asam itakonat
TRANSCRIPT
ASAM ITAKONAT
A. Pendahuluan
Saat ini minat untuk mengganti monomer berbasis petrokimia dengan yang
alami mulai meningkat. Asam itakonat adalah salah satu produk fermentasi yang
menjanjikan dari kelompok asam organik untuk menggantikan petrokimia berbasis
monomer.
1. Definisi
Asam Itakonat (methylene butanedioc acid, methylene succinid acid, 3-
carboxy-3-butanoic acid, propylenedicarboxylite acid) adalah unsaturated
dicarbonic organic acid, yang dapat dengan mudah digabungkan untuk
membentuk polimer dan dapat digunakan untuk menggantikan monomer
berbasis petroleum dengan yang alami. Asam itakonat memiliki satu gugus
karboksil yang terkonjugasi ke dalam kelompok metilen.
Gambar 1. Rumus Molekul Asam Itakonat
Sifat asam itakonat:
Formula : C5O4H4
Berat Molekul : 130.1
Titik Lebur : 167-1680C
Titik Leleh : 2680C
Kelarutan di Air : 83,103 g/L
Densitas : 1.632 g/L
pH : 2
pKa : 3.84 dan 5.55
Asam itakonat dapat dianggap sebagai -substitued arcilic acid atau
methacrilic acid, seperti ditunjukkan pada gambar 2, dan isomer dengan
citraconic dan mesaconic acid.
Gambar 1. Struktur Asam Itakonat dan Senyawa Terkait
(Wilke, 2001)
2. Sejarah
Asam itakonat ditemukan oleh Baup pada tahun 1837 sebagai produk
dekomposisi termal dari asam sitrat. Biosintesis oleh fungi dari karbohidrat
dilaporkan pertama kali oleh Kinosita pada tahun 1932 yang mengisolasi Asam
Itakonat dari medium pertumbuhan osmofilik fungi, Aspergillus itaconikus.
Kemudian jamur lainnya, terutama jenis Aspergillus terreus, dtemukan lebih
cocok.
Di Northern Regional Research Laboratory (NRRL) , fakultas pertanian
AS di Peoria, Illinois, mengembangkan sebuah screening programe yang dapat
mengidentifikasi sebanyak 300 turunan Aspergillus terreus yang kemudian
dipublikasikan sebagai A.terreus NRRL pada tahun 1960. Di institut yang sama
percobaan pendahuluan dibuat untuk mengembangkan proses bioteknik untuk
memproduksi asam itakonat. Pada tahun 1966, pembuatan asam itakonat
dikembangkan dalam skala industri dengan fermentasi batch. 15 tahun
kemudian minat terhadap asam itakonat menurun. Namun, pada awal tahun
1980, banyak orang mulai peduli tentang konsevasi lingkungan, renewable
resources, dan energi terbarukan. Sehingga teknologi fermentasi mulai
dikembangkan kembali.
(Wilke, 2001)
B. Proses Produksi
Proses pembuatan asam itakonat yang paling paling disukai adalah dengan
proses fermentasi. Belakangan ini, untuk meningkatkan proses produksi asam
itakonat dikembangkan bioteknologi baru, antara lain teknik immobilisasi, sistem
penyaringan dan rekayasa genetika.
1. Mikroorganisme
Mikroogranisme yang sering digunakan dalam pembuatan asam itakonat
adalah Aspergillus terreus. Penelitian yang dilakukan dengan bakteri ini
memperoleh asam itakonat dengan konsentrasi 82 gram asam itakonat/L.
Namun mikroorganisme ini sangat sensitif terhadap impurities. Selain spesies
Aspergillus, spesies Ustilago juga dapat digunakan dalam produksi asam
itakonat. Haskins melakukan fermentasi asam itakonat dengan Ustilago zeae
dan memperoleh asam itakonat dengan konsentrasi sebesar 15 gram asam
itakonat/L. Iwata Corp. Melakukan fermentasi dengan spesies Ustilago yang
berbeda, yaitu Ustilago maydis dan memperoleh asam itakonat dengan
konsentrasi sebesar 53 gram asam itakonat/L.
2. Substrat
Yield asam itakonat yang besar didapatkan dari fermentasi dengan glukosa
dan sukrosa sebagai substrat. Produksi asam itakonat sensitif terhadap
kandungan substratnya, seperti Fe, Mn, Cu, Zn, P dan N sehingga untuk
memperoleh produksi yang maksimal perlu dilakukan pretreatment terhadap
bahan baku yang akan digunakan untuk membuat substrat. Substrat yang
sering digunakan adalah beet dan molase tebu. Substrat tersebut
dipretreatment dengan ion-exchange. Selain itu, juga sering digunakan hasil
dari hidrolisa pati dan gula sederhana, seperti glukosa dan fruktosa.
3. Kondisi operasi
Proses fermentasi asam itakonat akan maksimal pada saat kandungan glukosa
terbatas, yaitu pada konsentrasi gula 100 – 150 g/L sehingga dapat dikatakan
bahwa asam itakonat merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Selama
fermentasi, pH dijaga sekitar 2 dan suhu dijaga sekitar 37 oC. Proses
fermentasi ini merupakan fermentasi aerob. Oksigen ditambahkan selama
proses fermentasi karena kondisi anaerob akan mengganggu pertumbuhan sel.
4. Tahapan Proses
a. Pembuatan medium pertumbuhan mikroorganisme
Medium yang digunakan adalah PDA (Potatoes Dextrose Agar). Untuk
membuat PDA, sirup dekstrosa kentang dicampur dengan aquadest. pH
dinaikkan menjadi 2 dengan menambahkan asam nitrat pada suhu kamar.
Kemudian disterilisasi pada suhu 121 oC dan tekanan 15 psi selama 20
menit dalam autoclaf.
b. Inokulasi mikroorganisme
Mikroorganisme yang digunakan adalah Aspergillus terreus. Aspergillus
terreus dikultur dalam cawan petri yang mengandung PDA (Potatoes
Dextrose Agar) dan 10% tartaric acid. Kemudian diinkubasi pada suhu 25 oC selama 5 hari. Selanjutnya, diencerkan 2 kali dengan 10 mL aquadest
untuk masing-masing pengenceran. Suspensi spora yang mengandung
0,9/mL disiapkan dan digunakan sebagai inokulum untuk proses
fermentasi.
c. Fermentasi Asam Itakonat
Glukosa dari biji jarak dicampur dengan aquadest, Natrium Nitrat,
magnesium sulfat, ferrous sulfat dan kalium klorida. pH larutan dinaikkan
dengan menambahkan asam nitrat pada suhu kamar. Kemudian disterilisasi
pada suhu 121 oC dan tekanan 15 psi selama 20 menit dalam autoclaf.
Inokulum yang sudah disiapkan dimasukkan di media fermentasi, dan
difermentasikan selama 5 hari.
(Hussain, 2007)
5. Yield
Yield yang dihasilkan dari fermentasi batch dengan Aspergillus terreus
sebesar 54% dengan medium glukosa. Sedangkan yield dari fermentasi
kontinyu dengan Aspergillus terreus hanya sebesar 12-16% dengan medium
yang sama.
Tabel 1 Produk Fermentasi Glukosa oleh Aspergillus terreus pada pH 2
(Eimhjellen, 1954)
C. Fungsi / Manfaat
- Serat
Polimerisasi metil, etil atau vinil ester dari asam itakonat digunakan sebagai
plastik, perekat elastis, dan pelapis. Kopolimer dari asam itakonat bersifat
kuat, fleksibel, water-proof, dan merupakan isolator yang baik.
- Resin
Sebagai campuran cat agar lebih merekat
- Sejumlah kecil asam itakonat (<2%) ditambahkan untuk menambah daya
rekat selofan film. Selofan film yang dilapisi dengan polimer yang
mengandung asam itakonat akan 3,5 kali lebih rekat daripada yang dilapisi
dengan polimer yang tidak mengandung asam itakonat.
- Deterjen
Di industri deterjen, asam itakonat dicampur dengan asam fumarat.
- Cleaner
Di industri cleaner, sulfonasi asam itakonat digunakan untuk membersihkan
resin, tinta, dan noda-noda lain.
- Dental adhesive
- Sebagai anti-inflamasi atau analgesic
(Wilke, 2001)
D. Kesimpulan
- Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi asam itakonat adalah
Aspergillus terreus
- Substrat yang digunakan dalam fermentasi asam itakonat adalah glukosa
- Fermentasi berlangsung pada suhu sekitar 37 oC
- Asam itakonat diproduksi pada fermentasi dengan pH 2
- Fermentasi asam itakonat merupakan fermentasi aerob
- Asam itakonat merupakan hasil dari metabolisme sekunder
- Yield asam itakonat yang diperoleh dari fermentasi oleh Aspergillus terreus
dengan substrat glukosa pada pH 2 adalah sebesar 54%
DAFTAR PUSTAKA
Eimhjellenn, K. E., 1954, ”The Mechanism of Itaconic Acid Formation by
Aspergillus terreus”, Department of Chemistry, The Technical University of
Norway, Trondheim, Norway
Hussain Jaheer, 2007, ”Fermentative Production of Itaconic Acid by Aspergillus
terreus Using Jatropha Seed Cake”, African Journal of Biotechnology, Vol. 6
Wilke, Th., 2001, “Biotechnical Production of Itaconic Acid”, Appl Microbiol
Biotechnol
TUGAS TEKNOLOGI FERMENTASI
ASAM ITAKONAT
Disusun oleh :
Maria Gretalita N.W. I0509025
Yosephin Bening G. I0509043
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012