aset tetap

24
BAB 1. PENDAHULUAN Ruang lingkup pembahasan asset meliputi penyusutan, akumulasi, amortisasi, depresi dll. Beberapa istilah tersebut tidak dapat dipisahkan sampai kapanpun. Pembahasan asset dalam makalah ini lebih fokus pada asset tetap perusahaan yang selalu berhubungan dengan akumulasi penyusutan. Dimana penyusutan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun laporan keuangan suatu perusahaan baik itu yang diperuntukkan pihak manajemen maupun untuk eksternal dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (fiskus) sehingga penilaian pada asset tetap penting untuk diperhatikan. Perpajakan dalam menyajikan laporan keuangan juga memiliki standar khusus dalam menilai asset pada laporan keuangan dengan perlakuan yang berbeda dengan pihak manajemen. Dinamika dunia perpajakan terus memicu perubahan UU Perpajakan khususnya dalam penilaian, pengklasifikasian, dan tarif pajak atas asset tetap suatu badan usaha (entitas). UU Perpajakan tahun 2008 nampaknya belum relevan dengan kondisi yang dialami dalam dunia perpajakan sehinggga diperbaharuilah dengan dirancangnya UU Perpajakan pada tahun 2009 untuk mengikuti perkembangan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat sekarang. Disamping itu, PSAK No. 17 2009 turut mengiringi perkembangan UU Perpajakan tentang asset tetap. Selain itu diperlukan juga tinjauan dan standar dalam bentuk regulasi yang jelas guna menentukan jenis asset yang dapat dilakukan ‘penyesuaian’ berdasarkan Peraturan Menteri 1 | Page

Upload: karanzia

Post on 06-Aug-2015

65 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aset Tetap

BAB 1. PENDAHULUAN

Ruang lingkup pembahasan asset meliputi penyusutan, akumulasi, amortisasi,

depresi dll. Beberapa istilah tersebut tidak dapat dipisahkan sampai kapanpun. Pembahasan

asset dalam makalah ini lebih fokus pada asset tetap perusahaan yang selalu berhubungan

dengan akumulasi penyusutan. Dimana penyusutan merupakan hal yang perlu

dipertimbangkan dalam menyusun laporan keuangan suatu perusahaan baik itu yang

diperuntukkan pihak manajemen maupun untuk eksternal dalam hal ini Direktorat Jendral

Pajak (fiskus) sehingga penilaian pada asset tetap penting untuk diperhatikan. Perpajakan

dalam menyajikan laporan keuangan juga memiliki standar khusus dalam menilai asset pada

laporan keuangan dengan perlakuan yang berbeda dengan pihak manajemen.

Dinamika dunia perpajakan terus memicu perubahan UU Perpajakan khususnya

dalam penilaian, pengklasifikasian, dan tarif pajak atas asset tetap suatu badan usaha

(entitas). UU Perpajakan tahun 2008 nampaknya belum relevan dengan kondisi yang dialami

dalam dunia perpajakan sehinggga diperbaharuilah dengan dirancangnya UU Perpajakan

pada tahun 2009 untuk mengikuti perkembangan dan penyesuaian dengan kondisi

kehidupan masyarakat sekarang. Disamping itu, PSAK No. 17 2009 turut mengiringi

perkembangan UU Perpajakan tentang asset tetap.

Selain itu diperlukan juga tinjauan dan standar dalam bentuk regulasi yang jelas guna

menentukan jenis asset yang dapat dilakukan ‘penyesuaian’ berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/PMK.03/2008 tentang amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya untuk bidang

usaha tertentu. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 96/PMK.03/2009

tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan

untuk keperluan penyusutan.

Demikian juga dengan pemajakan atas penghasilan aktiva dan Capital Gain dalam

saham yang berbentuk deviden, termasuk pendapatan bunga dari obligasi merupakan

objek pajak yang sangat strategis mengingat turn over di dalam bentuk sekuritas tersebut

membawa volume/muatan yang besar bagi perolehan pajak di Indonesia manakala insentif

di dalam keduanya menjadi stimulant bagi dunia usaha.

1 | P a g e

Page 2: Aset Tetap

BAB 2. PEMBAHASAN ASSET TETAP

Pengertian Asset Tetap

Dalam PSAK No. 16 terdapat pengertian bahwa yang dimaksudkan dengan asset

tetap adalah asset berwujud yang :

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa

untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.

2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Dengan istilah lain, asset tetap merupakan asset berwujud yang dimiliki oleh

perusahaan atau suatu entitas dengan umur manfaat lebih dari satu tahun untuk aktivitas

operasi. Berwujud dalam artian dapat berupa benda yang tampak oleh mata dan dapat

diraba oleh penggunanya (user). Aktivitas operasi, bahwa perusahaan menggunakan asset

tersebut dalam memproduksi dll. Untuk satu 1 periode, asset yang dimiliki dan digunakan

oleh perusahaan memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Apabila semua hal diatas

belum terpenuhi, maka tidak dapat dikategorikan dengan asset tetap.

Pengakuan Asset

Pengakuan asset tetap menurut PSAK No. 16 2009, yaitu biaya perolehan pada asset

tetap diakui apabila asset :

1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenan dengan asset

tersebut akan mengalir ke entitas.

2. Biaya perolehan asset tetap dapat dihitung secara handal.

Dalam hal ini asset yang dimiliki oleh perusahaan diakui berdasarkan harga

perolehannya dengan tetap menilai umur ekonomis asset tersebut serta biaya-biaya yang

terkandung di dalamnya. Artinya semua biaya yang bersangkutan dengan perolehan asset,

maka harus dibebankan dalam kategori harga perolehan (cost).

2 | P a g e

Page 3: Aset Tetap

Contoh Menghitung Asset

PT. Royal Erandi membeli sebuah bangunan di daerah Babakan Madang, Sentul Bogor

dengan harga Rp. 800.000.000,00; biaya balik nama Rp. 3.000.000,00; biaya administrasi dll

Rp. 5.000.000,00; dan PPN atas kepemilikan rumah Rp. 10.000.000,00;.

Rincian:

Harga Rumah Rp. 800.000.000,00

Biaya balik nama Rp. 3.000.000,00

Biaya Administrasi dll Rp. 5.000.000,00

PPN 10% Rp. 10.000.000,00

Harga Perolehan Bangunan Rp. 818.000.000,00

Dalam bahasa PSAK 16 mengatakan harga perolehan (cost) adalah jumlah kas atau

setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain diserahkan untuk memperoleh

suatu asset pada saat perolehan atau kontruksi atau, jika diterapkan, jumlah yang

didistribusikan ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu

dalam PSAK lain. Dengan demikian pengakuan atas asset dalam perolehan dengan

menggunakan biaya perolehan atau yang dikenal dengan cost.

Perolehan Asset Tetap

Menurut Waluyo, Dalam bukunya Akuntansi Pajak Jilid 3, pengakuan dalam perolehan asset

tetap ada beberapa cara, yaitu:

1. Perolehan dengan penggabungan

Dalam memperoleh assetnya sebuah perusahaan melakukan transaksi dengan cara

memberi satu asset yang di dalamnya terdapat beberapa asset. Contoh: PT. Parama

Gaya membeli sebidang tanah dengan harga Rp. 900.000.000,00; yang di dalamnya

terdapat sebuah rumah berarsitektur Mediteranian.

3 | P a g e

Page 4: Aset Tetap

Maka, cara mengakui perolehan untuk masing-masing asset tetap ditentukan dengan

mengalokasikan harga gabungan berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing

asset yang bersangkutan.

2. Perolehan dengan angsuran

Dalam memperoleh assetnya sebuah perusahaan melakukan angsuran kepada pihak

yang memberikan angsuran (kreditor dll) sesuai dengan kontrak perjanjian. Biasanya

dalam cara perolehan ini terdapat beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan.

Dimana semakin lama bunganya semakin kecil karena dipengaruhi terus berkurangnya

utang yang ditanggung.

3. Perolehan dengan cara menukar

Perolehan asset dengan cara suatu perusahaan menukarkan assetnya dengan asset

perusahaan lainnya sesuai dengan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak.

Namun dalam menilai harga perolehan diukur berdasarkan nilai wajar asset yang

dipertukarkan atau diperoleh, yang paling andal, sebanding dengan nilai wajar asset

yang dipertukarkan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang

ditransfer.

4. Perolehan dengan membangun sendiri

Penilaian dalam menentukan harga perolehan berdasarkan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh atau membangun asset tersebut, sebagaimana

perolehan dengan cara membeli.

5. Perolehan secara hibah, bantuan dan sumbangan

Dalam menilai harga perolehan pada transaksi tersebut dengan dua cara:

1. Jika memenuhi persyaratan Pasal 4 (3) huruf a dan b, maka tidak dikecualikan dari

objek pajak (tidak termasuk objek pajak).

2. Jika tidak memenuhi, artinya sebagai objek pajak, maka penilaian dengan

menggunakan nilai pasar atau nilai wajar.

4 | P a g e

Page 5: Aset Tetap

Penyusutan Asset Tetap

Berikut akan dipaparkan penyusutan menurut PSAK dan akuntansi perpajakan.

Menurut PSAK No. 17 penyusutan merupakan alokasi jumlah suatu asset yang dapat

disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi dengan persyaratan:

1. Harta yang yang disusutkan adalah asset berwujud

2. Diharapkan digunakan selama lebih dari 1 periode akuntansi

3. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas

4. Ditahan oleh sebuah perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok

barang dan jasa untuk disewakan , atau untuk tujuan administrasi.

Sedangkan pengecualian penyusutan dalam akuntansi pajak adalah sebagai berikut;

1. Asset tetap perusahaan berupa kendaraan yang dikuasai dan dibawa pulang

pegawai, termasuk juga yang ada didaerah setempat

2. Asset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan didaerah terpencil yang

ditempati pegawai yang tidak diberi tunjangan oleh perusahaan.

Metode Penyusutan Asset Tetap

Metode penyusutan dapat digunakan sesuai pengelompokan menurut kriteria:

1. Dasar waktu

Metode garis lurus (straight line method)

Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikan berdasar berjalannya waktu, dalam

jumlah-jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud tersebut.

Formula:

Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan

Cara penghitungan persentase penyusutan dapat dengan mudah dilakukan apabila

diketahui masa manfaat.

5 | P a g e

Page 6: Aset Tetap

Metode pembebanan menurun

1) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)

Metode ini sering disebut metode jumlah angka tahun yang akan menghasilkan

jumlah penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

Formula:

Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan

Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu

2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining

balance method).

Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil

dari tahun ke tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas asset tetap dalam

memberikan jasanya dari tahun ke tahun semakin menurun.

Formula:

Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan

Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Sisa Buku Awal Periode

2. Dasar penggunaan

Metode jam jasa (service hours method)

Metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan teori bahwa

pembelian asset tetap ditunjukkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode

ini mengakui estimasi masa manfaat asset yang diukur dalam jam jasa.

Formula: Tarif penyusutan per jam = Harga perolehan – Nilai Residu

Estimated Service life

6 | P a g e

Page 7: Aset Tetap

Metode unit produksi (productive output method)

Metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang

dapat dihasilkan. Kapasitas produksi ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk jam

pemakaian atau urut-urut kegiatan lainnya.

Formula:

Tarif Penyusutan = Kapasitas sebenarnya

Kapasitas produksi

Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu

3. Dasar kriteria lainya

Menggunakan dasar kriteria lainnya bahwa biaya penyusutan dapat dihitung dengan

dasar jenis dan kelompok. Pengelompokan ini dikenali dalam kelompok atau dalam

perpajakan dikenali dengan golongan 1, golongan 2, golongan 3, dan golongan

bangunan. Ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan

mengelompokkannya ke dalam “Bukan Bangunan” dan kelompok “Bangunan”.

Akuntansi komersial mengelompokkan aset berdasarkan masa manfaat.

Sedangkan metode penyusutan menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan

sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang

Perubahan Ketiga atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,

maka menggunakan dua metode, yaitu:

1. Metode garis lurus (straight line method), atau metode saldo menurun (declining

balance method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan.

2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.

7 | P a g e

Page 8: Aset Tetap

BAB 3. PENGELOMPOKAN DAN TARIF ASSET TETAP

Berdasarkan UU Perpajakan No. 36 tentang pajak penghasilan, maka dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

Kelompok Harta

BerwujudMasa Manfaat

Tarif Penyusutan

Metode Garis Lurus

Tarif penyusutan

Metode saldo menurun

1. I. Bukan

Bangunan

Kelompok 1 4 Tahun 25 % 50 %

Kelompok 2 8 Tahun 12,50 % 25 %

Kelompok 3 16 Tahun 6,25 % 12,5 %

Kelompok 4 20 Tahun 5 % 10 %

1. II. Bangunan

Permanen 20 Tahun 5 % -

Tidak Permanen 10 Tahun 10 % -

Kelompok I meliputi jenis-jenis asset berikut:

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1. Semua Jenis Usaha 1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk

meja, bangku, kursi, lemari, dan sejenisnya yang

bukan bagian dari bangungan.

2. Mesin kantor seperti mesin ketik, mesin hitung,

duplicator, mesin fotokopi, accounting machine,

dan sejenisnya

3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier,

tape/cassette, video recorder, telivisi dan sejenisnya

4. Sepeda motor, sepeda dan becak

5. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industry/ jasa

yang bersangkutan

8 | P a g e

Page 9: Aset Tetap

6. Alat dapur untuk memasak, makanan dan minuman

7. Dies, jigs dan mould

2.Pertanian, perkebunan,

kehutanan, dan perikanan

Alat yang digerakan bukan dengan mesin

3.

Industri makanan dan

Minuman

Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti

hulller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet dan

sejenisnya.

4.

Perhubungan,

Pergudangan, dan

komunikasi

Mobil taksi, bus, truk yang digunakan sebagai angkutan

umum

5.Industri semi konduktor Falsh memory tester, write machine, biporar test system,

elimination pose cheker

Kelompok II meliputi jenis-jenis asset berikut:

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1. Semua Jenis Usaha 1. Mesin dan peralatan dari logam, termasuk meja,

bangku, kursi, dan sejenisnya yang bukan bagian

dari bangunan.

Alat pengatur udara seprti AC, kipas angin dan sejenisnya.

1. Komputer, printer, scanner, dan sejenisnya

2. Mobil, bus, truk, speed boat, dan sejenisnya

3. Kontainer dan sejenisnya

2. Pertanian, perkebunan,

kehutanan, dan perikanan

1. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan

mesin bajak, penggaruk, penanam, penanam benih,

dan sejenisnya

2. Mesin yang mengelolah atau menghasilkan atau

memproduksi bahan atau barang pertanian,

kehutanan, perkebunan dan perikanan

9 | P a g e

Page 10: Aset Tetap

3. Industri makanan dan

Minuman

1. Mesin yang mengelolah bahan asal binatang,

unggas dan perikanan. Misalnya pabrik susu dan

pengalengan ikan

2. Mesin yang mengubah produk nabati, misalnya

mesin minyak kelapa, margarine, biji-bijian,

penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah

biji-bijian.

3. Mesin yang mengelolah/menghasilkan minuman

dan bahan-bahan minuman segala jenis

4. Mesin yang menghasilkan/mengelolah makanan

makanan segala jenis

4. Industri Mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan,

misalnya mesin jahit, dan pompa air

5. Perkayuan Mesin dan peralatan penebang kayu

6. Kontruksi Peralatan yang digunakan seperti truk berat, truk drump,

crane bulldozer, dan sejenisnya

7. Perhubungan,

Pergudangan dan

Komunikasi

1. Truk kerja pengangkutan dan bongkar muat

2. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus untuk

pengangkutan barang

3. Kapal yang dibuat khusus sebagai kapal suar dan

pemadam kebakaran

4. Perahu layar yang beratnya samapai 250 DWT

5. Kapal Balon

8. Telekomunikasi 1. Perangkat telepon

2. Pesawat telegrap, termasuk pesawat pengirim

9. Industri semi konduktor Auto frame leader, automatic logic handler dll.

Kelompok III meliputi jenis-jenis asset berikut:

10 | P a g e

Page 11: Aset Tetap

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1. Pertambangan selain

minyak

Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk

mesin-mesin yang mengelolah produk perikanan

2. Pemintalan, pertenunan,

dan pencelupan

1. Mesin yang mengelola produk tekstil

2. Mesin untuk yarm preparation

3. Perkayuan 1. Mesin yang mengelolah produk-produk kayu

barang-barang dari jerami

2. Mesin dan peralatan pengrajin kayu

4. Industri Kimia 1. Mesin yang mengelola produk industri kimia dan

yang berhubungan dengan bahan kimia

2. Mesin yang mengelola produk kimia lainnya seperti

damar tiruan

5. Industri Mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin berat dan

menengah

6. Perhubungan dan

Komunikasi

1. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus untuk

pengangkutan barang

2. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau

mendorong kapal

3. Dok terapung

4. Perahu layar pakai atau tanpa motor sampai 250

DWT

5. Pesawat terbang dan helikopter sejenisnya

7. Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh

Kelompok IV meliputi jenis-jenis asset berikut:

11 | P a g e

Page 12: Aset Tetap

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1. Kontruksi Mesin berat untuk kontruksi

2. Perhubungan dan

Telekomunikasi

1. Lokomotif uap atas rel

2. Lokomotif listrik atas rel

3. Lokomotif atas rel lainnya

4. Kereta, gerbong penumpang dan barang termasuk

kontainer

5. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus

untuk pengangkutan barang

6. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau

mendorong kapal

7. Dok-dok terapung

BAB 4. CAPITAL GAIN DALAM INVESTASI JANGKA PENDEK

12 | P a g e

Page 13: Aset Tetap

Dana yang menganggur/idle ialah kelebihan kas yang tidak diperlukan dalam waktu

dekat yang biasanya dimanfaatkan untuk membeli atau menanamkannya dalam bentuk

surat berharga(saham, obligasi, sekuritas lainnya) yang dapat segera dijual. Semua sekuritas

itu merupakan instrument pasar uang yang dapat diperjual-belikan setiap saat. Selisih

antara nilai yang dibayar pada saat pembelian dan nilai yang diterima pada saat penjualan

atau pelunasan merupakan penghasilan bagi pemegang sekuritas dan biaya bagi penerbit

sekuritas. Sebagaimana terjadi dengan penghasilan yang dikenakan pajak pada pemegang

sekuritas, biaya dan kerugian dapat dikurangkan dari penghasilan oleh penerbit sekuritas.

Sekuritas saham dapat berbentuk saham biasa dan saham preferen.

Penghasilan dari saham dapat berupa deviden (tunai, saham). Apabila sekuritas

saham dimiliki oleh WP badan sesuai dengan pasal 4 ayat(3)g maka penghasilan deviden

tidak dikenai pajak. Dalam obligasi penghasilan yang diterima berupa bunga yang akan

diperhitungkan sebagai penghasilan(dikenakan PPh pasal 23/pajak dibayar dimuka).

Penghasilan dari obligasi selain bunga tetap berupa keuntungan pelepasan(Capital gain) dan

realisasi disagio(selisih antara nilai nominal dan nilai perolehan) pada saat pelunasan

obligasi. Hanya obligasi dan deviden dari saham yang diperdagangkan dibursa yang di terima

WP OP yang tidak melebihi jumlah PTKP setahun yang dibebaskan pajak.

Investasi jangka pendek(marketable securities) adalah aktiva yang tingkat

likuiditasnya sangat tinggi. Besarnya investasi jangka pendek menunjukan kemampuan

suatu perusahaan untuk membayar utang jangka pendek. Penyajian nilai investasi di neraca

menurut akuntansi komersial ada 2 cara :

1. Menurut Perpajakan Nilai perolehan diberi keterangan tambahan tentang

harga pasar. Untuk keperluan akuntansi perpajakan, penjelasan pasal 10 ayat 6

UU PPh yang menyatakan ketentuan tentang penilaian persediaan berlaku juga

untuk sekuritas. Untuk keperluan pajak juga, persediaan hanya diperbolehkan

untuk dinilai berdasarkan harga perolehan.

2. Menurut PAI Nilai terendah antara nilai perolehan dan harga pasar.

Penilaian ini mengakibatkan penurunan nilai aktiva dan selisih harga tersebut

diakui sebagai kerugian.

13 | P a g e

Page 14: Aset Tetap

Dalam hal surat-surat efek yang dimiliki, untuk tujuan investasi jangka panjang jika

pembukuannya dilakukan dengan harga perolehan sehingga PPh atas Capital Gain

dikenakan pada saat realisasi. Dalam hal surat-surat efek yang dimiliki untuk tujuan

diperjual-belikan, jika oleh perusahaan dibukukan menurut harga pasar maka selisih

harga pasar dan harga perolehan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak.

Pajak Penghasilan Atas Keuntungan Transaksi Saham

Pengertian Capital Gain adalah : keuntungan karena penjualan/pengalihan harta,

yaitu saham. Capital Gain adalah keuntungan yang dikenakan PPh. Pengenaan ini didasarkan

pada Pasal 4 ayat 1 “…yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan

kemampuan…dst…”. Pengenaan pajak atas capital gain dilakukan dengan cara

memasukannya sebagai penghasilan kedalam SPT oleh penjual saham itu sendiri.

Pengenaan pajak tidak dilakukan dengan memotong langsung hasil transaksi jual beli saham,

apabila dalam transaksi jual beli saham mengalami kerugian maka kerugian bisa dimasukan

didalam SPT asalkan ada buktinya.

Berdasarkan UU No. 10 th 1994 dan PP No. 41 th 1994 yaitu atas penghasilan dari

penjualan saham di bursa efek termasuk bursa parallel, yang diperoleh atau diterima

OP/badan dikenakan PPh yang bersifat final, hal ini dimaksudkan untuk memberikan

kepastian hokum, kesederhanaan dan kemudahan bagi WP.

Besarnya PPh atas Transaksi Penjualan Saham di Bursa

1. Untuk semua transaksi penjualan saham sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi

penjualan.

2. Untuk transaksi penjualan saham pendiri, kecuali saham pendiri perusahaan pasangan

usaha yang dimiliki oleh perusahaan modal ventura maka ditambah dengan 5% dari

jumlah bruto transaksi penjualan (pajak final), akibat pengenaan pajak final maka

semua pengeluaran dan biaya tidak dapat dikurangkan kepada penghasilan.

BAB 5. INVESTASI JANGKA PANJANG

14 | P a g e

Page 15: Aset Tetap

Investasi jangka panjang adalah penanaman sebagian kekayaan suatu perusahaan

pada perusahaan lain dengan maksud untuk memperoleh pendapatan tetap dan atau untuk

menguasai atau mengendalikan perusahaan tersebut. Adapun investasi jangka panjang

dapat berupa :

1. Penyertaan dalam bentuk saham, obligasi dan surat berharga lainnya.

2. Dana untuk melunasi utang jangka panjang, atau dana khusus lainnya.

3. Aktiva lain, seperti pembelian tanah dengan rencana dimasa yang akan datang

Jika saham suatu perusahaan diperoleh melalui tukar menukar dengan jenis aktiva lain

(non cash) maka harga pasar saham yang berlaku pada saat transaksi dipakai sebagai dasar

nilai perolehannya. Apabila nilai aktiva diketahui sedangkan nilai saham tidak, maka nilai

aktiva tersebut yang dipakai sebagai nilai saham.

Investasi Dalam Saham

Investasi dalam bentuk saham merupakan pembelian/penyertaan/kepemilikan perusahaan

lain dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa deviden, keuntungan

lainnya bisa berupa kontrol manajemen, yaitu hak menentukan kebijakan atas perusahaan

yang dibeli. Kontrol manajemen diperoleh jika kepemilikan saham mencapai jumlah

mayoritas. Perusahaan yang melakukan investasi saham disebut Perusahaan Induk (Parent

Company), sedangkan perusahaan yang mengeluarkan saham disebut Perusahaan Anak

(Subsidiary Company), sedangkan hubungan keduanya biasa disebut Perusahaan yang

Berafiliasi (Parent-Subsidiary Affiliation). Perusahaan yang melakukan investasi dalam

bentuk saham mempunyai maksud :

1. Memperkokoh jaringan pasar

2. Memperkuat distribusi

3. Menjaga suplai bahan baku

4. Memperkuat manajemen

Investasi Dalam Obligasi

15 | P a g e

Page 16: Aset Tetap

Pengertian Obligasi adalah surat utang jangka panjang dengan tingkat bunga tertentu,

sementara nilai obligasi dicatat sesuai dengan harga perolehannya. Harga Jual (beli) obligasi

tidak selalu sebesar nilai nominalnya. Adapun jenisnya adalah sebagai berikut :

1. Agio, yaitu bila harga jual obligasi lebih besar dari nilai nominalnya

2. Disagio, yaitu bila harga jual obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya.

Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai nominal obligasi diamortisasikan atau

diakumulasikan selama umur obligasi. Jika dalam penghasilan investasi saham adalah

deviden maka penghasilan dari obligasi adalah bunga.

Deviden Yang Bukan Objek Pajak

Deviden adalah bagian keuntungan yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP DN,

yayasan atau organisasi sejenis, Koperasi, BUMN, BUMD. Deviden yang merupakan objek

PPh adalah jika penerima deviden selain PT, seperti perorangan, firma, perseroan

komanditer dsb dengan ketentuan sebagai berikut :

1. WP DN dipotong PPh Ps. 23 15% x Jumlah Bruto

2. WP LN dipotong PPh Ps. 26 20% x Jumlah Bruto

Berbeda dengan deviden, keuntungan pengalihan saham dikenakan pajak. Keuntungan

adalah kelebihan harga jual dengan harga perolehan (terdapat dalam, Penjelasan Pasal 4

ayat 1 bagian d UU PPh). Penjualan saham dipasar modal, maka penghasilan dari penjualan

dikenakan PPh sebesar 0,1% untuk bukan saham pendiri, atau 5,1% untuk saham

pendiri(final).

Apabila investasi saham untuk modal ventura, deviden dan penghasilan dari penjualan

saham pada perusahaan pasangan usaha tidak kena PPh. Rugi/Laba dari penjualan investasi

jangka panjang umumnya dipisahkan dengan penghasilan yang diterima dari kegiatan utama

(merupakan penghasilan lain-lain) dan merupakan objek pajak.

BAB 6. KESIMPULAN

16 | P a g e

Page 17: Aset Tetap

Akuntansi asset tetap pada lingkup pajak merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam sebuah perusahaan atau entitas, karena pengakuan asset tetap dalam laporan

keuangan komesial perusahaan berbeda dengan pengakuan dalam laporan keuangan fiskal,

yang diperlukan oleh pihak fiskus. Dengan demikian adanya perkembangan dan

perbaharuan UU Perpajakan semata-mata untuk mempermudah dan menyesuaikan kondisi

objek dan subjek pajak sehingga meminimalisir terjadinya diskriminasi masalah penetapan

tariff pajak.

Sementara pemajakan penghasilan aktiva dan capital gain, yang dalam konteks

saham berupa deviden dan dalam konteks obligasi berupa bunga adalah objek pajak yang

dapat dipungut dengan ketentuan tertentu.

Memperhatikan perkembangan sekuritas saat ini, perlu dilakukan terobosan baru

dalam UU Perpajakan dimana pajak atas sekuritas tidak hanya dipungut saat terjadi

transaksi atau peristiwa kena pajak, namun dapat dikembangkan sebagaimana layaknya

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang memiliki dasar yang sama dalam hal filosofi asset,

yaitu sama-sama memiliki nilai yang cenderung berkembang sehingga saat terjadi kenaikan

harga sekuritas maka dapat dipungut pajaknya atas kenaikan tersebut walaupun tidak

ditransaksikan.

17 | P a g e