asas hukum agraria

13
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum atau ia adalah sebagai ratio legisnya peraturan hukum, demikianlah ungkapan Soetjipto Rahardjo. Dari pernyataan tersebut kiranya dapatlah dimengerti arti pentingnya dari suatu asas hukum. Arti penting tersebut diantaranya ialah mengarahkan, atau memberikan arah pada hukum. Maka, asas hukum pertanahan nasional tentunya memiliki nilai penting dalam pembangunan dan keberlangsungan hukum tanah nasional di Indonesia. Nilai penting atau arti penting tersebut tentunya berorientasi pada terwudnya masyarakat sosialis Indonesia, yaitu terwudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila 1 . B. RUMUSAN MASALAH Mengingat urgensi asas hukum pernahan nasional dalam pembangangunan atau keberlangsungan hukum pertanahan di Inonesia, maka penulis merumuskan pertanyaan “Bagaimana perwujudan asas-asas hukum tanah nasional 1 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor II Tahun 1960 1

Upload: lanang-zussaukah

Post on 15-Nov-2015

119 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Hukum Agraria

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum atau ia adalah sebagai ratio legisnya peraturan hukum, demikianlah ungkapan Soetjipto Rahardjo. Dari pernyataan tersebut kiranya dapatlah dimengerti arti pentingnya dari suatu asas hukum. Arti penting tersebut diantaranya ialah mengarahkan, atau memberikan arah pada hukum. Maka, asas hukum pertanahan nasional tentunya memiliki nilai penting dalam pembangunan dan keberlangsungan hukum tanah nasional di Indonesia. Nilai penting atau arti penting tersebut tentunya berorientasi pada terwudnya masyarakat sosialis Indonesia, yaitu terwudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.B. RUMUSAN MASALAH

Mengingat urgensi asas hukum pernahan nasional dalam pembangangunan atau keberlangsungan hukum pertanahan di Inonesia, maka penulis merumuskan pertanyaan Bagaimana perwujudan asas-asas hukum tanah nasional dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria?C. TUJUAN

Berbicara perihal tujuan penulisan makalah ini, tidaklah terlepas dari rumusan masalah di atas, yakni untuk mengetahui bagaimana perwujudan daripada asas-asas hukum tanah nasional dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria.BAB II

PEMBAHASANRumusan masalah pada makalah ini Bagaimana perwujudan asas-asas hukum tanah nasional dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA)? mengandung atau menyiratkan dua pertanyaan turunan, yaitu dimanakah letak asas-asas pertanahan nasional tertuang dalam UUPA? Kemudian bagimanakah pengejewantaha asas-asas hukum tanah nasional dalam UUPA? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab pada pembahasan berikut ini. A. LETAK ASAS-ASAS HUKUM TANAH NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

Sebagaimana yang tersebut pada rumusan turunan di atas maka pada sub bab ini akan dijabarkan dimanakah letak pengaturan asas-asas hukum tanah nasional dalam UUPA. Asas hukum tanah nasional yang penulis paparkan berikut ini mengikuti penggolongan Urip Santoso dalam bukunya Hukum Agraria : Kajian Komprehensif. Asas-asas hukum tanah nasional yang digolongkan oleh Urip Santoso berjumlah sebelas, yakni sebagai berikut ini.No Letak Pengaturanya Dalam UUPAMengenai Asas

1Pasal 1 (1), (2), dan (3)Asas Kenasionalan

2Pasal 2 (1)Asas Dikuasai Oleh Negara

3Pasal 3 dan 18 Asas Mengutamakan Kepentingan Nasional dan Negara

4Pasal 6 dan 18Asas Fungsi Sosial Hak-hak Atas Tanah

5Pasal 9 (1) dan 21 (1)Asas Hanya WNI yang Boleh Mempunyai Hak Milik Atas Tanah

6Pasal 9 (2) Asas Persamaan Bagi Setiap Warga Negara Indonesia

7Pasal 10 (1)Asas Pemanfaatan Tanah Pertanian Secara Aktif

8Pasal 2 (2) dan 14 (1) Asas Guna Tanah

9Diktum UUPAAsas Kesatuan Hukum

10Pasal 19 (1) dan 18Asas Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum

11Pasal 44 (1)Asas Pemisahan Horisontal

B. BENTUK PENGEJEWANTAHAN ASAS-ASAS HUKUM TANAH NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIABerikut ini akan dipaparkan dan dijelaskan bentuk pengejewantahan atau penuangangan asas-asas hukum tanah nasional dalam UUPA, namun tidaklah secara lengkap sebagaimana yang terdapat pada tabel di atas, melainkan hanya beberapa asas yang menurut penulis penting untuk dikaji dan diketahui. a. Asas Kenasionalan

Asas kenasionalan tertuang dalam UUPA pada pasal 1 ayat 1-3, yang menyatakan :

(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.

(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional

(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.

Berdasarkan rumusan pasal di atas tertuang semangat persatuan rakyat Indonesia yang tercermin dalam frasa kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Semangat persatuan ini sejalan dengan bunyi sila ketiga. Kemudian dalam pasal ini tercermin semangat religius, yang artinya semua tanah wilayah negara Indonesia karunia Tuhan Yang Maha Esa, hal tersebut terkandung terlihat pada frasa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia. Oleh karenanya bumi Indonesia harus digunakan sebesar-besarnya untuk kehidupan sosialisme Indonesia. b. Asas Dikuasai Oleh Negara

Asas ini ditemukan dalam pasal 2 ayat 1 yang menyatakan Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Sebagaimana telah diketahui bahwa pembentukan UUPA berdasar pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945, namun asas dikuasai negara yang tertuang dalam pasal 2 ayat 1 di atas bukan berarti negara dianggap sebagai subyek yang mempunyai hak milik. Sebab hal tersebut negara sebagai subyek pemilik tanah justeru akan bertentangan dengan motifasi pembentukan UUPA yakni untuk menghilangkan penghambat tercapainya masyarakat adil dan makmur yang terhambat oleh berlakunya sebagaian hukum pemerintahan Hindia-Belanda yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Yang mana negara dapat berperan sebagai subyek yang mempunyai hak milik atas tanah. Lantas apakah yang dimaksud dengan asas dikuasai oleh negara? Maksudnya ialah negara memiliki wewenang untuk : a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya.

b. menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.

c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukkum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

c. Asas Fungsi Sosial Hak-hak Atas Tanah

Asas ini tertuang pada pasal 6 UUPA yang menyatakan Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial asas ini berarti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Terdapatnya asas ini tentunya tidaklah diartikan bahwa UUPA mengesampingkan atau bahkan menghapuskan kepentingan pribadi atau individu demi kepentingan komunal atau masyarakat sebagaiman pada negara-negara komunis. Namun asas tersebut mengisyaratkan bahwa antara kepntingan masyarakat dan perorangan harus saling mengimbangi, hingga tercapai tujuan pokok yakni kemakmuran, keadilan, dan kebahagiaan masyarkat seluruhnya. d. Asas Kesatuan HukumAsas ini tidaklah tertuang dalam tubuh UUPA namun asas ini terdapat pada penjelasan UUPA. Keberadaan asas kesatuan hukum tidaklah terlepas karena disebabkan oleh adanya dualisme hukum sebagiamana yang terdapat pada penjelasan umum UUPA yakni karena sebagai akibat dari politik-hukum pemerintah jajahan itu hukum agraria tersebut mempunyai sifat dualisme, yaitu dengan berlakunya peraturan-peraturan dari hukum-adat di- samping peraturan-peraturan dari dan yang didasarkan atas hukum barat, hal mana selain menimbulkan pelbagai masa'alah antar golongan yang serba sulit, juga tidak sesuai dengan cita-cita persatuan Bangsa Dualisme yang dimaksud ialah dengan adanya hukum agria barat Bergelijk Wetboek dan Agrarische Wet yang berlaku bagi orang barat dan hukum agraria adat yang berlaku bagi golongan bumiputera. Hal tersebutlah yang kiranya dirasa sebagai pengahambat tercapainya cita-cita bangsa, yakni terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Karena dengan adanya dualisme hukum muncul berbagai macam masalah, diantaranya ialah adanya kebingungang ketika tanah hak adat dipunyai oleh orang non-pribumi dan tanah hak barat dipunyai oleh orang pribumi, atau jika dalam perbuatan-perbuatan hukum mengenai tanah (misalnya jual-beli, hibah, sewa-menyewa) tersangkut pihak atau pihak-pihak yang hukum perdatanya berbeda dengan hukum yang berlaku atas tanahnya.e. Asas Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum

Asas ini tertuang pada pasal 19 (1) UUPA yang menyatakan bahwa Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, asas ini juga ditemukan pada pasal 18 UUPA yang menyatakan Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang.. Sebaimana yang telah diuraikan di atas bahwa hukum tanah Hindia-Belanda tidak bepihak pada kepentinga rakyat indonesia. Hal tersebut tersebut terlihat bahwa hukum tanah kolonial tidak memberikan kepastian hukum pada penduduk Indonesia sebab tanah-tanah milik rakyat indonesia tidak didaftarkan. Kalaupun tanahnya didaftarkan tidak bersifat rechcadaster melainkan fiscalcadater, yaitu pendaftaran tanah yang dilaksanakan tidak bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum, melainkan untuk menetapkan wajib pajak atas tanah. Sedangkan jaminan kepastian hukum merupakan salah satu tujuan diundangkanya UUPA sebagaimana yang terdapat pada penjelasan umum UUPA perlu adanya hukum agraria baru yang nasional, yang akan mengganti hukum yang berlaku sekarang ini, yang tidak lagi bersifat dualisme, yang sederhana dan yang menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia upaya untuk mewujudkan kepastin hukum ini juga dilaksanakan dengan melakukan pendaftaran tanah yang bersifat rechcadaster.f. Asas Pemisahan HorisontalAsas ini terdapat pada pasal 44 ayat 1 yang menyatakan Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah, pabila ia berhak mempergunakan tanah-milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa. Implementasi asas ini ialah hak sewa untuk bangunan, yaitu seseorang atau badan hukum yang menyewa tanah kosong atau tidak ada bangunanya berdasarkan harga, dan jangka waktu yang disepakati kepada pemilik tanah, guna mendirikan bangunan di atas tanah tersebut dalam waktu sebagaimana yang disepakati oleh para pihak. Dalam Hak Sewa Bangunan ada pemisahan secara horisontal antara pemilikan tanah dan pemilikan bangunan yang ada di atasnya, yaitu tanahnya milik pemilik tanah, sedangkan bangunanya milik penyewa tanah.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjabaran di atas khususnya sub bab bagian b dapatlah dimengerti bahwa asas-asas tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sehingga asas-asas tersebut berperan sebagai penunjuk jalan demi tercapainya cita-cita masyarakat adil dan makmur. Dan juga asas tersebut diupayakan untuk dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman, mengingat semakin kompleksnya kebutuhan serta masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan pertanahan. B. Pengakuan dan Saran

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini sangat kecil kemungkinanya untuk dapat dikatakan bagus, namun inilah bentuk ikhtiar penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kekurangan dan kekeliruan sangatlah mungkin tersebar disepanjang pemaparan, penjelasan, dan pembahasan dalam makalah ini. Untuk itu kepada pembaca khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Hukum Agraria penulis sangat mengaharapkan masukan yang membawa kebaikan kepada diri penulis kedepanya. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor II Tahun 1960

Urip Santoso, Hukum Agraria : Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 54.

Penjelasan Umum : Paragraf pertama, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria.

Urip Santoso, Hukum Agraria : Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 54.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Penjelasan Umum.

Urip Santoso, Hukum Agraria : Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 58.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Penjelasan Umum.

Budi Harsono, Hukum Agraria, Djambatan, Jakarta, 2008, hlm. 64.

Urip Santoso, Hukum Agraria : Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 64.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Penjelasan Umum.

Urip Santoso, Hukum Agraria : Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 65.

1