menyebabkan sakit pada puting.  Ada beberapa hal lain yang dapat menyebabkan puting lecet.

Posisi dan Pelekatan yang Tepat (Lihat lembar informasi Ketika Melekat)

Wajar ketika seorang ibu mengalami kesulitan dalam memposisikan dan melakukan pelekatan saat menyusui.  Jika ibu dapat memposisikan bayi dengan tepat ketika menyusu, ia membantu bayinya untuk melekat dengan baik dan pelekatan yang baik tidak hanya mengurangi risiko lecet pada puting, tetapi juga mengurangi kemungkinan bayi menjadi ‘kembung’ karena pelekatan yang baik membantu bayi untuk mengontrol aliran ASI yang masuk.  Dengan demikian pelekatan yang kurang baik dapat menyebabkan berat badan bayi tidak bertambah dengan baik, atau bayi sering menyusu, atau bayi menjadi kolik (lihat lembar informasi Kolik pada Bayi ASI).  Lihat juga nbci.ca untuk video yang menampilkan bagaimana membantu bayi melekat dengan baik, bagaimana mengetahui bayi mendapat cukup ASI dan bagaimana melakukan penekanan payudara.

Memposisikan Bayi – Untuk Memudahkan Penjelasan, Kita Asumsikan bahwa Ibu Menyusui di Payudara Kiri(Lihat lembar informasi Ketika Melekat dan video di nbci.ca)

Posisi menyusu yang baik membantu pelekatan yang baik pula.  Jika posisi bayi saat menyusu baik sejak awal maka apapun yang berkaitan dengan pelekatan muncul secara otomatis.

Di awal menyusui, banyak ibu merasa lebih mudah untuk melekatkan bayi dengan baik menggunakan posisi cross cradle hold.  Letakkan bayi pada lengan kanan ibu, dorong bagian bawah (pantat) bayi pada sisi lengan bawah sehingga telapak tangan ibu menghadap keatas (menghadap langit-langit).  Posisi ini akan membantu ibu untuk menopang badan bayi dengan lebih mudah karena berat badan bayi terletak pada lengan bawah, bukan pada pergelangan tangan.  Memegang bayi dengan cara ini juga akan membantu bayi mulai menyusu dari arah yang tepat sehingga ia akan melekat dengan baik.  Telapak tangan ibu menghadap ke atas dibawah kepala bayi (bukan pada pundak atau dibawah leher bayi).  Ibu jari dan telunjuk terbuka dan area diantara ibu jari dan telunjuk tersebut sebaiknya terletak pada tengkuk bayi (bukan dibelakang kepala).  Posisi bayi hampir horizontal dari tubuh ibu dengan kepala sedikit dimiringkan kebelakang dan badan bayi sedikit diputar sehingga posisi dada, perut dan kaki bayi sejajar dengan ibu.  Posisikan bayi sedikit miring keatas sehingga bayi dapat melihat ibu.  Gunakan tangan kiri untuk menahan payudara dengan posisi ibu jari diatas dan jari-jari lainnya di bagian bawah payudara, sebaiknya jari-jari agak jauh dari puting dan areola.

Ketika mulai menyusu, bayi sebaiknya mulai mendekati payudara dengan posisi kepala sedikit miring ke belakang sehingga puting secara otomatis akan mengarah ke langit-langit mulut bayi.

Pelekatan

1. Sekarang, buat bayi untuk membuka lebar mulutnya.  Untuk melakukannya, arahkan puting (tetap mengarah ke langit-langit mulut bayi) melalui bibir atas bayi (bukan bibir bawah), sentuhkan puting pada kedua ujung mulut.  Selain itu, ibu juga dapat melakukan sebaliknya, mengarahkan bayi untuk menyentuh puting ibu, mungkin hal ini lebih mudah.

Page 2: asi

Tunggu sampai bayi membuka lebar mulutnya seperti sedang menguap.  Saat ibu mendekatkan mulut bayi pada payudara, hanya dagu bayi yang menyentuh payudara ibu.  Jangan ‘menyendoki’ bayi yang menyebabkan puting terarah ke bagian tengah mulut bayi.  Puting sebaiknya tetap mengarah ke langit-langit mulut bayi.

2. Ketika bayi membuka mulutnya, gunakan lengan yang sedang menopang bayi untuk mendekatkan bayi ke dada ibu (bukan ‘menyendoki’ payudara pada bayi).  Tidak perlu khawatir dengan pernapasan bayi.  Jika bayi diposisikan dengan tepat dan melekat dengan baik, bayi akan bernapas tanpa masalah karena hidung bayi akan jauh dari payudara ibu.  Jika bayi tidak dapat bernapas, ia akan menarik dirinya dari dada ibu.  Jika bayi tidak dapat bernapas, maka ia tidak melekat dengan baik.  Jangan takut untuk bergerak dengan cepat.

3. Jika puting terasa sakit, gunakan jari telunjuk ibu untuk sedikit menarik dagu bayi, hal ini akan membuat semakin banyak bagian dari payudara ibu yang masuk ke mulut bayi.  Ibu dapat melakukan hal ini selama proses menyusui meskipun pada umumnya tidak selalu dibutuhkan.  Rasa sakit/nyeri biasanya akan berkurang. Hindari melekatkan bayi kemudian menariknya berulang kali untuk mendapatkan posisi pelekatan yang tepat.  Jika hal ini dilakukan hingga 5 kali dan terasa sakit, ibu akan merasakan 5 kali lipat rasa sakit, dan lebih parah, 5 kali lipat kerugian karena bayi dan ibu akan merasa frustasi.  Atur posisi dan pelekatan ketika menyusui di payudara yang lain, atau ketika waktu menyusui berikutnya.

4. Prinsip yang sama berlaku baik untuk menyusui dengan duduk maupun berbaring, atau dengan posisi football maupun cradle hold.  Bantu bayi untuk membuka lebar mulutnya, jangan biarkan bayi melekat hanya di puting saja, melainkan sebagian besar areola (bagian gelap dari payudara) masuk kedalam mulut bayi (tidak harus seluruh areola masuk ke dalam mulut).

5. Tidak ada standar waktu menyusui yang “umum/normal”.  Jika Anda memiliki pertanyaan, kunjungi klinik laktasi.

6. Bayi yang melekat dengan baik akan memasukkan sebagian besar areola, lebih banyak dengan bibir bawahnya dibandingkan bibir atasnya.

Meningkatkan Isapan Bayi

Bayi belajar untuk menghisap dengan baik dengan menyusui dan dengan mendapatkan ASI dalam mulutnya.  Isapan bayi akan menjadi tidak efektif atau tidak tepat untuk menyusu jika sejak awal sudah diberikan botol/dot atau karena pelekatan yang kurang baik sejak awal.  Beberapa bayi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membangun kemampuan mengisap dengan efektif.  Melatih hisapan dan/atau memberikan minum menggunakan jari (Lihat lembar informasi Memberi Minum dengan Jari dan Cangkir) bisa membantu, namun ingat bahwa memberikan bayi minum dengan jari, tidak langsung ke payudara bukan ide yang baik dan disarankan hanya sebagai alternatif terakhir.

Vasospasma: “Puting Saya Berubah Putih Setelah Bayi Selesai Menyusu”

Rasa nyeri yang dikaitkan dengan memutihnya warna puting seringkali digambarkan oleh ibu sebagai “terbakar”, namun pada umumnya hanya setelah menyusui.  Hal ini bisa berlangsung beberapa menit atau lebih, setelah itu warna puting kembali normal, tetapi kemudian rasa sakit yang baru muncul dan biasanya digambarkan sebagai rasa “berdenyut”.  Rasa berdenyut tersebut bisa berlangsung beberapa detik atau menit dan kemudian puting akan berubah putih lagi, dan proses tersebut berulang. Penyebabnya tampak seperti kejang pada urat nadi (seringkali disebut “vasospasma” atau fenomena Raynaud) di puting (ketika puting berubah putih), diikuti dengan relaksasi oleh urat nadi tersebut (ketika warna puting kembali normal).  Kadang-kadang rasa sakit akan tetap dirasakan bahkan setelah rasa nyeri/perih saat menyusui tidak lagi menjadi masalah, sehingga ibu hanya akan merasakan sakit hanya setelah menyusui.  Lalu apa yang dapat dilakukan?

1. Pastikan benar untuk mendapatkan pelekatan yang sebaik mungkin saat bayi menyusu.  Rasa sakit seperti ini hampir selalu dikaitkan dengan, dan sangat mungkin disebabkan oleh apapun yang menyebabkan sakit saat menyusui.  Penanganan yang paling baik untuk vasospasm adalah menangani penyebab utama sakit pada puting itu sendiri.  Jika penyebab utama tersebut dapat ditangani, biasanya vasospasm akan pulih dengan sendirinya.

2. Memanaskan puting (kompres handuk panas, botol air panas, pengering rambut) segera setelah menyusui dapat mencegah atau mengurangi rasa sakit.  Memanaskan dengan cara yang kering biasanya lebih baik daripada cara yang basah, karena mengompres dapat menyebabkan luka yang lebih parah pada puting.

Page 3: asi

3. Vitamin B6 multi kompleks dapat juga digunakan sebagaimana magnesium dengan kalsium.  Beberapa kali kami terpaksa menggunakan pengobatan oral (nifedipine) untuk mencegah reaksi seperti ini.  Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penanganannya, lihat lembar informasi Vasospasm dan Fenomena Raynaud/Vasospasm and Raynaud’s Phenomenon).

Langkah-langkah Umum Penanganan Puting Lecet

1. Puting dapat dihangatkan beberapa saat setiap selesai menyusui dengan menggunakan pengering rambut (kecepatan rendah).

2. Sebaiknya puting dibiarkan terbuka/diangin-anginkan sesering mungkin, kecuali jika terjadi vasospasm.

3. Jika tidak mungkin mengangin-anginkan puting, gunakan pelindung payudara yang berbentuk kubah terbuat dari plastic (tetapi bukan puting sambungan yang menurut kami bukan alat yang efektif untuk menangani puting lecet, atau bahkan untuk masalah menyusui apapun bentuknya), dapat digunakan untuk melindungi puting dari gesekan dengan pakaian ibu (gunakan yang berukuran paling besar agar tidak terjadi gesekan antara puting dengan plastik pelindung).  Bantalan payudara (breast pads) akan membuat daerah puting menjadi lembab sehingga dapat memperparah kondisi puting yang sakit.  Selain itu, bantalan ini juga dapat menempel pada luka di puting.  Jika ASI sangat merembes, gunakan bantalan diluar pelindung payudara.

4. Salep kadang-kadang dapat membantu.  Jika memang diperlukan, gunakan hanya sedikit saja setelah menyusui dan jangan mencuci puting setelahnya.  Kami menggunakan ”salep puting serbaguna” (SPS) yang kami anggap sangat bermanfaat.  Lihat lembar informasi Protokol Candida untuk mendapatkan resepnya.  Ingat bahwa begitu salep digunakan pada puting, puting tidak lagi diangin-anginkan.

5. Jangan membasuh puting terlalu sering, mandi secara rutin setiap hari sudah cukup.

6. Jika berat badan bayi bertambah dengan baik, bayi tidak perlu untuk selalu menyusu pada kedua payudara setiap kali menyusu.  Menyusui pada satu payudara saja dapat mengurangi rasa sakit dan membantu menyembuhkan, tapi hati-hati, tidak semua ibu mampu melakukan hal ini.  Lihat video klip di situs nbci.ca agar Anda tahu bayi benar-benar menyusu (atau tidak).  Akan sangat membantu dengan melakukan kompresi/penekanan payudara (lihat lembar informasi Penekanan Payudara/Breast Compression) saat bayi tidak menelan lagi agar bayi tetap mendapatkan ASI.  Anda mungkin dapat melakukan ini pada beberapa kali menyusui, tapi beberapa ibu tidak demikian.  Pada situasi yang sangat sulit, alat bantu menyusui (lihat lembar informasi Alat Bantu Menyusui) dapat digunakan untuk memberikan asupan tambahan (paling disarankan adalah ASI perah), agar bayi akan tetap menyelesaikan menyusu pada satu payudara. Tidak menyusui secara langsung pada payudara adalah pilihan terakhir.

Jika Anda tidak dapat menyusui secara langsung karena rasa sakit, meskipun semua langkah diatas sudah dicoba, masih memungkinkan untuk kembali menyusui setelah berhenti menyusui selama beberapa waktu (3-5 hari) sampai puting sembuh.  Selama tidak menyusui tersebut, bayi sebaiknya tidak diberi botol dot.  Tentu saja akan lebih baik bagi Anda dan bayi Anda jika bayi diberikan ASI perah.  Berikan ASI perah dengan cangkir atau gunakan teknik memberi minum dengan jari, lihat lembar informasi Memberi Minum dengan Jari dan Cangkir).  Sekali lagi, perlu ditekankan bahwa tidak menyusui langsung adalah alternatif terakhir dan jangan dianggap enteng.  Selain itu, hal ini seringkali tidak berhasil.

Kami tidak merekomendasikan penggunaan puting sambungan karena, meskipun alat tersebut dapat membantu untuk sementara waktu, biasanya tidak membantu.  Pada kenyataannya, pelindung puting justru dapat meningkatkan trauma pada puting.  Puting sambungan juga dapat menurunkan produksi ASI secara drasti, dan akhirnya bayi dapat menjadi rewel dan/atau tidak bertambah berat badannya dengan baik.  Begitu bayi terbiasa dengan penggunaan pelindung puting, bisa saja menjadi mustahil untuk mengembalikannya menyusu langsung pada payudara.  Gunakan puting sambungan hanya sebagai alternatif terakhir, dan pastikan untuk mencari bantuan terlebih dahulu.

Teknik Menyusui dengan Puting Datar/Rata (Flat/Depressed/Inverted Nipple)

Ketika ibu hamil menyadari, bahwa hanya sebagian kecil dari putingnya yang keluar, tenaga kesehatan menganjurkan untuk menarik-narik atau mencubit-cubit puting tersebut dengan harapan pada saat kelahiran bayinya putingnya sudah mulai timbul dan bayi dapat dengan mudah untuk menyusui. Dan biasanya pada saat trisemester akhir, ibu akan makin sering atau makin giat untuk menarik puting karena banyak yang mulai panik jika puting tidak keluar atau tidak timbul maka tidak akan dapat untuk menyusui dengan benar.

Page 4: asi

Menurut jurnal-jurnal menyusui yang ada, menarik-narik puting selama kehamilan terutama pada semester akhir dapat memicu kontraksi yang bisa menyebabkan kelahiran sebelum waktunya. Jadi tidaklah disarankan untuk menarik-narik puting pada saat kehamilan karena cukup berisiko pada kehamilan itu sendiri.

Yang perlu di perhatikan untuk payudara dengan puting datar dan terbenam adalah:

Selama hamil tidak perlu menarik-narik puting, menggunakan tempurung puting (breast shells), terutama pada trimester terakhir karena dapat memicu kontraksi dini (bayi dapat lahir premature).

Pada awal menyusui bisa sulit, tetapi posisi dan pelekatan yang benar akan sangat membantu. Untuk itu diperlukan bantuan dari konselor/konsultan laktasi untuk membantu ibu dengan teknik posisi dan pelekatan pada saat bayi menyusu.

Perlu diingat, bahwa bayi menyusu dari payudara (areola/bagian lingkaran hitam pada payudara) BUKAN dari puting. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan biarkan bayi melekat sendiri pada payudara. Hindari penggunaan penyambung puting (nipple shield) pada saat menyusui, karena akan menyakiti puting ibu, serta

membuat bayi tidak belajar untuk melekat (latch-on) dengan benar pada payudara. Coba beberapa posisi mendekap bayi. Contoh: cross-cradle dan football/clutch Menegakkan puting sebelum menyusui / merangsang puting dengan menggunakan pompa payudara tangan, tabung

suntik, atau menarik puting keluar akan membantu puting untuk keluar dengan maksimal. Membentuk payudara, dengan menopang payudara dari bagian bawah dengan jari-jari, dan menekan bagian atas

payudara dengan ibu jari. Tidak memegang payudara terlalu dekat ke putting (C hold, U hold)

Sebenarnya bentuk puting itu tidak menentukan apakah bisa atau tidak untuk menyusui, karena pelekatan yang benar pada proses menyusui adalah bukan menghisap puting tetapi memerah pabrik ASI yang terdapat disekitar areola. Yang harus diingat pada posisi pelekatan yang benar saat menyusui adalah:

CHIN: pastikan bahwa dagu bayi menempel pada payudara ibu AREOLA: pastikan bahwa yang masuk kedalam mulut bayi adalah puting dan sebagian besar areola, bukan puting

saja, dan areola yang berada di bagian bawah mulut bayi lebih sedikit dibandingkan dengan areola yang berada diatas mulut bayi

LIPS: pastikan bahwa baik bibir atas maupun bibir bawah bayi terputar keluar (memble) dan tidak terlipat kedalam ataupun berbentuk monyong

MOUTH: pastikan bahwa mulut bayi terbuka lebar dan menempelkan pada payudara ibu

Dengan teknik pelekatan mulut bayi yang benar pada payudara, serta kenyamanan yang diperoleh pada saat menyusui, akan memperlancar proses menyusui itu sendiri.

Jika ibu merasa belum menemukan cara/posisi yang pas untuk menyusui bayi ibu, karena memiliki puting rata/datar, segeralah bertemu dengan konselor laktasi untuk meminta bantuan.

Happy Breastfeeding with love!

4/18/2012

ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI : Anatomi dan fisiologis laktasi, Manfaat ASI Lengkap, Komposisi ASI

A.    Pengertian laktasiLaktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diprosuksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI

B.     Anatomi dan Fisiologi Payudara1.         Anatomi payudara

Page 5: asi

Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1.      Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

2.      Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah

3.      Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

1.      Korpus

Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma,

sel otot polos dan pembuluh darah

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.

ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran

yang lebih besar (duktus laktiferus)

2.      Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di

dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat ototpolos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

3.      Papilla atau puting

Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu

2.     Fisiologis laktasi

Page 6: asi

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya belum keluar karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun drastic, sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancer.Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan reflek aliran timbul karena akibat perangsangan putting susu karena hisapan oleh bayi.1) Reflek prolaktinPada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca oersalinan, yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan puting susu.

2)  Reflek let downBersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.Kontraksi.dari.sel.akan.memeras.air.susu.yang.telah.terbuat, keluar.dari.

Page 7: asi

Fisiologi Laktasi

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Untuk mempersiapkan

payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk

poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin

membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae dengan hormone lain. Bersamaan dengan

membesaranya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar,

puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam Pada kehamilan lima bulan

lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh

hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski

selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen.

Pada seorang wanita menyusui ( laktasi ) kedua dan selanjutnya cenderung lebih baik dari pada yang pertama, menunjukan

bahwa seperti halnya pada semua fungsi reproduksi, di perlukan “trial runs” ( latihan) sebelum mencapai kemampuan yang

optimal. Pada umumnya wanita yang lebih muda kemampuanya lebih baik dari pada yang tua.

2.3. Produksi Asi

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika

 mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.

Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang

masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi

sekresi ASI.Hari pertama setelah persalinan seringkali payudara ibu terasa kosong.air susu yang pertama kali dikeluarkan terasa

sedikit disebut susu jolong/ kolostrum berwarna kekuningan.kolostrum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin

pembunuh kuman.kolostrum dianggap sebagai imunisasi pertama yang diterima bayi baru lahir.

Hormon dan Refleks yang berperan menghasilkan ASI

ASI dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks.Pada kehamilan terjadi perubahan hormon untuk mempersiapkan

produksi ASI.setelah persalinan perubahan hormon membuat payudara menghasilkan ASI.

Hormon-hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI  adalah sebagai berikut.

Hormon prolaktin: hormon produksi ASI dihasilkan oleh kelenjar hipofise didasar otak yang membuat sel kelenjar

payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga

memperlambat kesuburan atau haid.

Page 8: asi

Hormon oksitosin: hormon pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat otot – otot

mengkerut dan memeras ASI keluar.

Hormon progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.Kadar progesteron dan estrogen menurun sesaat

setelah melahirkan.hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-besaran.

Hormon estrogen: Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.Kadar estrogen  dalam tubuh menurun saat

melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.

Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam

pertumbuhan payudara,puting,dan areola sebelum melahirkn.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,payudara siap

memproduksi ASI.

Proses pembentukan  Laktogen

Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut ini.

1.                  Laktogenesis I

       Pada fase terakhir kehamilan,payudara wanita memasuki fase laktogenesis 1.saat itu payudara memproduksi

kolostrum,yaitu berupa cairan kental yang kekuningan.

2.                  Laktogenesis II

             Saat melahirkan,keluarnya plasenta menyebabkan turunnya hormon progesteron,dan HPL secara tiba-tiba,namun hormo

prolaktin tetap tinggi.hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran  yang di kenal dengan fase laktogenesis II.Apabila 

payudara di rangsang, jumlah prolaktin dalam darah akan meningkan dan mencapai puncaknya dalam periode 45 menit,

kemudian kembali ke level sebelum rangsangan  tiga jam kemudian.

3.                  Laktogenesis III

Sistem  control hormone endokrin mengatur produksi ASI  selama kehamilan  dan beberapa hari pertama setelah

melahirkan.Ketika produksi ASI mulai stabil,sistem kontrol otokrin dimulai.Pada tahap ini apabila ASI banyak dikeluarkan 

maka payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan demikian ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan

seberapa banyak bayi menghisap serta seberapa sering payudara di kosongkan.

2.4  Proses Produksi Air Susu

1.  Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke     hipotalamus

2.  ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas “rem” proklaktin

3.  Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara

Reflek-reflek Menyusui pada Ibu dan Bayi

Page 9: asi

Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui.

Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:

1. Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel

kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin

banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalh menyusui

bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.

2. Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot

yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju

putting susu. ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air

susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.

Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI

secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya,

khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat

sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. manfaaat refleks

oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.

Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:

Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau

disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.

Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut

bayi. jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan

terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada

payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.

 Swallowing Refleks,bila mulut bayiterisi ASI ,maka ia akan menelannya.

Fisiologi Laktasi

Page 10: asi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).

Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

1. Refleks prolaktin2. Refleks aliran (let down reflek)

Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi

Page 11: asi

1. Refleks menangkap (rooting refleks)2. Refleks menghisap3. Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Page 12: asi
Page 13: asi
Page 14: asi