asfiksia dan resusitasi
DESCRIPTION
asfiksia dan resusitasi pada anakTRANSCRIPT
ASFIKSIA DAN RESUSITASI
BAYI BARU LAHIR
I. Pendahuluan
Afiksia pada BBL menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap
tahun. Data mengungkapkan bahwa kira – kira 10 % BBL membutuhkan bantuan untuk
mulai bernafas, dari bantuan ringan sampai resusitasi lanjut yang ekstensif. Penulis lain
menyebutkan kira – kira 5% bayi saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan
seperti stimulasi untuk bernafas.
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar BBL. Walaupun
demikian, kadang – kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat di duga. Oleh karena itu
tempat dan peralatan untuk melakukan resusitasi harus memadai dan petugas yang sudah
di latih dan sudah terampil harus tersedia setiap saat dan di semua tempat kelahiran bayi.
DEFINISI
Resusitasi BBL ialah prosedur yang di aplikasikan pada BBL yang tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia
pada BBL ditandai dengan keaadaan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis. Asfiksia perinatal
pada seorang bayi menunjukkan karakteristik berikut:
1. Asidemia metabolik atau campuran ( metabolik dan respiratorik ) yang jelas, yaitu
pH < 7, pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilikal.
2. Nilai Apgar 0 – 3 pada menit ke 5.
3. Manifestasi neurologi pada periode BBL segera, termasuk kejang, hipotonia,
koma, atau ensefalopati hikpoksik iskemik.
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL.
PATOFISIOLOGI ASFIKSIA
BBL mempunyai karakteristik yang unik. Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke
kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukkan perubahan sebagai verikut. Alveoli paru
janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi mengambil napas
pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru.
Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan
cairan paru di absorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang
mengandung oksigen, aliran darah paru meningkat. Hal ini disebabkan ekspansi paru
yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih
tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli keduanya,
menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru
setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah yang kemudian
diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskular paru
menyebabkan hipertensi pulmonal parsisten pada BBL ( persisten Pulmonary
Hypertension Of The neonate ), dengan aliran darah paru yang in adekuat
menyebabkan gagal napas.
PENILAIAN ASFIKSIA
Penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan resusitasi, dibuat
berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL.
Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut. Penilaian
berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.
Penatalaksanaan dilakukan terus – menerus berkesinambungan menurut siklus
menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali.
A. Epidemiologi
B. Etiologi
C. Tanda Dan Gejala Klinis
D. Patofisiologi
E. Patogenesa
F. Diagnosis
G. Penatalaksanaan
H. Prognosis
II. Ilustrasi Kasus
III. Pembahasan
IV. Kesimpulan
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Moeliono F. Etiologi Diagnosis dan Terapi Sindrom Terowongan Karpal ( S.T.K.)
atau (Carpal Tunnel Syndrome /CTS).Neurona. 1993; 10 : 16-27.
2. McCartan, B; Ashby, E; Taylor, EJ; Haddad, FS (Apr 2012). "Carpal tunnel
syndrome.". British journal of hospital medicine (London, England : 2005) 73 (4):
199–202. PMID 22585195.
3. George dewanto, dkk. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf.EGC. 2009. Hal
120 – 123.
4. Suryamiharja. Andradi. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Bagian/SMF
Ilmu Penyakit Saraf Dan FK UI.2007
5. Latov, Norman. Peripheral Neuropaty. New York: Demos Medical Publishing.2007.
6. Mardjono. Mahar, Sidharta P. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta; Dian Rakyat .2008.
hal
7. Bachrodin,Moch. Carpal Tunnel Syndrome, Malang: fk UMM. 2011.Vol. 7 no. 14.