asdfghjkl

6
1.1.3 Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut: 1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan duduk. 2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya. 3) Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah. 4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya dan gangguan tulang belakang, 5) Cata jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada. 6) Observasi tipe pernapasan seperi: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma serta punggunaan otot bantu pernapasan. 7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan ekspirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya adalah 1:2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien dengan Chronic Airflow Limitation (CAL)/Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). 8) Kaji konfigurasi dada dan bendingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien. 9) Kelainan pada bentuk dada:

Upload: uphie-luphy

Post on 20-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asdfghjkqwertyuizxcvbnmerfghn

TRANSCRIPT

Page 1: asdfghjkl

1.1.3 Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut:

1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan

duduk.

2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.

3) Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.

4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya dan gangguan tulang

belakang,

5) Cata jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.

6) Observasi tipe pernapasan seperi: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma

serta punggunaan otot bantu pernapasan.

7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan ekspirasi (E).

Rasio pada fase ini normalnya adalah 1:2. Fase ekspirasi yang memanjang

menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien

dengan Chronic Airflow Limitation (CAL)/Chronic Obstructive Pulmonary

Disease (COPD).

8) Kaji konfigurasi dada dan bendingkan diameter anteroposterior (AP) dengan

diameter lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7,

tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien.

9) Kelainan pada bentuk dada:

a) Barrel chest

Timbul akibat terjadinya overinflation paru-paru. Terdapat peningkatan

diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada pasien emfisema.

b) Funnel chest (pectus excavatum)

Timbul akibat terjadinya depresi pada bagian bawh dari sternum. Hal ini akan

menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur.

Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome, atau akibat

kecelakaan kerja.

c) Pigeon chest (pectus carinatum)

Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan terjadi

peningkatan diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis berat.

d) Kyphosciliosis (kifoskolioss)

Page 2: asdfghjkl

Terlihat dengan adanya elevasi skapula yang akan mengganggu pergerakan

paru-paru. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporosis dan

kelainan muskuloskeletal lain yang memengaruhi toraks.

Kifosis : meningkatnya kelengkungan normal columna vertebrae

thoracalis menyebabkan pasien tampak bongkok.

Skoliosis : melengkung vertebrae thoracalis ke samping, disertai rotasi

vertebral.

10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak

adekuatnya ekspirasi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau pleura.

11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat

mengindikasikan obstruksi jalan napas.

b. Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi

abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus

(vibrasi). Palapsi toraks berguna untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat

inspeksi seperti massa, lesi, dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama

jika pasien mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding dada yang dihasilkan

ketika berbicara (vocal premitus).

c. Perkusi

Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di

sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis

yaitu:

1) Suara perkusi normal

a) Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru-paru normal umumnya

bergaung dan bernada rendah.

b) Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru.

c) Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya

bersifat musikal

2) Suara perkusi abnormal

a) Hiperresonan : bergaung lebih rendah dibansingkan dengan resonan

dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal

berisi udara.

b) Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar

pada perkusi daerah paha, di mana seluruh areanya

Page 3: asdfghjkl

berisi jaringan.

d. Auskultasi

Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup mendengarkan

suara napas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan

dari getaran udara ketika melalui jalan napas laring ke alveoli bersifat bersih.

1) Jenis suara normal ialah:

a) Bronkial: sering juga disbut dengan ‘tubular sound’ karena suara ini dihasilkan

oleh udara uang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring,

dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada

inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersbut. Normal terdengar si

atas trakea atau daerah lekuk suprasternal.

b) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkial dan vesiular.

Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang

dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah dada di mana bronkus tertutup

oleh dinidng dada.

c) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih

panjang dari ekspirasi, ekspirsi terdengar seperti tiupan.

2) Jenis suara tambahan ialah:

a) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara

nyaring, musikal, suara terus menerus yang disebabkan aliran udara melalui

jalan napas yang menyempit.

b) Ronki: terdengar selama fase inspirasi dan kespirasi, karakter suara terdengar

perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus menerus. Berhubungan dengan

sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.

c) Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara

kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah

pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.

d) Crackles, dibagi menjasi dua jenis:

i. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter

suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang

lembap di alveoli atau bronkiolus. Suara seperti rambut yang

digesekkan.

ii. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,

kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi

Page 4: asdfghjkl

pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien

batuk.

Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.