asean commnity

5
Pengaruh ASEAN Community 2015 terhadap Industri Penerbangan di Indonesia By Shinta Mahanani M Pasang Surut Industri Penerbangan Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki kecenderungan menaik dan berdampak pada peningkatan pertumbuhan industri penerbangan nasional, di antaranya akan bisa menempatkan Indonesia pada peringkat kelima pasar penerbangan-domestik dunia. Satu kekuatan penting Indonesia adalah besaran penduduknya, yang saat ini sekitar 240 juta jiwa dan luasan wilayahnya yang memerlukan sarana transportasi udara yang handal. Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah bila ditinjau dari kondisi geografis Indonesia yang memiliki beribu-ribu pulau. Karena sebagai Negara kepulauan itulah tentunya Indonesia membutuhkan alat transportasi untuk menjadi penghubung antar pulau-pulau dan titik kota diseluruh wilayah Indonesia, supaya tidak ada daerah yang terisolasi dari interaksi dengan daerah lain sehingga terjadi komunikasi, perdagangan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keamanan. Ketua Asosiasi Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), Arif Wibowo, di Jakarta, Rabu, menyatakan, jumlah pemakai jasa penerbangan domestik meningkat dua kali lipat dari 2008

Upload: fuad-ways

Post on 27-Sep-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

community

TRANSCRIPT

Pengaruh ASEAN Community 2015 terhadap Industri Penerbangan di IndonesiaBy Shinta Mahanani M

Pasang Surut Industri Penerbangan IndonesiaPertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki kecenderungan menaik dan berdampak pada peningkatan pertumbuhan industri penerbangan nasional, di antaranya akan bisa menempatkan Indonesia pada peringkat kelima pasar penerbangan-domestik dunia.Satu kekuatan penting Indonesia adalah besaran penduduknya, yang saat ini sekitar 240 juta jiwa dan luasan wilayahnya yang memerlukan sarana transportasi udara yang handal. Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah bila ditinjau dari kondisi geografis Indonesia yang memiliki beribu-ribu pulau. Karena sebagai Negara kepulauan itulah tentunya Indonesia membutuhkan alat transportasi untuk menjadi penghubung antar pulau-pulau dan titik kota diseluruh wilayah Indonesia, supaya tidak ada daerah yang terisolasi dari interaksi dengan daerah lain sehingga terjadi komunikasi, perdagangan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keamanan.Ketua Asosiasi Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), Arif Wibowo, di Jakarta, Rabu, menyatakan, jumlah pemakai jasa penerbangan domestik meningkat dua kali lipat dari 2008 menjadi 74,2 juta orang pada 2013; sedangkan pada jalur internasional mencapai 10,8 juta orang.Namun perkembangan yang mengarah ke arah perbaikan kondisi ekonomi Indonesia di sektor penerbangan bukan berarti tanpa di sertai oleh masalah. Beberapa waktu lalu perusahaan penerbangan milik pemerintah, PT Merpati Airlines telah di nyatakan bangkrut karena PT MNA gagal membayar sewa dan perawatan 4 unit pesawat Boing 737 selama 9 bulan dimana angkanya diprediksi lebih dari 3 juta dolar USA kepada ILFC yang berkantor pusat di Amerika. Total utang Merpati mencapai Rp 6,7 triliun. Selain tanggungan pada pemerintah Rp 2 triliun, di luar pajak, maskapai ini juga punya utang kepada 20 BUMN lain, khususnya PT Pertamina. Selain skema PMN, nantinya utang pada sesama perusahaan pelat merah diubah menjadi saham. Pemutihan utang Merpati ini juga memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Memang dalam industri penerbangan di butuhkan modal yang banyak dalam perwatan maupun gaji SDA yang harus sesuai di karenakan keahlian yang di butuhkan tidak semua orang bisa melakukannya. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan penerbangan milik pemerintah ini terancam bangkrut, karena satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah dengan menutup perusahaan. Prospek yang sangat cerah ini kembali mengalami kendala, setelah PT MNA terancam bangkrut Kementerian Perhubungan berniat menurunkan tarif batas bawah tiket pesawat kelas ekonomi. Nantinya, tarif batas bawah pesawat akan ditetapkan sebesar 30 persen dari batas atas. Kenaikan tarif batas atas pesawat ditetapkan pada 1 Oktober 2014 melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2014. Tapi, sebelum aturan itu diterapkan, maskapai-maskapai penerbangan sudah melayangkan keberatan. Pasal tentang kewajiban maskapai mengajukan izin jika hendak menjual tiket di bawah 50 persen dari batas atas dianggap memberatkan. Atas keberatan itu, Kementerian Perhubungan berencana menurunkan batas bawah dari 50 menjadi 30 persen dari batas atas. Namun maskapai tetap harus mengajukan izin sebelum menjual tiket di bawah 30 persen dari tarif batas atas.Hal ini menimbulkan masalah baru bagi perusahaan penerbangan, karena jika di terapkan tarif batas maka di khawatirkan konsumen akan menurun. Berbeda dengan perang tarif yang sebelumnya di lakukan sebagai suatu strategi agar transportasi udara bisa menjangkau seluruh masyarakat, bahkan memberi slogan semua bisa terbang. Kini hal itu kemungkinan akan menurun jumlah penerbangan, dengan persentase bahwa penerbangan domestik lebih banyak daripada internasional, dengan adanya pemasangan tarif batas konsumen akan kembali mencari jasa transportasi lain yang lebih murah.Memang tidak mudah dalam menjalankan perusahaan penerbangan di Indonesia meskipun di anggap sebagai prospek yang cerah tapi begitu banyak kendala yang di alami di sertai dengan ASEAN Community yang sudah ada di depan mata. ASEAN Community bisa jadi sarana melebarkan sayap jasa penerbangan Indonesia mencapai pasar yang lebih luas. Visi dan Misi ASEAN Community 2015Dan ASEAN Community adalah salah satu cara untuk mencapai visi ASEAN jangka panjang tahun 2020. Dan AEC blueprint memuat empat kerangka utama, yaitu :a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengn elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tengaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebasb. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commersec. ASEAN sebagai kawasaan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos dan Vietnam)d. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Dari keempat pilar tersebut saat ini pilar pertama yang masih menjadi perhatian utama ASEAN. Di bidang jasa, ASEAN juga memiliki kondisi yang memungkinkan agar pengembangan sektor jasa dapat di buka seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa prioritas yang telah di tetapkan yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan dan e-ASEAN dan kemudian di susul dengan logistik. Namun, perkembangan jasa prioritas di ASEAN belum merata, hanya beberapa negara ASEAN yang mempunyai perkembangan jasa yang sudah berkembang seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kemajuan ketiga negara tersebut dapat di manfaatkan sebagai penggerak dan acuan untuk perkembangan liberaliasasi jasa di ASEAN. Lebih lanjut, untuk liberalisasi aliran modal dapat berpenaruh pada peningkatan sumber dana sehingga memberikan manfaat yang positif baik pada pengembangan system keuangan, alokasi sumber daya yang efisien serta peningkatan kinerja perekonomian secara keselurahan. Berbagai peluang yang di berikan pada ASEAN community harus di manfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia khususnya di bidang penerbangan. Dengan daya saing yang tinggi di harapkan bisa menjadi acuan kompetitif bagi perusahaan penerbangan nasional, perbaikan pada sektor penerbangan harus menjadi sektor utama jika tidak ingin kalah saing dengan negara-negara di ASEAN. Selain itu berbagai masalah internal agar bisa di pecahkan secara baik, karena Indonesia memiliki peluang yang besar dengan sektor pariwisata yang mendukung dalam pencapaian peningkatan ekonomi skala nasional di imbangi dengan jasa penerbangan ASEAN community bukan lagi sebuah tantangan.