arzia sken 1 - dislokasi
DESCRIPTION
Dislokasi muskuloskeletalTRANSCRIPT
Dislokasi
■ Definisi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis. Dengan kata lain, dislokasi adalah terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya
(dari mangkuk sendi). Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya merupakan
suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Patah tulang di dekat sendi atau
mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai subluksasi sendi yang disebut
fraktur dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terlepas dari tempatnya, maka sendi tersebut menjadi macetdan
terasa nyeri. Ligamen-ligamen pada sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi
biasanya menjadi kendor, sehingga sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
■ Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dislokasi congenital:
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik:
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. Misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic:
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
menjadi:
a. Dislokasi Akut. Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip joint. Disertai
nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
b. Dislokasi Kronik.
c. Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi
berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.
■ Etiologi
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, voli. Pemain
basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-
jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4. Patologis
Terjadinya robekan ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital
penghubung tulang.
■ Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong kedepan,
merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke
bawah dan menimbulkan subluksasio erekta. Patofisiologi dislokasi tergantung dari
macam dislokasi yang terjadi.
■ Macam-macam Dislokasi
1. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena:
o Menguap atau terlalu lebar.
o Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
Tindakan Pertolongan:
o Rahang ditekan ke bawah dengan kedua ibu jari sudah dilindungi balutan.
o Ibu jari tersebut diletakkan di graham yang paling belakang.
o Tekanan itu harus mantap tapi pelan – pelan.
o Bersamaan dengan penekanan itu jari – jari yang lain mengangkat dagu
penderita ke atas. Apabila berhasil rahang itu akan menutup dengan cepat dan
keras.
o Setelah selesai untuk beberapa saat pasien tidak diperbolehkan terlalu sering
membuka mulutnya.
2. Dislokasi Sendi Bahu
Dislokasi sendi bahu adalah pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral.
Pergesaran yang terjadai dapat berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi
anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
Macam-macam
a. Dislokasi anterior. Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikula.
Merupakan 90 % kasus dislokasi sendi bahu.
b. Dislokasi posterior. Nyeri, benjolan dibagian belakang sendi pemeriksaan
radiologis. Khas: light bulb karena rotasi internal humerus.
Gambar: radiograf antero-posterior dislokasi posterior articulatio
glemohumeral.
c. Dislokasi inferior atau luksasi erecta. Kaput humerus terjepit di bawah
glenoid, dengan lengan arah ke atas pengobatan dilakukan reposisi tertutup
seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka dengan
operasi.
Gambar: radiograf antero-posterior dislokasi inferior articulatio
glemohumeral. Lengan diabduksi, ditinggikan, dan difiksasi.
d. Dislokasi dengan Fraktur. Biasanya adalah dislokasi tipe anterior dengan
fraktur.
Gambar: radiograf antero-posterior dislokasi anterior articulatio
glemohumeral setelah dilakukan reduksi. Tampak adanya fragmen fraktur
(panah).
Gejala Klinis
Aspek lateral bahu menjadi datar bukannya membulat dan dapat teraba depresi
yang dalam antara caput humeri dan acromion di lateral.
Gerakan yang terbatas.
Rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan.
Lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu tubuh.
Ujung tulang bahu akan nampak menonjol ke luar. Sedang di bagian depan
tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam.
Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain.
Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan.
Diagnosis Banding
Dislokasi akromioklavikula
Fraktur klavikula
Fraktur kolumna humeri
Fraktur humerus proksimal
Pemeriksaan Tambahan
X-Ray untuk menemukan fraktur terkait.
Pemeriksaan untuk mencari adanya cedera plexus brachialis wajib dilakukan.
Raba denyut nadi radialis.
Tindakan Pertolongan
Usaha memperbaiki letak sendi yang terpeleset itu harus dikerjakan secepat
mungkin, tetapi harus dengan tenang dan hati – hati. Jangan sampai itu justru
merusak jaringan – jaringan penting lainnya. Apabila usaha itu tidak berhasil,
sebaiknya jangan diulang lagi. Segera kirim pasien ke rumah sakit.
Sejumlah teknik reduksi boleh digunakan, antara lain:
a. Traksi Pasif (Teknik Stimson)
Pasien diberi dosis analgesia yg cukup atau sedasi intravena. Sebagai
alternatif, 20 ml lidokain 1% dapat disuntikkan ke dalam sendi sebelah
inferior dan lateral akromion, sebelum penyuntikan lakukan aspirasi darah.
tunggu 15 menit untuk mendapatkan analgesia maksimum.
Kemudian pasien dibaringkan tengkurap pada meja periksa dengan bahu
terletak di tepi meja dan ekstrimitas yang mengalami dislokasi dalam
keadaan bebas.
Diikatkan beban 5-7,5 kg pada pergelangan tangan dg kasa balut.
Dislokasi dapat direduksi setelah 10-15menit setelah traksi ini.
b. Rotasi Skapula
Letakkan pasien pada posisi tengkurap di atas meja periksa dengan lengan
menggantung di tepi meja, atau minta pasien duduk tegak dan minta
assisten memasangkan traksi pada lengan.
Dorong ujung skapula ke medial dan aspek superior skapula ke arah lateral.
c. Teknik Hennipen
Secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi masuk kedalam
mangkok sendi.
Pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o , siku pasien ditahan oleh tangan
kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah keluar
(eksterna) sampai 90o dengan lembut dan perlahan.
Jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara dihentikan sampai
terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan.
Sesudah relaksasi eksterna mencapai 90o maka reposisi akan terjadi.
Setelah dislokasi direduksi, lakukan imobilisasi extremitas dengan memasang
immobilizer bahu, misalnya dengan bias-cut stockinette baik untuk pembalutan
ini. Selalu buat foto-foto pasca reduksi.
Indikasi operasi: dislokasi bahu yg tidak berhasil direduksi secara tertutup
dan dislokasi yg sudah neglected lebih dari 2 minggu.
Kontraindikasi operasi: Berhubung dengan kondisi medis/cedera penyerta
yang tidak memungkinkan dilakukan tindakan pembiusan.
Komplikasi
Kerusakan nervus aksilaris
Kerusakan pembuluh darah
Tidak dapat tereposisi
Kaku sendi
Dislokasi rekuren, dilakukan tindakan operasi Putti-platt, Bristowdan bankart
Rujuk pasien untuk mendapat follow up ortopedi
Follow up : Daerah lipatan aksilla harus diperhatikan terjadinya mycosis, dan
kondisi yang lembab harus dihindarkan dan diatasi. Latihan isometrik segera
dilakukan dan latihan isotonik setelah 3 minggu.
3. Dislokasi Sendi Siku
Mekansme cederanya biasanya jatuh pada tangan yg dapat menimbulkan dislokasi
sendi siku ke arah posterior.
Siku jelas berubah bentuk dg kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
Mintakan pemeriksaan radiografi sebelum mencoba memanipulasi
Periksa selalu cedera neurovaskuler yg terkait khususnya a.brachialis dan
kerusakan n. ulnaris dan medianus.
Reduksi dilakukan dg melakukan traksi longitudinal pd lengan bawah dg traksi
lawan (counteraction) pada lengan atas. Reduksi mugkin sulit ducapai dan
diperlukan anestesi umum.
Setelah reduksi lakukan imobilisasi (membatasi gerakan) lengan dg bidai gips
posterior dg posisi fleksi siku bersudut >90o selama 3 minggu. Periksa denyut nadi
distal, dan amati sirkulasi tangan.
Gambaran Radiologis:
Gambar: radiografi lateral dari dislokasi posterior articulatio cubiti.
4. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
Tindakan Pertolongan :
Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tapi tidak disentakkan.
Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk.
Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke tempat asalnya.
Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu ibu jari yang sakit itu
dibidai.
Untuk membidai dalam kedudukan setengah melingkar seolah – olah
membentuk huruf O dengan ibu jari.
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Dislokasi disebabkan oleh hiperekstensi – ekstensi persendian.
Direposisi secara hati – hati dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan
terbuka mungkin diperlukan untuk mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di
antara permukaan sendi.
6. Dislokasi Panggul
Definisi
Dislokasi sendi panggul adalah bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada
di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum
(dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
Etiologi
Akibat ruda paksa berat, paling banyak kecelakaan mobil.
Patofisiologi
Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya
diakibatkan oleh abdukasi berlebih. Caput humeri biasanya bergeser ke anterior
dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul.
Indikasi Operasi
Gagal reposisi tertutup.
Kedudukan caput femur tidak stabil.
Terjadi fraktur koolum femoris.
Adanya lesi n. Ischiadikus.
Didak ada kontraindikasi untuk dilakukannya reduksi tertutup.
Diagnosis Banding
Fraktur acetabulum.
Fraktur collum femur.
Pemeriksaan Penunjang
X-ray dan atau CT-scan.
Klasifikasi
A. Dislokasi Posterior
Dislokasi posterior adalah terjadinya dislokasi pada saat panggul fleksi dan
adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan
mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan
posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu.
Gejala
Sendi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi.
Tungkai tampak lebih pendek.
Teraba caput femur pada panggul.
Gambaran Radiologis
Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum. Femur adduksi dan
internal rotasi.
Gambar: radiografi antero-posterior dislokasi posterior hip joint dekstra.
Tatalaksana
Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum
dengan disertai relaksasi yang cukup.
Penderita dibaringkan di lantai dan penolong menahan panggul. Sendi
panggul difleksikan 90° dan kemudian dilakukan tarikan secara
vertikal.
Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai exercise
weight bearing dilakukan minimal sesudah 12 minggu.
B. Dislokasi Anterior
Dislokasi anterior terjadi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus,
punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiran ke balakang.
Gejala
Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi.
Tak ada pemendekan tungkai.
Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur dapat diraba
dengan mudah.
Sendi panggul sulit digerakkan .
Gambaran Radiologis
Caput femur terlihat di depan acetabulum.
Gambar: radiografi antero-psterior dislokasi posterior hip joint dekstra dan
dislokasi anterior hip joint sinistra.
Tatalaksana
Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada saat fleksi dan
tarikan pada dislokasi posterior dilakukan adduksi pada dislokasi anterior
C. Dislokasi Sentral
Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dari arah samping sehingga
trauma ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur
acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis.
Gejala
Posisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di bagian lateral.
Gerakan sendi panggul terbatas.
Gambaran Radiologis
Terlihat pergeseran dan caput femur menembus panggul.
Gambar: radiografi antero-posterior dislokasi sentral hip joint dekstra.
Tatalaksana
• Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada
fraktur acetabulum tanpa penonjolan kaput femur ke dalam panggul.
• Dilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang 4-6 minggu.
• Tindakannya adalah reposisi dengan anestesi umum dan pemasangan
gips selama enam minggu atau tirah baring dengan traksi yang ringan
untuk mengistirahatkan persendian dan memberikan kesembuhan bagi
ligamentum. Dislokasi sendi lutut dan eksremitas bawah sangat jarang
terjadi kecuali peda pergelangan kaki di mana dislokasi disertai
fraktur.
Komplikasi Dislokasi Panggul
Komplikasi dini
- Kelumpuhan nervus ischiadikus.
- Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang hebat
atau tekanan langsung oleh fragmen fraktur acetabulum.
- Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior).
- Biasanya terjadi pada dislokasi anterior.
- Kerusakan kaput femur.
Komplikasi lanjut
- Nekrosis avaskular.
- Miositis ossifikans.
- Rekurent dislokasi.
- Osteoarthritis.
Perawatan Pasca Reduksi
Pasien tirah baring dan diimobilisasi dengan skin traksi selama 2 minggu,
kemudian mobilisasi non weight bearing selama 3 bulan atau tirah baring hingga
nyeri sendi panggul menghilang, kemudian segera mobilisasi partial weight
bearing.
Follow Up
Pengawasan posisi ekstremitas bawah dalam posisi netral bila diimobilisasi dengan
traksi kulit. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 2
minggu. Atau pemantauan hilangnya nyeri sendi panggul dan segera mobilisasi
partial weight bearing.
7. Dislokasi Patella
Paling sering terjadi ke arah lateral. Gadis muda dan wanita muda paling sering
mengalaminya.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
Apabila dislokasi terjadi berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
■ Manifestasi Klinis Umum
1. Deformitas pada persendiaan. Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat
suatu celah.
2. Gangguan gerakan. Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkakan. Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas.
4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi sendi bahu, sendi siku, metakarpal
phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
■ Diagnosis
o Anamnesis
a. Ada riwayat trauma.
b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada
dislokasi anterior sendi bahu.
c. Ada rasa sendi keluar.
d. Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual.
o Pemeriksaan Fisik
a. Deformitas.
b. Nyeri.
c. Functio lasea, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
o Pemeriksaan Penunjang
Radiologis, Foto Polos (Sinar-X): Dengan cara pemeriksaan Sinar-X (pemeriksaan
X-Rays) pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang
tumpah-tindih antara kaput terhadap mangkuk sendi.
■ Penatalaksanaan
1. Lakukan reposisi segera.
2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya
dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari (pada fase syok). Dislokasi bahu, siku, atau
jari dapat direposisi dengan anestesi lokal dan obat penenang misalnya valium.
3. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.
■ Komplikasi
1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :
Fraktur.
Kontraktur.
Trauma jaringan.
2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :
Dekubitus
Kongesti paru dan pneumonia
Konstipasi
Anoreksia
Stasis dan infeksi kemih
Trombosis vena dalam
Berdasarkan awitannya, komplikasi yang dapat terjadi dapat dibagi menjadi:
1. Komplikasi dini
a. Cedera saraf
b. Cedera pembuluh darah
c. Fraktur disloksi
2. Komplikasi lanjut
a. Kekakuan sendi bahu
b. Dislokasi yang berulang
c. Kelemahan otot